Anda di halaman 1dari 4

al ghazali

Ia adalah Abu Hamid bin Muhammad bin Ahmad al-Ghazali, bergelar Hujjatul Islam, lahir
tahun 450 H di Tus, suatu kota kecil di Khurassan (Iran). Kata-kata al-Ghazali kadang-
kadang diucapkan al-Ghazzali (dengan dua z). dengan menduakalikan z, kata-kata al-
Ghazzali diambil dari kata-kata Ghazzal, artinya tukang pemintal benang, karena pekerjaan
ayahnya ialah memintal benang wol, sedang al-Ghazali dengan satu z, diambil dari kata-kata
Ghazalah, nama kampung kelahiran al-Ghazali. Sebutan terakhir ini yang banyak dipakai.
Al-Ghazali pertama-tama belajar agama di kota Tus, kemudian meneruskan di Jurjan, dan
akhirnya di Naisabur pada Imam al-Juwaini, sampai yang terakhir ini wafat tahun 478
H/1085 M. kemudian ia berkunjung kepada Nidzam al-Mulk di kota Mu’askar, dan dari
padanya ia mendapat kehormatan dan penghargaan yang besar, sehingga ia tinggal di kota
itu enam tahun lamanya. Pada tahun 483 H/1090 M, ia diangkat menjadi guru di sekolah
Nidzamah Baghdad, dan pekerjaannya itu dilaksanakan dengan sangat berhasil. Selama di
Baghdad, selain mengajar, juga mengadakan bantahan-bantahan terhadap pikiran-pikiran
golongan Bathiniyah, Isma’iliyyah, golongan filsafat dan lain-lain.
Pengaruh al-Ghazali di kalangan kaum Muslimin besar sekali, sehingga menurut pandangan
orang-orang ahli ketimuran (Orientalis), agama Islam yang digambarkan oleh kebanyakan
kaum Muslimin berpangkal pada konsepsi al-Ghazali.
Al-Ghazali adalah seorang ahli pikir Islam yang dalam ilmunya, dan mempunyai nafas
panjang dalam karangan-karangannya. Puluhan buku telah ditulisnya yang meliputi berbagai
lapangan ilmu, antara lain Teologi Islam (Ilmu Kalam), Hukum Islam (Fiqih), Tasawuf,
Tafsir, Akhlak dan adab kesopanan, kemudian autobiografi. Sebagian besar dari buku-buku
tersebut diatas dalam bahasa Arab dan yang lain ditulisnya dalam bahasa Persia.
Karyanya yang terbesar yaitu Ihya ‘Ulumuddin yang artinya “Menghidupkan Ilmu-Ilmu
Agama”, dan dikarangnya selama beberapa tahun dalam keadaan berpindah-pindah antara
Syam, Yerussalem, Hijjaz dan Tus, dan yang berisi tentang paduan yang indah antara fiqih,
tasawuf dan filsafat, bukan saja terkenal di kalangan kaum Muslimin, tetapi juga di kalangan
dunia Barat dan luar Islam.
Bukunya yang lain yaitu al-Munqidz min ad-Dlalal (Penyelamat dari Kesesatan), berisi
sejarah perkembangan alam pikirannya dan mencerminkan sikapnya yang terakhir terhadap
beberapa macam ilmu, serta jalan untuk mencapai Tuhan. Diantara penulis-penulis modern
banyak yang mengikuti jejak al-Ghazali dalam menuliskan autobiografi.
Pikiran-pikiran al-Ghazali telah mengalami perkembangan sepanjang hidupnya dan penuh
kegoncangan batin, sehingga sukar diketahui kesatuan dan kejelasan corak pemikirannya,
seperti yang terlihat dari sikapnya terhadap filosof-filosof dan terhadap aliran-aliran akidah
pada masanya.
Namun demikian, al-Ghazali telah mencapai hakikat agama yang belum pernah diketemukan
oleh orang-orang yang sebelumnya dan mengembalikan kepada agama nulai-nilai yang telah
hilang tidak menentu. Jalan yang terdekat kepada Tuhan ialah jalan hati dan dengan demikian
ia telah membuka pintu Islam seluas-luasnya untuk tasawuf.
Pengaruh al-Ghazali besar sekali di kalangan kaum Muslimin sendiri sampai sekarang ini,
sebagaimana juga di kalangan tokoh-tokoh pikir abad pertengahan bahkan juga sampai pada
tokoh-tokoh pikir abad modern.

1.
2.
3. IBNU THUFAIL

Ia adalah Abubakar Muhammad bin Abdul Malik bin Thufail, dilahirkan di Wadi Asy dekat
Granada, pada tahun 506 H/1110 M. kegiatan ilmiahnya meliputi kedokteran, kesusasteraan,
matematika dan filsafat. Ia menjadi dokter di kota tersbut dan berulangkali menjadi penulis
penguasa negerinya. Setelah terkenal, ia menjadi dokter pribadi Abu Ya’kub Yusuf al-
Mansur, khalifah kedua daru daulah Muwahhidin. Dari al-Mansur ia memperoleh kedudukan
yang tinggi dan dapat mengumpulkan orang-orang pada masanya di istana Khalifah itu, di
antaranya ialah Ibnu Rusyd yang diundang untuk mengulas buku-buku karangan Aristoteles.
Buku-buku biografi menyebutkan beberapa karangan dari Ibnu Thufail yang menyangkut
beberapa lapangan filsafat, seperti filsafat fisika, metafisika, kejiwaan dan sebagainya,
disamping risalah-risalah (surat-surat) kiriman kepada Ibnu Rusyd. Akan tetapi karangan-
karangan tersebut tidak sampai kepada kita, kecuali satu saja, yaitu risalah Hay bin
Yaqadhan, yang merupakan intisari pikiran-pikiran filsafat Ibnu Thufail, dan yang telah
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Suatu manuskrip di perpustakaan Escurrial yang
berjudul Asrar al-Hikmat ai-Masyriqiyyah (Rahasia-rahasia Filsafat Timur) tidak lain adalah
bagian dari risalah Hay bin Yaqadhan.
Ibnu Thufail tergolong filosof dalam masa Skolastik Islam. Pemikiran kefilsafatannya cukup
luas, termasuk metafisika. Dalam pencapaian Ma’rifatullah, Ibnu Thufail menempatkan
sejajar antara akal dan syari’at. Pemikiran tersebut sebenarnya merupakan upaya yang tidak
pada tempatnya, sebab syari’at sumbernya adalah wahyu (yakni : dari Tuhan), sedangkan
akal merupakan aktifitas manusiawi. Akal manusia sebenarnya hanyalah dampak mencari
alasan rasional bagi syari’at mengenai dalil-dalil adanya Tuhan.

iBNU RUSYD

Nama lengkapnya Abul Walid Muhammad bin Ahmad bin Rusyd, lahir di Cordova pada
tahun 520 H. Ia berasal dari kalangan keluarga besar yang terkenal dengan keutamaan dan
mempunyai kedudukan tinggi di Andalusia (Spanyol). Ayahnya adalah seorang hakim, dan
kakeknya yang terkenal dengan sebutan “Ibnu Rusyd kakek” (al-Jadd) adalah kepala hakim
di Cordova.
Ibnu Rusyd adalah seorang ulama besar dan pengulas yang dalam terhadap filsafat
Aristoteles. Kegemarannya terhadap ilmu sukar dicari bandingannya, karena menurut
riwayat, sejak kecil sampai tuanya ia tidak pernah terputus membaca dan menelaah kitab,
kecuali pada malam ayahnya meninggal dan dalam perkawinan dirinya.
Karangannya meliputi berbagai ilmu, seperti: fiqih, ushul, bahasa, kedokteran, astronomi,
politik, akhlak, dan filsafat. Tidak kurang dari sepuluh ribu lembar yang telah ditulisnya.
Buku-bukunya adakalanya merupakan karangan sendiri, atau ulasan, atau ringkasan. Karena
sangat tinggi penghargaannya terhadap Aristoteles, maka tidak mengherankan kalau ia
memberikan perhatiannya yang besar untuk mengulaskan dan meringkaskan filsafat
Aristoteles. Buku-buku lain yang telah diulasnya ialah buku-buku karangan Plato, Iskandar
Aphrodisias, Plotinus, Galinus, al-Farabi, Ibnu Sina, al-Ghazali, dan Ibnu Bajah.
Buku-bukunya yang lebih penting dan yang sampai kepada kita ada empat, yaitu:
v Bidayatul Mujtahid, ilmu fiqih. Buku ini bernilai tinggi, karena berisi perbandingan
mazhabi (aliran-aliran) dalam fiqih dengan menyebutkan alasannya masing-masing.
v Faslul-Maqal fi ma baina al-Hikmati was-Syari’at min al-Ittisal (ilmu kalam). Buku ini
dimaksudkan untuk menunjukkan adanya persesuaian antara filsafat dan syari’at, dan sudah
pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman pada tahun 1895 M oleh Muler, orientalis asal
Jerman.
v Manahijul Adillah fi Aqaidi Ahl al-Millah (ilmu kalam). Buku ini menguraikan tentang
pendirian aliran-aliran ilmu kalam dan kelemahan-kelemahannya, dan sudah pernah
diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, juga oleh Muler, pada tahun 1895 M.
v Tahafut at-Tahafut, suatu buku yang terkenal dalam lapangan filsafat dan ilmu kalam,
dan dimasukkan untuk membela filsafat dari serangan al-Ghazali dalam bukunya Tahafut al-
Falasifah. Buku Tahafut at-Tahafut berkali-kali diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, dan
terjemahannya ke dalam bahasa Inggris oleh van den Berg yang terbit pada tahun 1952 M.
Ibnu Rusyd adalah tokoh pikir Islam yang paling kuat, paling dalam pandangannya, paling
hebat pembelaannya terhadap akal dan filsafat, sehingga ia benar-benar menjadi filosof-
pikiran dikalangan kaum Muslimin.
Pada garis besar filsafatnya, ia mengikuti Aristoteles dan berusaha mengeluarkan pikiran-
pikirannya yang sebenarnya dari celah-celah kata-kata Aristoteles dan ulasan-ulasannya. Ia
juga berusaha menjelaskan pikiran tersebut dan melengkapkannya, terutama dalam lapangan
ketuhanan, di mana kemampuannya yang tinggi dalam mengkaji berbagai persoalan dan
dalam mempertemukan antara agama dengan filsafat nampak jelas kepada kita.
Ketika hendak meninggal, beliau (Ibnu Rusyd) mengeluarkan kata-katanya yang terkenal:
“Akan mati rohku karena matinya filosof”.

Dunia Islam telah berhasil membentuk suatu filsafat yang sesuai dengan prinsip-prinsip
agama dan keadaan masyarakat Islam sendiri.
Nama Al-Kindi adalah merupakan nama yang diambil dari nama sebuah suku, yaitu : Banu
Kindah. Banu Kindah adalah suku keturunan Kindah, yang berlokasi di daerah selatan Jazirah
Arab dan mereka ini mempunyai kebudayaan yang tinggi.
Mengenai filsafat dan agama, Al-Kindi berusaha mempertemukan amtara kedua hal ini;
Filsafat dan agama. Al-Kindi berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu tentang kebenaran atau
ilmu yang paling mulia dan paling tinggi martabatnya. Dan agama juga merupakan ilmu
mengenai kebenaran, akan tetapi keduanya memiliki perbedaan.
Abu Nashr Muhammad bin Muhammad bin Tharkhan. Sebutan Al-Farabi diambil dari nama
kota Farab, dimana ia dilahirkan pada tahun 257 H (870 M). Sebagian besar karangan-
karangan Al-Farabi terdiri dari ulasan dan penjelasan terhadap filsafat Aristoteles, Plato, dan
Galenius, dalam bidang-bidang logika, fisika, etika, dan metafisika. Meskipun banyak tokoh
filsafat yang diulas pikirannya, namun ia lebih terkenal sebagai pengulas Aristoteles.
Di tahun 340 H (980 M), di suatu tempat yang bernama Afsyana, daerah Bukhara, Ibnu Sina
dilahirkan dan dibesarkan. Di Bukhara ia menghafal Qur’an dan belajar ilmu-ilmu agama
serta ilmu astronomi, sedangkan usianya baru sepuluh tahun. Kemudian ia mempelajari
matematika, fisika, logika dan ilmu metafisika. Sesudah itu ia mempelajari ilmu kedokteran
pada Isa bin Yahya, seorang Masehi.
Abu Hamid bin Muhammad bin Ahmad al-Ghazali, bergelar Hujjatul Islam, lahir tahun 450
H di Tus, suatu kota kecil di Khurassan (Iran). Al-Ghazali adalah seorang ahli pikir Islam
yang dalam ilmunya, dan mempunyai nafas panjang dalam karangan-karangannya. Puluhan
buku telah ditulisnya yang meliputi berbagai lapangan ilmu, antara lain Teologi Islam (Ilmu
Kalam), Hukum Islam (Fiqih), Tasawuf, Tafsir, Akhlak dan adab kesopanan, kemudian
autobiografi. Sebagian besar dari buku-buku tersebut diatas dalam bahasa Arab dan yang lain
ditulisnya dalam bahasa Persia.
Abubakar Muhammad bin Yahya, yang terkenal dengan sebutan Ibnus-Shaigh atau Ibnu
Bajah.

Anda mungkin juga menyukai