Anda di halaman 1dari 24

Spirometri

Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara obyektif kapasitas/fungsi paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi medis. Alat yang digunakan disebut spirometer.

Tujuan : mengukur volume paru secara statis dan dinamik menilai perubahan atau gangguan pada faal paru

Prinsip spirometri adalah mengukur kecepatan perubahan volume udara di paru-paru selama pernafasan yang dipaksakan atau disebut forced volume capacity (FVC). Prosedur yang paling umum digunakan adalah subyek menarik nafas secara maksimal dan menghembuskannya secepat dan selengkap mungkin Nilai FVC dibandingkan terhadap nilai normal dan nilai prediksi berdasarkan usia, tinggi badan dan jenis kelamin.

Sebelum dilakukan spirometri, terhadap pasien dilakukan anamnesa, pengukuran tinggi badan dan berat badan. Pada spirometer terdapat nilai prediksi untuk orang Asia berdasarkan umur dan tinggi badan. Bila nilai prediksi tidak sesuai dengan standar Indonesia, maka dilakukan penyesuaian nilai prediksi menggunakan standar Indonesia. Volume udara yang dihasilkan akan dibuat prosentase pencapaian terhadap angka prediksi.

Spirometri dapat dilakukan dalam bentuk social vital capacity (SVC) atau forced vital capacity (FVC). Pada SCV, pasien diminta bernafas secara normal 3 kali (mouthpiece sudah terpasang di mulut) sebelum menarik nafas dalam-dalam dan dihembuskan secara maksimal. Pada FVC, pasien diminta menarik nafas dalam-dalam sebelum mouth piece dimasukkan ke mulut dan dihembuskan secara maksimal.

Pengukuran fungsi paru yang dilaporkan : 1. Forced vital capacity (FVC) adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara paksa setelah inspirasi secara maksimal, diukur dalam liter.

2. Forced Expiratory volume in one second (FEV1) adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan dalam waktu 1 detik, diukur dalam liter. Bersama dengan FVC merupakan indikator utama fungsi paru-paru. 3. FEV1/FVC merupakan rasio FEV1/FVC. Pada orang dewasa sehat nilainya sekitar 75% 80% 4. FEF 25-75% (forced expiratory flow), optional 5. Peak Expiratory Flow (PEF), merupakan kecepatan pergerakan udara keluar dari paruparu pada awal ekspirasi, diukur dalam liter/detik. 6. FEF 50% dan FEF 75%, optional, merupakan rata-rata aliran (kecepatan) udara keluar dari paru-paru selama pertengahan pernafasan (sering disebut juga sebagai MMEF(maximal mid-expiratory flow)

Klasifikasi gangguan ventilasi (% nilai prediksi) : Gangguan restriksi : Vital Capacity (VC) < 80% nilai prediksi; FVC < 80% nilai prediksi

Gangguan obstruksi : FEV1 < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75% nilai prediksi Gangguan restriksi dan obstruksi : FVC < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75% nilai prediksi.

Bentuk spirogram adalah hasil dari spirometri. Beberapa hal yang menyebabkan spirogram tidak memenuhi syarat : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Terburu-buru atau penarikan nafas yang salah Batuk Terminasi lebih awal Tertutupnya glottis Ekspirasi yang bervariasi Kebocoran

Setiap pengukuran sebaiknya dilakukan minimal 3 kali. Kriteria hasil spirogram yang reprodusibel (setelah 3 kali ekspirasi) adalah dua nilai FVC dan FEV1 dari 3 ekspirasi yang dilakukan menunjukkan variasi/perbedaan yang minimal (perbedaan kurang dari 5% atau 100 mL)

Kontrol Pernapasan
Pusat pengaturan napas terletak di dua bagian otak, yaitu medula oblongata dan pons varoli. Medula oblongata mengatur irama pernapasan. Ketika kita mengambil napas dalam-dalam,

sensor di dalam jaringan paruparu mengirimkan impuls kembali ke medula untuk menghentikan pusat pengaturan napas. Selain itu, medula oblongata akan mendeteksi kenaikan pH dalam darah akibat kandungan CO2 darah yang meningkat. Medula oblongata akan mengirimkan impuls kepada otot tulang rusuk untuk berkontraksi dan meningkatkan laju serta kedalaman proses bernapas. Kandungan O2 di dalam darah hanya memiliki sedikit pengaruh terhadap pusat pengaturan pernapasan. Akan tetapi, ketika kandungan O2 di dalam darah sedikit, medula oblongata akan mengirimkan impuls terhadap otot tulang rusuk untuk berkontraksi. Hal ini akan meningkatkan pula laju serta kedalaman proses bernapas. Adapun ketika berolahraga, laju pernapasan akan meningkat. Selain itu, pernapasan bergantung pula pada usia. Orang dewasa memiliki laju pernapasan lebih lambat dibandingkan dengan bayi. Hal ini disebabkan lebih tingginya proses metabolisme pada bayi. Terdapat beberapa faktor lain yang memengaruhi laju pernapasan, seperti jenis kelamin, suhu tubuh, dan posisi tubuh.

2.Ruang rugi fisiologi adalah ruang yang berisi volume udara yang tidak mencapai
keseimbangan dengan darah, yaitu ventilasi yang terbuang. Metode pengukurannya dengan cara mengukur volume seluruh ruang sistem pernapasan termasuk ruang rugi alveoli dan daerah petukaran gas lainnya. Pada orang yang normal, volume ruang anatomi dan volume ruang fisiologi hampir sama, karena pada paru normal semua alveoli berfungsi. Pada orang yang alveolinya hanya berfungsi sebagian atau tidak berfungsi sama sekali, volume ruang rugi fisiologinya mencapai 10 kali volume ruang rugi anatomi

SISTEM PERNAFASAN ( RESPIRASI )


Paru merupakan organ penting bagi tubuh yang mempunyai fungsi utama sebagai alat respirasi. Proses respirasi yaitu pengambilan oksigen dari udara luar dan pengeluaran CO2 dari paru-paru. Sistem respirasi membawa udara melalui hidung ke dalam alveoli. Dirongga hidung udara dibersihkan dari debu ukuran 2-10 , dipanaskan dan dilembabkan oleh bulu dan lendir hidung sebelum masuk ke trakea Paru merupakan organ penting bagi tubuh yang mempunyai fungsi utama sebagai alat respirasi. Proses respirasi yaitu pengambilan oksigen dari udara luar dan pengeluaran CO2 dari paru-paru. Sistem respirasi membawa udara melalui hidung ke dalam alveoli. Dirongga hidung udara dibersihkan dari debu ukuran 2-10 , dipanaskan dan dilembabkan oleh bulu dan lendir hidung sebelum masuk ke trakea. Debu yang lolos ditangkap oleh lendir dari sel-sel mukosa di bronkus dan bronkioli, silia sel mukosa ini bergerak berirama mendorong kotoran keluar dengan kecepatan 16 mm/menit. Proses transfer O2 setelah sampai di alveoli, terjadi proses difusi O2 ke eritrosit yang terikat oleh hemoglobin sejumlah 20 ml/100 ml darah dan sebagian kecil larut dalam plasma 0,3 ml/ 100 cc, jika Hb 15 gr%. Dan sebaliknya C02 dari darah dibawa ke alveoli untuk dikeluarkan melalui udara ekspirasi. Proses ventilasi (keluar masuknya udara) didukung oleh unsur-unsur jalan nafas, jaringan paru, rongga thorax, otot nafas dan saraf nafas.

Topik 1.Struktur Anatomi dan Histologi Sistem Respirasi 2.Fungsi Sistem Respirasi 3.Pengertian Respirasi 4.Fase/Proses Respirasi 5.Difusi Paru 6.Ruang Rugi 7.Volume Paru 8.Hipoksia dan Terapi O2 STRUKTUR SISTEM RESPIRASI A.Berdasarkan Anatomi-Histologi 1.Conducting Portion / Cleaning system / Bagian Penyalur ~Hidung ~Pharynx ( NasoPharynx ) ~Larynx ~Trachea ~Bronchus Extra Pulmonalis ~Bronchus Intra Pulmonalis ~Bronchiolus Terminalis. 2.Respiration Portion / Bagian Respiratorik ~Bronchiolus Respiratorius ~Ductus Alveolaris ( ditemukan beberapa Saccus Alveolaris dimana terdapat gerombolan Alveoli ). B.Berdasarkan Anatomi-Fisiologi 1.Tractus Respiratorius Atas Terdiri dari : - Mulut Rongga Hidung Pharynx Larynx 2.Tractus Repiratorius Bawah Terdiri dari - Trachea Bronkus Bronkiolus Alveoli CAVUM NASI (RONGGA HIDUNG) Fungsi : Sebagai jalan keluar/masuknya udara Penyaring Melembabkan dan menghangatkan udara Ruang resonansi fungsi bicara Tempat reseptor pembau Struktur : Di tengahnya dipisahkan oleh septum nasi. Udara masuk melalui lubang hidung yang terletak paling depan atau cuping hidung yang disebut nares anterior dan ada lubang di belakang yang berhubungan dengan nasopharynx yang disebut nares posterior. Nares Anterior

Dindingnya terdiri dari : 1.Jaringan ikat fibrous 2.Tulang rawan, yang memberi bentuk pada hidung 3.Otot bergaris, menyebabkan cuping hidung dapat mengembang dan mengempis. Organ Penyaring 1.Bulu Hidung, bisa menyaring debu dengan ukuran > 5. 2.Selaput Lendir, fungsinya sebagai lem bagi debu yang masuk. 3.Konkha ( Conchae ), merupakan tonjolan / sekat dinding rongga hidung. Fungsinya : - sebagai proses penyaringan yang terjadi pada bidang yang lebih luas. - sebagai penyaring pada tempat yang banyak mengandung mucus (lendir). Cavum Nasi dibagi menjadi : Vestibulum Nasi ( Regio Vestibularis ) Rongga terlebar. Epitelnya berlapis pipih bertanduk dengan rambut-rambut tebal yang mengarah ke luar dan disebut vibrissae. Terdapat kelenjar minyak dan kelenjar keringat. Semakin ke dalam, epitelnya semakin tidak bertanduk dan tipis, tidak ada kelenjar keringat dan lemak. Bagian Respiratorik terdiri dari: 1.Regio Respiratoria yang dilapisi oleh mukosa respiratoria. 2.Regio Olfaktoria dilapisi oleh mukosa olfaktoria. Sinus Merupakan rongga-rongga yang berisi udara di dalam hidung disekitar rongga hidung dan mempunyai hubungan-hubungan dengan rongga hidung. Yang termasuk sinus para nasalis : 1.Sinus frontalis 2.Sinus maksilaris 3.Sinus ethmoidalis 4.Sinus spenoidalis Fungsi : penghangat dan melembabkan udara pada produksi mucus ( lendir ). PHARYNX Adalah rongga yang berbentuk pipih dan dilewati oleh udara dan makanan. Terdiri dari otot skeletal untuk fungsi penelanan. Terdapat glottis yang berfungsi menutup saluran napas apabila ada makanan yang akan melewati pharynx, dan refleknya adalah batuk. Bagian-bagian dari pharynx yaitu : 1.Nasopharynx : sebagai jalan napas. 2.Oropharynx : sebagai jalan makanan dan udara. 3.Laringopharynx : sebagai jalan makanan dan udara, dan merupakan pemisah antara esophagus dan trachea. Terdapat lapisan-lapisan, yaitu : Epitel Mukosa Respiratoria Yaitu epitel berderet silindris dengan 2 tipe : a.Dengan sel goblet Sel-sel yang akan mensekresi mucus/lendir yang akan menangkap bahan-bahan kotoran dari luar.

b.Sel-sel yang bercilia Silia akan bergerak untuk mendorong mucus keluar. Epitelnya tinggi dan bersilindris. Pembuluh Darah Berfungsi untuk menghangatkan. Lamina Propia Terdiri dari jaringan ikat kendor yang mengandung kelenjar dan banyak sabut-sabut elastis. Tunika sub-Mukosa Sekretnya ada yang kental ( mucous ) dan ada yang serous ( cair ). Fungsinya : untuk melembabkan udara. Mengandung jaringan ikat kendor yang mempunyai banyak jaringan limfoid, yaitu : Tonsillae Pharyngica, letaknya di belakang nasopharynx. Tonsilla Palatina, terletak di perbatasan rongga mulut dan oropharynx kiri kanan. Tonsillae Lingialis, terletak pada akar lidah. Tonsillae Tubaria, terletak di sekitar muara Tuba Eusthacii. LARYNX Merupakan jalan udara sebagai saluran peralihan makanan dan udara. Menghubungkan pharynx dan trachea. Mempunyai kerangka : 1.Tulang rawan hyalin (besar-besar). 2.Tulang rawan elastis ( kecil-kecil ) Mempunyai 2 lipatan mukosa yang disebut : Pilika Vokalis/Falls Vocal Cord Fungsi lain dari pilka vokalis adalah : Menutup saluran napas saat mengejan Secara refleks menutup saluran napas bila berada pada tempat dengan udara yang tidak dikehendaki oleh paru-paru. Secara Intermitent membuka menutup saat batuk. Dapat pula diregangkan atau ditegangkan. Terlibat dalam proses bicara. Pilika Ventrikularis/True Vocal Cord Disebut juga pita suara palsu yang dapat merapat untuk menahan nafas sewaktu menggendan. Mempunyai kelenjar dimukosanya. Dilengkapi epiglotis dan glottis Epiglotis akan menutup laring ketika menelan. Glotis akan terbuka saat udara masuk. TRACHEA DAN BRONCHUS EXTRA PULMONALIS Tunika Mukosa : Lapisan epitel; Permukaan trachea dilapisi oleh epitel berderet silindris dengan kinosilia dan sel goblet. Terdiri atas sel-sel : Sel silindris bersilia Sel goblet sel piala mukous Sel silindirs dengan striated border (brush cells) reseptor sensorik Sel lymfosit, makrofag dll. Lamina Propria : Terdiri atas jaringan ikat kendor, merupakan lapisan yang tipis dengan sabut sabut elastis yang

jelas. Terdapat infiltrasi dari sel sel lymfosit. Tunika Submukosa : Terdiri atas jaringan ikat kendor, dimana didalamnya terdapat : Kelenjar campur / serous terutama terletak di sela sela 2 cincin tulang rawan sedangkan pada bagian posterior terletak diluar / didalam otot polos. Pembuluh darah dan pembuluh lymfe. Tulang Rawan Hyalin : Berbentuk seperti tapal kuda dengan ujung posteriornya terbuka yang dihubungkan oleh otot polos dengan arah transversal dan longitudinal/serong. Terdiri atas sekitar 20 cincin yang mengakibatkan lumen trachea selalu terbuka. Antara cincin cincin tulang rawan dihubungkan oleh jaringan ikat padat yang menyatu dengan perikondrium. Tunika Adventitia : Terletak diluar tulang rawan, terdiri atas jaringan ikat kendor yang berisi pembuluh darah dan saraf otonom. Bronchus extra pulmonalis mempunyai struktur histologi yang sama dengan trachea. Merupakan bronchus yang terletak diluar paru yang pada gross anatomi disebut main bronchus. Bila didekatnya terdapat oesophagus atau kelenjar thyroid maka sediaannya adalah trachea. BRONCHUS INTRA PULMONALIS Bronchus intra pulmonalis adalah bronchus yang sudah memasuki jaringan paru. Selalu berjalan interlobuler, diselubungi oleh jaringan ikat interlobularis yang merupakan kelanjutan jaringan ikat dari hilus. Didekatnya berjalan pembuluh darah yang merupakan cabang dari arteria dan vena pulmonalis. Tunika Mukosa : Dilapisi oleh epitel berderet silindris dengan kinosilia dan sel goblet dan mempunyai lamina basalis yang jelas. Lamina propria tipis, terdiri atas jaringan ikat kendor yang mengandung sabut sabut elastis dan sabut sabut retikuler yang berjalan longitudinal. Bronchi bercabang cabang sebagai bronchial tree yang makin lama makin kecil dan bronchus terkecil dilapisi oleh epitel selapis silindris + silia + sel goblet Pada perbatasan dengan submukosa terdapat otot polos yang tersusun spiral mengelilingi bronchus sehingga otot polos ini tampak terputus putus Otot polos ini ibarat muskularis mukosa Juga didapatkan sabut sabut elastis yang memadat. Tunika Submukosa : Terletak disebelah dalam dari tulang rawan, terdiri dari jaringan ikat kendor yang mengandung kelenjar campur dan mukous dan juga terdapat jaringan lymfoid. Tulang Rawan Hyalin : Berupa lempengan lempengan tulang rawan yang ireguler mengelilingi lumen sehingga pada potongan melintang tampak seperti kepingan kepingan atau pulau pulau. Tunika Adventitia : Terdapat cabang cabang dari arteria dan vena bronchialis. BRONCHIOLUS Berjalan intralobuler dengan penampang kira kira 1 mm. Tunika Mukosa : Dilapisi oleh epitel selapis silindris rendah atau selapis kubis, mempunyai kinosilia dan sel

goblet. Pada bronchiolus kecil, sel goblet (-), sebagai gantinya terdapat sel Clara atau bronchiolar sel. Sifat Sel Clara Berbentuk seperti kubah dengan apex menonjol kearah lumen. Bersifat sekretoris, membentuk cairan bronchial dan surfactant. Lamina propria mengandung sabut sabut elastis dan otot polos (muskularis mukosa) yang lebih tebal dibandingkan dengan otot polos pada bronchus intrapulmonalis. Tidak ada tulang rawan, kelenjar, lymfonoduli. Tunika adventitia tipis. Bronchiolus Terminalis Hanya dapat didiagnosa pada potongan membujur dimana dia merupakan segmen pendek sebelum menjadi bronchiolus respiratorius. Dilapisi oleh epitel selapis kubis dengan sel sel yang bersilia (penting untuk drinage yang kemudian fungsi ini akan diambil oleh makrofag) yang terletak diantara sel sel kubis yang tidak bersilia Belum ada muara alveoli. Pada potongan melintang, struktur bronchiolus terminalis tidak bisa dibedakan dengan bronchiolus kecil. Bronchiolus Respiratorius Dilapisi oleh epitel selapis kubis bersilia sampai selapis pipih. Muara alveoli sudah mulai ada, sehingga pertukaran gas sudah mulai terjadi. Mempunyai sabut otot polos tetapi tidak melingkari lumen, hanya tampak sebagai benjolanbenjolan atau garis tebal yang terputus-putus karena disela oleh muara-muara alveoli. Sabut elastis tetap ada, sabut retikuler juga tetap ada. Ductus Alveolaris Saluran berbentuk kerucut, berdinding tipis dilapisi oleh epitel selapis pipih. Sabut otot polos hanya tampak seperti titik-titik saja karena disela oleh muara alveoli yang sangat banyak dan otot polos ini tampak jelas diujung-ujung muara alveoli. Mempunyai sabut elastis dan sabut retikuler. Saccus Alveolaris Ruangan multilokuler berbentuk seperti bunga, dibentuk oleh beberapa alveoli. Tidak mempunyai otot polos, antara alveolus yang satu dengan yang lain dipisahkan oleh septum interalveolaris. Mempunyai sabut elastis untuk mengembang kempiskan alveoli. Mempunyai sabut retikuler untuk mencegah over distensi dari alveoli. Alveoli Ruang berbentuk hexagonal dengan lubang besar untuk keluar masuknya udara. Mempunyai sabut elastis, sabut retikuler dan septum interalveolare. Septum Interalveolare : Dinding tipis antar alveoli yang dilapisi oleh epitel selapis pipih. Mempunyai sabut elastis, sabut retikuler, kaya akan kapiler. Mempunyai lubang-lubang halus yang disebut alveolar pores untuk menjaga keseimbangan tekanan antar alveoli. Sel sel yang terdapat pada septum interalveolare : Sel type I: Lapisan penutup yang lengkap pada permukaan alveoli.

Sel berbentuk pipih dengan inti pipih dan sitoplasmanya sedikit. Sel type II: Sel berbentuk kuboid, biasanya terletak dipojok pojok dinding alveoli. Inti vesikuler, sitoplasmanya banyak dan bervakuola. E/M mengandung sitosome yang berisi surfaktant. Sel endotel : Mirip seperti sel type I, yaitu gelap, inti pipih dan sitoplasmanya sedikit. Sel endotel melapisi dinding kapiler. Alveolar macrophage / alveolar phagocytes / dust cells : Seperti makrofag biasa, tapi terletak pada septum interalveolaris, alveolar space dan antara septum interalveolaris dengan alveolar space. Bila memphagositir debu, disebut dust cells. Bila memphagositir erytrosit (pada heart failure) disebut heart failure cells. Blood Air Barrier Adalah struktur yang dilalui oleh gas gas pada proses pertukaran gas antara ruang alveolus dan darah dalam kapiler. Struktur ini terdiri atas : Epitel selapis pipih dari alveoli Interstitial space adalh ruang antara lamina basalis epitel alveoli dengan lamina basalis kapiler Endotel kapiler. FUNGSI SISTEM RESPIRASI 1.Pertukaran gas 2.Keseimbangan asam basa 3.Phonasi (untuk mengeluarkan suara) 4.Proteksi tubuh terhadap benda asing 5.Penyedia jalan untuk peneluaran air dan panas PENGERTIAN RESPIRASI 1.Eksternal Mengacu pada rangkaian peristiwa dalam pertukaran O2 dan CO2. Pertukaran terjadi pada sel tubuh dan lingkungan, meliputi : Ventilasi : pergerakan udara keluar masuk paru, kecepatan disesuaikan dengan kebutuhan tubuh terhadap O2 dan pengeluaran CO2. Difusi : pertukaran gas paru-kapiler-sel/jaringan. Pertukaran gas. Proses : O2 alveoli paru-darah-diangkat jaringan-sel. CO2 (metabolisme) diangkat dengan arah berlawanan 2.Internal Proses metabolik pada sel, yang merupakan oksidasi bahan makanan. Terjadi pada mitokondria , menghasilkan ATP. Koefisien pernafasan : rasio CO2 yang dihasilkan terhadap O2 yang dikonsumsi tergantung bahan yang dikonsumsi : - Karbohidrat : RQ = 1 - Lemak : RQ = 0,7 - Protein : RQ = 0,8 FASE RESPIRASI/PROSES RESPIRASI

Fase respirasi / proses respirasi merupakan hubungan timbal balik antara: Tekanan atmosfer Tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer terhadap benda di permukaan bumi. Tekanan intraalveolar / intrapulmonary Tekanan intaalveolar adalah tekanan dalam alveolar. Tekanan intrapleura Tekanan intrapleura adalah tekan dalam kantung pleura. Dikenal juga sebagai tekanan intrathoraks yaitu tekanan pada luar paru pada rongga thoraks. Inspirasi ( Kontraksi ) Inspirasi merupakan proses aktif Inspirasi dibantu oleh kontraksi otot pernapasan dan diagfragma. Inspirasi terjadi penurunan tekanan alveolar. Otot inspirasi utama adalah diafragma Proses inspirasi : Kontraksi otot (diafragma, intercostae) Volume thoraks / rongga dada Paru-paru mengembang Tekanan intrapulmonari Udara masuk Ekspirasi ( Relaksasi ) Ekspirasi merupakan proses pasif Merupakan hasil daya elastis recoil paru pada saat otot inspirasi relaksasi. Akhir inspirasi : paru dan thoraks kembali pada posisi semula. Ekspirasi dapat bersifat aktif/paksa jika pengosongan paru lebih cepat dari pada bernafas tenang. 2.4.3 Ventilasi Paru Daya dorong ventilasi paru Adalah beda tekanan atmosfer dengan tekanan Intrapulmonar Aliran udara : berbanding langsung dengan gradient tekanan berbanding terbalik dengan tahanan pada jalan napas Tekanan penyebab ventilasi paru : a. Tekanan pleura yang berhubungan dengan volume paru b. Tekanan alveolus c. Tekanan transpulmoner d. Faktor yang mempengaruhi Ventilasi paru Mekanis : besar aliran darah ( kapiler ) alveoli ketebalan membran alveoli ( barrier difusi ) besar daya ventilasi alveoli Kimiawi : pCO2 arteri pO2 arteri [H]+ pd arteri Transport Gas Transport O2 Transport Oksigen dalam Darah Arteri.

98% darah dari paru memasuki atrium kiri yang mengalir melalui kapiler alveolus dan menjadi teroksigenisasi sampai PO2 kira-kira 104 mm Hg. 2% lainnya melewati aorta melalui sirkulasi bronkial, aliran ini disebut aliran pintas. Aliran pintas menyuplai jaringan dalam pada paru dan tidak terpapar dengan udara paru. Pada waktu meninggalkan paru, PO2 darah pintas hampir sama dengan darah vena sistemik normal. Ketika darah pintas bercampur dalam darah vena paru dengan darah yang teroksigenisasi dari kapiler alveolus, campuran darah ini disebut campuran darah vena. Campuran darah vena menyebabkan PO2 darah yang masuk ke jantung kiri dan dipompa ke dalam aorta, menjadi turun sampai sekitar 95 mm Hg. Transport Oksigen dalam Bentuk Terlarut. Oksigen yang diangkut ke jaringan dalam bentuk terlarut normalnya berjumlah sedikit, hanya sekitar 3% dari jumlah total, bila dibandingkan dengan 97% yang diangkut oleh hemoglobin. Selama kerja berat, pelepasan oksigen oleh hemoglobin ke jaringan meningkat 3x lipat, maka jumlah yang diangkut dalam bentuk terlarut turun menjadi 1,5%. Bila menghirup oksigen pada PO2 alveolus sangat tinggi, maka jumlah yang diangkut dalam bentuk terlarut dapat menjadi berlebihan. Jumlah yang diangkut dalam bentuk terlarut menjadi berlebihan, maka terjadi kelebihan yang serius dalam jaringan dan mengakibatkan keracunan oksigen. Keracunan oksigen tersebut mengakibatkan konvulsi otak dan bahkan kematian. Jumlah oksigen yang diangkut tergantung pada : Cardiac output ( curah jantung ) Oxygen capacity Hematokrit ( Packed Cell Volume ) Respons pembuluh darah terhadap perubahan O2 Transport Co2 Transport CO2 dimulai dari jaringan menuju ke paru. Bentuk transport : CO2 larut dalam plasma Karbamino Hb ( HbCO2 ) Bicarbonate ( HCO3- ) H2CO3 larut dalam plasma DIFUSI PARU Difusi paru adalah proses lanjutan setelah alveoli diventilasi dengan udara segar atau udara luar. Sedangkan definisi difusi itu sendiri adalah suatu proses dimana molekul-molekul sederhana yang dapat bergerak bebas satu sama lain. Difusi dapat terjadi apabila terdapat sumber energi yang disertai gerakan molekul itu sendiri. Arti difusi paru secara umum adalah suatu proses dimana terjadi pertukaran gas yaitu masuknya oksigen dari luar tubuh dan keluarnya gas karbondioksida. Proses Dalam difusi terdapat dua proses yaitu: a.Melalui membran alveoli traktus respiratorius Udara menembus membrane alveoli. Pada proses ini mula-mula pernafasan mulai paru-braoli kapiler, memisahkan oksigen darn alveparu di hirup oleh rongga hidung dan titeruskan ke paru-paru. Pada waktu barnafas, oksigen masuk melalui batang tenggorok (trakea) dan pipa bronchial ke alveoli dan erat hubungannya

dengan darah kapiler pulmonaris.. Hanya satu lapis membrane yaitu membrane alveoli kapiler, memisahkan oksigen dari daran merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa dalam pembuluh darah nadi (arteri) ke semua bagian tubuh. Untuk proses partukaran karbondioksida terjadi dengan arah sebaliknya. Di dalam paru-paru, karbondioksida adalah salah satu hari buangan metabolisma, menembus membrane alveolar kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronchial dan trakea, dinafaskan kembali keluar melalui hidung. b.Tanpa melalui membran Proses difusi tanpa melalui membrane ini yang dimaksudkan adalah pertukaran antar gas. Separti contoh yaitu antar karbondioksida dengan karbondioksida atau oksigen dengan oksigen. karbon dioksida Oksigen / karbondioksda Oksigen Fase difusi Dalam difusi terdapat tiga fase yaitu: 1. Gas fase diffution : difusi antar gas 2. Membrane fase diffution : difusi melewati membrane 3. Blood fase diffution : difusi gas dalam kapiler dengan gas darah jaringan. Difusi paru mengikuti hukum difusi a.Beda konsentrasi antara tekanan parsial gas dalam alveoliPerbedaan tekanan kedua sisi membran dan dalam darah kapiler paru. Tekanan parsial : ukuran total molekul gas tertentu yang membentur suatu satuan luas permukaan membran alveolus pada satu satuan waktu. Tekanan gas dalam darah : jumlah molekul yang berusaha keluar dari dalam arah yang berlawanan. Perbedaan kedua tekanan ini : kecenderungan netto untuk molekul gas bergerak melalui membran. Tekanan parsial gas dalam alveoli lebih besar daripada tekanan gas dalam difusi netto dari alveoli ke dalamdarah (seperti pada oksigen) darah. Tekanan gas dalam darah lebih besar daripada tekanan parsial dalam difusi netto dari darah kealveoli (seperti pada karbon dioksida) dalam alveoli. b.Penampang tempat difusi Luas permukaan membran pernafasan dapat berkurang oleh beberapa keadaan Misalnya: pengangkatan satu paru Pada enfisema (beberapa alveoli bersatu, dengan penghancuran sebagian ruang alveolus lebih besar dari asli, totaldinding alveolus) permukaan membran pernafasan berkurang 5x karena hilangnya dinding alveolus. pertukaran gas melalui membran terganggu / keadaan istirahat.Total permukaan berkurang seperempat normal mengganggu pertukaran gas pernafasanOlahraga berat, sedikit penurunan luas permukaan paru c.Suhu tebalnya membran pernafasan kadang meningkatd.Jarak Contoh : cairan edema dalam ruang interstisial membran dan dalam alveoli, sehingga gas-gas pernafasan berdifusi melalui membran dan cairan ini. menambah ketebalan beberapa bagian membran pernafasanFibrosis paru Kecepatan difusi melalui membran berbanding terbalik ketebalan membran e.Diameter partikel (gas)

f.Koefisien difusi Untuk memindahkan setiap gas melalui membrane pernafasan bergantung pada kelarutan gas dalam membran, dan berbanding terbalik dengan akar pangkat dua berat molekul gas untukKecepatan difusi dalam membran pernafasan = kecepatan dalam air perbedaan tekanan tertentu CO2 berdifusi 20x lebih cepat dari O2, O2 berdifusi 2x lebih cepat dari nitrogen Kapasitas Difusi Merupakan kemampuan membran pernafasan dalam pertukaran gas antara alveoli dan darah paru Definisi : besarnya gas yang dapat dilepaskan oleh 100 cc darah ke jaringan tubuh setiap 1 menit Tiap macam gas mempunyai Kapasitas Difusi berbeda sesuai dengan koefisien difusi gas a.Kapasitas Difusi untuk Oksigen Dewasa muda : keadaan istirahat 21 ml/menit/mmHg Artinya : Perbedaan tekanan oksigen rata-rata di antara membran pernafasan selama pernafasan tenang dan normal adalah 11 mmHg. Jika dikali dengan kapasitas difusi (11 x 21 = 230 mililiter oksigen yang berdifusi melalui membran pernafasan tiap menit), nilai ini sama dengan kecepatan pemakaian oksigen tubuh saat istirahat Perubahan kapasitas difusi oksigen selama kerja fisik Selama kerja berat (meningkatkan aliran darah paru dan ventilasi alveolus) kapasitas difusi meningkat 3x kapasitas difusi pada keadaan istirahat pada pria dewasa muda sampai maksimum ( 65 ml/menit/mm Hg) Faktor yang mempengaruhi peningkatan ini: 1)Pembukaan sejumlah kapiler paru yang asalnya tidak aktif / dilatasi meningkatkan luas permukaanekstra pada kapiler yang telah terbuka darah. rasio ventilasi-perfusi2)Pertukaran yang lebih baik antara ventilasi alveoli dan perfusi kapiler alveolus dengan darah Jadi, selama kerja fisik, oksigenasi darah ditingkatkan oleh peningkatan ventilasi alveolus dan memperbesar kapasitas difusi membran pernapasan untuk memindahkan oksigen ke dalam darah. b.Kapasitas Difusi Karbondioksida Belum pernah diukur karena : CO2 berdifusi dengan cepatnya hingga perbedaan PCO2 rata-rata dalam darah paru dan alveoli terlalu kecil untuk diukur. Namun diperkirakan kapasitas difusi CO2 : keadaan istirahat 400-450 ml/menit/mm Hg. selama kerja fisik 1200-1300 ml/menit/mm Hg. Pengukuran Kapasitas Difusi Kapasitas difusi oksigen dapat dihitung dari pengukuran : PO2 alveolus PO2 dalam darah kapiler paru Kecepatan ambilan oksigen oleh darah Namun pengukuran PO2 sangat sukar sehingga digunakan Metode Karbon Monoksida RUANG RUGI/DEAD SPACE Pengertian Ruang rugi pernapasan adalah ruang di dalam saluran napas yang berisi udara yang tidak berkontak dengan alveoli, sehingga udara tersebut tidak ikut serta dalam proses pertukaran gas dengan darah dalam kapiler paru. Volume ruang rugi adalah volume udara yang diekspirasikan sejak puncak inspirasi sampai dengan pertengahan fase II ekspirasi, yaitu sebesar 150 ml.

Volume gas yang terdapat pada ruang rugi : Volume gas dalam alveolus yang tidak mendapat perfusi. Kelebihan volume gas dalam alveolus di atas jumlah udara yang dibutuhkan untuk arterialisasi darah dalam kapiler alveolus. Pada keadaan normal, besar volume ruang rugi sama dengan berat badan dalam pon. Udara (volume tidal) = 500 ml. Diinspirasi 350 ml bercampur dengan udara dalam alveolus Sisa udara 150 ml menempati ruang rugi Ekspirasi (bila diukur menggunakan pengukuran nitrogen pernapasan tunggal) Fase I : udara yang pertama kali keluar, tidak mengandung N2. Merupakan udara yang menempati ruang rugi (150 ml). Fase II : udara campuran dari alveoli dan ruang rugi. Fase III : udara dari alveoli. Fase IV : udara dengan kandungan N2 berlebih. Jadi, pada setiap pernapasan tidal di dalam alveoli paru selalu terjadi pencampuran udara segar dari luar (350 ml) dengan udara lama yaitu, 150 ml pada dead space, 1250 ml udara suplemen, dan 1200 ml udara residu. Macam ruang rugi, berdasarkan metode yang menguraikan pengukuran ruang rugi : 1.Ruang rugi anatomi adalah ruang rugi yang berisi volume udara dalam sistem pernapasan selain volume udara pada alveoli. Metode pengukurannya dengan cara mengukur volume seluruh ruang sistem pernapasan selain alveoli dan daerah pertukaran gas lainnya yang berkaitan erat. Dengan kata lain dengan cara mengukur volume ruang rugi total. 2.Ruang rugi fisiologi adalah ruang yang berisi volume udara yang tidak mencapai keseimbangan dengan darah, yaitu ventilasi yang terbuang. Metode pengukurannya dengan cara mengukur volume seluruh ruang sistem pernapasan termasuk ruang rugi alveoli dan daerah petukaran gas lainnya. Pada orang yang normal, volume ruang anatomi dan volume ruang fisiologi hampir sama, karena pada paru normal semua alveoli berfungsi. Pada orang yang alveolinya hanya berfungsi sebagian atau tidak berfungsi sama sekali, volume ruang rugi fisiologinya mencapai 10 kali volume ruang rugi anatomi VOLUME DAN KAPASITAS PARU Alat : spirometer Fungsi : untuk mencatat volume udara yang keluar masuk paru. Volume Paru Volume paru diukur secara : 1.Statik = diukur dalam keadaan statik, pada saat bernafas biasa 2.Dinamik = diukur pada saat bernafas maksimal Volume paru dibagi menjadi beberapa macam : 1.Volume alun nafas ( tidal ) = adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap kali bernafas normal, 500 ml pada orang dewasa muda 2.Volume cadangan inspirasi = adalah volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah dan diatas volume alun nafas normal, 3000 ml. 3.Volume cadangan ekspirasi = adalah jumlah udara ekstra yang dapat diekspirasi oleh ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi alun nafas normal, 1100ml. 4.Volume residu = adalah volume udara yang masih berada dalam paru setelah ekspirasi paling

kuat, 1200 ml. Kapasitas Paru Kapasitas volume udara paru dipengaruhi oleh : a.Bentuk anatomis paru b.Usia c.Distensibilitas paru d.Penyakit pada paru Kapasitas paru, ada beberapa macam yaitu : 1.Kapasitas inspirasi = volume alun nafas + volume cadangan inspirasi, adalah jumlah udara yang dapat dihirup oleh seseorang dimulai dari ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah maksimum, 3500 ml. 2.Kapasitas residu fungsional = volume cadangan ekspirasi + volume residu, adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru2 pada akhir ekspirasi normal, 2300ml. 3.Kapasitas vital = volume cadangan inspirasi + volume alun nafas + volume cadangan ekspirasi, adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru setelah terlebih dulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya, 4600ml. 4.Kapasitas paru total = adalah volume maksimum dimana paru dapat dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa +5800ml, jumlahnya sama dengan kapasitas vital + volume residu. HIPOKSIA DAN TERAPI OKSIGEN Secara singkat hipoksia didefinisikan sebagai kekurangan O2 ditingkat jaringan. Hipoksia merupakan defisiensi oksigen karena berkurangnya kadar oksigen dibandingkan kadar normalnya secara fisiologis dalam jaringan dan organ yang terjadi akibat kekurangan oksigen dalam atmosfer, anemia, gangguan sirkulasi darah, penyakit paru, dan adanya zat toksik. Hampir setiap kondisi yang dibicarakan pada bagian ini dapat menimbulkan hipoksia sel yang serius. Pada beberapa keadaan ini, pemberian oksigen sebagai terapi sangatlah berguna; pada sebagian lainnya cukup saja, sedangkan pada yang lain lagi hampir tidak berguna. Oleh karena itu, perlu untuk mengerti berbagai jenis hipoksia; kemudian kita dapat membicarakan prinsipprinsip fisiologis dari terapi oksigen. Berikut ini adalah klasifikasi dari bermacam-macam penyebab hipoksia: 1.Oksigenasi paru yang tidak memadai karena keadaan ekstrinsik a.Kekurangan oksigen dalam atmosfer b.Hipoventilasi (gangguan saraf otot) 2.Penyakit paru a.Hipoventilasi karena peningkatan tahanan saluran napas atau penurunan compliance paru b.Rasio pervusi-ventilasi alveolus tidak sama (termasuk peningkatan ruang rugi fisiologik dan pintas fisiologik ) c.Berkurangnya difusi membrane pernafasan 3.Pintas vena ke arteri (pintas jantung dari kanan ke kiri). 4.Transpor oksigen yang tidak memadai oleh darah ke jaringan a.Anemia atau hemoglobin abnormal b.Penurunan sirkulasi umum c.Penurunan sirkulasi lokal (perfier,serebral,pembuluh darah jantung) d.Edema jaringan 5.Kemampuan jaringan untuk menggunakan oksigen tidak memadai a.Keracunan enzim sel

b.Penurunan kapasitas metabolic sel karena toksisitas, defisiensi vitamin, atau faktor-faktor lain. Pembagian hipoksia secara tradisional, hipoksia dibagi menjadi 4: 1.hipoksia hipoksik (anoksia anoksik), yaitu apabila Po2 darah arteri berkurang. 2.hipoksia anemic, yaitu bila pO2 darah arteri tetapi jumlah hemoglobin yang tersedia untuk mengangkut O2 berkurang. 3.hipoksia stagnan atau iskemik, bila aliran darah menuju jaringan sangat rendah sehingga tidak cukup O2 diantarkan ke jaringan, meskipun pO2 dan konsentrasi hemoglobin normal. 4.hipoksia histotoksik, bila jumlah O2 yang dihantarkan ke jaingan memadai, tetapi oleh karena kerja suatu agen toksik. Sel jaringan tidak mampu menggunakan O2 yang dihantarkan. Klasifikasi dari jenis-jenis hipoksia ini terutama dinyatakan dari pembahassan pada awal bab ini. Hanya satu macam hipoksia pada klasifikasi diatas yang perlu diteliti lebih jauh; normal hipoksia ini disebabkan oleh ketidakmampuan sel untuk memakai oksigen. Ketidakmampuan jaringan untuk menggunakan oksigen Penyebab klasik dari ketidakmampuan jaringan untuk menggunakan oksigen adalah keracunan sianida, di mana kerja enzim sitokrom oksidase dihambat dengan sempurna oleh sianida sehingga untuk selanjutnya jaringan tidak mampu menggunakan oksigen walaupun tersedia cukup banyak. Kekurangan beberapa enzim oksidatif atau bahan-bahan lain dalam system oksidatif jaringan juga dapat menimbulkan hipoksia jenis ini. Pengaruh hipoksia pada tubuh. Hipoksia , bila cukup berat, dapat menyebabkaN kematian sel-sel, tetapi pada tingkat yang kurang berat akan mengakibatkan : penekanan aktivitas mental, kadang-kadang memuncak sampai koma, dan menurunkan kapasitas kerja otot. Terapi oksigen pada berbagai hipoksia Oksigen dapat diberikan sebagai terapi dengan cara : 1.Meletakkan kepala pasien didalam suatu tenda (tempat tertutup) yang berisi udara dengan oksigen kuat (fortified) 2.Pasien bernafas dengan oksigen murni atau oksigen dengan konsentrasi tinggi dari sebuah masker 3.Pemberian oksigen melalui pipa intranasal Pada hipoksia atmosfir, terapi oksigen dapat memperbaiki kekurangan oksigen dalam udara inspirasi dan oleh karena itu memberi hasil terapi 100 persen efektif. Pada hipoksia hipoventilasi, seorang bernafas dengan oksigen 100 persen, pada setiap kali bernafas dapat mengalirkan oksigen ke dalam alveoli lima kali lebih banyak daripada bernafas dengan udara normal oleh karena itu, disini terapi oksigen dapat sangat bermanfaat. (tetapi, penggunaan ini tidak berguna pada keadaan kelebihan karbon dioksida yang juga disebabkan oleh hipoventilasi) Pada hipoksia yang disebabkan oleh gangguan difusi membrane alveolus, pada dasarnya terjadi efek yang sama seperti pada hipoksia hipoventilasi, karena terapi oksigen dapat meningkatkan Po2 dalam paru dari nilai normal kira-kira 100 mmHg sampai setinggi 600 mmHg. Hal ini meningkatkan gradien difusi oksigen antara alveoli dan darah dari nilai normal 60 mmHg menjadi 560 mmHg. Pada hipoksia yang disebabkan oleh anemia, kelainan transport oksigen oleh hemoglobin, defisiensi sirkulasi, atau pintas fisiologik, maka terapi oksigen nilainya jauh lebih rendah, kren dalam alveoli telah terdapat oksigen yang normal. Malah problemnya adalah bahwa mekanisme yang sesuai untuk mentranspor oksigen ke jaringan menjadi berkurang. Walaupun begitu, sejumlah kecil oksigen ekstra, antara 7-30 % dapat ditranspor dalam keadaan terlarut dalam

darah bila oksigen alveolus ditingkatkan hingga mencapai maksimum, walaupun jumlah yang ditranspor oleh hemoglobin sangat berubah. Jumlah oksigen ekstra yang sedikit ini mungkin berbeda dalam keadaan hidup maupun mati. Pada berbagai jenis hipoksia akibat penggunaan oksigen jaringan yang tidak adekuat, maka abnormalitas yang terjadi bukan pada pengambilan oksigen oleh paru ataupun transpornya ke jaringan. Malah system enzim metabolic jaringan yang tidak mampu menggunakan oksigen yang dikirimkan. Oleh karena itu terapi ini masih diragukan apakah terapi oksigen bermanfaat. Pengaturan Pernafasan Kendali Kimiawi Faktor kimiawi adalah faktor utama dalam pengendalian dan pengaturan frekuensi, kecepatan dan dalamnya gerakan pernafasan. Pusat pernafasan di sumsum sangat peka pada reaksi kimia. Karbondioksida adalah produk asam dari metabolisme, yang merangsang pusat pernafasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot pernafasan. Pusat pengendalian ada di kemoreseptor yang mendeteksi perubahan kadar oksigen, karbondioksida dan ion hydrogen dalam darah arteri dan cairan serebrospinalis dan menyebabkan penyesuaian yang tepat antara frekuensi dan kedalaman respirasi. 1.Kemoreseptor sentral Yaitu neuron yang terletak di permukaan ventral lateral medulla. Peningkatan kadar karbondioksida dalam darah arteri dan cairan serebrospinalis merangsang peningkatan frekuensi dan kedalaman respirasi. Penurunan kadar oksigen hanya sedikit berpengaruh pada kemoreseptor sentral. 2.Kemoreseptor perifer Terletak di badan aorta dan carotid pada system arteri. Merespon terhadap perubahan konsentrasi ion oksigen, karbondioksida, dan ion hydrogen. Contoh : Kalau kita melakukan olahraga maka akan terjadi proses pembakaran di dalam tubuh, hal ini memerlukan oksigen yang sangat besar, maka efek dari kompensasi tubuh adalah dengan jalan respirasi yang cepat dan dalam untuk menyediakan bahan bakar tersebut, sewaktu kita mulai istirahat maka tubuh akan kembali normal karena oksigen yang dibutuhkan standar karena pembakaran yang terjadi tidak terlalu banyak (standard). 3.Mekanoreseptor Terdapat pada jalan napas atas dan atas paru. Pada paru utama : reseptor regang pulmonar (PSR = Pulmonar Strech Receptor ) dari Refleks Hering Breuer. Refleks Hering Breuer : Peregangan paru impuls serabut saraf Nervus vagus Sistem saraf pusat respons : peningkatan waktu, respirasi dan penurunan frekuensi napas. 4.Otomatis Sistem saraf pusat pusat respirasi pada pons dan medulla. KESIMPULAN System respirasi mempunyai struktur anatomi dan histology, yang masing-masing organnya memiliki fungsi yang berbeda-beda untuk respirasi. Struktur anatomi histology: conducting portion (mulai dari rongga hidung (cavum nasi) sampai dengan bronchioli) Respiration portion (mulai dari bronchioli sampai dengan alveoli).

Struktur anatomi fisiologi: Traktus respiratory atas ( mulut, rongga hidung, pharynx, dan larynx). Traktus respiratoy bawah ( trakea, bronkus, bronkiolus, dan alveoli). Pengertian system respirasi ada 2, yaitu: 1.Eksternal, yaitu mengacu pada seluruh rangkaian peristiwa yang terlibat dalam pertukaran O2 dan CO2. 2.Internal, yaitu proses metabolic pada sel. Fungsi system respirasi: 1.Pertukaran gas 2.Keseimbangan asam basa 3.Phonasi (untuk mengeluarkan suara) 4.Proteksi tubuh terhadap benda asing 5.Penyedia jalan untuk peneluaran air dan panas Dalam system respirasi ada 4 proses yang dibagi menjadi 2 menurut eksternal dan internal. 1.Eksternal: Ventilasi Transport gas : O2 dan CO2 2.Internal Inspirasi (kontraksi), merupakan proses aktif yang dibantu oleh kontraksi otot pernapasan dan diafragma. Proses: Kontraksi otot (diafragma intercostae) Aktivitas saraf pernikus Volume thoraks / rongga dada Paru mengembang Tekanan taticlmonary Udara masuk Ekspirasi (relaksasi), merupakan proses pasif. Difusi paru merupakan proses lanjutan dari transpor gas. Difusi paru adalah pertukaran antara O2 dan CO2 dalam paru. Prosesnya adalah udara menembus membrane alveoli. Proses alveoli traktus respiratorius difusi dapat juga terjadi tanpa melalui membrane, tetapi melalui gas ( CO2). O2 ; CO2 O2 Ruang rugi merupakan ruang dalam saluran napas dimana udara di dalamnya tidak berdifusi dengan akpiler. Ada 2 macam: 1.Ruang rugi anatomi 2.Ruang rugi fisiologi. Volume paru dibagi menjadi 2, yaitu: 1.Static, diukur dalam keadaan static 2.Dinamik, pengukuran dengan kekuatan maximal / pada saat pernapasan paksa. Dalam jabaran pemicu diceritakan tentang kekurangan O2 pada saat penerbangan ( ketinggian ). Dalam hal ini, kekurangan oksigen pada ketinggian merupakan hipoksia atmosfir Macam-macam hipoksia: 1.Hipoksia hipoksik, Po2 darah arteri berkurang 2.Hipoksia anemic, Po2 darah arteri normal tetapi jumlah Hb yang tersedia untuk mengangkut O2 berkurang. 3.Hipoksia stagnan, aliran darah menuju jaringan sangat rendah sehingga tidak cukup O2 dihantarkan ke jaringan, meskipun Po2 dan konsentrasi Hb normal.

4.Hipoksia histotoksis, jumlah O2 yang dihantarkan ke jaringan memadai, tetapi oleh karena kerja suatu agen toksik, sel ajringan tidak mampu menggunakan O2 yang dihantarkan. Terapi O2 dapat dilakukan dengan cara: 1.Meletakkan kepala pasien di dalam suatu tenda yang berisi udara dengan O2 yang kuat. 2.Pasien bernapas dengan O2 murni / O2 dengan konsentrasi tinggi dari sebuah masker. 3.Pemberian O2 melalui pita intranasal.

Macam-macam Penyakit Pernapasan

Sistem pernapasan pada manusia adalah penting untuk peredaran oksigen yang diperlukan
oleh tubuh. Secara singkat arti dari pernapasan atau respirasi tersebut adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Gangguan pernafasan bisa terjadi oleh berbagai hal yang menyebabkan berbagai jenis penyakit pada pernapasan. Berikut adalah beberapa jenis penyakit pernapasan yang perlu diketahui.

Asma: Penyakit Asma paling banyak ditemukan pada gangguan pernapasan. Ini adalah keadaan saluran
napas yang mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat sementara. Gejala umum yang sering dirasakan penderita asma biasanya sesak napas ringan, batuk dan mengi (bengek. Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan.

Asfiksi: Ini adalah jenis penyakit napas akibat gangguan pada waktu pengangkutan dan penggunaan
oksigen ke sel atau jaringan tubuh. penyebabnya bisa bermacam-macam misalnya terisinya alveolus dengan cairan limfa karena infeksi Diplokokus, pneumonia atau Pneumokokus, penyumbatan saluran pernapasan oleh kelenjar limfa, misalnya polip, amandel, dan adenoid.

Asbestosis: Ini adalah jenis penyakit saluran pernapasan yang terjadi akibat menghirup serat-serat
asbes, dimana pada paru-paru terbentuk jaringan parut yang luas. Asbestos terdiri dari serat silikat mineral dengan komposisi kimiawi yang berbeda. Jika terhisap, serat asbes mengendap di dalam dalam paru-paru, menyebabkan parut. Menghirup asbes juga dapat menyebabkan penebalan pleura (selaput yang melapisi paru-paru). Gejala awalnya biasanya ditandai dengan sesak napas ringan, batuk, rasa sesak atau nyeri di dada, terdapat kelainan pada kuku (bentuk jari-jari tangan yang menyerupai tabuh genderang)

Asidosis Respiratorik: Penyakit ini timbul karena ketidakmampuan paru untuk mengeluarkan CO2 hasil

metabolisme (keadaan hipoventilasi). Hal ini menyebabkan peningkatan H2CO3 dan konsentrasi ion hidrogen sehingga menghasilkan asidosis. Gejala umumnya biasanya ditandai dengan meningkatnya nadi dan tingkat pernapasan, napas pendek-pendek, dyspnea, pusing, convulsi, letargi, kelemahan dan sakit kepala.

Bronkitis: suatu peradangan pada cabang tenggorok (bronchus) (saluran udara ke paru-paru).
Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius. Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan menahun. Gejala umumnya; batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan), sesak napas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan, sering menderita infeksi pernapasan (misalnya flu), bengek, lelah, pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan, wajah telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan, pipi tampak kemerahan, sakit kepala dan gangguan penglihatan.

Bronkientasis: Ini adalah jenis penyakit pernapasan berupa perusakan dan pelebaran (dilatasi)
abnormal dari saluran pernapasan yang besar. Secara khusus, bronkiektasis menyebabkan pembesaran pada bronkus yang berukuran sedang, tetapi bronkus berukuran kecil yang berada dibawahnya sering membentuk jaringan parut dan menyempit. Penyebabnya adalah Infeksi pernapasan, Penyumbatan bronkus, Cedera penghirupan, genetik, Kelainan imunologik dan penyakit infeksi lain. Gejala umumnya, batuk menahun dengan banyak dahak yang berbau busuk, batuk darah, batuk semakin memburuk jika penderita berbaring miring, sesak napas yang semakin memburuk jika penderita melakukan aktivitas, penurunan berat badan, lelah, clubbing fingers (jari-jari tangan menyerupai tabuh genderang), wheezing (bunyi napas mengi/bengek), warna kulit kebiruan, pucat dan bau mulut.

Difteri: ini adalah penyumbatan oleh lendir pada rongga faring yang dihasilkan oleh infeksi bakteri jenis
Corynebacterium diphtheriae. Penyakit ini bersifat akut dan biasanya menyerang saluran pernapasan anak-anak di usia 15 tahun. Gejala yang muncul ialah sakit tenggorokan, demam, sulit bernapas dan menelan, mengeluarkan lendir dari mulut dan hidung, dan sangat lemah. Kelenjar getah bening di leher membesar dan terasa sakit. Difteri adalah penyakit mematikan, kalaupun selamat dari serangan akut difteri, biasanya penderita akan mengalami kelumpuhan otot-otot tertentu dan kerusakan permanen pada jantung dan ginjal.

Emfisema: Ini adalah penyakit paru-paru yang ditandai dengan penghancuran / luruhnya dinding
alveolus. Pada penderita emfisema, volume paru-paru lebih besar dibandingkan dengan orang yang sehat karena karbondioksida yang seharusnya dikeluarkan dari paru-paru terperangkap didalamnya. Biasanya disebabkan karena konsumsi rokok yang banyak (perokok berat) dan sering mucul bersamaan dengan bronkitis kronis. Gejala umumnya sesak napas dalam waktu lama, nafsu makan dan berat badan menurun.

Faringitis: jenis penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau hulu kerongkongan (pharynx).
Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. Penyakit ini dibagi dua yaitu akut dan kronis. Faringitis akut yaitu radang tenggorok yang masih baru, dengan gejala nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk. Sedangkan Faringitis kronis adalah radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorok.

ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut): Penyakit infeksi akut yang melibatkan organ saluran
pernapasan, hidung, sinus, faring, atau laring. Biasanya ditemukan pada balita dan anak-anak dengan gejala umum badan pegal pegal (myalgia), beringus (rhinorrhea), batuk, sakit kepala, sakit pada tengorokan. Penyebab terjadinya ISPA adalah virus, bakteri dan jamur.

Influenza: Influenza, yang lebih dikenal dengan sebutan flu, merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh virus RNA dari famili Orthomyxoviridae (virus influenza), yang menyerang unggas dan mamalia. Gejala yang paling umum dari penyakit ini adalah menggigil, demam, nyeri tenggorok, nyeri otot, nyeri kepala berat, batuk, kelemahan, dan rasa tidak nyaman secara umum.

Laringitis: Laringitis adalah peradangan yang terjadi pada pita suara karena terlalu banyak digunakan,
karena iritasi atau karena adanya infeksi. Laringitis dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut) atau berlansung lama (kronis). Meskipun laringitis akut biasanya hanya karena terjadinya iritasi dan peradagnan akibat virus, suara serak yang sering terjadi dapat menjadi tanda adanya masalah yang lebih serius.

Pertusis (Batuk Rejan): Penyakit saluran pernapasan yang terjadi pada anak berusia di bawah 1 tahun.
Biasanya dimulai dengan gejala ISPA ringan seperti batuk, bersin dan cairan hidung keluar terus menerus (pada stadium catarrhal) kemudian sesudah 1 minggu sampai 2 minggu dilanjutkan dengan batuk yg terus menerus namun diikuti masa dimana ada jeda batuk (stadium paroxysmal). Batuk ini mungkin dapat diikuti dengan adanya muntah yang dapat di picu oleh menguap, tertawa atau berteriak, dan akan berkurang sesudah 1 sampai 2 bulan. Komplikasi yg dapat mengikuti keadaan ini adalah pneumonia, encephalitis, hipertensi pada paru, dan infeksi bakterial yg mengikuti.

Pneumonia: adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang
bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Penyebabnya bisa dari bakteri, virus, jamur, zat kimia atau penyakit tertentu lain seperti kanker paru-paru. Gejala umumnya biasanya tubuh demam, sesak napas, cepat lelah, sakit kepala, gangguan sendi dan otot serta kadang disertai mual muntah.

Pleuritis: penyakit yang disebut juga dengan radang pleura ini adalah suatu peradangan pada pleura
(selaput yang menyelubungi permukaan paru-paru) yang dapat berlangsung secara sub-akut, akut atau kronois, dengan ditandai perubahan proses pernafasan yang intensitasnya tergantung pada beratnya proses radang. Pada yang berlangsung sub-akut proses radang biasanya dibarengi dengan empiema serta mengakibatkan layuhnya sebagian paru-paru, hingga pernafasan akan mengalami kesulitan (dispnoea). Biasanya pernafasan bersifat cepat dan dangkal. Pada yang berlangsung akut penderita mengalami kesakitan waktu bernafas hingga pernafasan jadi dangkal, cepat serta bersifat abdominal. Yang berlangsung kronis, pada waktu istirahat tidak tampak adanya perubahan pada proses pernafasannya. Bila disertai dengan penimbunan cairan di rongga pleura maka disebut efusi pleura tetapi bila tidak terjadi penimbunan cairan di rongga pleura, maka disebut pleurisi kering. Setelah terjadi peradangan, pleura bisa kembali normal atau terjadi perlengketan.

Rinitis: Ini adalah penyakit umum yang paling banyak di derita oleh perempuan dan laki-laki yang
berusia 30 tahunan. Merupakan inflamasi mukosa saluran hidung dan sinus yang disebabkan alergi terhadap partikel, seperti debu, asap, serbuk/tepung sari yang ada di udara. Meskipun bukan penyakit berbahaya yang mematikan, rinitis alergi harus dianggap penyakit yang serius karena karena dapat mengganggu pernapasan.

Sinusitis: Sinusitis atau radang sinus adalah peradangan pada rongga tengkorak yang mempunyai
saluran sempit yang menghubungkan hidung dan rongga mata. Ada beberapa sinus yang sering terkena radang yaitu sinus maksila (terletak disamping kanan dan kiri hidung), sinus frontalis (terletak pada dahi bagian depan), etmoid dan sfenoid yang terletak agak ke belakang. Umumnya penyakit ini bisa sembuh dengan cepat jika dirawat dengan baik. Tetapi, ada juga yang sampai pada taraf menahun. Bila dibiarkan, infeksi dapat menjalar ke bagian kepala yang lain sehingga perlu penanganan yang memadai, seperti operasi, untuk mengeluarkan endapan cairan dari dalam rongga. Gejala umumnya biasanya ditandai dengan rasa sakit di kening atau di antara mata, sakit di gigi bagian atas, wajah terasa penuh, serta hidung penuh dan tersumbat.

TBC: Penyakit ini umum ditemukan dinegara-negara berkembang. Tuberkulosis merupakan suatu
penyakit infeksi kronis / menahun dan menular yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberklosa yang dapat menyerang pada siapa saja tanpa memandang usia dan jenis kelamin namun sesuai fakta yang ada bahwa penderita penyakit TBC lebih banyak menyerang pada usia produktif yang berkisar antara usia 15 tahun 35 tahun. Gejal umumnya mudah demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung lama, sering berkeringat pada malam hari, gampang terkena influenza dan bersifat hilang timbul, menurunnya nafsu makan dan berat badan, batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah), perasaan lemah, lesuh & tidak enak (malaise).

Wegener granulomatosis: Penyakit ini awalnya didiagnosa sebagai pneumonia dan kadang-kadang

kanker paru-paru. Gejala tampak non-spesifik, tetapi sering dimulai dengan nyeri otot, penurunan berat badan dan demam. Batuk darah juga merupakan indikator kuat, tetapi ini juga dapat mengindikasikan penyakit pernapasan yang serius lainnya. Ketika granuloma berkembang di paru-paru, menghancurkan jaringan paru-paru, dan proses pernapasan keseluruhan. Wegener granulomatosis paling sering mempengaruhi sinus, hidung, tenggorokan, paru-paru, dan ginjal serta dapat mempengaruhi organ lain.Suatu biopsi dari jaringan paru-paru atau organ tubuh yang terkena merupakan satu-satunya cara untuk membuat diagnosis pasti mengenai penyakit ini.

DAFTAR PUSTAKA Amindariati S. 2003. Sistem Respirasi. 1st. Laboratorium Anatomi Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Junquera L C, Carneiro J dan Kelly R O.1995. Histologi Dasar. 8th. EGC Liebgott B. 1995. Dasar-dasar Anatomi Kedokteran Gigi. EGC Ganong W. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 17th. Jakarta : EGC Guyton A & Hall J. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 9th. Jakarta : EGC Irianto, Kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Bandung : Yrama Widya.

ACC PRAKTIKUM RESPIRASI 2 FK ANGKATAN 2011 Dasar teori yang harus ada di laporan praktikum : Fisiologi Respirasi (ventilasi - difusi 2 dan faktor-faktor yang mempengaruhi difusi) pusat pengatur pernafasan Ruang Rugi Pengertian Spirometri Indikasi penggunaan Spirometri Persiapan sebelum penggunaan Spirometri Macam-macam volume dan kapasitas paru macam-macam kelainan Respirasi untuk hasil praktikum respirasi 1 analisis lah hasil dari spirometri,yang manual dan automatis. untuk manual buat tabel VC dan yang mempengaruhi VC,lalu dianalisis. untuk hasil praktikum respirasi 2,menulis kembali hasil dari diskusi pada hari pertama (rabu) dan hari kedua (kamis) susunan laporan : tujuan praktikum dasar teori alat dan bahan cara kerja hasil praktikum (respirasi 1 dan 2) analisis hasil (respirasi 1) kesimpulan daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai