Anda di halaman 1dari 2

Apa yang terjadi didalam ginjal ???

Dalam ginjal molekul asam jengkol dapat melewati membran semipermeabel dari glomerulus. Albumin sendiri tidak dapat melewati membran ini oleh karena memiliki molekul yang terlampau besar. Jadi kompleks albumin serum dan asam jengkol berdisosiasi sehingga menghasilkan albumin serum dan asam jengkol bebas dan asam jengkol yang bebas ini melewati membran glomerulus dan terdapat dalam ultrafiltrat glomerulus. Masih terdapat kemungkinan bahwa selain filtrasi lewat glomerulus terjadi juga sekresi asam jengkol secara aktif lewat tubuli ginjal, akan tetapi hal ini masih perlu pembuktian lebih lanjut. Asam jengkol yang sekarang terdapat dalam ultrafiltrat mudah sekali menghablur menjadi kristal oleh karena tidak terdapat lagi protein yang membuatnya lebih larut seperti terjadi di dalam darah. Apalagi di dalam perjalanan selanjutnya terjadi penyerapan kembali sejumlah air oleh bagian menurun dari lekuk Henle. Kesemuanya ini menyebabkan asam jengkol mencapai titik kejenuhan (oversaturated) dan mengendaplah asam jengkol sebagai kristal-kristal berbentuk jarum-jarum yang tajam. Dengan ini dapat difahami sekarang mengapa pengobatan keracunan jengkol dilakukan dengan pemberian cairan melalui

infus dengan maksud membangkitkan kembali diuresis. Penambahan natrium bikarbonat akan mempermudah larutnya kembali kristal-kristal asam jengkol untuk diekskresikan dengan urin.
KEPUSTAKAAN 1. Van Veen AG, Hyman AJ. Het giftige bestanddeel van de djengkolboon. Geneesk Tydsxhr Nederl Indie 1933; 73: 991 997. 2. LH Oen, Kusumahastuti T, W Tadjal. Bentuk dan distribusi asam jengkol dalam buah jengkol. Gizi Indonesia 1972; IV:2 5. 3. Lehninger A. Biochemistry. 2nd ed. New York : Wort Publications Inc. 1975; p 77. 4. LH Oen, E Setiadi, W Tadjal. Asam jengkol dalam urine pemakan buah jengkol. Maj. Kedokt Indon 1972; 22: 103 107. 5. Oen LH, HK Wullur, S Parwati. Isolasi enzim yang dapat menguraikan asam jengkol menjadi suatu zat dengan bau jengkol. Denpasar, Bali: Kongres 11 dan Seminar Ilmiah III , Ikatan Ahli Ilmu Faal 1972. 6. LH Oen, W Simamora, Kusumahastuti T. Sintesa asam jengkol dari rambut manusia. Maj Kedokt Indon 1972; 22: 74 78. 7. LH Oen, E Setiadi. Binding of Djengkolic Acid to Serum Albumin as a Means of its Transportation. lOth International Congress of Biochemistry, Hamburg, W Germany; 1976. 8. Harper et al. Review of Physiological Chemistry, 16th ed. Los Altos, California: Lange Medical Publication, 1977; p. 570.

Analisa Batu Saluran Kemih Bagian Atas di Medan dan Sekitarnya


Burhanuddin Nst *, Adi Koesoema Aman *, Harun Rasyid Lubis ** Rustam Effendi Ys **, M. Silalahi ** , Usul Sinaga *** * Bagian Patologi Klinik, ** Bagian llmu Penyakit Dalam, *** Bagian Ilmu Bedah. Fakultas Kedokteran USU/ RS Dr. Pirngadi, Medan. PENDAHULUAN Menurut para penulis, komposisi Batu Saluran Kemih (BSK) yang paling banyak adalah kalsium (1-3). Telah banyak penelitian mengenai patogenese terjadinya BSK. Dalam pencegahan batu terulang, mutlak harus diketahui komposisi batu yang keluar, oleh karena itu data mengenai analisa kimia batu diberbagai daerah perlu diketahui. Kami telah melaporkan hasil penelitian mengenai analisa batu saluran kemih pada tahun 1979 (1). Dari 133 penderita batu, 74 adalah BSK bagian atas dan 64 adalah batu kandung kemih. Patogenese dari kedua jenis lokasi batu ini berbeda oleh karena itu perlu diketahui komponen masing-masing. Dari 74 BSK bagian atas yang dianalisa ternyata diperoleh komposisi sebagai berikut: Ca-oxalat 22 (29,73%), asam urat 6 (8,11%), cystine ( - ), batu campuran 46 dari 74 (62,16%). Ternyata batu campuran mempunyai persentase yang sangat tinggi. Unsur-unsur kimiawi di dalam urine yang memegang peranan penting didalam proses pembentukan batu saluran kemih adalah kalsium, oxalat, fosfat, asam urat, magnesium, amonium, karbonat dan sistin. Selain itu unsur-unsur lain yang memegang peranan adalah pH air seni dan infeksi saluran kemih (4 - 7).
60 Cermin Dunia Kedokteran No. 28, 1982

Adanya infeksi yang menginduksi terbentuknya batu saluran kemih telah banyak dibicarakan patogenesenya (8). Umumnya kuman-kuman yang menginduksi terjadinya batu tersebut tergolong ke dalam bakteri yang memecah urea (urea splitter). Pada penelitian selanjutnya sebanyak 57 kasus, kami telah meneliti komposisi dari batu campuran tersebut beserta infeksi yang mengikutinya. BAHAN DAN CARA Batu-batu yang dianalisa adalah batu saluran kemih bagian atas baik yang keluar spontan maupun yang berasal dari operasi. Pasien-pasien yang diteliti adalah yang berobat jalan di R.S. dr. Pirngadi maupun R.S. swasta di Medan. Pasien-pasien ini umumnya telah diperiksa berdasarkan suatu protokol profile batu saluran kemih. Dalam profile ini turut dilakukan kultur urine sebanyak 2x sebelum tindakan Sesia maupun operasi. Satu Minggu sebelum kultur diambil, segala obat antibiotika dihentikan. Batu dianalisa komponen-komponennya secara kimiawi. Jenis batu ditentukan berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan metode yang dipakai. Telah dianalisa batu saluran kemih bagian atas dari 131 penderita (74 + 57 kasus). Yang terdiri dari 101 pria dan 30 wanita, yang berumur 17 73 tahun.

Batu Ca. oxalat Kultur (+) E. coli Urea splitter 7 Kultur () Jumlah Kultur (+) E. coli

Batu campuran Kultur () Uiea splitter Jumlah

11

32

12

46

57

HASIL

Dari 131 batu yang dianalisa ternyata semuanya mengandung kalsium. Lima puluh tujuh penderita yang ada, 40 pria, 17 wanita dilakukan pemeriksaan kultur urine dan analisa batu. Dari 57 kasus batu ini 19 kasus tidak ada pertumbuhan bakteri. Tujuh dari 19 kasus ini batunya adalah kalsium oxalat (metabolik), sedangkan 12 kasus lainnya batu campuran. Tiga puluh delapan dari 57 kasus ini dijumpai pertumbuhan bakteri pada kultur urinnya. Analisa batu dari 38 kasus ini terdiri dari 4 batu kalsium oxalat murni dan 34 batu campuran. Ke 4 batu kalsium oxalat murni ini pada kulturnya didapati pertumbuhan E. coli yang bermakna sedangkan 34 batu campuran lainnya didapati 2 dengan infeksi E. coli dan 32 infeksi bakteri yang memecah urea (urea splitters), sehingga dari ke 57 batu yang dianalisa tersebut diatas didapat 11 (19%) Ca-ocalat murni dan 46 (81%) batu campuran (lihat tabel). Dari 46 pasien dengan batu campuran 34 (74%) dijumpai kasus menderita infeksi saluran kemih, 12 kasus (26%) steril, sedangkan 11 pasien dengan batu metabolik, 4 kasus (36%) menderita infeksi saluran kemih, 7 kasus (64%) steril. Terlihat hubungan yang bermakna antara infeksi dan batu campuran (X 2 = 4.07 P<0,05) Batu campuran terutama terdiri dari sebagian besar magnesium amonium fosfat, dan kalsium fosfat, beserta sejumlah kecil ion-ion lain, sedangkan batu metabolik adalah batu yang pada analisa kimia terdiri dari kalsium oxalat, asam urat dan sistin yang hampir murni dengan sedikit bercampur dengan ion-ion lainnya. PEMBICARAAN Dari data-data 57 batu tersebut diatas ternyata batu campuran mempunyai persentase yang tertinggi yaitu 81%, sedangkan batu metabolik hanya 19%. Ditinjau dari keseluruhan batu yang dianalisa yaitu 131 batu, maka batu campuran adalah 70.2% dan batu metabolik 29.8%. Hal ini tidak banyak berbeda dengan penelitian YEA Wickham (2) (lihat tabel I).
Tabel I: Peneliti Burhanuddin Nst. dkk. YEA Wickham Perbandingan hasil penelitian. Jumlah kasus Batu campuran 131 100 70.2% 73% Batu metabolik 29.8% 27%

Dari data diatas juga terlihat bahwa infeksi saluran kemih memegang peranan besar sebagai penyebab batu saluran kemih. Dari 46 pasien dengan batu campuran, 74% menderita infeksi saluran kemih dan dari 11 pasien batu metabolik-36% juga disertai infeksi saluran kemih. Sedangkan pada penelitian YEA Wickham, batu metabolik dengan infeksi persentasenya lebih rendah (lihat tabel II).
Tabel II : Persentase infeksi pada berbagai jenis batu. Peneliti Burhanuddin Nst. dkk. YEA Wickham Jumlah kasus 46 100 Batu campuran Batu metabolik + infeksi 74% 70% 36% 19%

Perbedaan ini mungkin disebabkan karena jumlah kasus pada penelitian kami masih sedikit. Hubungan yang jelas terdapat antara infeksi saluran kemih dengan batu campuran (x 2 = 4.07 ; P=< 0,05). Hal ini juga didapati oleh YEA Wickham (x 2 = 21.09 ; P = < 0,001). Dapat dikatakan bahwa batu campuran diikuti dengan insiden infeksi yang tinggi dibandingkan dengan batu metabolik. Data-data tersebut diatas, sangat perlu diperhatikan dalam penanggulangan maupun pencegahan batu saluran kemih. KEPUSTAKAAN
1. Aman AK, Nasution B, Lubis HR. Analisa batu sistem saluran kemih di Bagian Patologi Klinik R.S. dr. Pirngadi Medan. MKN 1982; 6(4): 2. Wickham YEA. Matrix and the infective renal calculus. Brit J Urol 1976; 47: 727732. 3. Lavan SN, Posen S. Urinary Calculi Clinical, Biochemical and radiological studies in 619 patients. Med J Aust 1971; 2: 104961. 4. Hodgkinson A. Relation between oxalic acid, calcium, Magnesium and creatinine excretion in normal men and male patient with Ca oxalate kidney stones. Clin Sci Molecular Med 1974; 46: 35767. 5. Langanga TS. Urinary Tract Calculi. Clinical Chemistry Principle and Technics. 2 ed. New York: Harper & Row Publisher, 1974. pp 157080. 6. Nasution B, Lubis HR, Tann G, Arif S. Beberapa Aspek Biokimia pada penderita batu saluran kemih. Seminar Nefrologi dan urologi, Medan, 1977. 7. Pcacock M, Roberson WG. Renal Calculus, Medicine 1980 ; 27 : 137279 8. Griffith DP. Infection Induced Renal Calculi Kidney International, 1982; 21: 422430.

Cermin Dunia Kedokteran No. 28, 1982

61

Anda mungkin juga menyukai