Anda di halaman 1dari 7

Sifat, Hakekat, dan Karakteristik Negara.

Sifat-sifat negara adalah suatu sifat yang tidak dimiliki organisasi masyarakat lainnya, yang menjadikan perbedaan antara negara dengan organisasi masyarakat lainnya. Sifat-sifat negara : 1. Sifat memaksa Memaksa, artinya kekuasaan untuk menyelenggarakan ketertiban dengan memakai kekerasan fisik secara legal. Sifat memaksa perlu dimiliki oleh suatu negara, supaya peraturan perundang-undangan ditaati sehingga penertiban dalam masyarakat dapat dicapai, serta timbulnya anarki bisa dicegah1. Contoh sifat memaksa antara lain adalah setiap warga wajib membayar pajak, menaati peraturan lalu lintas serta peraturan hukum lainnya. Jika mereka melanggar hukum dan ketentuan negara, maka aparat negara dapat memaksa warga negara untuk tunduk pada hukum, baik dengan memberikan sanksi pidana maupun kurungan ataupun penjara2. 2. Sifat Monopoli Monopoli berasal dari kata mono yang artinya satu dan poli yang artinya penguasa, jika sifat monopoli dikaitkan dengan negara adalah suatu hak tunggal yang dilakukan oleh negara untuk berbuat atau menguasai sesuatu untuk kepentingan dan tujuan bersama3. Negara memiliki hak untuk melarang sesuatu yang bertentangan dan menganjurkan sesuatu yang dibutuhkan masyarakat. Negara mempunyai monopoli dalam menetapkan tujuan bersama dari masyarakat. Negara berhak melarang suatu

1 2

http://www.inoputro.com/2011/07/sifat-negara/ http://www.scribd.com/doc/36662339/Sifat-Sifat-Negara-Beserta-Contohnya 3 Ibid

aliran kepercayaan atau aliran politik tertentu hidup dan disebarluaskan karena dianggap bertentangan dengan tujuan masyarakat4. 3. Sifat mencakup semua Segala hal tanpa terkecuali menjadi kewenangan negara. Kekuasaan Negara merupakan kekuasaan yang mengikat bagi seluruh warga negaranya. Tidak ada satu orang pun yang menjadi pengecualian di hadapan suatu negara. Tidak hanya mengikat suatu golongan atau suatu adat budaya saja, tetapi mengikat secara keseluruhan masyarakat yang termasuk kedalam warga negaranya5. Contoh : dalam Pasal 29 ayat 2 UUD 1945 berisi tentang kebebasan memilih agama. Berarti, semua warga Negara Indonesia berhak menentukan agama apa yang akan mereka anut tanpa paksaan6. Sifat Hakikat Negara 1. Tinjuan sosiologis Pandangan Kraneburg dan Rudolf Smend7 Yang dipersoalkan dalama peninjauan sosiologis ini adalah bagaimana kelompok manusia sebelum terjadinya negara. Karena kelompok itu perlu diatur, maka dibentuklah organisasi sebagai alat untuk mengatur kelompok tersebut, yaitu organisasi negara. Agar alat itu bermanfaat maka alat itu harus mempunyai kekuasaan/kewibawaan. Dengan demikian muncul sifat hakikat negara adalah : a. Dwang organisatie b. Zwang Ordnung c. Coertion instrument
4 5

http://www.inoputro.com/2011/07/sifat-negara/ http://zaifbio.wordpress.com/2010/01/14/identitas-nasional-dan-hakekat-bangsa/ 6 http://www.scribd.com/doc/33628283/Sifat-Negara


7

Max Boli Sabon,S.H., Ilmu Negara, (Jakarta: PT. Gramedia, 1992), hlm. 70-71

Jadi, Negara dalam hal ini semata-mata sebagai alat yang dapat memaksakan manusia-manusia dalam kelompok itu tunduk pada kekuasaannya,agar berlaku tata tertib yang baik dalam masyarakat. Pandangan Heller dan Logemann8 Berbeda dengan pendapat Kranenburg, Heller dan Logemann menyatakan, bahwa yang terlihat adalah bukan Negara sebagai suatu kesatuan bangsa,melainkan kewibawaan atau kekuasaa tertinggi ada pada siapa atau berlakunya untuk siapa. Logemann mengatakan bahwa Negara itu pada hakikatnya adalah suatu organisasi kekuasaan yang meliputi atau menyatukan kelompok manusia yang kemudian disebut bangsa. Jadi, pertama-tama Negara itu adalah suatu organisasi kekuasaan, dalam mana terkandung pengertian dapat memeksakan kehendaknya kepada semua orang yang diliputi oleh organisasi ini. Maka, Logemann berpendapat bahwa yang primer itu adalah organisasi kekuasaannya, yaitu Negara. sedangkan kelompok manusianya adalah sekunder. Heller juga mengatakan bahwa teori Kranenburg itu tidak benar karena jika dalam Negara jajahan maka antara yang menguasai dengan yang dikuasai tidak meupakan satu kesatuan bangsa. Demikian pila, seperti di

Commenwealth Inggris.

Pandangan Oppenheimer dan Gumplowicks Bertolak dari herrschaftsverhaltnis, mereks berpendapat bahwa suatu Negara itu ada karena penaklukan kelompok yang satu dengan yang lain. Jadi, sifat hakikat Negara adalah organisasi yang melaklukan kelompok-kelompok lain.

Ibid. h. 73

Pandangan Leon Duguit9


Sebagaimana pandangan-pandangan sebelumnya yang bertolak dari herrschaftsverhaltnis, demikian pula Leon Duguit, namun dengan versi yang berbeda. Leon Duguit mengatakan, bahwa sifat hakikat Negara adalah oarganisasi dari orang-orang yang kuat untuk melaksanakan kehendaknya terhadap orang-orang yang lemah.

Pandangan Harold J. Laski10 Dengan adanya herrschaftsverhaltnis berarti adanya kekuasaan

tertentu, yang biasanya disebut adanya suatu kedaulatan tertentu. Laski berpendapat, bahwa akibat perkembangan peradaban manusia, maka banyak kelompok masyarakat yang terbentuk karena kesadaran akan bahaya bersama. Kelompok-kelompok itu memiliki kedaulatannya sendiri dalam bidannya sendiri pula (misalnya perkumpulan/ organisasi mahasiswa, pemuda, sepakbola). Jika dibandingkan dengan Negara, maka organisasi Negara memiliki kedaulatan tertinggi (top organisatie). Pandangan ini disebut pliralistis karena mengakui kedaulatan ditiap kelompok organisasi, atau istilah lainnya polyaarchisme. Harold J, Laski adalah salah seorang tokohnya. Kedaulatan dalam organisasi yang bukan Negara ini yang bukan Negara ini yang kemudian oleh serjana-serjana belanda disebut souverinitet in eigen kring atau subsidiariteits beginsel, misalnya gereja-gereja yang mempunyai kedaulatan sendiri 2. Peninjauan Yuridis11 Dalam peninjauan yuridis ini, ada tiga pokok persoalan dalam masyarakat yang perlu diketahui sebelumnya, yaitu:

Ibid Ibid. h. 74 11 Ibid


10

a. Rechts objek; b. Rechts subjek; c. Rechts verhaltnis;

Akan tetapi secara sistematis pembicaraan di mulai dengan Rechts subjek, yaitu mengenai siapa yang menjadi sujek dalam hukum, artinya yang mempunyai hak dan kewajiban. Rechts subjek yang satu mengadakan hubungan hukum dengan Rechts subjek yang lain. Hubungan ini disebut Rechts objek.
a. Negara sebagai Rechts Objek

Negara sebagai Rechts objek berarti Negara dipandang sebagai objek dari oarng unutk bertindak. Teori ini dengan sendirinya memandang Negara sebagai alat dari manusia tertentu untuk melaksanakan kekuasaannya. Oleh karena itu, manusia tertentu itu mempunyai status lebih tinggi dari Negara sebagai objek tadi. Teori-teori ini ini dijumpai dalam abad pertengahan, dimana panglima, raja, dan tuan-tuan tanah sebagai Rechts subjek, dan Negara hanyalah Rechts objek, yaitu alat untuk menguasai orang yang ada di atas tanah. Jadi, status Negara lebih rendah daripada orang-orang tertentu tersebut. Negara ini terjadi karena tuan tanah tidak dapat mengawasi tanahnya yang begitu luas sehingga diangkatlah panglima, dengan memberikan tanah sebagai hadia. Selain tuan tanah mempunyai hak atas tanah, dia mempunyai hak untuk memungut pajak terhadap orang yang berada diatas tanah tersebut, mempekerjakan orang yang tinggal disitu, dan menghukum orang-orang yang tidak patuh pada peraturan yang dibuatnya. Agar orang tersebut dapat tunduk pada kekuasaan tuan tanah dan panglima itu, lau dibentuklah Negara. Maka Negara sebagai alat dari tuan tanah dan panglima tersebut.
b. Negara sebagai Rechts verhaltnis

Pandangan pertama mengenai Negara sebagai alat, sedangkan yang kedua ini mengenai Negara sebagai hasil perjanjian. Setelah ada perjanjian masyarakat, lalu timbul ikatan (verhaltnis) dan ikatan inilah yang dinamakan Negara itu. Dalam setiap perjanjian, termasuk ajaran Rousseau mengenai pejanjian pembentuk Negara, terjadilah pertemuan pentingan. Pandangan dualism pada abad pertengahan mengatakan bahwa para petani, pedagang, tukang, dan lainnya selaku warga masyarakat yang tidak dapat menjamin keselamatannya, maka mereka memerlukan perlindungan dengan mengadakan kontrak dengan penguasa sebagai orang sekotanya. Dalam hal ini terdapat dua kepentingan yang berbeda, yang satu pihak menghendaki jaminan keselamatan, sedangkan pihak lain menghendaki uang (berupa pajak). Ini perjanjian yang timbale balik atau disebut verdrag. Sisi lain dari teori Rousseau, dimana melihat rakyat mempunyai keinginan yang satu, kemudian bersama-sama berjanji membentuk Negara, atau biasa disebut gesamtakt (suatu tindak hukum bersama). Baik verdrag maupun gesamtakt, sama-sama membentuk verhaltnis. Maka, sifat hakikat Negara jika dipandang sebagai Rechts verhaltnis, Negara adalah perjanjian yang merupakan tampat pertemuan kepentingan. Meskipun demikian, kontruksi tentang sifat hakikat Negara berdasarkan verhaltnis ini ada dua macam, yaitu: i. ii. Pertemuan yang timbale balik (verdrag); dan Pertemuan kepentingan yang sama (tidak timbal balik) atau gesamtakt.
c. Negara sebagai Rechts subjek

Pandangan Negara sebagai Rechts subjek berarti Negara sebagai pembuat hukum. Oleh karena Negara merupakan organisasi kekuasaan, maka Negara juga dipandang sama dengan organisasi lainnya yang dipandang sebagai orang atau

persoon atau subjek hukum (Rechts persoon) sebagai Rechts persoon, Negara juga mempunyai hak dan kewajiban, termasuk hak untuk membuat hukum, dan kewajiban untuk melaksanakan hukum sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, sifat hakikat Negara jika di pandang dari sudut Rechts subjek, maka Negara adalah Rechts persoon. Karakteristik negara 1. Negara adalah berdaulat. Hal ini menjalankan kekuasaan absolute dan tak terbatas. Di mana ia berdiri di atas semua asosiasi dan kelompok dalam masyarakat. Thomas Hobbes menyebut negara sebagai leviathan 2. Lembaga-lembaga negara merupakan publik. Badan-badan publik bertanggung jawab bagi pembuatan dan penyelenggaraan keputusankeputusan kolektif. Sementara badan-badan swasta, seperti keluarga, bisnis swasta dan serikat-serikat dagang berada untuk memenuhi kepentingan-kepentingan individu. 3. Negara adalah suatu pelaksanaan dari legitimasi. Keputusan-keputusan negara selalu diterima mengikat pada para anggota dari masyarakat, karena hal ini diklaim, mereka dibuat untuk kepentingan-kepentingan public untuk kebaikan bersama. Negara mencerminkan kepentingan untuk permanen dalam masyarakat. 4. Negara adalah suatu instrumen dominasi 5. Negara adalah suatu asosiasi wilayah. Jurisdiksi negara didefinisikan secara geografis, dan hal ini melingkupi semua yang tinggal dalam perbatasan negara, apakah mereka warga negara atau bukan.

Anda mungkin juga menyukai