Anda di halaman 1dari 4

Perilaku Negatif Guru di Kelas Pembelajaran Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu pembelajaran.

Salah satu faktor yang paling berperan adalah guru. Sikap seorang guru, baik itu positif maupun negatif sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Berbagai pengalaman positif maupun negatif yang dialami siswa di kelas, tidak pernah terlepas dari perilaku guru. Berikut akan disampaikan beberapa sikap negatif guru yang sering terjadi di kelas pembelajaran menurut pengalaman beberapa siswa. Guru tidak objektif. Banyak siswa yang merasa didholimi karena ketidak-objektifan yang dilakukan oleh guru. Misalnya dalam hal pemberian nilai ataupun dalam hal proses pengajaran di kelas. Guru sering kali memperlakukan siswa dengan cara yang berbeda menurut selera guru. Siswa yang cantik, atau yang pintar, atau yang kaya, diperlakukan lebih dibanding siswa yang biasa. Akibatnya guru tidak memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa dalam proses pembelajaran. Begitu juga ketika memberi nilai. Siswa yang dinilai tidak hanya dari kemampuannya. Namun lagi-lagi ada faktor selera guru yang mempengaruhi pemberian nilai. Siswa yang kurang mampu, namun guru menyukainya bisa jadi mendapat nilai lebih baik daripada mereka yang mampu tapi tidak disukai guru. Guru melakukan kekerasan dalam kelas pembelajaran. Kadang, seorang guru tidak dapat mengontrol emosinya. Sehingga, ketika ada kejadian yang sangat menjengkelkan, akan membuatnya cepat emosi. Ketika seorang guru sudah terbawa emosi, dia tidak segan-segan melakukan kekerasan pada siswa. Kekerasan yang dilakukan guru tidak hanya secara fisik, namun juga secara psikis. Kekerasan secara fisik yang sering dilakukan guru di kelas pembelajaran antara lain: memukul, menampar, melempar penghapus/kapur, menendang, menjambak, dan lain-lain. Bahkan ada beberapa kasus guru yang mengancam, memaksa, dan memeras siswa/wali siswa untuk mendapatkan uang. Guru juga memanfaatkan siswa untuk kepentingan pribadi. Dalam hal ini, guru menjual nilai untuk kepentingan pribadinya, misalnya untuk mendapatkan uang ataupun fasilitas lain.

Sedangkan kekerasan secara psikis yang sering dilakukan guru diantaranya adalah menghina, mengolok-olok, mempermalukan siswa di depan temantemannya, meremehkan, mencaci-maki, berkata kasar, membentuk-bentak, bahkan membanding-bandingkan antar siswa. Kekerasan psikis ini lebih sering terjadi di setiap kelas pembelajaran karena terkadang hal tersebut tidak disadari oleh guru sebagai sebuah kekerasan yang akan mempengaruhi kejiwaan siswa. Guru tidak memperlakukan siswa sebagai seorang individu yang layak untuk dihargai. Guru tidak memberi motivasi kepada siswa, malah sering meremehkan kemampuan siswa, dan tidak menghargai siswa. Alangkah baiknya jika seorang guru mengetahui sedikit tentang ilmu psikologi tentang anak. Sehingga guru dapat menggunakan ilmu tersebut dalam proses pengajaran. Guru menjadi tahu bagaimana harus memberlakukan siswa sebagai seorang individu. Guru kurang memahami materi. Perilaku negatif guru ini sangat merugikan siswa. Karena kurangnya pemahaman guru terhadap materi, dia tidak dapat mengajar dengan optimal. Akibatnya siswa juga kurang paham terhadap materi yang diajarkan. Kadang guru menghindar dari pertanyaan-pertanyaan siswa, bahkan tidak memberi kesempatan siswa untuk bertanya. Metode pengajaran guru monoton. Karena sudah terbiasa mengajar, kadang guru hanya mengajar sesuai kebiasaannya, tidak melakukan inovasi dalam pengajaran. Guru tidak membuat suasana yang menyenangkan (mendukung) dalam pembelajaran. Hanya sedikit guru yang menggunakan media atau fasilitas sekolah yang ada (lab) untuk membuat pengajarannya menarik, membuat siswa menjadi senang, dan lebih paham. Bahkan ada guru yang hanya menyuruh siswanya mencatat saja, tanpa memberikan penjelasan apapun. Sikap guru di kelas tidak mendukung pembelajaran. Masih banyak guru yang tidak bersikap ramah kepada siswa, sehingga membuat suasana menjadi tegang. Karena tegang, siswa menjadi takut dan tidak focus pada pelajaran. Akibatnya siswa tidak dapat memahami materi yang diajarkan. Selain itu, banyak guru tidak memperhatikan siswa ketika mengajar. Guru terlalu asyik dengan penjelasannya sendiri, tanpa tahu apakah siswa paham atau tidak. Apakah suaranya cukup keras untuk didengar atau tidak. Bahkan terkadang guru tidak focus pada

materi yang diajarkan. Ketika memberi penjelasan, seringkali guru melenceng dari materi. Guru banyak bercerita tentang hal-hal lain yang tidak ada hubungannya dengan materi. Bahkan menceritakan masalah pribadi. Guru melanggar peraturan/kode etik guru. Terkadang guru terlambat memasuki kelas tanpa pemberitahuan sebelumnya, dan juga tanpa penjelasan sesudahnya. Bahkan, banyak guru yang tidak masuk tanpa alasan alias membolos. Ada juga guru yang tidur di kelas, entah karena ketiduran atau memang disengaja. Selain itu, guru yang masih merokok di dalam kelas pun tidak sedikit. Pelanggaran lain yang kadang dilakukan guru mengajar, tidak maksimal. Penilaian guru tidak transparan. Pada akhir pelajaran guru selalu memberikan nilai pada siswa. Namun seringkali guru kurang memperhatikan proses pembelajaran ketika memberi nilai, hanya berdasarkan hasil tes. Validitas tes yang diberikan guru kurang memenuhi standar. Guru banyak memberi tes hanya sebatas pada kemampuan knowledge saja. Materi yang dikeluarkan dalam tes juga tidak seimbang dengan yang diberikan. Jumlah soal tes kadang tidak sesuai dengan waktu yang tersedia. Tidak ada salahnya guru-guru mempelajari ulang mengenai evaluasi yang baik bagi siswa. Guru tidak melakukan evaluasi. Banyak guru yang sesudah mengajar tidak melakukan evaluasi terhadap proses pengajaran maupun terhadap siswa. Guru juga tidak memberi feedback kepada siswa untuk meningkatkan kemampuannya. Sehingga tidak dapat diketahui tingkat keberhasilan pengajarannya. Guru selalu merasa benar. Guru juga manusia, kadang juga berbuat salah. Namun, hanya sedikit guru yang mau mengakui kesalahannya di depan siswanya. Takut menjatuhkan harga diri. Banyak guru tidak mau diberi masukan, maupun evaluasi dari siswanya. Bahkan ada juga yang tetap berpegang teguh pada pendapatnya meskipun itu salah. Padahal kesalahan itu berhubungan dengan materi yang diajarkan kepada siswa. Akibatnya, membuat pemahaman siswa menjadi keliru. Guru menyesatkan siswa dalam pelajaran tersebut. adalah mengajak anaknya ketika mengajar. Sehingga hal tersebut mengganggu proses pengajaran, ia menjadi tidak focus dalam

Semoga beberapa pengamatan diatas dapat menjadi evaluasi bagi guru-guru. Tulisan ini bukan bermaksud menghakimi guru, namun untuk dapat meningkatkan kinerja guru menjadi lebih baik di kemudian hari. Karena seorang guru bukan sekedar pengajar, tapi juga pendidik. Di tangan gurulah masa depan Indonesia kelak berada. Kekuatan guru mempengaruhi individu siswanya sangatlah besar. Seorang guru dapat mengubah suatu negara tanpa perang. Sehingga pengajaran yang baik, akan mensukseskan pembelajaran siswa.

Anda mungkin juga menyukai