Anda di halaman 1dari 23

PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Hatimah S, dkk (1992), mengatakan bahwa ikan gurami (Osprhonemus gouramy) adalah salah

satu jenis ikan air tawar yang banyak diminati. Keunggulan ikan gurami antara lain dapat berkembang biak secara alami, mudah di pelihara karena bersifat pemakan apa saja dan dapat hidup di air tenang. Habitat ikan gurami adalah rawa dataran rendah yang berairan dalam. Ikan ini sangat bersifat peka terhadap suhu rendah dan memiliki organ pernapasan tambahan sehingga dapat mengambil oksigen dari luar air. Usaha pemeliharaan ikan gurami akan lebih produktif jika dilakukan di dataran rendah yang beriklim panas. Berdasarkan persentase produksi saat ini tercatat ada lima provinsi penghasil ikan gurami terbesar di Indonesia yakni Jawa Barat (34,04%), Jawa Tengah (18,67%), Sumatera Barat (15,44%), Jawa Timur (14,98%) dan Nusa Tenggara Barat (2,7%). Berdasarkan ketersediaan lahan ikan gurami sebenarnya sangat potensial untuk dikembangkan ke seluruh provinsi Indonesia. Ikan gurami tidak hanya laku untuk dipasok ke restoran dan pasar tradisional akan tetapi juga di pasar ekspor (Khairuman dan Amri, 2008). Menurut Wahyudi (1992), Ikan gurami yang berwarna gelap lebih diminati konsumen di dalam negeri, sementara ikan gurami yang berwarna terang (merah mudah) lebih di minati konsumen luar negeri. Dengan demikian ikan gurami strain merah mudah yang berukuran konsumsi memiliki peluang yang lebih besar untuk di ekspor. Saat ini telah ada permintaan fillet daging ikan gurami untuk di ekspor ke Jepang. Peluang usaha ikan gurami lebih banyak dibandingkan dengan ikan konsumsi lainnya. Dengan demikian , setiap orang yang akan terjun ke bisnis budidaya ikan gurami memiliki banyak pilihan dari setiap subsistemnya. Pada kegiatan intensifikasi, pilihan subsistem usaha harus disesuaikan dengan kemampuan modal. Kondisi geografi lahan dan prasarana yang dimiliki.

Di samping itu, kecenderungan permintaan pasar (Senjaya J dan M.H Riski, 2002).

juga harus diperhatikan

Peningkatan hasil pembesaran ikan gurami sangat berpengaruh pada sistem teknologi yang digunakan. Peningkatan hasil panen perlu ditunjang

dengan penerapan metode yang dipergunakan dalam pembesaran, maka untuk menunjang proses pembesran sebaiknya digunakan metode modular. Penggunaan metode modular pada manajemen pembesran ikan gurami bertujuan untuk memaksimalkan daya dukung lahan sehingga diharapkan lahan yang

dipergunakan dalam pembesaran ikan masih dalam keadaan subur dan sehat. Selain itu dengan menggunakan metode modular dapat menseleksi calon benih unggul untuk pembesaran lanjutan (Wijoyo S, 2007). Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari penulisan seminar pustaka ini yaitu untuk mengetahui manajemen pemasaran dan pembesaran ikan gurami (Osprhonemus gouramy) sistem intensif dengan penerapan metode modular. Adapun kegunaan dari penulisan laporan seminar pustaka ini yakni diharapkan dapat memberikan suatu manfaat serta informasi kepada para praktisi perikanan serta dapat pula sebagai bahan pustaka bagi semua pihak yang

mempunyai keinginan dalam kegiatan budidaya ikan gurami sistem intensif.

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ikan Gurami (Osprhonemus gouramy) Klasifikasi Ikan Gurami Menurut Affandi R (1992), bahwa dalam daftar klasifikasi ikan gurami, ikan ini termasuk dalam bangsa Labirinthici dan suku Anabantidae.

taksonominya, secara lengkap ikan gurami diklasifikasikan sebagai berikut. Filum Kelas Bangsa : Chordata : Pisces : Labirinthici

Sub-bangsa : Anabantoidea Suku Marga Jenis : Anabantidae : Osphronemus : Osphronemus gouramy

Morfologi Ikan Gurami Bentuk badan ikan gurami agak panjang, pipih dan tertutup sisik berukuran besar, terlihat kasar serta kuat. Punggungnya tinggi dan mempunyai sirip perut dengan jari-jari yang sudah menjadi alat peraba. Bentuk demikian menunjukan bahwa ikan gurami merupakan penghuni air tenang dan dalam. Dengan bentuk tersebut ikan gurami dapat mudah berbalik dan berbelok. Bagian kepala ikan gurami muda berbentuk lancip dan akan menjadi tumpul bila sudah besar. Pada kepala ikan gurami jantan yang sudah tua terdapat tonjolan seperti cula. Mulutnya kecil dengan bibir bawah menonjol sedikit dibandingkan dengan atas dan dapat disembulkan (Affandi R,1992). Menurut Sendjaja, J.T, dan M.H,Riski (2002), mengatakan bahwa pada umumnya badan ikan gurami berwarna biru kehitaman dan bagian perutnya berwarna putih. Warna tersebut akan berubah menjelang dewasa yakni pada bagian punggung berwarna kecokelatan dan pada bagian perut berwarna keperakan atau kekuningan.

Pada ikan gurami muda terdapat garis tegak berwarna hitam berjumlah 7-8 buah. Garis-garis ini akan hilang pada saat ikan gurami beranjak menjadi dewasa. Jari-jari pertama sirip perut merupakan benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Ujung sirip punggung dan sirip dubur dapat mencapai

pangkal ekor. Sirip ekor berbentuk busur. Pada dasar sirip dada ikan gurami betina terdapat tanda berupa sebuah lingkaran hitam (Khairuman dan Amri, 2008). Untuk lebih jelasnya morfologi ikan gurami dapat dilihat pada Gambar 01 Gambar 01. Morfologi ikan gurami.

Sumber : Khairuman dan Amri. 2008 Pertumbuhan Ikan Gurami Secara umum, di habitat alaminya ikan gurami mencapai panjang total 15 cm pada umur satu tahun, 25 cm pada umur dua tahun, dan 30 cm pada umur tiga tahun. Berbeda dengan burung dan mamalia, sebagian besar ikan mempunyai kapasitas meneruskan pertumbuhan selama hidupnya memungkinkan. Walaupun demikian, pertumbuhan ikan di usia tua relative lambat (Jangkaru Z. 2007). Menurut Hatima. S (1991), pertumbuhan ikan gurami akan berlangsung cepat pada umur 3-5 tahun. Selanjutnya ikan yang sudah tua, lebih banyak

mempergunakan pasokan energi dan zat hara untuk pemeliharaan tubuhnya. Ikan gurami dapat tumbuh mencapai panjang 45 cm dan berat lebih dari 10kg.
4

Menurut Jangkaru Z, dkk (1993), pertumbuhan awal individu ikan gurami mengalami perlambatan selama pematangan kelamin pertama kali. Sebagian

besar energy dan sat hara di perlukan untuk perkembangan kelamin. Selain itu, selama membuat sarang dan menjaga anaknya, pertumbuhan gurami mengalami hambatan karena pada masa itu umumnya ikan gurami makan sedikit atau bahkan tidak makan sama sekali. Reproduksi Ikan Gurami Ikan gurami termasuk jenis ikan yang peka terhadap suhu rendah sehingga jika suhu perairan lebih rendah dari pada kisaran suhu optimal, ikan tidak akan produktif. Rata-rata ikan gurami memijah pada umur 2-3 tahun. Pemijahan ini dapat berlangsung sepanjang tahun. Produktifitasnya akan meningkat pada

musim kemarau (Kairuman dan Amri, 2008). Menurut Sendjaya dan Riski (2002), sebaiknya telur hasil pemijahan diletakkan di dalam sarang yang terbuat dari ijuk. Telur tersebut akan menetas dalam waktu 10 hari. Umumnya ikan gurami yang masih muda bersikap agresif, tetapi sikap ini akan berkurang seiring dengan pertambahan umur ikan gurami sehingga sikap ikan gurami dewasa tampak lebih tenang. Induk ikan gurami jantan umumnya lebih besar dibandingkan induk ikan gurami betina. Induk ikan gurami jantan juga lebih aktif mengejar induk betina. Atas dasar sifat tersebut maka perbandingan kelamin yang umum dipakai yaitu dua ekor induk betina dipasangkan dengan seekor induk jantan (Kusdiarti, 1995). Pemijahan Apabilah dalam kolam sudah tersedia sarang buatan, induk jantan akan memeriksa dan memperbaiki sarang tersebut seperlunya. Selanjutnya induk jantan akan berada di depan sarang dengan memamerkan gerakangerakan keindahan tubuhnya dan sekali-kali berusaha mengiring betina mendekati mulut sarang. Aktifitas prapemijahan ini umumnya berlangsung selama 2-3 hari (Hatimah, 1991).

Menurut Jangkaru Z (2003), proses pemijahan biasa terjadi di depan mulut sarang dan umumnya berlangsung pada hari kedua setelah sarang selesai dibuat. Sementara proses pembuahan akan berlangsung didalam sarang. Sisa-sisa

pembuahan yang masih menempel di sirip ekor atau benda lainnya akan disedot oleh induk jantan dan kemudian disemprotkan ke dalam sarang. Selama proses pemijaan ini, tercium aroma amis di sertai bintik-bintik minyak di permukaan air sekitar sarang, hal ini menunjukkan bahwa proses pemijahan telah berhasil. Penetasan Telur Dalam kondisi alamiah, telur-telur dalam sarang akan menetas dalam waktu 30-36 jam. Setelah menetas anak ikan yang akan diberi nama larva masih tetap tersimpan dalam sarang. Penetasan telur ikan gurami dapat di lakukan dalam kolam pemijahan, kolam penetasan, kolam dan baskom. Penetasan telur ikan gurami di dalam kolam pemijahan dilakukan tanpa mengangkat atau memindahkan sarang atau induknya dari dalam kolam. Induk tetap berada dalam sarangnya karena di perlukan untuk merawat (Kusdiarti, 1995). Menurut Khairuman dan Amri (2008), perawatan larva ikan gurami hingga sampai umur 12 hari atau telah mencapai panjang benih 0,5-1 cm. Kemudian dilanjutkan dengan perawatan benih ikan gurami hingga ukuran siap pendederan yakni 10-50 g/ekor. dan menjaga telur serta larva

MANAJEMEN PEMBESARAN IKAN GURAMI SISTEM INTENSIF Manajemen Pembesaran Sistem Intensif Benih ikan gurami yang dipelihara dengan sistem intensif dalam masa pemeliharaan yang sama ternyata dapat tumbuh lebih baik dan hasilnya pun lebih memuaskan. Dengan melalui penerapan sistem teknologi intesif, penebaran benih ikan gurami sebaiknya menggunakan benih ikan yang memiliki ukuran yang seragam (Harsono. P dan Djarija A.S, 1992). Menurut Jangkaru Z, dkk (1993), teknologi intensif meliputi pembuatan konstruksi kolam yang sempurna, pengelolaan tanah dasar kolam, pengelolaan kualitas air, seleksi benih, pemberian pakan, pengendalian hama dan penyakit. Pemeliharaan ikan gurami sistem intensif juga dapat dilakukan secara tunggal (monokultur) atau campuran (polycultur). Manajemen Konstruksi Kolam Intensif Salah satu unsur pokok keberhasilan pengelolaan kolam adalah pembuatan konstruksi. Kontruksi kolam sistem intensif untuk pemeliharaan ikan gurami tidak boleh sembarangan. Langkah pertama pembuatan kolam pemeliharaan ikan gurami adalah membuat disain yang menggambarkan keadaan lokasi yang akan di buat. Disain dan konstruksi kolam dapat mempermudah pembuatan. Selain itu dapat digunakan sebagai patokan langkah yang tepat untuk memulai dan mengakhiri pembuatan kolam (Khairuman, dan Amri, 2008). Membuat Disain Kolam Intensif Menurut Widiyati A (1992), desain konstruksi kolam pemeliharaan harus sesuai dengan kondisi lingkungannya. Bentuk dapat bervariasi, segi empat, bundar atan memanjang, asalkan disain kostruksi kolam harus mendukung kemudahan pengelolaan dan pemeliharaan ikan. Konstruksi kolam meliputi bentuk serta

ukuran pematang dan caren, letak bentuk serta jumlah pintu. Untuk budidaya ikan gurami sistem intensif, baik kolam yang sudah dibangun maupun yang akan dibangun harus memenuhi syarat kolam ideal. Jika kolam tidak permanen,

pematang harus dibuat dengan kuat dan lebar agar tidak mudah bocor atau erosi, terutama pematang sebelah dalam yang langsung menahan air. Membuat Kemiringan Tanah Dasar Kolam dan Caren Disain konstruksi tanah dasar kolam harus dibuat miring kearah saluran pintu pembuangan air. Apabilah tanah dasar kolam sangat berlumpur sehingga sulit untuk menetapkan tingkat kemiringannya, terlebih dahulu ditengah-tengah kolam. maka harus dibuatkan caren

Caren dapat dibuat membujur atau

diagonal menuju arah saluran pengeluaran. Pembuatan ceren cukup dengan luas 1 m dan kedalam carenya adalah 25 cm (Jangkaru Z, dkk, 1993). Menurut Khairuman dan Amri (2008), fungsi lain caren adalah untuk mempermudah kegiatan pemanenan. Untuk kolam yang memiliki lahan di

dataran rendah yang sistem pembuangan airnya cukup rumit atau selalu becek, ceren dapat dimanfaatkan sebagai peresap atau penampung rembesan air sehingga tanah disekelilingnya dapat mengering. Membuat Pintu Air Kolam Dalam konstruksi kolam intensif sangat perlu diperhatikan untuk membuat pematang dan caren yang sempurna, maka selanjutnya pintu air dibuat pada sisi kolam. Letak pintu pemasukan dan pengeluaran membentuk diagonal pada sisi panjang atau lebar. Pintu air dapat di buat dari beton (permanen) berbentuk monik atau dari pipa PVC. Besarnya aliran air dalam pemeliharaan ikan gurami tidak mutlak di perlukan. Tetepi sistem sirkulasi air harus diatur secara merata agar kualitas air dalam kolam tetap terjamin (Widiyati A, 1992). Manajemen Pengelolaan Tanah Dasar Kolam Intensif Tujuan dari pengelolaan tanah dasar kolam adalah untuk menciptakan kondisi optimum tanah agar dapat menyediakan lingkungan yang layak sebagai tempat pembesaran ikan gurami. Pengelolaan tanah secara sempurna,

memungkinkan terjadinya proses aerasi dalam tanah berlangsung dengan baik. Proses ini secara tidak langsung dapat meningkatkan kesuburan tanah. Pengelolaan tanah juga dapat mempercepat berlangsungnya proses dekomposisi

senyawa-senyawa organik dalam tanah, memungkinkan penguapan senyawasenyawa beracun yang telah tertimbun di dalam tanah, membunuh atau memutuskan siklus hidup bibit hama penyakit. Pengelolaan tanah juga dapat menstabilkan derajat keasaman (pH) tanah dan menambah unsur-unsur hara yang mendapat meningkatkan kesuburan lahan tanah dasar kolam (Jangkaru Z, dkk, 1993). Menurut Poernomo A (1990), pengelolaan tanah dasar kolam meliputi, pembalikan tanah dasar, pengapuran tanah dasar dan pemupukan tanah dasar kolam. Selain itu pengelolaan tanah dasar bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah dasar kolam seperti aerasi sedimen permukaan tanah untuk pengosidasian senyawa tereduksi seperti H2S, nitrit, ammonia ion besi dan lainnya yang dapat bersifat toksin. Pembalikan Tanah Dasar Kolam Pengelolaan tanah dasar dengan cara dibalik biasanya menggunakan alat traktor atau biasa juga dengan menggunakan cangkul. Tanah yang dibalik atau di traktor sebaiknya dengan kedalaman sekitar 10-20 cm, tanah yang telah di balik kemudian di jemur hingga kering atau telah berubah warnanya, waktu yang di butuhkan untuk pengeringan tanah dasar kolam biasanya 3-5 hari atau tergantung cuaca ( Harsono P dan Djarija A.S, 2002). Pemberian Kapur Tanah Dasar Kolam Menurut Poernomo A (1990), kegiatan selanjutnya dalam pengelolaan tanah yaitu dengan melakukan pengapuran tanah dasar kolam. Dosis pemberian kapur ini berdasarkan hasil pengukuran pH tanah dasar kolam dengan menggunakan alat pengukur soil tester. Fungsi dari pemberian kapur ini adalah untuk mempertahankan kestabilkan keasaman (pH) tanah, selain itu dapat juga menstabilkan air kolam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 01tentang dosis kapur untuk menetralkan pH tanah.

Tabel 1. Dosis kapur untuk menetralkan pH tanah Dosis Pemberian Kapur Kapur Bangunan (Ca(OH)2) Kapur Pertanian (CaCO3) >6 < 500 kg/Ha <1000 kg/Ha 56 <1000 kg/Ha <2000 kg/Ha <5 <1500 kg/Ha <3000 kg/Ha Sumber : Poernomo, A, 1990 Menurut Harsono. P dan Djarija A.S (1992), pemberian kapur yang berlebihan kedalam kolam menyebabkan kolam tidak subur, sedangkan bila pH Tanah

kekurangan kapur dalam kolam menyebabkan lahan kolam bersifat asam. Kedua hal ini tidak menguntungkan untuk pemeliharaan ikan gurami. Kolam yang tidak subur tidak dapat menjamin ketersediaan makanan alami yang dibutuhkan ikan gurami. Sebaliknya lahan kolam yang terlalu asam akan menghambat pertumbuhan ikan gurami. Pemupukan Tanah Dasar Kolam Menurut Poernomo,A (1990), pengelolaan tanah selanjutnya dengan melakukan pemberian pupuk, pupuk yang di pergunakan adalah pupuk kandang berupa kotoran ternak besar seperti sapi, kerbau dan kuda mupun kotoran unggas yang telah kering. Fungsi utama dari pemberian pupuk pada pengolahan tanah adalah untuk menyediakan unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan makanan alami. Dengan kata lain fungsi dari pemupukan adalah untuk meningkatkan kesuburan lahan kolam, fungsi lain dari pemupukan yaitu untuk memperbaiki struktur tanah. Pengelolaan Kualitas Air Teknik pengelolaan kualitas air untuk mempercepat proses penguraian atau dekomposisi unsur-unsur organik dari pupuk menjadi unsur-unsur anorganik yang dapat menyuburkan kolam, setelah kapur dan pupuk ditebarkan kemudian kolam di isi air sedikit demi sedikit, selama 3-4 hari dengan tinggi air 10-15 cm (Jangkaru Z, dkk, 1993).

10

Menurut pendapat Widiyati A (1992), mengatakan bahwa setelah air ditahan selama kurang lebih 3 hari, maka warna air mulai nampak berubah. Perubahan dari warna air ini menunjukkan bahwa plankton atau makanan alami sudah mulai tumbuh di dalam kolam. Kemudian kolam kembali di isi air

sedalam 70 - 90 cm sebelum benih ikan gurami di tebar.

Beberapa hari setelah

benih di tebar, kedalaman air kolam sedikit demi sedikit setiap hari di tambah sampai setinggi 150 cm. Dalam pengelolaan air ini yang penting adalah menjaga kestabilan debit air yang masuk ke dalam kolam. Perlunya pemasangan papan pengukur skala ketinggian air sehingga dapat diketahui jumlah volume air yang di inginkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 02. Gambar : 02. Papan skala pengukur ketinggian air

Sumber : Widiyati A, 1992. Seleksi Benih Dalam sistem intensif sangat perlu di lakukan seleksi benih, hal ini untuk mendapatkan benih ikan gurami yang cepat pertumbuhannya maka dipilih jenis benih ikan gurami bastar. Ikan gurami ini warnanya hitam, sisik besar dan dahi agak menonjol. Pada umur yang sama, ukurannya relatife lebih besar dari pada jenis-jenis ikan gurami lainnya (Sendjaja J.T dan M.H Riski, 2002). Menurut Khairuman, dan Amri (2008), benih yang di tebar sebaiknya berukuran dan berumur relatif sama. Apabilah ukuran benih tidak seragam,

11

benih-benih yang berukuran kecil akan tersaing dalam memperoleh makanan dan ruang gerak. Ikan-ikan yang besar akan tumbuh lebih cepat, sedangkan ikan yang kecil akan tetap kecil atau menjadi kerdil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 03. Gambar : 03. Benih ikan gurami

Sumber : Khairuman dan Amri, 2008. Benih yang dipilih harus mempunyai ukuran fisik tubuh yang seimbang (normal). Artinya tidak salah satu bagian tubuh yang berukuran menonjol, misalnya kepala lebih besar dari ukuran normal. Gerakan mantap, teratur, tubuh tidak terluka dan tidak ada serangan hama penyakit. Benih ikan gurami yang sehat akan dapat memperlihatkan gerakan rutin naik ke permukaan dan kembali ke tengah atau dasar kolam dengan menyemburkan gelembung-gelembung

udara. Dengan melaksanakan sistem seleksi benih yang baik maka harapan untuk mendapatkan hasil panen akan lebih dapat menjanjikan (Sendjaja, J.T, dan M.H,Riski, 2002). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 02 tentang Kriteria Kuantitatif Benih Ikan Gurami dan Gambar 04 Penebaran benih Ikan Gurami.

12

Tabel 02. Kriteria kuantitatif benih ikan gurami (Osphronemus gouramy). Kriteria Umur Panjang total Satuan hari cm Larva 10-12 0,751,00 Benih PI 40 1-2 0-2 >80 >90 Benih PII 80 2-4 0,5 >80 >90 Benih PIII 120 4-6 1,0 >80 >90 Benih PIV 160 6-8 3,5 >80 >90 Benih PV 200 8-11 7,8 >80 >80

Bobot gram 0,03 Minimal Keseragaman ukuran % >80 Keseragaman warna % >100 Sumber : SNI 01.0485.2.2000.

Gambar : 04. Penebaran benih ikan gurami

Sumber : Jangkaru Z, 2007. Pemberian Makanan Sistem Intensif Setelah benih ikan gurami di tebar, pengelolaan selanjutnya adalah memberi pakan tambahan dalam jumlah dan kualitas yang cukup. Agar

makanan buatan tidak banyak terbuang, maka sebaiknya pakan buatan tersebut berbentuk pellet, Ukuran pellet yang di berikan harus sesuai dengan lebar bukaan mulut benih ikan gurami yang di tebar. Jumlah pakan yang akan di berikan setiap harinya berkisar antara 5-7 % dari total berat badan ikan gurami (Harsono,P dan Djarija A.S, 1992).

13

Pakan merupakan sumber energi dan materi bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan gurami. Zat yang terpenting dalam pakam adalah protein, jumlah dan kualitas protein mempengaruhi pertumbuhan ikan. Zat makanan yang dibutuhkan ikan dan harus dipenuhi untuk mencapai pertumbuhan yang optimal adalah protein karena zat ini merupakan bagian terbesar dari daging ikan (Halver,J.E, 1973). Pembuatan pellet pakan ikan gurami, tidak hanyak memperhatikan tinggi rendahnya kadar (kandungan) proteinnya saja, tetapi juga harus memperhatikan prosentase kandungan gizi unsur-unsur penyusun lainnya. Kadar protein untuk pellet pakan ikan gurami yang baik sekitar 20-30 %. Semakin tinggi kadar protein pakan ikan , biasanya pakan itu semakain baik kualitasnya. Selain itu pakan juga sebaiknya memiliki kadar lemak yang baik, yakni berkisar antara 4-16 %. tinggi,

Kisaran kadar lemak yang tidak terlalu rendah ataupun tidak terlalu

disamping dapat memperbaiki daya awet pakan juga dapat memperbaiki kualitas pakan. Pakan ikan gurami juga harus memiliki kandungan karbohidrat, serat kasar, mineral dan vitamin. Karbohidrat dibutuhkan ikan gurami untuk sumber energi dan berperan penting untuk sistem biologis, khususnya dalam respirasi (Wahyudi N.A, 1992). Menurut Halver,J.E (1973), Kadar serat kasar yang baik pada ikan berkisar antara 8 20 %. Zat-zat mineral juga sangat dibutuhkan ikan untuk berbagai fungsi metabolisme dan mempertahankan keseimbangan osmotic cairan tubuh dan air lingkungan. Kadar mineral yang baik antara 10 15 %. Vitamin juga dibutuhkan ikan untuk mempertahankan atau menjaga kesehatan pertumbuhan agar tetap normal. Pemberian makanan tambahan berupa pellet secara teratur akan mempercepat pertumbuhan ikan gurami. Dari pengalaman budidaya dengan dan

sistem intensif menunjukkan bahwa ikan yang diberikan makanan tambahan pellet, kecepatan pertumbuhannya mencapai tiga kali lipat dibandingkan dengan ikan gurami yang hanya diberikan makanan berupa daun-daunan (Senjaya, J.T dan M.H Riski, 2002).

14

Penerapan Metode Modular Dalam Pembesaran Sistem Intensif Pada pembesaran sistem intensif, tidak tertutup kemungkinan untuk melakukan penerapan metode modular. Penerapan metode modular juga di kenal dengan nama lain yaitu sistem pindah, dengan cara ini benih ikan di pelihara dalam kolam yang tidak terlalu besar, selama waktu kurang lebih 30 40 hari. Setelah itu ikan di pindah pada lahan yang baru dan memiliki ukuran lebih besar atau luas. Tujuan dari dilaksanakannya penerapan metode modular yaitu untuk dapat memacuh pertumbuhan ikan agar lebih cepat besar dan lebih sehat, karena dengan penerapan metode modular lahan kolam di harapkan akan dalam keadaan subur dan sehat dari timbunan bahan bahan organik (Wijoyo S, 2007). Pengendalian Hama dan Penyakit Secara Intensif Pemeliharaan pembesaran ikan gurami sistem intensif, memudahkan pengontrolan hama yang sifatnya sebagai pemangsa (predator besar) seperti

burung, ular, kepiting dan ikan buas. Pengendalian hama tersebut tidaklah mudah, penggunaan bahan kimia untuk mengendalian hama mengandung resiko yang cukup besar. Penggunaan bahan kimia dosis rendah sering tidak mematikan

hama, sedangkan penggunaan dosis tinggi seringkali justru mematikan ikan yang di budidayakan (Widiyati A, 1992). Pengendalian hama yang paling mudah dan efektif adalah dengan cara mengisolasi kolam pemeliharaan dari perairan sekitarnya. Untuk menghindari hama ikan buas yang masuk kelahan pembudidaya pembesaran ikan gurami, maka di anjurkan untuk memasang saringan pada pintu saluran pemasukan air. Pemasangan saringan ini menggunakan warring, sehingga dapat mencegah atau mengurangi kemungkinan masuknya hama. Selain itu fungsi lain dari

pemasangan saringan ini dapat mencegah masuknya kotoran sampah yang biasa terdapat di saluran air (Boyd,C.E. 1982). Menurut Harsono P dan Djarija A.S (1992), penyakit ikan gurami

biasanya banyak terjadi pada masa pendederan. Pada umumnya jenis penyakit yang menyerang gurami yang masih kecil adalah penyakit parasit, jamur dan

15

bakteri.

Faktor utama penyebab penyakit ikan gurami adalah lingkungan

budidaya yang memburuk, meningkatnya daya serang penyakit dan kemungkinan menurunnya daya tahan tubuh ikan. Untuk lebih jelasnya Pemeriksaan Kesehatan Ikan Gurami dapat dilihat pada Gambar 05. Gambar : 05. Pemeriksaan kesehatan ikan gurami.

Sumber :Jangkaru Z, 2007 Menurunnya kualitas lingkungan budidaya merupakan media yang baik untuk tumbuh dan berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya ketahanan tubuh ikan semakin rapuh bila kualitas lingkungan jelek. Dari pengaruh ketiga faktor tersebut secara bersama-sama, penyakit baru bisa melakukan aksinya terhadap ikan. Tetapi selama ketiga faktor tersebut tidak bekerja berbarengan, kemungkinan ikan gurami di serang penyakit sangat kecil. Jadi penanganan

untuk mencegah hama dan penyakit sangat perlu di lakukan dalam budidaya pembesaran ikan gurami secara intensif, pencegahan ini meliputi pengelolaan tanah dasar dan penanganan kualitas air yang baik (Hatimah S, 1991). Panen Ikan Gurami Panen merupakan puncak dari hasil pemeliharaan sistem intensif yang berlangsung selama 120 hari. Sebelum melakukan panen terlebih dahulu di

sampling untuk mengetahui bobot terakhir yang di inginkan untuk di jual


16

ke pasaran. Hal ini sangat penting untuk mengetahui harga pasaran ikan Gurami yang baik. Pada umumnya ikan Gurami yang dipelihara secara sistem intensif saat di panen dengan umur 120 hari memiliki berat rata 380 gram (Hatimah S, 1991). Teknik panen ikan gurami yaitu dengan cara melalui pintu air, pintu air terlebih dahulu di pasang waring atau kantong panen. Pengurangan air waktu panen tidak menggunakan pompa akan tetapi air di hanyutkan kearah pintu air sehingga Ikan Gurami bisa ikut keluar mengikuti arus air hingga masuk ke kantong panen. Setelah air kolam kering, ikan Gurami di tangkap dengan

cara hati - hati untuk menghindari agar tidak sampai ada yang luka. Sebaiknya setelah di panen ikan gurami di tampung di dalam warring yang airnya mengalir agar tubuh ikan tetap bersih (Khairuman dan Amri, 2002). Gambar : 06. Panen ikan gurami

Sumber : Jangkaru Z, 2007

17

MANAJEMEN PEMASARAN IKAN GURAMI Pemasaran Hasil Produksi Assauri dan Sofjan (1998), mendefinisikan pemasaran dalam dua pengertian dasar sebagai berikut : Pertama, pemasaran dalam arti kemasyarakatan diartikan adalah setiap kegiatan tukar-menukar yang bertujuan untuk memuaskan keinginan manusia. Kedua, pemasaran dalam arti bisnis adalah sebuah sistem dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, memberi harga, mempromosikan dan mendistribusikan jasa serta barang pemuas keinginan pasar. Definisi pemasaran di atas mempunyai beberapa pengertian penting sebagai berikut : 1. 2. Pemasaran adalah definisi sistem yang manajerial. Seluruh sistem dari kegiatan pemasaran harus berorientasi kepada pasar atau konsumen. Keinginan konsumen harus diketahui dan dipuaskan secara efektif. 3. Pemasaran adalah proses bisnis yang dinamis karena merupakan sebuah proses integral yang menyeluruh dan bukan gabungan aneka fungsi dan pranata yang terurai. Pemasaran bukan kegiatan tunggal atau kegiatan gabungan, pemasaran adalah hasil interaksi dari berbagai kegiatan. 4. Program pemasaran dimulai dengan sebutir gagasan produk dan tidak berhenti sampai keinginan konsumen benar-benar terpuaskan. 5. Untuk berhasil pemasaran harus memaksimalkan penjualan yang

menghasilkan laba dalam jangka panjang. Jadi pelanggan harus benar-benar merasa kebutuhannya dipenuhi supaya perusahaan memperoleh

kesinambungan usaha yang biasanya sangat vital bagi keberhasilan. Supranto, J dan Nandan (2007) menyatakan bahwa pemasaran hasil produksi pada dasarnya merupakan suatu proses yang memberikan jawaban atas kebutuhan dan keinginan konsumen secara memuaskan. Oleh karena itu, hampir semua individu ataupun organisasi secara langsung dan tidak langsung ikut berkecimpung dalam pemasaran, disebabkan karena mereka sama-sama mempunyai keinginan dan kebutuhan.
18

Menjaga Mutu Ikan Gurami Ikan gurami yang bermutu prima ditentukan oleh mutu daging dan penampilannya. Sementara mutu daging ikan gurami ditentukan oleh tekstur, warna, aroma dan rasa. Komposisi daging ikan gurami didominasi oleh jaringan otot dan pengikat sehingga menghasilkan tekstur yang lebih kenyal. Selain itu warna daging yang putih mulus memberi nilai yang lebih tinggi pada ikan ini. Rasa daging ikan banyak di pengaruhi oleh komposisi pakan yang dikomsumsinya (Wahyudi N.A, 1992). Menurut Khairuman, dan Amri (2002), rasa gurih pada daging ikan gurami di pengaruhi oleh kandungan lemak dikonsumsi. dan asam amino pakan yang

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga mutu kualitas

daging ikan gurami yaitu pengelolaan kualitas air yang baik, pemberian pakan yang berkualitas, perlakuan saat panen dan penanganan saat pemasaran ikan. Penanganan Pasca Panen Ikan Gurami Penampilan tubuh melakukan jual beli. ikan gurami sangat mempengaruhi transaksi saat Penampilan ikan gurami banyak dipengaruhi oleh

penanganan pascapanennya.

Ikan gurami yang di tangkap dengan alat yang

berbahan kasar, mendapat perlakuan yang kurang telaten, dilakukan dalam suasana panas dan dalam waktu yang terburu-buru akan menghasilkan ikan dengan penampilan yang tidak menguntungkan. Ikan gurami yang baru diangkat dari kolam pemeliharaan dan langsung dijual akan memberikan penampilan dan citarasa yang baik (Widiati A, 1992). Cara Pemasaran Ikan Gurami Harga ikan gurami ditentukan oleh kondisi permintaan dan penawaran di pasar. Harga ikan gurami di suatu daerah tidak bisa dilepaskan dari pengaruh produksi di daerah lain karena sistem transportasi memungkinkan terjadinya perpindahan produk dari satu daerah ke daerah lainnya. Berdasarkan hal ini, produksi ikan yang melimpah pada suatu daerah dapat mengakibatkan pasar ikan gurami di daerah konsumsi ikan mengalami kelebihan penawaran sehingga terjadi
19

penurunan harga. Harga per kilogram ikan gurami konsumsi di tingkat pembudidaya adalah Rp 15.000 sedangkan di tingkat konsumen dapat mencapai Rp 20.000. (Ikanmania.wordpress.com, 2008). Mengingat sistem pemasaran ikan gurami yang dianjurkan berdasarkan jalur pasar yang efektif adalah dari produsen langsung ke konsumen atau pengecer. Jalur pemasaran langsung ke konsumen dapat dilakukan oleh produsen dengan beberapa cara, di antaranya produsen memiliki tempat eceran di dibeberapa pasar, menyalurkan ke restoran yang menyediakan masakan ikan, melayani para pengusaha jasa boga atau berkerja sama dengan para pengusaha yang bergerak pada usaha ekspor ikan fillet. Dengan mengetahui dan menguasai metode pemasaran ikan gurami yang baik maka tidak perlu lagi untuk diragukan lagi untuk melakukan panen, bila tiba saatnya ikan gurami di panen (Khairuman, dan Amri, 2008). Untuk lebih jelasnya ukuran Ikan Gurami saat panen dapat dilihat pada Gambar 07. Gambar : 07. Ukuran ikan gurami saat di panen.

Sumber : Khairuman dan Amri, 2008.

20

PENUTUP Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari pembesaran ikan gurami sistem intensif yaitu: 1. Penerapan manajemen pembesaran sistem intensif pada ikan gurami dapat memberikan hasil yang optimal karena memperhatikan standar prosedur operasional sistem budidaya yang menerapkan pembuatan konstruksi kolam yang sempurna, pengelolaan tanah dasar kolam, pengelolaan kualitas air, seleksi benih yang baik, pemberian pakan yang teratur, pengendalian hama, dan penyakit yang kontinyu. 2. Penerapan metode modular pada pembesaran ikan gurami sistem intensif sangat penting untuk di terapkan karena membantu daya dukung lahan kolam untuk terjaga kesuburan dan kesehatan lahan dari penumpukan bahan bahan organik yang berlebihan. 3. Hal yang harus diperhatikan agar daging ikan berkualitas prima adalah dengan memperhatikan pengelolaan kualitas air kolam yang baik, pemberian pakan yang berkualitas, perlakuan saat melakukan panen. 4. Manajemen pemasaran hasil ikan harus di pahami dan di kuasai oleh petani ikan, terutama dalam melakukan survei harga jual mengetahui cara ikan di pasaran dan

melakukan pemasaran langsung ke konsumen sehingga

dapat memperoleh nilai jual yang tinggi. Saran Sebaiknya dalam pembesar Ikan gurami (Osprhonemus gouramy) dilakukan dengan Sistem Intensif , maka diharapkan untuk memperhatikan

teknis persiapan kolam pembesaran. Dapat memilih atau menseleksi bibit /benih ikan yang baik, memperhatikan pemberian pakan yang teratur, mengelolah kualitas air yang kontinyu sehingga didapatkan hasil yang optimal, maka dapat meningkatkan tarah penghasil petani ikan.

21

DAFTAR PUSTAKA Affandi R, 1992. Iktiologi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Derektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Affiati, Novenny Wahyudi;Hidayat Dijasewaka, Sri Hatimah, 1992. Penggunaan Pakan Buatan Pada Usaha Peningkatan Budidaya Ikan Gurami (Osprhonemus gouramy) di Kolam. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar. Balai Penelitian Perikanan Air Tawar. Sukamandi. Assauri dan Sofjan, 1998. Manajemen Pemasaran, Penerbit Rajawali. Jakarta Boyd C.E, 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture, dev Aqua and Fisheries Science, Elsevier Scientific Publishing Company, Amsterdam. Ikanmania.wordpress.com. 2008. Aspek-pemasaran-budidayapendederan dan pembesaran - ikan-gurami.. Dikunjungi tanggal 16 Juni 2010. Halver J..E, 1973. Nutrient Requirements of Troul,Salmon and Catfish. Nat Acad. Sc.Washinton D.C. Hatimah,S. Novenny A Wahyudi dan Estu Nugroho, 1992. Pembesaran Gurami (Osprhonemus gouramy) dengan Pemberian Pakan Terapung dan Tenggelam, Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar, Bogor. Hatimah S, 1991. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Pertumbuhan Ikan Gurami (Osprhonemus gouramy), Buletin Perikanan Darat, Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Bogor. Harsono P dan Djarija A.S, 1992. Membudidayakan Gurami Secara Intensif, Penerbit Kanisius, Jakarta. Jangkaru Z, M. Sulhi, dan Sidi Asih.,1993. Konstruksi Tanah dan Kedalaman Air Kolam Tadah Hujan Untuk Usaha Pemeliharaan Ikan Gurami, Buletin Penelitian Ikan Darat, Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Bogor. Jangkaru Z, 2003. Memacuh Pertumbuhan Gurami, Penebar Swadaya, Jakarta. Jangkaru Z, 2007. Meningkatkan Pertumbuhan Gurami Dengan Cara Budidaya Intensif, Penebar Swadaya, Jakarta. Kusdiarti, 1995. Pembenihan Ikan gurami Sistem Terpadu, Prosiding Hasil Seminar, Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Bogor.

22

Khairuman dan Amri, 2002. Membuat Pakan Ikan Konsumsi, Penerbit Agromedia Pustaka, Jakarta. Khairuman, dan Amri, 2008. Pembenihan dan Pembesaran Gurami Secara Intensif, Penerbit Agromedia Pustaka, Jakarta. Poernomo A, 1990. Konstruksi Tambak dan Pengelolaan Tanah Dasar Pasca panen, Proseding Hasil Seminar, Balai Budidaya Air Payau, Jepara. Rusmaedi, Honorius Mundriyanto, dan M. Sulhi, 1995. Pengaruh Lama penyediaan Pakan Pokok terhadap laju Pertumbuhan Ikan Gurami, Prosiding Seminar, Hasil penelitian Perikanan Air Tawar, Sukamandi. Sendjaja J.T dan M.H Riski, 2002. Usaha Pembenihan Gurami, Penerbit Penerbar Swadaya, Jakarta. Suhendra, N, dan Wahyu Hidayat, 1992. Pengaruh Pemberian Pakan dengan Kandungan Protein yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Guram (Osprhonemus gouramy),Prosiding Seminar Hasil Penilitian Perikanan Air Tawar, Bogor. Supranto, J. dan Nandan. (2007). Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran Penerbit Mitra Wacana Media. Jakarta. SNI 01.0485.2.2000. Benih Ikan Gurami (Osprhonemus gourami) Kelas Benih Sebar, Badan Standarnisasi Nasional. Jakarta. Wahyudi N.A, 1992. Penggunaan Pakan Buatan Pada Usaha Budidaya Ikan Gurami (Osprhonemus gouramy) di Kolam,Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar, Bogor. Widiyati A, 1992. Teknik Budidaya Ikan Gurami, Aplikasi Paket Teknologi Budidaya Ikan Gurami, Balai Informasi Pertanian,Jogjakarta. Wijoyo S, 2007. Manajemen Pembesaran Ikan Bandeng Sistem Intensif Dengan Penerapan Metode Modular, Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sulawesi Tengah, UPTD Perbenihan Perikanan, Tambak Percontohan. Tindaki.

23

Anda mungkin juga menyukai