Sebelum tahun 1844, gas eter maupun nitrogen-oksida banyak digunakan untuk pesta
mabuk-mabukan. Mereka menamai zat tersebut "gas tertawa", karena efek dari
menghirup gas ini membuat orang tertawa dan lupa segalanya.
Penggunaan eter atau gas nitrogen-oksida sebagai penghilang sakit dalam dunia
kedokteran sebenarnya sudah dimulai Horace Wells sejak tahun 1844. Sebagai dokter
gigi, ia bereksperimen dengan nitrogen-oksida sebagai penghilang rasa sakit kepada
pasiennya saat dicabut giginya. Sayangnya usahanya mempertontonkan di depan
mahasiswa kedokteran John C. Warren di Rumah Sakit Umum Massachusetts, Boston
gagal, bahkan mendapat cemoohan. Usahanya diteruskan William Thomas Green
Morton.
Morton adalah sesama dokter gigi yang sempat buka praktik bersama Horace
Wells pada tahun 1842. Ia lahir di Charlton, Massachusetts, Amerika Serikat pada
tanggal 9 Agustus 1819. Pada usia 17 tahun, ia sudah merantau ke Boston untuk
berwirausaha. Beberapa tahun kemudian mengambil kuliah kedokteran gigi di
Baltimore College of Dental Surgery. Morton meneruskan kuliah di Harvard pada
tahun 1844 untuk memperoleh gelar dokter. Namun karena kesulitan biaya, tidak ia
teruskan. Pada tahun yang sama, ia menikah dengan Elizabeth Whitman dan kembali
membuka praktik giginya. Ia berkonsentrasi dalam membuat dan memasang gigi
palsu serta cabut gigi. Suatu pekerjaan yang membutuhkan cara menghilangkan rasa
sakit.
Morton berpikir untuk menggunakan gas nitrogen-oksida dalam praktiknya
sebagaimana yang dilakukan Wells. Kemudian ia meminta gas nitrogen-oksida
kepada Charles Jackson, seorang ahli kimia ternama di sekolah kedokteran Harvard.
Namun Jackson justru menyarankan eter sebagai pengganti gas nitrogen-oksida.
Morton menemukan efek bius eter lebih kuat dibanding gas nitrogen-oksida.
Bahkan pada tahun 1846 Morton mendemonstrasikan penggunaan eter dalam
pembedahan di rumah sakit umum Massachusetts. Saat pasien dokter Warren telah
siap, Morton mengeluarkan gas eter (atau disebutnya gas letheon) yang telah dikemas
dalam suatu kantong gas yang dipasang suatu alat seperti masker. Sesaat pasien yang
mengidap tumor tersebut hilang kesadaran dan tertidur. Dokter Warren dengan sigap
mengoperasi tumor dan mengeluarkannya dari leher pasien hingga operasi selesai
tanpa hambatan berarti.
Tanggal 16 Oktober 1846 menjadi hari bersejarah bagi dunia kedokteran.
Demonstrasi Morton berhasil dengan baik dan memicu penggunaan eter sebagai
anestesi secara besar-besaran. Revolusi pembedahan dimulai dan eter sebagai anestesi
dipakai hingga saat ini. Ia bukanlah yang pertama kali menggunakan anestesia,
namun berkat usahanyalah anestesia diakui dunia kedokteran. Wajar jika Morton
masuk dalam 100 orang paling berpengaruh dalam sejarah dunia dalam buku yang
ditulis William H. Hart beberapa tahun yang lalu.
Di balik kesuksesan zat anestesi dalam membius pasien, para penemu dan
penggagas zat anestesi telah terbius ketamakan mereka untuk memiliki dan
mendapatkan penghasilan dari paten anestesi yang telah digunakan seluruh dokter di
seluruh bagian dunia.
Terjadilah perseteruan di antara Morton, Wells, dan Jackson. Masing-masing
mengklaim zat anestesi adalah hasil penemuannya. Di tempat berbeda, seorang dokter
bernama Crawford W. Long telah menggunakan eter sebagai zat anestesi sejak tahun
1842, empat tahun sebelum Morton memublikasikan ke masyarakat luas. Ia telah
menggunakan eter di setiap operasi bedahnya. Sayang, ia tidak memublikasikannya,
hanya mempraktikkan untuk pasien-pasiennya. Sementara ketiga dokter dan ilmuwan
yang awalnya adalah tiga sahabat itu mulai besar kepala, dokter Long tetap
menjalankan profesinya sebagai dokter spesialis bedah.
Wells, Morton, dan Jackson menghabiskan hidupnya demi pengakuan dari
dunia bahwa zat anestesi merupakan hasil temuannya. Morton selama dua puluh
tahun menghabiskan waktu dan uangnya untuk mempromosikan hasil temuannya. Ia
mengalami masalah meskipun ia telah mendaftarkan hak patennya di lembaga paten
Amerika Serikat (U.S. Patent No. 4848, November 12, 1846). Ketika tahun 1847
dunia kedokteran mengetahui, zat yang digunakan adalah eter yang telah digunakan
sejak abad 16, Morton tidak memiliki dasar hukum yang kuat untuk mendapat
keuntungan dari patennya. Jackson juga mengklaim, dirinya juga berhak atas
penemuan tersebut.
Ketika Akademi Kedokteran Prancis menganugerahkan penghargaan Monthyon
yang bernilai 5.000 frank di tahun 1846, Morton menolak untuk membaginya dengan
Jackson. Ia mengklaim, penemuan tersebut adalah miliknya pribadi. Sementara itu,
Wells mencoba eksperimen dengan zat lain (kloroform) sebagai bahan anestesi.
Selama bertahun-tahun Morton menghabiskan waktu dan materi untuk
mengklaim patennya. Ia mulai stres dan tidak memedulikan lagi klinik giginya.
Morton meninggal tanggal 15 Juli 1868 di usia 49 tahun di Rumah Sakit St. Luke's,
New York. Begitu juga dengan Jackson yang meninggal dalam keadaan gila dan
Wells yang meninggal secara mengenaskan dengan cara bunuh diri.(Dewi
Marthaningtyas:"Terbius Memburu Paten Gas Tertawa", Cakrawala, 2005).
1.1.
Tujuan
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6
1.2.7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tipe anestesi
Beberapa tipe anestesi adalah:
Pembiusan regional hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh
oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan
dengannya
Pembiusan lokal atau anestesi lokal adalah salah satu jenis anestesi yang hanya
melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tanpa menyebabkan manusia kehilangan
kesadaran. Obat bius jenis ini bila digunakan dalam operasi pembedahan, maka
setelah selesai operasi tidak membuat lama waktu penyembuhan operasi.
Anestesiologis dengan empat rangkaian kegiatan
Anestesi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi atau anestesiologis. Dokter
spesialis anestesiologi selama pembedahan berperan memantau tanda-tanda vital
pasien karena sewaktu-waktu dapat terjadi perubahan yang memerlukan penanganan
secepatnya.
4 Stadium Anestesi :
1. Stadium I (analgesia)
2. Stadium II (delirium/eksitasi)
3. Stadium III (pembedahan), terbagi atas 4 plane _ plane 2 merupakan stadium
plane untuk pembedahan
4. Stadium IV (paralisis medulla oblongata).
5.
Klasifikasi
A. Anestesi iinhalasi
Onset llambat
Tidak menyenangkan untuk pasien
Menggunakan sungkup (masker)
Gas : nitros oksida (N2O)
Cair : dietileter, halotan,enfluran, isofluran & metoksifluran
B. Anestesii IIntravena
Onset llebiih cepat
Lebih menyenangkan untuk pasien
10
Diberikan iintravena
Golongan barbiiturat (tiopental), ketamin, fentanil, etoidat, propofol &
benzodiiazepin (diazepam, midazolam).
Anestesi Inhalasi
Metabolisme di hati
Eksresi di paru-paru
Potensi anestesi inhalasi yaitu MAC 50%; semakin kecil MAC, semakin
poten
MAC lebih tinggi pada orang dewasa : bayi
MAC menurun jika diberikan bersama obat depresan napas
ES : muntah, depresi pusat napas (hati-hati pemberian bersama analgetik
opioid)
Menurunkan kontraksi jantung (efek paling ringan yaitu nitros oksida, paling
pendinginan + dantrolen
Anemia megaloblastik (nitros oksida)
Anestesi Intravena
11
laringospasme, aritmia
Propofol => depresi napas & KV (KI: obstetri _ keamanan janin?)
Opioid => depresi napas, mual, muntah, hipotensi pada pemberian
cepat, kekakuan otot napas (diperlukan pelemas otot sebelum
pembedahan).
yang
di
sertai
mimpi
yang
mirip
halusinasi
(Eter,
12
Pada penggunaannya sering timbul permasalahan / efek samping dan dan reaksi yang
merugikan :
Masalah kardiovaskuler
Untuk
mengatasi
permasalahan
diatas
adalah
anestesi
seimbang
dengan
menggunakan kombinasi obat obat yang sering digunakan dalam anestesi umum
dengan cara memberikan jumlah kecil.
2.4. General Anesthesia (Anestesi Umum)
Tindakananestesi dilakukan dengan menghilangkan nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali atau reversible.
Triasane stesi (anestesi seimbang) :
1. Hipnotik
2. Analgesik
3. Relaksasi
13
4. Stabilisasi otonom
Persiapan prabedah yang kurang memadai merupakan faktor terjadinya
kecelakaan dalam anestesia. Sebelum pasien dibedah sebaiknya dilakukan kunjungan
pasien terlebih dahulu sehingga pada waktu pasien dibedah pasien dalam keadaan
bugar. Tujuan kunjungan praanestesi adalah untuk mengurangi angka kesakitan
operasi, mengurangi biaya operasi dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Sebelum pasien diberi obatanestesi, langkah selanjutnya adalah dilakukan
premedikasi yaitu pemberian obat sebelum induksian estesi diberi dengan tujuan
untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dariane stesi diantranya :
14
15
16
OBAT INDUKSI
a. Tracrium 20 mg (Atracurium) : nondepolarisasi
Pelumpuh otot nondepolarisasi (inhibitor kompetitif, takikurare) berikatan
dengan reseptor nikotinik-kolinergik, tetapi tidak menyebabkan depolarisasi, hanya
menghalangi asetilkolin menempatinya, sehingga asetilkolin tidak dapat bekerja.
Dosis awal 0,5-0,6 mg/kgBB, dosis rumatan 0,1 mg/kgBB, durasinya selama
20-45 menit dan dapat meningkat menjadi 2 kali lipat pada suhu 250 C, kecepatan
efek kerjanya 1-2 menit.
Penawar pelumpuh otot atau antikolinesterase bekerja pada sambungan sarafotot mencegah asetilkolin-esterase bekerja, sehingga asetilkolin dapat bekerja.
Antikolinesterase yang paling sring digunakan ialah neostigmin dengan dosis (0,040,08 mg/kgBB) atau obat antikolinergik lainnya. Penawar pelumpuh otot bersifat
muskarinik menyebabkan hipersalivasi, keringatan, bradikardia, kejang bronkus,
hipermotilitas usus dan pandangan kabur, sehingga pemberiannya harus disertai obat
vagolitik seperti atropin dosis 0,01-0,02 mg/kgBB atau glikopirolat 0,005-0,01
mg/kgBB sampai 0,2-0,3 mg/kgBB pada dewasa.
b. Recofol 80 mg (Profofol)
Propofol adalah obatanestesi intravena yang bekerja cepat dengan karakter
recoveryan estesi yang cepat tanpa rasa pusing dan mual-mual. Profofol merupakan
cairan emulsi minyak-air yang berwarna putih yang bersifat isotonik dengan
17
kepekatan 1% (1ml=10 mg) dan mudah larut dalam lemak. Profopol menghambat
transmisi neuron yang dihantarkan oleh GABA. Propofol adalah obatanestesi umum
yang bekerja cepat yang efek kerjanya dicapai dalam waktu 30 detik.
Dosis induksi 1-2 mg/kgBB. Dosis rumatan 500ug/kgBB/menit infuse.
Dosis sedasi 25-100ug/kgBB/menit infuse. Pada pasien yang berumur diatas 55 tahun
dosis untuk induksi maupun maintanance
anestesi itu lebih kecil dari dosis yang diberikan untuk pasien dewasa
dibawah umur 55 tahun. Cara pemberian bisa secara suntikan bolus intravena atau
secara kontinu melalui infus, namun kecepatan pemberian harus lebih lambat
daripada cara pemberian pada oranag dewasa di bawah umur 55 tahun. Pada pasien
dengan ASA III-IV dosisnya lebih rendah dan kecepatan tetesan juga lebih lambat
MAINTAINANCE
a. N2ON2O (gas gelak, laughling gas, nitrous oxide, dinitrogen monoksida)
diperoleh dengan memanaskan ammonium nitrat sampai 240C (NH4 NO3
2H2O + N2O) N2O dalam ruangan berbentuk gas tak berwarna, bau manis,
tak iritasi, tak terbakar, dan beratnya 1,5 kali berat udara. Pemberian anestesi
dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%. Gas ini bersifat anestesik lemah,
tetapi analgesinya kuat, sehingga sering digunakan untuk mengurangi nyeri
18
19
INTUBASI
Setelah dilakukan induksi anestesia yaitu tindakan untuk membuat pasien dari
sadar menjadi tidak sadar, maka memungkinkan dimulainya anestesia dan
pembedahan. Induksi dapat dilakukan secara intrvena, intramuskular, inhalasi dan
rektal. Sebelum dilakukan induksi sebaiknya disiapkan terlebih dahulu peralatan dan
obat-obatan yang diperlukan. Untuk persiapan induksi sebaiknya kita ingat:
S
Tape Plester untuk fiksasi pipa agar tidak terdorong atau tercabut.
Intro Stilet atau mandrin untuk pemandu agar pipa trakea mudah
dimasukkan.
20
Tujuan
dilakukannya
tindakan
intubasi
endotrakhea
adalah
untuk
Indikasi bagi pelaksanaan intubasi endotrakheal menurut Gisele tahun 2002 antara
lain :
a. Keadaan oksigenasi yang tidak adekuat (karena menurunnya tekanan
oksigen arteri dan lain-lain) yang tidak dapat dikoreksi dengan pemberian
suplai oksigen melalui masker nasal.
21
Menurut Gisele, 2002 ada beberapa kontra indikasi bagi dilakukannya intubasi
endotrakheal antara lain :
a. Beberapa
keadaan
trauma
jalan
nafas
atau
obstruksi
yang
tidak
22
Dalam melakukan suatu tindakan intubasi, perlu diikuti beberapa prosedur yang telah
ditetapkan antara lain :
a. Persiapan. Pasien sebaiknya diposisikan dalam posisi tidur terlentang, oksiput
diganjal dengan menggunakan alas kepala (bisa menggunakan bantal yang
cukup keras atau botol infus 1 gram), sehingga kepala dalam keadaan ekstensi
serta trakhea dan laringoskop berada dalam satu garis lurus.
b. Oksigenasi. Setelah dilakukananestesi dan diberikan pelumpuh otot, lakukan
oksigenasi dengan pemberian oksigen 100% minimal dilakukan selama 2
menit. Sungkup muka dipegang dengan tangan kiri dan balon dengan tangan
kanan.
c. Laringoskop. Mulut pasien dibuka dengan tangan kanan dan gagang
laringoskop dipegang dengan tangan kiri. Daun laringoskop dimasukkan dari
sudut kiri dan lapangan pandang akan terbuka. Daun laringoskop didorong ke
dalam rongga mulut. Gagang diangkat dengan lengan kiri dan akan terlihat
uvula, faring serta epiglotis. Ekstensi kepala dipertahankan dengan tangan
23
kanan. Epiglotis diangkat sehingga tampak aritenoid dan pita suara yang
tampak keputihan berbentuk huruf V.
d. Pemasangan pipa endotrakheal. Pipa dimasukkan dengan tangan kanan
melalui sudut kanan mulut sampai balon pipa tepat melewati pita suara. Bila
perlu, sebelum memasukkan pipa asisten diminta untuk menekan laring ke
posterior sehingga pita suara akan dapat tampak dengan jelas. Bila
mengganggu, stilet dapat dicabut. Ventilasi atau oksigenasi diberikan dengan
tangan kanan memompa balon dan tangan kiri memfiksasi. Balon pipa
dikembangkan dan daun laringoskop dikeluarkan selanjutnya pipa difiksasi
dengan plester.
Mengontrol letak pipa. Dada dipastikan mengembang saat diberikan ventilasi.
Sewaktu ventilasi, dilakukan auskultasi dada dengan stetoskop, diharapkan suara
nafas kanan dan kiri sama. Bila dada ditekan terasa ada aliran udara di pipa
endotrakheal. Bila terjadi intubasi endotrakheal akan terdapat tanda-tanda berupa
suara nafas kanan berbeda dengan suara nafas kiri, kadang-kadang timbul suara
wheezing, sekret lebih banyak dan tahanan jalan nafas terasa lebih berat. Jika ada
ventilasi ke satu sisi seperti ini, pipa ditarik sedikit sampai ventilasi kedua paru sama.
Sedangkan bila terjadi intubasi ke daerah esofagus maka daerah epigastrum atau
gaster akan mengembang, terdengar suara saat ventilasi (dengan stetoskop), kadangkadang keluar cairan lambung, dan makin lama pasien akan nampak semakin
membiru. Untuk hal tersebut pipa dicabut dan intubasi dilakukan kembali setelah
diberikan oksigenasi yang cukup.
24
SSP
Menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri/ sakit pada tempat dimana obat
tinggi
dalam
peredaran
sistemi
Waktu kontrak aktiv syaraf diperpanjang sehingga anestesi semakin lama dan
Adrenalin
Epineprin
1: 2.400.000
1: 200.000
25
Nerepineprin 1: 100.000
26
POTENSI OBAT
SHORT ACTING
MEDIUM
LONG ACTING
ACTING
Prototipe
Prokain
Lidokain
Bupirokain
Gol
Ester
Amida
Amida
Onset
15
Durasi
30-45
60-90
2-4jam
Potensi
15
Toksisitas
10
Dosis max
12 Mg/KgBB
6 mg/KgBB
2 Mg/KgBB
Metabolisme
Plasma
Liver
Liver
27
28
"siuman sepenuhnya". Bila jarum menunjukkan angka "60" berarti pasien dalam
kondisi "siap untuk dioperasi". Angka "0" menandakan pasien mengalami "koma
yang dalam".
Dengan mengamati derajat siuman dari alat ini, dokter anestesi dapat
menambahkan obat pembiusan apabila diperlukan, atau memberikan dosis perawatan
kepada pasien yang telah mengalami kondisi ideal untuk dilakukan operasi. Di
samping itu, dokter bedah dapat dengan tenang menyelesaikan operasinya sesuai
rencana yang telah ditetapkan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1. Kesimpulan
A. Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan
aesthtos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu
tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
B. Beberapa tipe anestesi adalah:
Pembiusan total hilangnya kesadaran total
Pembiusan lokal hilangnya rasa pada daerah tertentu yang
diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh).
29
Pembiusan regional hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari
tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang
berhubungan dengannya
1.2.
Saran
Diharapkan para medis dapat mengerti dan memahami tentang anestesi umum
dan anestesi lokal itu sendiri sehingga resiko untuk mengalami resiko overdosis
obat obatan untuk anestesi dapat di hindari dan bagi yang belum pernah
mengalaminya dapat memulai aksi pencegahannya serta penerapannya dari
sekarang agar terhindar dari kesalahan atau mal praktek
DAFTAR PUSTAKA
30