Anda di halaman 1dari 8

I.

Tujuan Dengan diadakannya praktikum mengenai pembuatan biodiesel, maka mahasiswa dapat membuat gliserol dan biodiesel skala laboratorium serta mengetahui proses yang terjadi selama pembuatan gliserol dan biodiesel berbahan baku CPO tersebut.

II.

Dasar Teori Penggunaan BBM cenderung meningkat akibat pertumbuhan penduduk dan industri, sementara cadangan minyak yang semakin menipis dan tidak dapat diperbaharui, sangat potensial menimbulkan krisis energi pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, untuk mengatasi persoalan tersebut dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak (BBM) perlu diadakan diversifikasi energi dengan cara mencari energi alternatif yang dapat diperbaharui (renewable). Salah satunya adalah energi alternatif yang berasal dari minyak tanaman / tumbuhan. Biodiesel merupakan salah satu solusi dari berbagai masalah tersebut. Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif pengganti minyak diesel yang diproduksi dari minyak tumbuhan atau lemak hewan. Biodiesel memiliki keunggulan yaitu: Biodiesel mudah digunakan, bersifat biodegradable dan tergolong senyawa aromatik. Biodiesel mempunyai nilai flash point (titik nyala) yang lebih tinggi dari petroleum diesel sehingga lebih aman jika disimpan dan digunakan. Biodiesel dapat sebagai pengganti 100% minyak solar, maupun sebagai campuran minyak solar tanpa modifikasi mesin. Biodiesel mempunyai kadar belerang yang jauh lebih kecil (sangat ramah lingkungan karena kadar belerang kurang dari 15 ppm). Penurunan kadar belerang dapat menurunkan emisi gas buang kendaraan berupa gas SOx dan SPM (Solid Particulate Matters) yang mengotori udara. Viskositas biodiesel lebih tinggi dibandingkan viskositas solar, sehingga biodiesel mempunyai daya pelumasan yang lebih baik daripada solar. Oleh karena mampu melumasi mesin dan sistem bahan bakar, maka dapat menurunkan keausan piston. Sehingga, mesin yang menggunakan bahan bakar biodiesel menjadi lebih awet. Biodiesel sudah mengandung oksigen dalam senyawanya, sehingga pembakaran di dalam mesin nyaris sempurna dan hanya membutuhkan nisbah udara/bahan bakar

rendah. Dengan demikian emisi senyawa karbon non-CO2 dalam gas buang kendaraan sangat kecil dan penggunaan bahan bakar lebih efisien.

Biodiesel merupakan ester asam lemak yang dihasilkan dari reaksi transesterifikasi minyak nabati/hewani. Biodiesel yang dihasilkanini sangat potensial untuk

menggantikan bahan bakar solar, yang cadangannya sudah menipis. Reaksi pembuatan biodiesel termasuk reaksi transesterifikasi. Reaksinya adalah : CH2OCOR1 | 3 ROH + CHOCOR2 | CH2OCOR3 Alkohol minyak katalis R1COOR | CH2OH |

R2COOR + CHOH | R3COOR biodiesel | CH2OH gliserol

Katalis yang digunakan adalah NaOH karena lebih murah dibandingkan dengan KOH. Volume katalis ditentukan berdasarkan metode titrasi yang kisarannya antara 1,3-1,5 persen dari volume minyak Lama waktu operasi tergantung pada mutu minyak. Minyak yang bermutu rendah membutuhkan waktu operasi yang relatif lebih lama (2 kali lipat) dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan untuk memproses minyak bermutu standar. Sebagai indikator akhir reaksi, angka bilangan asam harus mencapai 0,8. Istilah gliserol digunakan untuk zat kimia yang murni, sedangkan gliserin digunakan untuk istilah hasil pemurnian secara komersial. Pada penganekaregaman industri kimia khususnya, gliserol adalah salah satu bahan yang penting di dalam industri. Gliserol adalah bahan yang dibutuhkan pada berbagai industri, misalnya : obat-obatan, bahan makanan, kosmetik, pasta gigi, industri kimi, larutan anti beku dan tinta printer. Jika dilihat dari banyaknya kebutuhan gliserol di Indonesia, maka untuk mencukupi kebutuhan bahan gliserol di Indonesia didaangkan dari luar negeri. Gliserol akan dipisahkan dari asam lemak melalui bagian bawah tangki hidrolisis. Sedangkan asam lemak bersama katalis akan keluar melalui bagian atas. Hasil bawah reaktor disebut sweet water dengan kandungan gliserol sekitar 15 %. Untuk menetralkan asam lemak yang terbawa dan memekatkan gliserol sampai konsetrasi yang dikehendaki dilakukan proses lanjutan yaitu netralisasi, filtrasi, evaporasi, destilasi dan kondensasi.

III. Alat dan Bahan A. Alat Hot Plate Erlenmeyer Beaker glass Gelas timbang Spatula/pengaduk Thermometer Aerator Magnetik Stirer Selang Timbangan analitik Corong Pemisah Botol reagen Neraca tiga lengan

B. Bahan Minyak bimoli NaOH Air Alkohol/etanol 99 %

IV. Prosedur Kerja 1. Timbang 50 gram minyak bimoli ke dalam erlenmeyer 100 ml. 2. Tambahkan 40 gram etanol dan 0,5 gram NaOH ke dalam erlenmeyer 500 ml. 3. Rangkai alat, kemudian sintesis biodiesel dan gliserol selama 2 jam dengan temperatur 1000 C dan sambil diaduk. 4. Hasil sintesis yang didinginkan masukan ke dalam corong pemisah 5. Timbang lapisan bawah (gliserol) dan lapisan atas (biodiesel) 6. Hitung massa jenis minyak dan biodiesel.

V.

Hasil Pengamatan dan Pembahasan A. Hasil Pengamatan Sebelum Reaksi Berat Sampel Massa Sesudah reaksi Berat Sampel Massa jenis Biodiesel

Minyak Etanol Katalis

Total

Jenis Minyak

Biodiesel Gliserol

Total

50 gr

40 gr

0,58 gr

90,58 gr

0,55 gr/mL

45 gr

42 gr

87 gr

0,52 gr/mL

Perhitungan 1. Minyak Massa Jenis Minyak = = = 0,55 gr/mL 2. Biodiesel Gliserol Botol reagen kosong = 102,6 gr = 144,6 gr 102,6 gr = 42 gr Biodiesel Botol reagen kosong = 103,9 gr = 148,9 gr 103, 9 gr = 45 gr

Botol reagen + gliserol = 144,6 gr Gliserol

Botol reagen + biodiesel= 148,9 gr Biodiesel

Total

= 45 gr + 42 gr = 87 gr

Massa Jenis Biodiesel

= = 0,52 gr/mL

B. Pembahasan Pada percobaan kali ini, dilakukan pembuatan biodiesel dengan menggunakan bahan baku minyak goreng nabati, minyak goreng yang digunakan bukan lah minyak goreng bekas atau jelantah sehingga biodiesel yang dihasilkan kurang maksimal karena minyak goreng baru masih mengandung asam lemak dan masih memiliki banyak ikatan rangkap dibandingkan dengan minyak goreng bekas atau jelantah. Selain minyak goreng digunakan juga katalis basa NaOH (soda api) yang dicampurkan dengan alkohol (etanol 99 %), pencampuran ini bertujuan untuk mempercepat reaksi antara alkohol dan minyak yang disebut sebagai reaksi

esterifikasi, sehingga menghasilkan biodiesel dan gliserol. Reaksi esterifikasi merupakan proses kimiawi yang mempertukarkan grup alkoksi pada senyawa ester dengan alkohol. Reaksi esterifikasi dapat juga diartikan sebagai tahap konversi dari gliserda menjadi alkil ester melalui reaksi dengan alkohol sehingga menghasilkan gliserol. Pada intinya, tahapan reaksi esterifikasi pembuatan biodiesel selalu menginginkan agar didapatkan produk biodiesel dengan jumlah yang maksimum. Beberapa kondisi reaksi yang mempengaruhi konversi serta perolehan biodiesel melalui esterifikasi adalah sebagai berikut : 1. Pengaruh air dan asam lemak bebas Minyak nabati yang akan diesterifikasi harus memiliki angka asam yang lebih kecil dari 1. Banyak peneliti yang menyarankan agar kandungan asam lemak bebas lebih kecil dari 0.5% (<0.5%). Selain itu, semua bahan yang akan digunakan harus bebas dari air. Karena air akan bereaksi dengan katalis, sehingga jumlah katalis menjadi berkurang. Katalis harus terhindar dari kontak dengan udara agar tidak mengalami reaksi dengan uap air dan karbon dioksida. 2. Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan bahan mentah Secara umum ditunjukkan bahwa semakin banyak jumlah alkohol yang digunakan, maka konversi yang diperoleh juga akan semakin bertambah. 3. Pengaruh jenis alkohol

Pada rasio 6:1, metanol akan memberikan perolehan ester yang tertinggi dibandingkan dengaan menggunakan etanol atau butanol. 4. Pengaruh jenis katalis Alkali katalis (katalis basa) akan mempercepat reaksi esterifikasi bila dibandingkan dengan katalis asam. Katalis basa yang paling populer untuk reaksi esterifikasi adalah natrium hidroksida (NaOH), kalium hidroksida (KOH), natrium metoksida (NaOCH ),
3

dan kalium metoksida (KOCH ). Katalis sejati bagi reaksi sebenarnya adalah ion
3

metilat (metoksida). Reaksi transesterifikasi akan menghasilkan konversi yang maksimum dengan jumlah katalis 0,5-1,5%-b minyak nabati. Jumlah katalis yang efektif untuk reaksi adalah 0,5%-b minyak nabati untuk natrium metoksida dan 1%-b minyak nabati untuk natrium hidroksida. 5. Metanolisis Crude dan Refined Minyak Nabati Perolehan metil ester akan lebih tinggi jika menggunakan minyak nabati refined. Namun apabila produk metil ester akan digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel, cukup digunakan bahan baku berupa minyak yang telah dihilangkan getahnya dan disaring. 6. Pengaruh temperatur Reaksi esterifikasi dapat dilakukan pada temperatur 30 - 65 C (titik didih metanol sekitar 65 C). Semakin tinggi temperatur, konversi yang diperoleh akan semakin tinggi untuk waktu yang lebih singkat. Temperatur yang rendah akan menghasilkan konversi yang lebih tinggi namun dengan waktu reaksi yang lebih lama. Hasil dari serangkaian proses esterifikasi terlihat pemisahan antara gliserol pada bagian bawah dan biodiesel pada bagian atas. Hal ini dikarenakan massa jenis gliserol lebih berat dibandingkan dengan massa jenis biodiesel . Biodiesel yang dihasilkan tidak dapat langsung digunakan untuk kendaraan bermotor karena biodiesel yang dihasilkan masih menggandung kadar air yang tinggi sehingga jika ingin digunakan mesti mencampurnya dengan solar, pencampuran antara biodiesel dengan solar sebesar 95% untuk solar : 5% untuk biodiesel, hal ini untuk mengurangi terjadinya kerusakan dan karat pada mesin kendaraan. Tetapi biodiesel hasil ini dapat digunakan untuk keperluan memasak dengan menggunakan kompor minyak.

VI. Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan antara lain : 1. pembuatan biodiesel dengan menggunakan bahan baku minyak goreng nabati, minyak goreng yang digunakan bukan lah minyak goreng bekas atau jelantah sehingga biodiesel yang dihasilkan kurang maksimal. 2. Pencampuran katalis basa NaOH (soda api) dengan alkohol (etanol 99 %) bertujuan untuk mempercepat reaksi antara alkohol dan minyak. 3. Reaksi esterifikasi merupakan proses kimiawi yang mempertukarkan grup alkoksi pada senyawa ester dengan alkohol. 4. Beberapa kondisi reaksi yang mempengaruhi konversi serta perolehan biodiesel melalui esterifikasi adalah sebagai berikut : 5. Pengaruh air dan asam lemak bebas Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan bahan mentah Pengaruh jenis alkohol Pengaruh jenis katalis Metanolisis Crude dan Refined Minyak Nabati Pengaruh temperatur

Gliserol memiliki massa jenis yang lebih berat dari biodiesel, sehingga gliserol terletak dibagian bawah dan biodiesel dibagian atas.

6.

Biodiesel yang dihasilkan tidak dapat langsung digunakan untuk kendaraan bermotor karena biodiesel yang dihasilkan masih menggandung kadar air yang tinggi.

B. Saran Pada praktikum selanjutny, dapat berjalan lebih baik dari sebelumnya. Baik dari seri peralatan yang lebih dilengkapi, maupun ketertiban mahasiswa/i yang melakukan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA Aziz,isalmi.2010. pedoman praktikum kimia fisik 1. Jakarta : PLT UIN syarif hidayatullah jakarta. Groggins, P.H. 1958. Unit Process in Organic Synthesis. 5 Ed. New York : Mc Graw Hill Book Company. Inc. Ketaren, 1986. Minyak dan Lemak Pangan. 1st Ed. Jakarta : Universitas Indonesia. http://mesinunimus.files.wordpress.com/2008/01/menganalisa-minyak-kelapa.pdf. http://rangminang.web.id/2010/06/analisa-biodiesel-minyak-kelapa-sebagai-bahan alternatif-minysk-diesel/. bakar

Anda mungkin juga menyukai