Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum Proses Manufaktur I Program Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kegagalan (risk off ailures) pada setiap proses atau aktifitas pekerjaan, dan saat kecelakaan kerja seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan efek kerugian (loss). Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah sebagai berikut: a. b. c. d. Kelelahan (fatigue) Kondisi kerja dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe working condition) Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebab awalnya (pre-cause) adalah kurangnya training Karakteristik pekerjaan itu sendiri Di dunia industri, penggunaan tenaga kerja mencapai puncaknya dan terkonsentrasi di tempat atau lokasi proyek yang relatif sempit. Ditambah sifat pekerjaan yang mudah menjadi penyebab kecelakaan (elevasi, temperatur, arus listrik, mengangkut benda-benda berat dan lain-lain), sudah sewajarnya bila pengelola proyek atau industri mencantumkan masalah keselamatan kerja pada prioritas pertama. Dengan menyadari pentingnya aspek keselamatan dan kesehatan kerja dalam penyelenggaraan proyek, terutama pada implementasi fisik, maka perusahan/industri/proyek umumnya memiliki organisasi atau bidang dengan tugas khusus menangani maslah keselamatan kerja. Lingkup kerjanya mulai dari menyusun program, membuat prosedur dan mengawasi, serta membuat laporan penerapan di lapangan. Dalam rangka Pengembangan Program Kesehatan Kerja yang efektif dan efisien, diperlukan informasi yang akurat, dan tepat waktu untuk mendukung proses perencanaan serta menentukan langkah kebijakan selanjutnya. Penyusunan program, membuat prosedur, pencatatan dan mengawasi serta membuat laporan penerapan di lapangan yang berkaitan dengan keselamatan kerja bagi para pekerja kesemuanya merupakan kegiatan dari manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

Laboratorium Proses Produksi 1 Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Laporan Praktikum Proses Manufaktur I Program Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

BAB II LANDASAN HUKUM


2.1 Landasan Hukum Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sebagai dasar hukum pembentukan, susunan, dan tugas Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ialah Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 10 ayat (1), (2) dengan peraturan pelaksanaannya yaitu :

Keputusan Menteri Tenaga kerja No. KEP-125/MEN/82 tentang Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Wilayah dan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yang disempurnakan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-155/MEN/84.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-04/MEN/87 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja. Undang-undang No. 3 tahun 1951 Tentang Pernyataan Berlakunya UU Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Dari RI Untuk seluruh Indonesia. Pengawasan perburuhan antara lain diadakan guna mengawasi berlakunya UU dan Peraturan Perundangan Perburuhan pada khususnya. Menteri yang diserahi urusan perburuhan atau pegawai yang ditunjuk olehnya akan menetapkan pegawai-pegawai mana yang diberi kewajiban untuk menjalankan pengawasan perburuhan. Undang-undang No. 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention No. 81 concerning Labour Inspection in Industry and Commerce (Konvensi ILO No. 81 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan Di Industri dan Perdagangan). 1 2 Sistem pengawasan ketenagakerjaan harus diterapkan di semua tempat kerja berdasarkan perundang-undangan. Sistem pengawasannya dilakukan oleh Pengawas Ketenagakerjaan

Laboratorium Proses Produksi 1 Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Laporan Praktikum Proses Manufaktur I Program Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan kerja : 1 Syarat-syarat Keselamatan Kerja berisi lebih dari 50% syarat-syarat Kesehatan Kerja. Dirjen Binwasnaker melakukan pengawasan umum terhadap UU ini. Pegawai Pengawas dan Ahli K3 ditugaskan menjalankan pengawasan Langsung thd ditaatinya UU ini dan membantu pelaksanaannya. 2 Pemeriksaan Kesehatan TK dilakukan oleh Dokter yang mempunyai kualifikasi dan kompetensi khusus (dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja). 3 Kebijakan Nasional menjadi tanggung jawab Menteri Tenaga Kerja shg terjamin pelaksanaannya secara seragam dan serasi bagi seluruh Indonesia.

Kepmendagri No. 130-67 Tahun 2002 Pasal 86

(1) Setiap pekerja / buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:
a b c

Keselamatan dan Kesehatan Kerja; Moral dan Kesusilaan Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia

serta nilai-nilai agama. (2)Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. (3)Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penjelasan Pasal 86 : Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja / buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi. Pasal 87 :

Laboratorium Proses Produksi 1 Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Laporan Praktikum Proses Manufaktur I Program Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. (2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

PP. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom. Kewenangan Pemerintah di bidang Ketenagakerjaan adalah seperti pada Pasal 2 ayat 3 yaitu : a Penetapan kebijakan hubungan industrial, perlindungan pekerja dan jamsos pekerja. b Penetapan standar keselamatan kerja, kesehatan kerja, hygiene perusahaan, lingkungan kerja dan ergonomi. c Penetapan pedoman Penentuan kebutuhan fisik minimum.

Kepmendagri No. 130-67 tahun 2002 tentang Pengakuan Kewenangan Kabupaten dan Kota.

Kewenangan Bidang Ketenagakerjaan khususnya perlindungan tenaga kerja : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Bimbingan pencegahan kecelakaan kerja Bimbingan kesehatan kerja Bimbingan pembentukan P2K3 Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pemeriksaan Kecelakaan kerja Pemberdayaan pelaksanaan kegiatan Ahli K3 Pemberdayaan pelaksaan kegiatan PJK3 Pelaksanaan Penerapan SMK3 Pemberian ijin Pengesahan Sertifikat K3

10. Penyidikan Pelanggaran Norma K3

BAB III

Laboratorium Proses Produksi 1 Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Laporan Praktikum Proses Manufaktur I Program Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

KECELAKAAN KERJA
3.1 Penyebab Kecelakaan Kerja Berikut adalah faktor faktor penyebab kecelakaan kerja. Secara umum kecelakaan kerja disebabkan oleh bebarapa faktor di bawah ini :
1. Penyebab Langsung ( Immediate Causes)

Penyebab langsung Kecelakaan Adalah suatu keadaan yang biasanya bisa dilihat dan di rasakan langsung, yang di bagi 2 kelompok:
A. Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) yaitu Perbuatan

berbahaya dari dari manusia yang dalam bbrp hal dapat dilatar belakangi antara lain: 1. 2. 3. 4. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodilly defect) Keletihan dan kelesuan (fatigiue and boredom) Sikap dan tingkak laku yang tidak aman Pengetahuan.

B. Kondisi yang tidak aman (unsafe condition) yaitu keadaan yang akan

menyebababkan kecelakaan, terdiri dari: 1. Mesin, peralatan, bahan. 2. Lingkungan 3. Proses pekerjaan 4. Sifat pekerjaan 5. Cara kerja
2. Penyebab Dasar (Basic causes).

Penyebab Dasar (Basic Causes), terdiri dari 2 faktor yaitu A. Faktor manusia/personal (personal factor)

Kurang kemampuan fisik, mental dan psikologi Kurangnya /lemahnya pengetahuan dan skill. Stres. Motivasi yang tidak cukup/salah Faktor fisik yaitu, kebisingan, radiasi, penerangan, iklim dll. Faktor kimia yaitu debu, uap logam, asap, gas dst

B. Faktor kerja/lingkungan kerja (job work enviroment factor)


Laboratorium Proses Produksi 1 Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Laporan Praktikum Proses Manufaktur I Program Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

Faktor

biologi yaitu bakteri,virus, parasit, serangga.

Ergonomi dan psikososial.

Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah sebagai berikut: 1. (fatigue) 2. working condition) 3. (pre-cause) adalah kurangnya training 4. pekerjaan itu sendiri. 5. Hubungan antara karakter pekerjaan dan kecelakaan kerja menjadi fokus bahasan yang cukup menarik dan membutuhkan perhatian tersendiri. Kecepatan kerja (paced work), pekerjaan yang dilakukan secara berulang (shortcycle repetitive work), pekerjaan-pekerjaan yang harus diawali dengan pemanasan prosedural, beban kerja (workload), dan lamanya sebuah pekerjaan dilakukan (workhours) adalah beberapa karakteristik pekerjaan yang dimaksud. 6. Penyebabpenyebab di atas bisa terjadi secara tunggal, simultan, maupun dalam sebuah rangkain sebab-akibat (cause consequences chain). 3.2 Fungsi Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fungsi dari Kesehatan kerja: 1. 2. Identifikasi dan Melakukan Penilaian terhadap resiko dari bahaya kesehatan di tempat kerja. Memberikan saran terhadap perencanaan dan pengorganisasian dan praktek kerja termasuk desain tempat kerja. Karakteristik Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebab awalnya Kondisi tempat kerja (enviromental aspects) dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe Kelelahan

Laboratorium Proses Produksi 1 Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Laporan Praktikum Proses Manufaktur I Program Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

3. 4. 5. 6.

Memberikan saran, informasi, pelatihan dan edukasi tentang kesehatan kerja dan APD. Memantau kesehatan para pekerja. Terlibat dalam proses rehabilitasi pekerja yang mengalami sakit/kecelakaan kerja. Mengelola P3K dan tindakan darurat

Fungsi dari Keselamatan kerja : 1. 2. 3. 4. Antisipasi, identifikasi dan evaluasi kondisi dan praktek yang dapat membahayakan keselamatan para pekerja. Membuat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur dan program Menerapkan, mendokumentasikan dan menginformasikan rekan lainnya dalam hal pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya Ukur, periksa kembali keefektifitas pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya 3.3 Alat Pendukung Alat pelindung diri merupakan peralatan pelindung yang digunakan oleh seorang praktikan/pekerja untuk melindungi dirinya dari kontaminasi lingkungan. 1. Perlindungan Kepala, Mata dan Wajah Perlindungan kepala (Safety Helmet) a. Kelas A Dirancang untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh dan melindungi dari arus listrik sampai 2.200 volt. b. Kelas B Dirancang untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh dan melindungi dari arus listrik sampai 20.000 volt. c. Kelas C Dirancang untukmelindungi kepala dari benda yang jatuh, tetapi tidak melindungi dari kejutan listrik dan tidak melindungi dari bahan korosif volt.

Laboratorium Proses Produksi 1 Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Laporan Praktikum Proses Manufaktur I Program Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

d. Bump Cap

Terbuat dari plastik untuk melindungi kepala dari tabrakan dengan benda yang menonjol.

Gambar 1.1 Safety Helmet Sumber: Putra (2010) Pelindung mata (Safety Glasses) Secara umum perlindungan mata terdiri dari : a. Kacamata pelindung

Gambar 1.2 Kacamata Sumber: Anonim b. Goggle

Pelindung (2011)

Gambar 1.3 Goggle Sumber: Anonim (2011) Perlindungan wajah a. Face shield

Laboratorium Proses Produksi 1 Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Laporan Praktikum Proses Manufaktur I Program Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

Gambar 1.4 Face Shield Sumber: Anonim (2011) Digunakan pada operasi peleburan logam,percikan bahan kimia, atau partikel yang melayang. b. Welding Helmets (topeng las)

Gambar 1.5 Topeng Las Sumber: Anonim (2011) Topeng las memakai lensa absorpsi khusus yang menyaring cahaya yang terang dan energi radiasi yang dihasilkan selama operasi pengelasan. 2. Perlindungan Pernafasan Masker

Gambar 1.6 Masker Sumber: Putra (2010)

Laboratorium Proses Produksi 1 Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Laporan Praktikum Proses Manufaktur I Program Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

Masker digunakan untuk melindungi hidung dari kontaminasi gas yang berbahaya dan penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb). 3. Perlindungan Tangan
a.

Sarung Tangan Metal Mesh

Gambar 1.7 Sarung Tangan Metal Mesh Sumber: Anonim (2011) Sarung metal masih tahan terhadap ujung yang lancip. b. Sarung tangan Kulit

Gambar 1.8 Sarung Tangan Kulit Sumber: Anonim (2011) Sarung tangan yang terbuat dari kulit ini akan melindungi tangan dari permukaan kasar. c. Sarung tangan Vinyl dan Neoprene

Gambar 1.9 Sarung Tangan Vynil dan Neoprene Sumber: Anonim (2011)

Laboratorium Proses Produksi 1 Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Laporan Praktikum Proses Manufaktur I Program Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

d.

Sarung tangan Padded Cloth

Gambar 1.10 Sarung Tangan Padded Cloth Sumber: Anonim (2011) Melindungi tangan dari ujung yang tajam, pecahan gelas, kotoran dan Vibrasi. e. Sarung tangan Heat Resistant

Gambar 1.11 Sarung Tangan Heat Resistant Sumber: Anonim (2011) Mencegah terkena panas dan api. f. Sarung tangan karet

Gambar 1.12 Sarung Tangan Karet Sumber: Anonim (2011) Melindungi saat bekerja disekitar arus listrik karena karet merupakan isolator (bukan penghantar listrik).

Laboratorium Proses Produksi 1 Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Laporan Praktikum Proses Manufaktur I Program Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

g.

Sarung tangan Latex Disposable

Gambar 1.13 Sarung Tangan Latex Disposible Sumber: Anonim (2011) Melindungi tangan dari Germ dan bakteri, sarung tangan ini hanya untuk sekali pakai. h. Sarung Tangan Lead Lined

Gambar 1.14 Sarung Tangan Lead Lined Sumber: Anonim (2011) Digunakan untuk melindungi tangan dari sumber radiasi. 4. Perlindungan Kaki Hal-hal yang dapat menyebabkan kecelakaan pada kaki salah satunya adalah akibat bahan kimia. Cairan seperti asam, basa, dan logan cair dapat menetes ke kaki dan sepatu. Bahan berbahaya tersebut dapat menyebabkan luka bakar akibat bahan kimia dan panas. Banyak jenis jenis sepatu keselamatan dan diantaranya adalah:
a.

Sepatu Latex/Karet Sepatu ini tahan bahan kimia dan memberikan daya tarik extra pada permukaan licin.

Laboratorium Proses Produksi 1 Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Laporan Praktikum Proses Manufaktur I Program Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

Gambar 1.15 Sepatu Latex Sumber: Putra (2010)


b. Sepatu Buthyl

Gambar 1.16 Sepatu Buthyl Sumber: Putra (2010) Sepatu Buthyl yang melindungi kaki terhadap ketone, aldehyde, alkohol, asam, garam, dan basa.
c.

Sepatu Vinyl

Gambar 1.17 Sepatu Vinyl Sumber: Putra (2010) Tahan terhadap pelarut, asam, basa, garam, air, pelumas dan darah.

Laboratorium Proses Produksi 1 Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Laporan Praktikum Proses Manufaktur I Program Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

d.

Sepatu Nitrile

Gambar 1.18 Sepatu Nitrile Sumber: Anonim (2011) Sepatu nitrile tahan terhadap lemak hewan, oli, dan bahan kimia. 5. Perlindungan Telinga Pelindung Telinga tidak boleh dianggap enteng terutama untuk praktikan yang bekerja di tempat yang berkondisi bising baik itu dari gesekan benda-benda keras ataupun bunyi-bunyi keras dari mesin. Alat Pelindung yang digunakan untuk kondisi seperti ini antara lain:
a.

Ear Phone, sistem kerja alat Ear phone ini yaitu meredam suara.

Gambar 1.19 Ear Phone Sumber: Anonim (2011)


b. Sumbat Telinga (Ear plugs)

Gambar 1.20 Ear plugs Sumber: Anonim (2011)

Laboratorium Proses Produksi 1 Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Laporan Praktikum Proses Manufaktur I Program Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

Sumbat telinga yang baik adalah menahan frekuensi Daya atenuasi (daya lindung): 25-30 dB, sedangkan frekuensi untuk bicara biasanya (komunikasi) tak terganggu.
c.

Tutup Telinga (Ear muff )

Gambar 1.21 Ear muff Sumber: Putra (2010) Frekuensi 28004000 Hz sampai 42 dB (3545 dB)Untuk frekuensi biasa 25-30 dB. Untuk keadaan khusus dapat dikombinasikan antara tutup telinga dan sumbat telinga sehingga dapat atenuasi yang lebih tinggi; tapi tak lebih dari 50 dB, karena hantaran suara melalui tulang masih ada. 6. Perlindungan Badan a. Jas Laboratorium Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan jas laboratorium: kancing jas laboratorium tidak boleh dikenakan dalam kondisi tidak terpasang dan ukuran jas laboratorium pas dengan ukuran badan pemakainya.
Jas laboratorium merupakan pelindung badan dari tumpahan

bahan kimia dan api sebelum mengenai kulit pemakainya. Jika jas laboratorium sudah terkontaminasi oleh tumpahan bahan kimia, jas harus segera dilepas.

Laboratorium Proses Produksi 1 Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Laporan Praktikum Proses Manufaktur I Program Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

Gambar 1.22 Jas Laboratorium Sumber: Anonim (2011) b. Apron

Gambar 1.23 Apron Sumber: Anonim (2011) Apron digunakan untuk memproteksi diri dari cairan yang bersifat korosif dan mengiritasi. Terbuat dari plastik atau karet. c. Jumpsuits

Gambar 1.24 Jumpsuits Sumber: Anonim (2011)

Laboratorium Proses Produksi 1 Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Laporan Praktikum Proses Manufaktur I Program Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

Jumpsuits atau dikenal dengan sebutan baju parasut ini direkomendasikan untuk dipakai pada kondisi beresiko tinggi (mis., ketika menangani bahan kimia yang bersifat karsinogenik dalam jumlah yang sangat banyak). d. Tali Keselamatan (safety belt)

Gambar 1.25 Tali Keselamatan Sumber: Putra (2010) Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa (mobil,pesawat, alat berat, dan lain-lain).

Laboratorium Proses Produksi 1 Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Laporan Praktikum Proses Manufaktur I Program Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

BAB IV 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin)


1.4 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) 5R dikenal sebagai salah satu budaya kerja dari negara Jepang yang sudah melegenda. 5R berasal dari 5 kata dalam bahasa Jepang, yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke. Dalam bahasa Indonesia, 5S itu diterjemahkan sebagai 5R, Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin. Banyak perusahaan sudah mengadopsi budaya kerja 5R ini. Secara tidak disadari, 5R akan membentuk suatu budaya kerja yang sangat bermanfaat. Bahkan 5R mampu digunakan sabagai salah satu tools untuk meningkatkan laba perusahaan. Penjelasam masing-masing 5R yaitu: Ringkas: yaitu kegiatan memisah-misahkan segala sesuatu yang dibutuhkan, kurang dibutuhkan dan membuang yang tidak dibutuhkan dari tempat kerja. Rapi: yaitu mengatur dan menempatkan tata letak segala peralatan dan perlengkapan kerja sesuai dengan fungsinya sehingga segalanya selalu siap apabila sewaktu waktu dibutuhkan. Resik: yaitu kegiatan membersihkan dan menyingkirkan segala sesuatu yang tidak pada tempatnya sehingga kondisi tempat kerja menjadi menyenangkan dan enak dipandang. Rawat: yaitu kegiatan mempertahankan dan memelihara kondisi yang telah dicapai 3R sebelumnya sehingga tercipta suatu standarisasi kerja dalam system pengendalian untuk menjaga terus kondisi baik tersebut. Rajin: yaitu kegiatan membentuk atau membina suatu kebiasaan kerja yang baik untuk dilaksanakan secara terus menerus sehingga menjadi ciri atau sifat dan sikap dari semua karyawan dan karyawati dalam Perusahaan. Pelaksanaan Program 5R yang baik diharapkan dapat mencapai hasil kerja sebagai berikut :

Laboratorium Proses Produksi 1 Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Laporan Praktikum Proses Manufaktur I Program Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

Terjaganya Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Terciptanya tempat / lingkungan kerja yang bersih dan teratur. Tercapainya kwalitas dan kwantitas produksi. Terlaksananya efektivitas dan efisiensi kerja yang diharapkan. Terawatnya barang inventaris, mesin dan infrastruktur. Terciptanya disiplin kerja karyawan dan karyawati

Laboratorium Proses Produksi 1 Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Laporan Praktikum Proses Manufaktur I Program Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

BAB V APAR (Alat Pemadam Api Ringan)


1.5 APAR (Alat Pemadam Api Ringan) APAR (Alat Pemadam Api Ringan) adalah alat pemadam api portable yang mudah dibawa, cepat dan tepat di dalam penggunaan untuk awal kebakaran, selain itu pula karena bentuknya yang portable dan ringan sehingga mudah mendekati daerah kebakaran. Dikarenakan fungsinya untuk penanganan dini, peletakan APAR-pun harus ditempatkan di tempat-tempat tertentu sehingga memudahkan didalam penggunaannya. Berikut tempat yang direkomendasikan untuk diletakkannya APAR : 1. Diletakkan pada jalur jalan keluar. 2. Dekat dengan pintu dan diberi label yang mudah dibaca serta terlihat dengan dengan jelas. 3. Cukup dekat dengan daerah yang berbahaya. 4. Bila diletakkan pada gantungan (hanger), tinggi handle (pegangan) dari lantai = 120 cm 5. Pada gedung bertingkat usahakan posisi diletakkannya APAR adalah pada posisi yang sama, diletakkan pada sudut-sudut gang (koridor) atau dekat pintu tangga. Proses terjadinya api/kebakaran diakibatkan oleh bersatunya tiga unsur : 1. Bahan bakar Benda yang mudah terbakar, seperti bahan-bahan kimia, bahan bakar, kayu, plastik dan sebagainya. 2. Oksigen (O2) Tersedia di udara 3. Sumber Panas Seperti energi elektron (listrik statis ataupun dinamis), sinar matahari, reaksi kimia, dan perubahan kimia. Apabila ketiganya bersenyawa maka akan terjadi api. Apabila sudah terjadi kebakaran maka langkah kita adalah menghilangkan adanya oksigen dalam kebakaran tersebut.

Laboratorium Proses Produksi 1 Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai