Anda di halaman 1dari 18

CARI!!!!

Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia seperti tercantum dalam situs Pemerintah Kota Jogjakarta adalah

Pengkajian Komunitas Suatu proses dalam upaya mengenal masyarakat. Tujuannya adalah mengidentifikasi faktor-faktor (baik positif maupun negatif) yang mempengaruhi kesehatan warga masyarakat agar dapat mengembangkan strategi kesehatan untuk menuju suatu perubahan dan pemberdayaan (Hancock & Minkler 1997, hal 140). Pengkajian bukan merupakan tugas yang dikerjakan sendiri. Banyak orang yang terlibat dalam pengkajian, karena itu jangan berputus asa dengan memandang bahwa tugas ini terlalu berat. Sebelum pengkajian dimulai didahului dengan sosialisasi. Program perawatan kesehatan serta program apa saja yang akan dikerjakan bersama-sama dalam komunitas tersebut. Sasaran sosialisasi tokoh masyarakat baik formal maupun nonformal, kader masyarakat serta perwakilan dari tiap elemen di masyarakat. (PKK, Karang Taruna). Setelah melakukan sosialisasi dilanjutkan dengan Survey Mawas Diri yang diikuti dengan kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD). Survey Mawas Diri (SMD) dipilih lokasi tertentu yang dapat menggambarkan keadaan desa secara umum. SMD tersebut dilaksanakan oleh kader masyarakat yang telah ditunjuk pada pertemuan tingkat desa. Data dipereoleh dari KK lokasi yang dipilih. Tahapantahapan dalam melakukan SMD meliputi: 1. Penentuan sasaran, baik jumlah KK maupun lokasi. 2. Penentuan jenis informasi masalah kesehatan yang akan dikumpulkan dalam mengenal masaah kesehatan. 3. Penentuan cara memperoleh informasi kesehata, misalnya apakah akan

mempergunakan cara pengamatan atau wawancara. Cara memperoleh informasi dapat dilakukan dengan kunjungan dari rumah ke rumah atau melalui pertemuan kelompok sasaran. 4. Pembuatan instrumen atau alat untuk memperoleh informasi kesehatan, misalnya dengan menyusun daftar pertanyaan (kuesioner) yang akan dipergunakan dalam wawancara atau membuat daftar hal-hal yang akan dipergunakan dalam pengamatan. Hal-hal yang dikaji meliputi: Nama Desa : Desa Jatisari

Data Geologi dan Desa Jatisari terletak antara ....... Lintang Selatan dan ..... Geografis : Bujur Timur dengan luas wilayah ...... yang terdiri dari 3 Dusun dengan 8 Rukun Warga (RW) dan ..... Rukun Tetangga (RT). Desa Jatisari memiliki batas-batas wilayah administratif sebagai berikut: Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat : : : :

Keadaan Topografi Desa Jatisari merupakan desa yang berada diantara daerah dan iklim: dataran dan perbukitan atau pegunungan. Curah hujan ratarata 3. 528 mm/tahun, yang terbagi atas musim hujan dan musim kemarau. Data Demografis : Jumlah kepala keluarga di desa Jatisari berdasarkan data desa sebanyak 1446 KK dengan total penduduk 5080 jiwa

MMD merupakan pertemuan untuk membahas hasil SMD.

Posyandu 2.3.1. Pengertian Posyandu Pos Pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang di kelola dan di selenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. 2.3.2. Sejarah Posyandu Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat yang merupakan amanat dari UUD 1945, Departemen Kesehatan (DEPKES) pada tahun 1975 menetapkan kebijakan Pembangunan Masyarakat Desa (PKMD) yang merupakan setrategi pembangunan kesehatan dengan cara melibatkan langsung masyarakat dengan prinsip Gotongroyong dan swadaya masyarakat. Penyelesaian masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat di harapkan dapat terselesaikan dengan adanya kerjasama lintas sektoral dan lintas program. Perkenalan PKMD ini di awali

dengan kesepakatan Internaional yang di kenal dengan nama Primary Health Care (PHC) seperti yang tercantum di dalam Deklarasi Alma Atta pada tahun 1978. Mengingat kompleksnya masalah kesehatan yang terdapat di masyarakat, maka pada tahun 1984 dikeluarkanlah Instruksi Bersama antara Menteri Kesehatan, Kepala BKKBN dan Menteri Dalam Negeri,yang mengintegrasikan berbagai kegiatan yang ada di masyarakat ke dalam satu wadah yang di sebut dengan nama Pos

Universitas Sumatera Utara

Pelayanan Terpadu. Kegiatan yang di lakukan, di arahkan untuk lebih mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi yang sesuai dengan konsep GOBI-3F (Growth Monitoring, Oral Rehydration, Breast Feeding, Imunization, Female Education, Familly Planing, and Food Suplementtation), yang mana di terjemahkan ke dalam 5 kegiatan Posyandu, yaitu (Depkes RI.2006): 1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 2. Keluarga Berencana (KB) 3. Imunisasi 4. Gizi dan 5. Penaggulangan Diare.

Perencanaan Posyandu ini pertama kali dilakukan secara masal di kota Jokjakarta pada tahun 1986 oleh Kepala Negara Repoblik Indonesia bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional. Sejak itulah Posyandu berkembang dengan pesat, di mana masa keemasan Posyandu terjadi pada era 1980-an. Saat itu jumlah Posyandu di Indonesia mencapai sekitar 250.000. Penelitian Megawangi (1991) menunjukkan bahwa keberadaan Posyandu telah berhasil memperbaiki status gizi anak balita. Kunci sukses keberhasilan Posyandu tidak terlepas dari peran penting kader Posyandu itu sendiri. Mereka harus medapatkan training yang cukup sehingga memiliki keterampilan untuk menjalankan program Posyandu (Sugeng, 2008). Pada tahun 1990-an terjadi penurunan yang drastis pada jumlah Posyandu mendekati 178.157 Posyandu, di mana dalam jumlah tersebut sekitar 50% tidak memberikan pelayanan yang memadai (Depkes,2000). Untuk mengatasi hal tersebut,

Universitas Sumatera Utara

maka di keluarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor. 9 Tahun 1990 tentang peningkatan Pembinaan Posyandu, di mana setiap Kepala Daerah ditugaskan untuk peningkatan pengelolaan mutu Posyandu dan pada tahun 2001 Menteri Dalam Negeri kembali mengeluarkan Surat Edaran Nomor.441.3/1116/SJ tahun 2001 tentang Revitalisasi Posyandu (Depkes RI, 2006). 2.3.3. Kegiatan-Kegiatan Posyandu Posyandu merupakan pusat kegiatan masyarakat, dimana masyarakat sekaligus mendapatkan pelayanan kesehatan. Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan / pilihan. Secara rinci kegiatan Posyandu adalah sebagai berikut : 2.3.3.1. Kegiatan Utama A. Kesehatan Ibu dan Anak 1. Ibu Hamil

Pelayanan yang di selenggarakan untuk ibu hamil mencakup : a) Penimbangan berat badan dan pemberian tabelt besi yang di lakukan oleh kader kesehatan. Jika ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran pembuluh darah dan pemberian imunisasi tetanus toksoit. Bila tersedia ruang pemeriksaan, ditambah dengan pemeriksaan tinggi fundus / usia kehamilan. b) Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan kelompok ibu hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai kesepakatan. Kegiatan kelompok ibu hamil antara lain sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

a. Penyuluhan tanda bahaya ibu hamil, persiapan persalinan, persiapan menyusui, KB dan Gizi. b. Perawatan Payudara dan pemberian ASI c. Peragaan pola makan ibu hamil d. Peragaan perawatan bayi baru lahir e. Senam ibu hamil. 2. Ibu Nifas dan Menyusui

Pelayanan yang di selenggarakan pada ibu nifas dan menyusui meliputi : a. Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan Gizi, ibu nifas,perawatan kesehatan jalan lahir (vagina) b. Pemberian Vitamin A dan tabelt besi c. Perawatan payudara d. Senam ibu nifas e. Jika ada tenaga Puskesmas dan tersedia ruangan, dilakukan pemeriksaan umum , pemeriksaan payudara, f. Pemeriksaan tinggi fundus dan pemeriksaan lochia. Apabila di temikan kelainan, segera di rujuk ke Puskesmas. 3. Bayi dan Anak Balita

Pelayan Posyandu untuk Balita harus di laksanakan dengan mengacu kepada kreatifitas tumbuh kembang anak. Jika memiliki ruangan pelayanan memadai, pada waktu menunggu giliran pelayanan anak Balita hendaknya tidak digendong melainkan dilepaskan bermain sesama Balita dengan pengawasan orang tua dengan pengawasan kader.

Universitas Sumatera Utara

Untuk itu perlu disediakan sarana permainan yang sesuai dengan umur Balita. Adapun jenis pelayanan yang di selenggarakan di Posyandu untuk Balita meliputi : a. Penimbangan berat badan b. Penentuan status pertumbuhan c. Penyuluhan d. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi, dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

B. Keluarga Berencana (KB)

Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diselenggarakan oleh kader adalah pemberian kondom dan pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas di lakukan suntikan KB dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang dilakukan pemasangan IUD. C. Imunisasi

Pelayanan imunisasi Posyandu hanya dilaksanakan apabila ada petugas Puskesmas. Jenis Imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program, baik terhadap bayi dan balita, maupun terhadap ibu hamil. D. Gizi

Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh Kader. Sasarannya adalah bayi, balita, ibu hamil, dan WUS. Jenis pelayanan yang di berikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi,

Universitas Sumatera Utara

pemberian PMT, pemberian vitamin A dan pemberian sirup Fe. Khusus pada ibu hamil dan ibu nifas ditambah dengan pemberian tabelt besi dan kapsul yodium untuk yang bertempat tinggal di daerah yang endemik E. Pencegahan dan Penanggulangan Diare

Pencegahan diare di Posyandu di lakukan antara lain dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) . Penaggulangan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan, pemberian larutan gula garam yang dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat atau pemberian oralit yang disediakan. 2.3.3.2. Kegiatan Pengembangan / Tambahan

Dalam keadaan tertentu masyarakat dapat menambahkan kegiatan Posyandu dalam kegiatan baru, di samping 5 kegiatan utama yang telah ditetapkan. Penambahan kegiatan baru sebaiknya dilakukan apabila 5 kegiatan utama telah di lakukan dengan baik, dalam arti cakupannya di atas 50% serta didukung oleh sumberdaya yang mendukung. Penetapan kegiatan baru Posyandu ini harus mendapat dukungan dari Musyawarah Masyarakat Desa (MMD). Pada saat ini telah dikenal beberapa kegiatan tambahan Posyandu yang telah diselenggarakan antara lain : a. Bina Keluarga Balita b. Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA) c. Pertemuan dini dan pengamatan penyakit potensial kejadian luar biasa. d. Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD) e. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD)

Universitas Sumatera Utara

f. Desa Siaga g. Dll.

2.3.4. Penyelenggaraan Posyandu

Penyelenggaraan Posyandu hakekatnya dilaksanakan 1 (satu) kali dalan satu bulan, dimana tempat pelaksanaan Posyandu hendaknya tidaklah terlalu jauh dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Tempat penyelenggaraan tersebut dapat disalah satu rumah warga, balai desa / kelurahan, balai RT/RW/dusun atau tempat khusus yang di bangun secara swadaya oleh masyarakat. Pengelolaan Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat pembentukan Posyandu. Pengurus Posyandu sekurang-kurangnya terdiri dari seorang ketua, sekertaris dan bendahara. Keriteria pengelola Posyandu antara lain sebagai berikut: a. Diutamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat setempat. b. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotifasi masyarakat. c. Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.

Kegiatan rutin Posyandu di selenggarakan dan dimotori oleh kader Posyandu dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan sektor terkait. Jumlah minimal kader setiap Posyandu adalah 5 (lima). Jumlah ini sesuai dengan jumlah kegiatan utama yang dilakukan oleh Posyandu, yakni mengacu pada sistim 5 meja. Adapun yang dimaksut dengan sistim 5 meja tersebut menunjukkan 5 pelayanan yang diberikan oleh Posyandu. Secara umum pelayanan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas

Universitas Sumatera Utara

Langsa Baro telah memiliki kelengkapan dalam jumlah kader, walaupun dalam pelayanannya sistim 5 meja tersebut belum dapat dilakukan dengan maksimal (Depkes RI, 2006) Pelayanan yang dilaksanakan pada setiap langkah dan para penanggung jawab pelaksanaannya secara sederhana dapat diuraikan pada tabel sebagai berikut: Tabel 2.1. Langkahlangkah dan pelaksana kegiatan Posyandu LANGKAH Pertama Kedua Ketiga Keempat Kelima Pendaftaran Penimbangan Pengisian KMS Penyuluhan Pelayanan Kesehatan Kader Kader Kader Kader Petugas Kesehatan, Sektor Terkait, Bersama Kader PELAYANAN PELAKSANA

Posyandu Lanjut Usia Pengertian Posyandu Lansia Posyandu lanjut usia perlu diupayakan dan mendapat perhatian dari pemerintah, keluarga dan masyarakat sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dan meringankan beban masyarakat khususnya lanjut usia. Menurut Depkes RI bahwa pelayanan kesehatan terpadu (yandu) adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan dan keluarga berencana yang dilaksanakan di tingkat dusun/ desa dalam wilayah kerja puskesmas. Tempat pelayanan program terpadu ini disebut posyandu. Dalam suatu posyandu dikembangkan beberapa kegiatan terpadu. Kegiatan yang terpadu dan saling mendukung dalam mencapai tujuan dan sasaran yang disepakati bersama. Dengan keterpaduan tersebut dapat berkembang dan meluas dari dua program menjadi lebih banyak program. Keterpaduan dapat berupa aspek sasaran, aspek lokasi, kegiatan maupun petugas penyelenggara. Sesuai dengan prinsip posyandu adalah suatu kegiatan yang dikelola masyarakat dan ditujukan untuk

kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Adapun lanjut usia adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap lanjut usia di tingkat desa/kelurahan dalam masing-masing wilayah kerja puskesmas. Dasar pembentukan posyandu adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama lanjut usia. Kita dihadapkan pada beberapa masalah yaitu jumlah lanjut usia yang semakin meningkat, mahalnya harga dan biaya pengobatan, tingginya angka kesakitan, rendahnya jangkauan pelayanan kesehatan dan lain-lain (Depkes RI, 2000).
1. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.

2. Posyandu lansia / kelompok usia lanjut adalah merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan bersumber daya masyarakat atau /UKBM yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan itu sendiri khususnya pada penduduk usia lanjut. Pengertian usia lanjut adalah mereka yang telah berusia 60tahun keatas.

Sasaran Posyandu Lansia 1. Sasaran langsung Kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun) Kelompok usia lanjut (60 tahun keatas) Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas) 2. Sasaran tidak langsung Keluarga dimana usia lanjut berada Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut Masyarakat luas

2.2.2. Tujuan Penyelenggaraan Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :

a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut. 2.2.3. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut: - Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau tinggi badan - Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja II. - Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan pelayanan pojok gizi.
Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia

Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan Kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi. Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia seperti tercantum dalam situs Pemerintah Kota Jogjakarta adalah:

a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya. b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit.

c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).

d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut

nadi e. Pemeriksaan

selama hemoglobin menggunakan

satu talquist, sahli atau

menit. cuprisulfat

f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus) g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal. h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan i. butir 1 Penyuluhan hingga 7. dan Kesehatan.

Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran.

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia

2.2.4. Kendala Pelaksanaan Posyadu Lansia Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara lain: a. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu. Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia. b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau

Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi

posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu lansia c. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu. Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan yang terjadi pada lansia d. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu. Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan

kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons. 2.3. Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lansia Kebijakan Departemen Kesehatan dalam pembinaan kesehatan lansia merupakan upaya yang ditujukan untuk peningkatan kesehatan, kemampuan untuk mandiri, produktif dan berperan aktif dalam komprehensif, azas kekeluargaan, pelaksanaan sesuai protap, dan kendali mutu (Depkes RI, 2003). Kebijakan tersebut dilakukan dengan pendekatan holistic, pelaksanaan terpadu, pembinaan komprehensif tersebut terdiri dari: 1. Pembinaan kesehatan yang mencakup kegiatan: a. Promotif, antara lain penyuluhan tentang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), penyakit pada lansia, gizi, upaya meningkatkan kebugaran jasmani, kesehatan mental, dan kemandirian produktifitas. b. Preventif, antara lain deteksi dini dan pemantauan kesehatan lansia yang dapat

dilakukan POKSILA/puskesmas dengan menggunakan KMS Lansia, buku pemantauan kesehatan pribadi lansia. 2. Pelayanan kesehatan yang mencakup kegiatan; a. Kuratif, antara lain pengobatan bagi lansia yang sakit baik di Poksila, Pustu, Puskesmas/Rumah Sakit. b. Rehabilitatif, antara lain upaya medis, psikososial, edukatif untuk dapat mengembalikan kemampuan fungsional dan kepercayaan diri lansia. 3. Konseling yang mencakup kegiatan: a. Tidak sama dengan penyuluhan. b. Dilaksanakan oleh Konseler. c. Upaya memecahkan masalah kesehatan dan psikologis lansia. d. Dapat berfungsi preventif, promotif, kuratif, maupun rehabilitatif. 4. Pendekatan individu maupun kelompok. 5. Home Care 6. Bentuk pelayanan kesehatan komprehensif yang dilakukan di rumah klien/lansia. 7. Melibatkan klien serta keluarga sebagai subjek untuk berpartisipasi dalam kegiatan perawatan dalam bentuk tim (tenaga professional/non professional di bidang kesehatan maupun non kesehatan). 8. Bertujuan memandirikan klien dan keluarganya. Dalam kegiatan pelayan kesehatan bagi lansia, maka dilaksanakan kegiatan di posyandu bagi lansia, agar lansia dapat mencapai hidup sehat sesuai dengan tujuan pembangunan nasional Indonesia dan Indonesia Sehat 2010. Kegiatan yang dilakukan di posyandu bagi lansia antara lain adalah: 1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya. 2. Pemeriksaan status mental. 3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT). 4. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit. 5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat 6. Penyuluhan Kesehatan. 7. Pemberian makanan tambahan (PMT).

8. Kegiatan olah raga, antara lain senam usia lanjut, gerak jalan santai, dan sebagainya untuk meningkatkan kebugaran (Lasma, 2007). Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk peningkatan kesehatan terutama dalam menunjang status gizi lansia dan pencegahan penyakit, dilakukan melalui pemantauan keadaan kesehatan para lansia secara berkala dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia,dengan harapan gangguan kesehatan lansia dapat dideteksi lebih dini untuk mendapatkan pertolongan secara cepat, tepat dan memadai sesuai dengan keinginan yang diperlukan (Depkes RI, 2003). 2.4. Upaya Untuk Meningkatkan Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia Untuk meningkatkan pemanfaatan posyandu lansia dilakukan upaya-upaya berupa: 1. Memantapkan kerjasama dan partisipasi lintas program, lintas sector, lembaga swadaya masyarakat serta peran serta masyarakat melalui kesepakatan dan rencana kerja di setiap tingkat administrasi, antara lain dalam : a. Pelayanan kesehatan di tingkat pelayanan dasar: Puskesmas termasuk Puskesmas Pembantu, Bidan di desa, Balai Kesehatan Masyarakat, Kelompok Lanjut Usia dan lain-lain. b. Pemantapan kerjasama antara Dinas Kesehatan dan RS KKabupaten/ Kota Dati I agar tercipta system yang tertata rapi dan mantap dalam memberikan pelayanan bagi lanjut usia. c. Membina kerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat atau organisasi profesi yang bergerak dalam pembinaan kesehatan lanjut usia. d. Peningkatan komitmen dan dukungan politis dari Gubernur, Bupati/Walikota, sektor dan program terkait dalam pemasaran sosial mengenai upaya kesehatan lansia, dukungan dana bersumber APBN dan APBD dalam penanganan lanjut usia termasuk biaya transportasi serta upaya rujukan bagi lansia yang tidak mampu. 2. Meningkatkan upaya komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) melalui : a. Pengembangan pesan-pesan dan pengembangan media penyuluhan tentang kesehatan lansia. b. Penyebarluasan informasi mengenai upaya kesehatan lansia kepada petugas penyuluhan dan sektor terkait. c. Pengembangan upaya konseling dalam penanganan kasus lansia termasuk keluarganya.

3. Peningkatan upaya deteksi dini terhadap kasus lansia beresiko dan penanganannya dengan pelayanan kesehatan yang tepat dan memadai, melalui kegiatan : a. Pendataan sasaran dan pemutakhiran data secara berkala. b. Penggerakan Puskesmas dan jajarannya untuk memberikan pelayanan secara aktif terhadap sasaran lanjut usia, sehingga akan meningkatkan cakupan pelayanan secara bertahap. c. Pemantauan secara berkesinambungan terhadap kesehatan lansia melalui kegiatan kelompok lansia dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia. d. Pemberdayaan masyarakat termasuk sasaran lansia dalam mengenal dan melakukan rujukan kasus resiko tinggi. 4. Peningkatan pembinaan teknis dan manejerial pengelola program lansia melalui: a. Pembahasan rutin pelaksanaan program pembinaan lansia. b. Pelatihan/pendidikan dan berkelanjutan mengenai penyakit degeneratif dan masalah kesehatan lansia. c. Melakukan pembinaan/ supervise terhadap pelaksanaan kegiatan kelompok lansia di masyarakat maupun pelaksanaan pelayanan di tingkat pelayanan dasar. 5. Pemantapan kemampuan pengelola program lansia dalam perencanaan, penggerakkan pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan antara lain melalui: a. Penentuan prioritas kegiatan berdasarkan masalah yang ada. b. Membuat perencanaan/usulan kegiatan dengan memperhatikan prioritas masalah yang ada. c. Meningkatkan kemampuan pengelola program lansia di Kabupaten melalui pendidikan dan latihan.
Perilaku Sehubungan dengan Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia Hal-hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebahagian terletak di dalam diri individu itu sendiri yang disebut dengan factor intern dan sebahagian terletak di luar individu itu sendiri atau faktor ekstern yaitu faktor lingkungan. 1. Faktor-faktor Intern

Faktor intern yaitu faktor yang ada didalam individu itu sendiri, misalnya: karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, keyakinan) yang dimiliki seseorang. Selain itu juga dapat berupa pengalaman akan keberhasilan dalam mencapai sesuatu, pengakuan yang diperoleh, rasa tanggung jawab, pertumbuhan profesional dan intelektual yang dimiliki seseorang. Sebaliknya, apabila seseorang merasa ttidak puas dengan hasil dari pekerjaan yang telah dilakukannya, dapat dikaitkan dengan faktor-faktor yang sifatnya dari luar individu. 2. Faktor-faktor Ekstren Faktor ekstern yaitu factor yang ada diluar individu yang bersangkutan. Factor ini mempengaruhi, sehingga di dalam diri individu timbul unsur-unsur dan dorongan/motif untuk berbuat sesuatu. Misalnya karakteristik lingkungan sosial. Lingkungan sosial termasuk didalamnya lingkungan social terdekat yaitu keluarga, tetangga dan fasilitas pelayanan kesehatan, alat-alat kesehatan yang menunjang kegiatan pelayanan kesehatan di posyandu lanjut usia tersebut. Pada tingkat ini benar-benar terjadi tarik-menarik antar pribadi dan tujuan yang akan dicapai. Maka, pada saat pertentangan motif baik ini memaksa orang harus berpikir secara matang, mempertimbangkan baik-baik segala kemungkinan. Dalam pertimbangan ini orrang tidak terlepas dengan norma-norma dan nilai-nilai yang dihayati pada saat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai