Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan kasih-Nya sehingga makalah kami yang berjudul Komunikasi Terapeutik Pada Sasaran Lansia ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun sesuai dengan kebutuhan para pembaca, guru atau dosen dan tenaga kesehatan lainnya yang haus akan bahan bacaan . Terima kasih yang tak terhingga kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kami , sehingga makalah ini dapat kami susun dengan baik . Kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya . Besar harapan kami agar makalah ini bisa bermanfaat bagi para perawat pada khususnya dan tenaga kesehatan pada umumnya.

Manado, September 2012

PENYUSUN

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2 A. Pengertian Komunikasi ................................................................................ 2 B. Pengertian Lansia ......................................................................................... 2 C. Karakter Klien Usia Lanjut .......................................................................... 3 D. Komunikasi Dengan Lansia ......................................................................... 3 E. Kendala-kendala dan hambatan dalam berkomunikasi dengan lansia ......... 7 F. Mengatasi Reaksi Penolakan........................................................................ 9

G. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia ..................................... 9 H. Prinsip-Prinsip Etik Pelayanan Kesehatan Pada Lansia............................. 11 I. Komunikasi Terapeutik Pada Lansia dengan Masalah Fisik Maupun Mental 12

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 15 A. Kesimpulan ................................................................................................ 15 B. Saran ........................................................................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan oran lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang maknanya dipacu dan ditransmisikan. Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata sering kali telah lupa atau ada kesulitan dalam mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran. Instruksi yang berurutan dan sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu. (Bruner & Suddart, 2001 : 188) Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan non verbal dari informasi dan ide. Kominikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan ( Potter-Perry, 301 ). Komunikasi pada lansia membutuhkan peratian khusus. Perawat harus waspada terhadap perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang memperngaruhi pola komunikasi. Perubahan yang berhubungan dengan umur dalam sistem auditoris dapat mengakibatkan kerusakan pada pendengaran. Perubahan pada telinga bagian dalam dan telinga mengalangi proses pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran teradap suara. Berdasarkan hal hal tersebut kami menulis makalah ini yang berjudul komunikasi pada lansia.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Komunikasi merupakan suatau hubungan atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebaagai saling tukarmenukar pendapat serta dapat diartikan hubungan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok. (Widjaja, 1986 : 13) Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan meningkatkan kontak dengan orang lain. (Potter & Perry, 2005 : 301). Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan (As Hornby dalam Intan, 2005). Maka dapat diartikan Terapeutik adalah segala sesuatu yang dapat memfasilitasi penyembuhan. B. Pengertian Lansia Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia kemunduran yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Menurut WHO, batasan umur seseorang yang tergolong Lansia adalah sebagai berikut. Middle Age: 45-59 tahun, Elderly (lansia) 60-70 tahun, Old (Lansia tua) 75-95 tahun, Very Old (Lansia sangat tua) > 90 tahun. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. Lansia juga identik dengan menurunnya daya tahan tubuh dan mengalami berbagai macam penyakit. Lansia akan memerlukan obat yang jumlah atau macamnya tergantung dari penyakit yang diderita. Semakin banyak penyakit pada lansia semakin banyak jenis obat yang diperlukan. Banyaknya jenis obat akan menimbulkan masalah antara lain kemungkinan memerlukan ketaatan atau menimbulkan kebingungan dalam menggunakan atau cara minum obat. Disamping itu dapat meningkatkan resiko efek samping obat atau interaksi obat.

C. Karakter Klien Usia Lanjut Emosi klien usia lanjut selalu mengalami perubahan. Gejala ini dapat diketahui melalui reaksi penolakan terhadap kondisi yang terjadi reaksi penolakan dapat diketahui beberarapa gejala sebagai berikut. 1. Tidak percaya pada diagnosa, gejala perkembangan dan keterangan yang disampaikan oleh perawat dan petugas kesehatan. 2. Mengubah keterangan yang disampaikan sehingga terjadi kekeliruan 3. Menolak membicarakan perawatannya dirumah sakit 4. Tidak bersedia disertakan perawatan secara umum 5. Menolak saran meskipun untuk kenyamanan baginya, misalnya mengubah posisi tidur

D. Komunikasi Dengan Lansia Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor fisik, psikologi, (lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat. a. Ketrampilan komunikasi Listening/Pendengaran yang baik yaitu : a) Mendengarkan dengan perhatian telinga kita. b) Memahami dengan sepenuh hati, keikhlasan dengan hati yang jernih. c) Memikirkan secara menyeluruh dengan pikiran jernih kita. b. Teknik komunikasi dengan lansia a) Tehnik Asertif. Teknik ini memerlukan sikap yang dapat menerima, memahami lawan komunikasi yang menunjukan kepedulian dan kesabaran dalam mendengarkan dan memperhatikan pembicaraan lawan bicara. b) Tehnik responsif. Implementasi teknik responsif ditandai dengan sikap cepat tangkap perawat atau petugas kesehatan sebagai tanda perhatiannya pada klien. Misalnya dengan mengajuka pertanyaan Apa yang sedang anda pikirkan saat ini? atau Apa yang bisa saya bantu?

Merespon perubahan sikap klien merupakan sikap aktif perawat atau petugas kesehatan dapat menenangkan perasaan klien. c) Teknik pengarahan terfokus. Implementasi teknik ini diwujudkan dalam bentuk pengarahan agar materi komunikasi yang diungkapkan oleh klien terfokus pada satu titik tujuan yanng diinginkan. d) Teknik suportif. Memasuki usia lanjut pada umumnya orang mengalami perubahan pada aspek fisik dan psikis. Misalnya dengan senyuman, anggukan kepala sebagai tanda setuju, siakp hormat dan menghargai perasaannya selama klien berbicara. Sikap ini dapat mendukung dan menumbuhkan rasa percaya diri klien sehingga ia tidak merasa menjadi beban bagi keluarganya. e) Teknik klarifikasi. Kondisi klien berusia lanjut dapat menjadi penyebab kurang lancarnya komunikasi. Untuk memastikan bahwa informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh klien maka diperlukan klarifikasi. Misalnya, Bapat atau Ibu dapat menerima apa yang saya jelaskan? atau Tolong Bapak/Ibu ulangi apa yang tadi telah saya sampaikan. a) Tekhnik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik. kecepatan dan tekanan suara yang tepat dengan menyesuaikan pada topik pembicaraan dan kebutuhan lansia,berbicara dengan lansia yang dimensia dengan pelan.tetapi berbicara dengan lansia demensia yang kurang mendengar dengan lebih keras hati-hati karena tekanan suara yang tidak tepat akan merubah arti pembicaraan. Contoh : siapa yang membelikan pakaian bapak/ibu yang bagus ini? Gunakan kata-kata yang sederhana dan konkrit gunakan makan satu buah setelah makan dari pada menggunakan makanan yang berserat Gunakan kalimat yang simple dan pendek satu pesan untuk satu kalimat. b) Teknik nonverbal komunikasi Perilaku : ramah tamah, sopan dan menghormati, cegah supaya tidak acuh tak acuh, perbedaan. Kontak mata : jaga tetap kontak mata.

Expresi wajah : mereflexsikan peraaan yang sebenarnya. Postur dan tubuh : mengangguk, gerakan tubuh yang tepat, meletakan kursi dengan tepat. Sentuhan : memegang tangan, menjbat tangan. Simbol, contohnya cara berpakaian menentukan identitas pribadi seseorang. Nada suara (tone voice), bisa menunjukkan emosi seseorang, mengindikasikan emosi pada lansia. Pada lansia saat kita berkomunikasi hendaknya menggunakan nada yang rendah. Body language, dapat digunakan untuk memvalidasi maksud atau tujuan komunikasi. Body language pasien harus diperhatikan karena body language yang tidak sesuai dapat menjadi barier komunikasi. Oleh karena itu perawat harus menempatkan diri untuk

berkomunikasi dengan lansia. Space or distance, and position. public space, area tidk ada hubungan dengan orang lain (>12 kaki). social space, komunikasi terjadi dalam tahap interpersonal (4-12 kaki). personal space, seberapa dekat orang dapat berkomunikasi dengan kita dan kita merasa nyaman (18 inci 4 kaki). intimate space, hanya orang tertentu yang boleh masuk. Gesture, digunakan untuk membantu menyampaikan maksud dari komunikasi. gesture sangat membantu pada orang yang tidak dapat mendengar. Ekspresi wajah, digunakan untuk komunikasi antarbudaya dan bangsa. karena ekspresi takut, marah, sedih, senang, dll bisa ditunjukkan lewat ekspresi wajah. Kontak mata, posisi sejajar menunjukkan respect terhadap lawan bicara Kecepatan komunikasi, jangn tergesa-gesa ketika berkomunikasi dengan lansia, karena menyebabkan kebingingan dan frustrasi. Waktu, terlalu menyampaikan di awal membuat lansia lupa. dan menyampaikan diakhir membuat stress atau frustrasi. komunikasi di

malam hari mengganggu waktu tidur lansia.membutuhkan yang lebih lama dan sabar untuk komunikasi dengan lansia. Sentuhan, metode untuk mengungkapkan perhatian dan caring. sentuhan terapeutik dapat menurunkan ansietasn depresi, dapat meningkatkan keberadaan dan rasa penghargaan bagi lansia. Silence, bentuk komunikasi yang ditunjukkan ketika lansia berduka, cemas, sakit. c) Teknik komunikasi verbal Teknik informing. Bahasa singkat danjelas, mudah dimenerti, pada teknik ini perawat bersifat aktif dan pasien pasif. akan tetapi metode ini tidak efektif. Bertanya, Bertanya langsung: membantu untuk mendapat informasi spesifik. jika berlebihan dapat menyebabkan lansia defensif. (menggunakan pertanyaan tertutup ya/tidak). bertanya terbukatertutup : meliputi pertanyaan reflektif, klarifikasi, parafrase, ex : anda sedang sedih, mengapa? Berhadapan langsung (confronting). Ketika respon verbal dan non verbal pada lansia tidak sama, teknik ini dapat dialkukan. tidak dianjurkan pada klien lansia yang sedang gelisah atau bingung. Social communication. Tujuannya untuk lebih membina hubungan saling percaya dengan lansia. untuk memperoleh informasi lain diluar info kesehatan lansia. d) Teknik untuk meningkatkan komunikasi dengan lansia. Memulai kontak saling memperkenalkan nama dan berjabat tangan. Bila hanya menyentuh tangannya hanya untuk mengucapaka pesanpesan verbal dan merupak metode primer yang non verbal. Jelaskan tujuan dari wawancara dan hubungan dengan intervensi keperawatan yang akan diberikan. Muali pertanyaan tentang topik-topik yang tidak mengancam. Gunakan pertanyaan terbuka dan belajar mendengar yang efektif. Secara periodic mengklarifikasi pesan.

Mempertahankan kontak mata dan mendengar yang baik dan mendorong untuk berfokus pada informasi. Jangan berespon yang menonjolkan rasa simpati. Bertanya tentang keadaan mental merupakan pertanyaan yang mengancam dan akan mengakiri interview. Minta ijin bila ingin bertanya secara formal. c. Lingkungan wawancara. a) Posisi duduk berhadapan b) Jaga privasi. c) Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam d) Kurangi keramaian dan berisik e) Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan menjaga kita mengekspresikan diri kita sendiri efek dari kmunikasi adalah pengaruh timbal balik seperti cermin. E. Kendala-kendala dan hambatan dalam berkomunikasi dengan lansia Saat Perawat berkomunikasi dengan lansia tidak sedikit hambatan yang terjadi saat melakukan komunikasi. Apabila hal ini dibiarkan terus akan menghambat kemajuan komunikasi. Hambatan tersebut antara lain: a. Interna distraksi Gangguan terjadi pada lansia saat melakukan komunikasi, misalnya lansia mengantuk, menguap atau melakukan lapar saat melakukan komunikasi dengan perawat b. Sensory overload c. Gangguan neurologi d. Defisit pengetahuan e. Hambatan verbal f. Setting yang tidak tepat g. Perbedaan budaya Proses komunikasi antara perawat dan klien berusia dapat tergantung oleh sikap klien yang agresif dan nonasertif. Sikap agresif pasien yang berusia

lanjut dapat berkomunikasi pada umumnya ditandai dengan beberapa sebagai berikut: Mendominasi lawan komunikasi Meremehkan orang lain Mempertahankan hak dengan menyerang pihak lain Menonjolkan diri Mempermalukan diri di depan umum Disamping sikap agresif klien berusia lanjut sering bersikap nonasertif yang ditandai: Tidak kooperatif Rendah diri Merasa tidak berdaya Kurang percaya diri Membiarkan orang lain mengambil kepuutusan unutk dirinya. Bersikap pasif Penurut Terlalu toleran demi hubungan baik dengan orang lain Untuk mengantisipasi kendala dalam berkomunikasi dengan klien berusia lanjut perawat/petugas kesehatan dituntut untuk mampu mengatasinya. Perawat perlu menerapkan upaya-upaya tertentu sebagai berikut: Bersuara keras dalam berbicara untuk mengetahui kondisi pendengaran klien Menarik perhatian klien sebelum berbicara agar memperhatikan gerak mulut perawat Mencipatakan lingkungan yang kondusif untuk berkomunikasi Gangguan pada organ komunikasi dapat menjadi kendala yang menghambat pesan Memehami kondisi klien yang tidak lagi mampu berkomunikasi secara normal. Berbicara perlahan dengan kalimat dan bahasa yang sederhana

Menggunakan isyarat visual untuk memperjelas pesan selama berbicara Menyesuaikan bahasa tubuh dengan isi pesan yang disampaikan Meringkas pesan Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya Tidak menegur secara langsung apabila klien melakukan kesalahan Menjadi pendengan yang baik Mengarahkan topik pembicaraan

F. Mengatasi Reaksi Penolakan Penolakan merupakan ungkapan ketidakmampuan seseorang untuk mengakui secara sadar terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadian nyata. Sikap menolak pada klien berusia lanjut merupakan reaksi ketidaksiapan untuk menerima perubahan yang terjadi pada dirinya. Menghadapi klien berusia lanjut perawat perlu memperhatikan beberapa tahapan sebagai berikut : 1. Mengenali reaksi penolakan Membiarkan klien berperilaku menurut keinginannya dalam jangka waktu tertentu sebagai mekanisme adaptasi sejauh perilaku tersebut tidak membahayakan dirinya, orang lain dan lingkungannya.

2. Mengarahkan klien untuk mandiri Tahapan ini dimaksudkan untuk mempermudah proses penerimaan perawatan yang akan dilakukan sebagai upaya mengarahkan klien kearah kemandirian dalam perawatan. 3. Melibatkan Keluarga Tahapan ini bertujuan membantu perawat untuk memperoleh sumber informasi atau data tentang klien agar rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif. G. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia a. Keterampilan Komunikasi Terapeutik, dapat meliputi : Perawat membuka wawancara dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dan lama wawancara

Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab, berkaitan dengan pemunduran kemampuan untuk merespon verbal. Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar belakang sosiokulturalnya. Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia kesulitan dalam berfikir abstrak Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan memberikan respon nonverbal seperti kontak mata secara langsung, duduk dan menyentuh pasien. Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian pasien dan distress yang ada Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari wawancara pengkajian. Perawat harus memperhatikan respon pasien dengan mendengarkan dengan cermat dan tetap mengobservasi. Tempat mewawancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan asing bagi pasien. Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus dibuat senyaman mungkin. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang sensitif terhadap, suara berfrekuensi tinggi atau perubahan

kemampuan penglihatan. Perawat harus mengkonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga pasien atau orang lain yang sangat mengenal pasien. Memperhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara.

b. Prinsip Gerontologis untuk komunikasi Menjaga agar tingkat kebisingan minimum. Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol. Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik. Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.

10

Jangan berbicara dengan keras/berteriak, bicara langsung dengan telinga yang dapat mendengar dengan lebih baik. Berdiri di depan klien. Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana Beri kesempatan bagi klien untuk berfikir. Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan orang tua, kegiatan rohani. Berbicara pada tingkat pemahaman klien. Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau keahlian H. Prinsip-Prinsip Etik Pelayanan Kesehatan Pada Lansia Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada derita usia lanjut adalah: Empati : istilah empati menyangkut pengertian : simpati atas dasar pengertian yang mendalam. Dalam istilah ini diharapkan upaya pelayanan geriatric harus memandang seorang lansia yang sakit dengan pengertian, kasih sayang dan memahami rasa penderitaan yang dialami oleh penderita tersebut. Tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar, tidak berlebihan, sehingga tidak memberi kesan overprotective dan belas kasihan. Oleh karena itu semua petugas geriatric harus memahami proses fisiologi dn patologik dari penderita lansia. Yang harus dan jangan : prinsip ini sering dikemukakan sebagai non-malefecience dan beneficence, pelayanan geriatric selalu

didasarkan pada keharusan untuk mengerjakan yang baik untuk penderita dan harus menghindari tindakan yang menambah

penderitaan (harm) bagi penderita. Terdapat adagium primum non nocere (yang terpenting jangan membuat seseorang menderita). Dalam pengertian ini, upaya pemberian posisi baring yang tepat untuk menghindari ras nyeri, pemberian analgesic (kalau perlu dengan devirat morfin) yang cukup, pengucapan kata-kata hiburan merupakan contoh berbagai hal yang mungfkin mudah dan praktis untuk dikerjakan.

11

Otonomi : yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginanya sendiri. Tentu sxsaja hak tersebut mempunyai batasan, akan tetapi dibidang geriatric hal tersebut berdasar pada keadaan, apakah penderita dapat membuat putusan secara mendiri dan bebas. Keadilan : yaitu prinsip pelayanan geriatric harus memberikan perlakuan yang sama bagi semua penderita. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita secara wajar dan tidak mengadakan perbedaan atas dasar karakteristik yang tidak relevan. I. Komunikasi Terapeutik Pada Lansia dengan Masalah Fisik Maupun Mental 1. Lansia dengan Gangguan Pendengaran: Berdiri menghadap klien Bertanya diarahkan pada telinga yang lebih baik Berikan perhatian dan tunjukan wajah saudara Tegurlah nama sebelum pembicaraan dimulai Gunakan pembicaraan yang keras, jelas, pelan dan diarahkan langsung pada klien Hindari pergarakan bibir yang berlebihan Hindari memalingkan kepala, tidak berbalik atau berjalan saat berbicara Jika klien belum memahami, ulangi dengan menggunakan kata-kata yang berbeda Membatasi kegaduhan lingkungan Gunakan tekanan suara yang sesuai Berilah instruksi yang sederhana untuk mengevaluasi pembicaaan Hindari pertanyaan yang tertutup, gunakan kalimat pendek saat bertanya Gunakan bahasa tubuh yang sesuai dengan isi komunikasi

2. Lansia dengan gangguan penglihatan Perkenalkan diri, dekati klien dari depan Jelaskan kondisi tempat dan orang yang ada

12

Bicaralah saat saudar ingin meninggalkan tempat Pada saat saudara berbicara pastikan klien tahu tempat saudara Katakan pada klien apa yang dapat membantunya Biarkan klien memegang tangan saudara sebagai petunjuk dan jelaskan apa yang sedang saudara kerjakan. Jelaskan jalan-jalan yang biasa dilalui oleh klien Sanjunglah kemampuan beradaptasi dan kemandirian klien

3. Lansia dengan Alzeimer Penyakit alzeimer (AD) kadang disebut dimensia degeneratif primer atau dimensia senil jenis Alzeimer (SDAT) merupakan penyakit neurologis degeneratif progresif, irreversibel, yang muncul tiba-tiba yang ditandai dengan penurunan bertahap fungsi kognitif dan gangguan perilaku (Brunner dan Siddarth,2001) Teknik komunikasi yang digunakan adalah Selalu berkomunikasi dari depan lansia Bicaralah dengan nada yang remang Bertatap muka Minimalkan gerakan tangan Menghargai dan mempertahankan jarak Cegah setting ruangan yang memberikan stimulasi yang banyak Pertahankan kontak mata dan senyum Ikuti langkah klien dan bicaralah padanya Bertanyalah hanya dengan satu pertanyaan Mengangguklah dan tersenyum bila memahami perkataannya

4. Lansia yang menunjukan kemarahan Klarifikasi penyebab amrah yang terjadi Bantu dan dorong klien mengungkapkan marah dengan konstruktif Gunakan pertanyaan terbuka Luangkan waktu setiap hari bersama klien Puji dan dukung setiap usaha dari klien

5. Lansia yang mengalami kecemasan

13

Dengarkan apa yang dibicarakan klien Berikan penjelasan secara singkat dan jelas Identifikasi bersama klien sumber-sumber yang menyebabkan

ketegangan atau kecemasan Melibatkan staf dan anggota keluarga

14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertaankan dan meningkatkan kontrak dengan oran lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingka laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi denan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yan maknanya dipacu dan ditransmisikan. Komunikasi pada lansia tidaklah begitu sulit dibutuhkan teknik-teknik tersendiri untuk melakukan komunikasi pada lansia banyak hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya : a. Teknik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik. b. Tehknik untuk wawancara. c. Kendala dan hambatan dalam komunikasi. d. Mood dan privasi e. Aspek-aspek yang harus diperhatikan. B. Saran Komunikasi pada lansia baiknya dilakukan secara bertahap supaya mudah dalam pemahamannya. Lansia merupakan kelompok yang sensitive dalam perasaannya oleh sebab itu, saat komunikasi harus berhati-hati agar tidak menyinggung perasaannya.

15

DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, Mukhpirah. 2008. Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan. Samarinda: PT Refika Aditama Nursaid, Muhammad. 2012. Makalah Cara Berkomunikasi Pada Pasien Lansia. Dalam, file:///H:/klp%203%20_ku/makalah-berkomunikasi-pada-pasien.html, diakses pada hari Rabu 19 September 2012 Machfoedz, Mahmud. 2009. Komunikasi Keperawatan Komunikasi Terapeutik. Jogyakarta: Ganbika Sunshine, Elista.Komunikasi Terapeutik Pada Lanjut Usia. Dalam, file:///H:/klp%203%20_ku/komunikasi-terapeutik-pada-lansia1.html, diakses pada hari Rabu 19 September 2012

16

Anda mungkin juga menyukai