Anda di halaman 1dari 57

BAB 3 CARA TERDAPATNYA MINYAK DAN GAS BUMI

Pada prinsipnya minyakbumi terdapat dalam 2 cara utama, yaitu : 1. Pada permukaan bumi, terutama sebagai rembasan ( seepages atau seeps), kadang-kadang juga sebagai suatu danau, sumber atau sebagai pasir yang dijenuhi minyakbumi. 2. Didalam kerak bumi, sebagai suatu akumulasi yaitu sebagai penjenuhan batuan yang sebetulnya hanyalah satusatunya cara terdapat yang mempunyai arti ekonomi. Penjenuhan batuan seperti itu, minyakbumi terdapat di dalam rongga-rongga atau pori-pori batuan dan menjenuhi seluruh batuan tersebut. Tidak pernah minyakbumi didapatkan dalam suatu rongga besar, suatu ruangan, danau ataupun telaga di bawah tanah apalagi suatu laut di bawah tanah, ini bertentangan dengan pendapat umum yang popular mengnai adanya lautan minyak ataupun telaga minyak di bawah permukaan bumi. Sebagai suatu penjenuhan batuan di dalam kerakbumi, minyakbumi bisa terdapat : a. Dalam jumlah kecil atau yang disebut juga sebagai tanda-tanda minyak (oil shows). b. Dalam jumlah akumulasi yang komersil, yaitu cukup besar untuk dapat diproduksi secara umum. 3. Akumulasi komersil, tergantung sekali pada jumlah pori batuan yang terdapat besarnya dan caranya pori dapat meluluskan minyak dan juga persentasi cairan yang menjenuhi batuan tersebut. Hal terakhir ini juga dihubungkan dengan suatu prinsip bahwa dalam kerakbumi ataupun pada permukaan, minyakbumi selalu terdapat berasosiasi

dengan air, terutama air asin dan jarang sekali air tawar. Oleh karena itu minyakbumi banyak terdapat di bawah permukaan selalu mengikuti prinsip hidrostatika dan dalam keadaan tertentu juga prinsip hidrodinamika. 3.1 MINYAK BUMI PADA PERMUKAAN Di berbagai daerah minyak, termasuk juga di Indonesia, minyakbumi pada permukaan ditemukan dalam bentuk yang dinamakan rembasan (seep). Rembasan ini sendiri tidaklah mempunyai nilai ekonomi tetapi bisa menunjukkan daerah kemungkinan adanya minyak di bawah permukaan. Berdasarkan gejala cara timbulnya, minyak pada permukaan dapat dibagi dalam 2 jenis yaitu : 1. Yang Masih Aktif, yaitu minyak keluar sebagai sumber bersama-sama dengan air, keluar ataupun merembes secara perlahan-lahan untuk kemudian membentuk suatu danau aspal atau dapat pula keluar secara aktif dari suatu gunung api lumpur (mudvolcano). 2. Yang Telah Mati Atau Tidak Aktif Lagi, dapat merupakan batupasir yang dijenuhi oleh bitumina, suatu zat semacam aspal yang merupakan sisa atau residu penguapan fraksi ringan dai sutau minyakbumi. Suatu insipasi ataupun impregnasi batupasir oleh bitumina ini sering merupakan suatu lapisan pasir yang sangat luas seperti pasirter di Canada sebelah barat yang disebut McMurray Sand atau Athabasca Tar-Sand yang boleh dikatakan merupakan suatu permadani ter. Selain itu, terdapatnya hidrokarbon padat seperti wurtzelit, elaterit dan sebagainya dapat diartikan sebagai rembasan yang tidak akrif lagi sehingga merupakan residu minyak yang fraksi ringannya telah menguap. Tetapi untuk ini tidak terdapat bukti yang jelas karena gilsonit, wurtzelit dan sebagainya tidaklah menyerupai residu minyakbumi

dari jenis apapun. Selain itu juga kerogen pernah dianggap berasal dari suatu rembeasan yang telah mati. Perlu dikatakan di sini bahwa sebetulnya bumi tidak bisa dikatakan minyakbumi yang telah merembas dengan tersingkap keluar karena kerogen merupakan zat organic yang belum menjadi minyakbumi ataupun sisa pembentukan minyakbumi.

3.1.1 REMBASAN MINYAKBUMI Link (1952) memberikan suatu klasifikasi berbagai macam rembasan yang dapat terjadi di suatu daerah. Dibedakan olehnya lima jenis uatama rembasan yang mulajadinya dapat diterangkan sebagai berikut : 1. REMBASAN YANG KELUAR DARI HOMOKLIN dimana ujungnya telah tererosi atau tersingkap akan tetapi lapisan minyaknya sendiri belum sampai pada permukaan. Rembasan semacam ini biasanya kecil saja (Gambar 3.1).

2. REMBASAN MINYAK YANG BERASOSIASI DENGAN LAPISAN DAN FORMASI TEMPAT MINYAK TERSEBUT TERBENTUK. Biasanya lapisan serpih yang merupakan batuan induk minyakbumi jika teretakan dan terhancurkan akan membebaskan minyak dalam jumlah kecil. Dalam hal ini hanya sedikit sekali terdapat indikasi pada permukaan (Gambar 3.2) .

3. REMBASAN MINYAK DAN GAS YANG KELUAR DARI AKUMULASI MINYAK YANG BESAR DAN TELAH TERSINGKAP OLEH EROSI ATAU RESERVOIRNYA TELAH DIHANCUR LULUHKAN OLEH PATAHAN DAN LIPATAN. Rembasan semacam inilah yang biasanya merupakan daerah rembasan yang terbesar di dunia (Gambar 3.3).

Misalnya, daerah Gulf-Coast di Amerika Serikat dan Venezuela Timur. Sebetulnya banyak sekali variasi cara keluarnya rembasan seperti ini, yaitu antara lain keluarnya minyak dari patahan normal suatu lapisan homoklin ataupun akumulasi struktu yang kemusia keluar melalui patahan (Gambar 3.4) .

Jenis lain ialah suatu reservoir bocor karena patahan yang disebabkan penyusutan yang berada di atas struktur lapisan minyak tersebut (Gambar 3.5).

Adapula jenis rembasan yang sebetulnya merupakan struktur antiklin yang telah dierosi sampai ke dalam reservoir minyak. Pengerosian reservoir ini tidaklah menyebabkan minyak keluar secara tiba-tiba dan secara besar-besaran, tetapi secara sedikit-sedikit melalui celah dan retak yang terjadi sebelum erosi tersebut, sehingga menyingkapkan lapisan reservoir itu sendiri (Gambar 3.7) .

Jenis lainnya ialah rembasan yang mengeluarkan minyak melalui retakan dalam lapisan penutupnya. Hal ini misalnya saja yang terdapat di lapangan minyak di masjidi Sulaeman di Iran. Ada pula rembasan yang terjadi di daerah patahan secara kecil-kecil saja tetapi cukup meyakinkan di atas suatu struktur seperti yang terdapat di lapangan LaCira di Columbia. Contoh lain mengenai patahan dapat terlihat pada Gambar 3.2 ; 3.1, C ; 3.2,B ,C, D sampai Gambar 3.3 (A,B,C,D) ; yaitu antara lain di daerah Parina di Eropa Barat. Dalam hal ini patahannya dapat dari jenis normal walaupun jenis patahan naik. 4. MINYAK MEREMBAS KELUAR PADA PERMUKAAN SEPANJANG BIDANG KETIDAKSELARASAN. Dalam hal ini mungkin terdapat banyak rembasan lain yang keluar atau memotong suatu ketidaklarasan, kemudian merupakan jalan utama dan alat pengumpul daripada semua rembasan tersebut dan terjadilah suatu rembasan yang cukup besar. Jelaslah, bahwa untuk mengetahui darimana asalnya minyakbumi tersebut susah sekali, tetapi mungkin minyak kea rah bawah dari kemiringan ketidakselarasan tersebut. Sebagai contoh misalnya batu pasir ter Athabasca. 5. REMBASAN YANG BERASOSIASI DENGAN INTRUSI, seperti gunungapi lumpur, instrusi batuan beku atau penusukan oleh kubah garam. Rembasan semacam itu dapat berasosiasi ataupun tidak dengan reservoir yang telah hancur di bawahnya. Contoh terlihat pada Gambar 3.4. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa adanya rembasan minyak pada permukaan bumi tidak usah selalu diasosiakn dengan adanya suatu reservoir minyak dibawahnya. Seringkali orang awam mempunyai suatu kesan bahwa untuk mencari minyakbumi haruslah mencari rembasan di permukaan bumi. Terdapatnya rembasan belum merupakan suatu bukti adanya akumulasi minyak di bawahnya, tetapi dapat disebabkan oleh berbagai hal yang

telah diuraikan diatas. Namun bagaimanapun juga adanya rembasan harus diperhatikan dari segi explorasi minyak dan gasbumi karena : a. Rembasan menunjukkan bahwa batuan sedimen di daerah tersebut mampu membentuk minyakbumi. Apakah minyakbumi di situ terdapat dalam akumulasi komersil atau tidak bukanlah menjadi soal. Yang penting ialah kita dapat mencari keadaan struktur yang dapat memberikan akumulasi yang penting. b. Rembasan mungkin sekali berasosiasi dengan suatu reservoir minyak di bawahnya yang mengalami kebocoran. Dalam hal ini, penyelidikan geologi sekitar rembasan tersebut sangatlah penting dan interpretasi mengenai jenisnya perlu dilakukan. Lapangan minyak yang mula-mula, terutama di Indonesia ditemukan berdasarkan atas adanya rembasan. Penemuan rembasan diikuti dengan pemetaan geologi untuk mencari struktur antiklin. Berdasarkan hasil pemetaan ini diadakan pemboran untuk mendapatkan produksi minyakbumi. Dahulu, pemboran dilakukan di dekat rembasan tanpa mengetahui arti yang sebenarnya dari rembasan tersebut. Boleh dikatakan 66 persen dari semua rembasan minyak secara langsung berhubungan dengan suatu reservoir minyak di bawahnya. Hal ini terutama berlaku untuk Indonesia dan juga teluk Persia. Pentingnya rembasan minyak dalam cekungan minyakbumi dapat terlihat dari kenyataan bahwa cekungan sedimen penghasil minyak di dunia ini hamper semuanya ditandai oleh adanya rembasan. Di Indonesia, lapangan minyak di Sumatra, Jawa, Kalimantan ataupun Irianjaya terdapat di daerah dimana rembasan seperti itu ditemukan (Gambar 3.5). Di timur Tengah, rembasan minyak diketahui dan ddipergunakan sejak jaman Nabi Nuh, misalnya di daerah barat Iran. Juga di Amerika Serikat, Venezuela, Amerika Latin, rembasan semacam itu telah banyak diketahui dan menjadi penyebab ditemukannya lapangan minyak yang penting di daerah tersebut.

Secara tektonik rembasan minyak didapatkan dalam cekungan sedimen dengan struktur yang kandungan minyaknya telah tererosikan atau telah dihancurkan sehingga lapisan minyak tersebut keluar pada permukaan, pada pinggiran cekungan atau juga pada jalur dengan ketidaklarasan sampai ke permukaan. Rembasan ini terutama didapatkan dalam cekungan sedimen yang mempunyai suatu jalur mobil pada salah satu sisinya, misalnya saja di geosinklin Mesopotamia (Timur Tengah) dan Venezuela. Di sini rembasan keluar sepanjang ketidaklarasan atau karena pematahan yang mengakibatkan kebocoran reservoir sampai ke permukaan ataupun di tempat yang lapisan reservoirnya tererosi. Di bagian yang lebih landai dari cekungan tersebut, juga didapatkan rembasan. Sebagai contoh misalnya, pasir ter di Athabasca di Canada dan juga di Venezuela. Tetapi pada umumnya bagian yang lebih landai daripada cekungan tidak terlalu banyak menghasilkan rembasan. Pengaruh rembasan terhadap cadangan minyak yang bocor, mengakibatkan pengurangan cadangan itu. di berbagai tempat dengan kebocoran yang besar, struktur reservoir minyaknya sendiri bahkan menjadi kosong. Rembasan seperti itu biasanya banyak didapatkan di lapisan muda yang terlipat, terpatahkan dan tererosi pada pinggiran cekungan. Rembasan di definisikan sebagai tempat pemunculan gas dan cairan hidrokarbon pada permukaan bumi yang dapat diamati. Rembasan ini haruslah dipisahkan dengan didapatkannya minyak dalam skala mikroskopis yang hanya bisa ditemukan dengan metode geokimia dan dengan sendiriannya tidak dapat disebut sebagai suatu rembasan. Seringkali keluarnya minyak dari rembasan diikuti dengan gas dan biasanya berasosiasi dengan air asin.

3.1.2 GUNUNGAPI LUMPUR Gunungapi lumpur atau mudvolcano adalah setiap extrusi pada permukaan lempung atau lumpur yang secara morfologi membentuk suatu kerucut yang di atasnya terdapat suatu telaga. Extrusi tersebut dibarengi dengan keluarnya gas dan air (kadang-kadang juga minyak) secara kuat, bahkan dengan ledakan. Seringkali gas yang diextrusikan ikut terbakar dan dengan demikian sangat menyerupai gunungapi. Sifat gunungapi-lumpur ini sangat tergantung dari iklim dan juga jumlah lempung yang dikeluarkan. Menurut asalnya dapat dibedakan 2 macam gunungapi-lumpur yaitu :

GUNUNGAPI-LUMPUR JENIS DANGKAL. Jenis ini biasaanya berasosiasi dengan minyakbumi dan merupakan kerucut lumpur yang dihasilkan oleh extrusi lempung dan sedikit atau banyak klastik. Untuk jenis ini diperkirakan bahwa tenaga dorongan untuk meledakan lumpur keluar adalah gasnya sendiri yang berasosiasi dengan minyakbumi. Pada waktu terjadi peledakan, lumpur dari sekitarnya terbawa keluar dan menghasilkan suatu kerucut lumpur. Gunungapi lumpur semacam ini jelas merupakan tanda adanya minyakbumi di bawahnya.

GUNUNGAPI-LUMPUR JENIS DALAM. Jenis ini biasanya berasosiasi dengan suatu keadaan geologi yang lapisan sedimennya belum terkompaksikan, mempunyai tekanan tinggi dan mengakibatkan timbulnya diaper dari serpih ataupun penusukan oleh serpih. Gejala tersebut sering berasosiasi dengan daerah yang disebut overpressured areas yaitu daerah tekanan tinggi yang tekanan serpihnya juga lebih besar daripada tekanan hidrostatis dan dengan demikian dapat

menimbulkan kesulitan dalam pemboran. Dari suatu pengkajian di seluruh dunia, Gansser (1960) melihat adanya gejala yang khas dari gunungapi lumpur ini: 1. Biasanya berasosiasi dengan lapisan sedimen berumur tersier dan kapur atas. 2. Lapisan sedimennya adalah asal laut. 3. Lapisan pelitik dan klastik biasanya bervariasi 4. Selalu berasosiasi dengan gas dan air asin. 5. Lapisan tersebut ditutupi oleh endapan yang lebih kompeten. 6. Terdapat di daerah dimana sinklin yang luas dipisahkan oleh antiklin yang tajam dan lapisan sedimennya yang klastik yang terdapat lebih dalam telah menusuk ke atas. 7. Meningkatnya tekanan, memobilisasikan lempung klastik di dalam inti antiklin dengan air garam, gas dan di beberapa tempat juga secara kebetulan dengan minyak. Ini menghasilkan lumpur yang di tekan ke atas seperti suatu magma. Jika keseimbangan terganggu terjadilah peledakan dan terbentuklah gunungapi-lumpur. 8. Kebanyakan titik-titik erupsi terdiri dari banyak kerucut. 9. Kerucut yang curam maupun landai didapatkan bersama-sama 10. Erupsi biasanya terjadi secara periodic, tetapi seringkali secara tidak beraturan. Banyak sekali erupsi gunungapi lumpur terjadi setelah periode ketenangan yang sangat lama. 11. Berbagai fragmen batuan yang sangat besar ataupun kecil yang berasal dari lapisan lebih tua seringkali ikut diextrusikan dengan lumpur. 12. Secara individual jangka hidup suatu pusat erupsi biasanya sangat pendek. 13. Jalur diaper gunungapi lumpur biasanya berimpitan dengan daerah yang beranomali gravitasi negative.

Jadi jelaslah bahwa tenaga penggerak jenis gunungapi lumpur-dalam bukanlah tekanan gas di bawah permukaan, sebagaimana dapat terjadi pada gunungapi lumpur jenis dangkal. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa berasosiasinnya gunungapi-lumpur jenis dalam ini dengan minyakbumi hanyalah secara kebutulan saja karena intrusi diaper lumpur secara kebetulan menerobos lapisan yang mengandung minyak sehingga mengeluarkan minyakbumi pada waktu erupsi. Terjadinya gunungapi lumpur jenis dalam ini bukan hanya disebabkan tekanan gas alam atau tekanan tektonik saja, tetapi juga merupakan manifestasi tekanan tinggi daripada cairan yang abnormal di dalam pori-pori yang timbul karena kompaksi tidak memberikan kesempatan untuk keluarnya air. Hal ini disebabkan oleh sedimentasi yang cepat dan kompaksi batu lumpur yang biasanya berasosiasi dengan lapisan pasir yang berbentuk lensa. Ini menimbulkan tertutupnya cairan yang berada dalam pori-pori semasa kompaksi berlangsung, sehingga air berada dalam tekanan tinggi karena tak dapat lari kemana-mana. Keadaan ini menyebabkan gejala yaitu semua lapisan yang ada di atasnya seolah-olah mengambang di atas lapisan serpih yang berisi cairan bertekanan tinggi dan terletak lebih dalam. Contoh untuk gejala ini misalnya, di pulau Madura, selat Madura serta Sumatra Utara. Juga di Kalimantan tekanan tinggi seperti ini didapatkan dalam asosiasi dengan gunungapi lumpur dan dengan adanya gas serta lapangan minya seperti diperlihatkan pada gambar 3.6 ( lihat juga ayat 3.2.3.3; mengenai tekanan reservoir).

3.1.3 TELAGA ASPAL BUTON Telaga aspal yang teradapat di pulau buton dapat diklasifikasikan sebagai suatu lapisan homoklin yang tersingkap ke luar dan tererosikan.

Minyak yang mengalir secara perlahan-lahan membentuk suatau telaga pada tempat perembasan keluar dan frkasi ringannya telah menguap. Gambar 3.7 menunjukkan penampangan melalui lapangan aspal panah di Buton. Lapisan yang mengandung aspal tersebut adalah gamping globigerina yang berpori-pori dan gamping terumbu yang dinamakan formasi sampolaksa. Formasi ini mengandung batupasir yang dijenuhi 10 sampai 20% bitumina, bahkan sampai 30%.

3.2

MINYAK BUMI DALAM KERAK BUMI

3.2.1 AKUMULASI LOKAL Di dalam kerakbumi, minyakbumi selalu didapatkan dalam lapisan berpori. Dilihat dari segi jumlahnya, maka minyakbumi dapat ditemukan sebagai : a. Jejak-jejak (minor occurrences) yaitu dalam jumlah sedikit-sedikit saja. b. Suatu akumulasi (terdapat dalam jumlah besar atau dari segi ekonomi terkumpul secara menguntungkan). Sebetulnya minyakbumi atau hidrokarbon didapatkan pada berbagai macam formasi atau lapisan sebagai tanda-tanda minyak atau hidrokarbon dalam jumlah sedikit (minor showing). Tanda-tanda tersebut biasanya ialah ditemukannya minyak itu bersama-sama dengan air, terutama air asin. Seringkali minyakbumi ditemukan di dalam lapisan yang bukan lapisan reservoir, misalnya pada lapisan serpih ataupun lapisan batuan lainnya. Tanda-tanda dalam jumlah sedikit ini biasanya didapatkan pada waktu dilakukan pemboran dan mempunyai arti penting dalam explorasi minyakbumi. Arti daripada tanda-tanda tersebut adalah : a. Bahwa lapisan temaot terdapatnya tanda-tanda itu sedikit banyak pernah mengandung minyak. b. Ada kemungkinan besar lubang bor yang menembus lapisan yang mengandung minyak sedikit itu teradapat di dekat atau pinggiran suatu akumulasi minyak penting.

Di lain pihak juga diketahui dari penelitian Buckly, Hoctt, Tagard (1958) bahwa air formasi banyak memperlihatkan kandungan hidrokarbon dalam jumlah yang berkisar sampai 14 kaki kubik dalam setiap barrel, terutama sebagai metan, tetapi juga etan, propan dan sebagainya. Hal ini ternyata dari berbagai penyelidikan mereka di negara bagian New Mexico dan Florida, Amerika Serikat. Mereka menyimpulkan bahwa hidrokarbon dalam jumlah sedikit itu tidak mempunyai arti komersil, kecuali kalau zat itu oleh suatu mekanisme dapat terkumpul menjadi suatu akumulasi. Weeks (1985) menyimpulkan, bahwa jika semua gas yang hanya sedikit terdapat dalam air formasi di seluruh dunia dijumlahkan, maka volumnya dapat mencapai 65.000 trilium kaki kubik. Dibandingkan dengan akumulasi gas yang komersil terdapat dewasa ini, hanyalah 4 sampai 6 triliun kaki kubik. Dengan demikian, jumlah yang terdapat dalam air formasi dalam bentuk tandatanda tersebut sangat besar artinya. Dapat pula dibandingkan bahwa dengan cadangan minyakbumi yang terdapat dalam bentuk tanda-tanda sedikit itu bisa mencapai 10 trilliun barrel. Dapat disimpulkan, bahwa sebetulnya hidrokarbon di dalam formasi itu merupakan komponen yang biasa saja, namun karena terdapatnya tersebar dan dalam jumlah sedikit mereka tidak mempunyai arti ekonomi. Tetapi jika oleh suatu mekanisme jumlah kecil itu bisa terkumpul, kita bisa mendapatkan suatu akumulasi yang bernilai ekonomi. Jadi terdapat atau tidaknya suatu akumulasi bernilai ekonomi tergantung sekali dari factor konsentrasi seperti akan dibahas dalam pasal yang kemudian. 3.2.1.1 Cara Mendeteksi Adanya tanda-tanda minyak yang sedikit atau yang kemudian dapat menunjukkan adanya akumulasi yang komersil adalah :

1. Lumpur pemboran. Pada waktu pemboran, lumpur yang dipakai pelumas bercampur dan melarutkan minyak yang terdapat dalam formasi sedang ditembus oleh mata bor. Lumpur yang keluar kembalu itu dapat diperiksa di bawah mikroskop binokuler dengan cahaya ultraviolet. Biasanya adanya minyak terlihat dengan tampaknya warna yang kuning keemsan. Gas dapat dideteksi dengan suatu alat yang mengocok lumpur pemboran tersebut sehingga gas keluar dapat diketahui dengan alat detector gas. Alat detector gas terdiri dari suatu ruangan atau sel ke dalam mana gas dialirkan. Di dalam sel tersebut, terjadilah suatu pembakaran sehingga temperature meningkat dan dengan demikian juga tahanan jenis jarum pijar berubah dan dapat dicatat. Perubahan tahanan jenis ini merupakan ukuran jumla gas yang keluar dari lumpur tersebut. 2. Serbuk pemboran. Keratin batuan yang didapatkan pemboran dibawa oleh lumpur ke permukaan dan diperiksa oleh seorang ahli geologi yang menunggui sumur tersebut. Serbuk pemboran itu dapat diperiksa kandungan

hidrokrabonnya di bawah suatu mikroskopik binokuler setelah mengalami berbagai pengujian, antara lain extrasi serbuk yang digerus dalam CCl4, choloform atau aseton dan kemudian dikocok. Jika warna larutan menajdi putih, berarti terdapat kandungan hidrokarbon. Metode lain adalah dengan mengunakan lampu ultraviolet. Biasanya setelah dicampur dulu dengan kloform atau aseton kemudian dilihat dengan binokuler di bawah lampu sinar ultra violet. Jika serbuk pemboran mengandung minyak, terjadilah warna fluoresensi yang kuning sampai keemasan. Untuk mendeteksi gas yang dilakukan prosedur yang sama, yaitu menggerus keeping batuan dan mengeluarkan gasnya secara mengocok serbuk dalam air dan kemudian diteliti dengan alat detector. Adanya tanda-tanda minyak dapat juga diteliti dari sutau pemboran inti. Inti pemboran yang mengandung minyak, biasanya begitu kelura dari pemboran dapat bersifat hidup atau juga dikatakan mendarah (bleeding core) atau dapat pula bersifat mati (dead

oil). Yang disebut terakhir mungkin merupakan residu minyakbumi yang telah bermigrasi ataupun sisa suatu akumulasi minyak. Teknik penyelidikan adanya tanda-tanda minyak di dalam serbuk pemboran atau lumpur pemboran merupakan suatu teknik tersendiri dengan menggunakan sinar ultra violet. Selain itu, berbagai macam cara digunakan untuk memperkirakan jumlahnya,yaitu hanya sedikit saja ataukah sangat banyak. Teknik tersebut dibahas dalam buku teknik penyelidikan geologi di bawah permukaan. 3.2.1.2 Akumulasi Komersil Suatu lapisan reservoir yang mengandung minyak dapat disebut komersil, jika dari lapisan tersebut minyak dapat diproduksikan secara menguntungkan. Suatu akumulasi minyak dan gasbumi dikatakan menguntungkan jika jumlah minyak yang dihasilkannya dapat diperdagangkan dengan pendapatan yang dapat menutup biaya explorasi dan produksi serta member laba. Jadi semata-mata factor ekonomilah yang menentukan. Beberapa factor terpenting di antaranya adalah : 1. Harga minyak di pasaran bebas. Kenaikkan harga minyak yang sangat menyolok pada tahun 1973, telah merubah akumulasi nonkomersil menjadi komersiil dan merubah penilaian suatu akumulasi. 2. Jumlah cadangan yang terdapat dalam akumulasi. Cadangan tergantung dari besarnya reservoir dan keadaan reservoir, terutama porositas (akan dibahas dalam bab 4 mengenai batuan reservoir). 3. Produktivitas reservoir sebagaimana dihasilkan oleh setia sumur. Hal ini ditentukan oleh tebal lapisan atau kolom minyak dan keadaan reservoir, terutama permeabilitas dan juga sifat minyakbumi dan penjenuhan minyak dalam pori.

4. Biaya produksi, exploitasi, explorasi yang sangat berbeda dari satu daerah ke daerah lain, tergantung dari keadaan social-ekonomi setempat, keadaan medan, di darat atau lepas pantai, di daerah tropika atau daerah artika dan sebagainya. 5. Pajak dan biaya lainnya. Suatua akumulasi komersiil ditetukan oleh berbagai factor ekonomi dan juga factor geologi. Dalam buku ini hanya dibahas factor geologinya saja mengenai adanya akumulasi minyak dan gasbumi di sesuatu tempat. 3.2.2 PENGERTIAN RESERVOIR, LAPANGAN DAN DAERAH MINYAK

3.2.2.1 Reservoir Minyak Suatu akumulasi minyak selalu terdapat di dalam suatu reservoir. Suatu reservoir adalah wadah tempat minyak terkumpul. Istilah lain untuk reservoir yang bersifat batuan yang seluruhnya dijenuhi oleh minyakbumi adalah telaga minyak atau kolam minyak (oil pool) yang bearti satuan minyak terkecil yang mengisi reservoir itu sendiri dan berada dalam suatu system tekanan yang sama. Seringkali telaga minyak disinonimkan dengan reservoir. Sebetulnya reservoir mempunyai arti lebih luas lagi dan juga bagian reservoir tidak seluruhnya harus selalu diisi oleh minyak, sedangkan telaga minyak adlah bahagian suatu reservoir yang selurhnya terisi oleh minyak. Dalam bahasa Inggris terdapat pula sitilah oil pay yaitu lapisan yang mengandung minyak (yang membayar biaya pemboran). 3.2.2.2 Lapangan Minyak

Lapangan minyak atau ladang minyak (oil field dalam bahasa Inggris atau olie-terrein dalam bahasa Belanda) adalah daerah yang di bawahnya mempunyai akumulasi minyak dalam beberapa telaga minyak dan terdapat dalam suatu gejala geologi yang sama. Gejala tersebut dapat bersifat stratigrafi ataupun struktur, yang keseluruhannya menjadi kumpulan kolam minyak tersebut. Pengertian telaga minyak (oil pool) dan lapangan minyak (oil field) seringkali dikacaukan dalam literature. Dalam bahasa Indonesia istilah telaga sering dikacaukan dengan sumur, terutama di Sumatera Utara atau di daerah Aceh. 3.2.2.3 Lapangan minyak dan gas raksasa Lapangan minyak dan gas raksasa adalah lapangan yang mempunyai cadangan minyak dan gas bumi lebih dari 500 juta barrel (Halbouty, 1970). Terkenal adalah lapangan minyak Ghawar di Arab Saudi. Di Indonesia lapangan minyak Minas di Sumatera Tengah termasuk lapangan raksasa. 3.2.2.4 Propinsi atau daerah minyak Propinsi atau daerah minyak adalah daerah dimana sejumlah telaga dan lapangan minyak berkelompok dalam lingkungan geologi yang sama. Daerah minyak sering juga disebut sebagai cekungan minyak (oil basin) dan biasanya merupakan cekungan sedimen. Namun suatu cekungan sedimen tidak selalu seluruhnya merupakan daerah minyak. Biasanya hanya pada sebagian saja dari cekungan terdapat kelompok lapangan minyak atau daerah minyak. Misalnya daerah Duri-Minas di Sumatera Tengah, daerah Jambi dimana terdapat lapangan Muara Senami, Bajubang, Kenali Asam dan sebagainya dan daerah Pendopo-Prabumulih di Sumatera Selatan (lapangan minyak Talang akar, Pendopo, Belimbing Tanjung-Miring dan sebagainya).

Daerah Jambi dan daerah Prabumulih mungkin termasuk dalam suatu daerah cekungan sedimen yang sama yaitu cekungan Sumatera Selatan. Daerah minyak lainnya adalah daerah Cepu dengan lapangan minyak Ledok, Wonocolo, dan sebagainya. 3.2.3 KEADAAN DAN CARA TERDAPATNYA MINYAK BUMI DALAM RESERVOIR

3.2.3.1 Prinsip utama dalam reservoir Suatu reservoir haruslah tertutup pada bagian atas dan pinggirnya oleh lapisan penutup dan kemudian diberi bentuk perangkap. Suatu perangkap sebetulnya tidak lain daripada suatu tempat fluida, tetapi berhubung berlakunya hukum hidrostatika dank arena asosiasinya dengan air, maka bentuk wadah ini tidaklah terbuka ke atas tetapi haruslah terbuka ke bawah. Terbukanya ke bawah dapat dengan berbagai macam cara: 1) TERBUKA SELURUHNYA KE BAWAH (Gambar 3.8) sebagaimana didapatkan pada perangkap struktur, misalnya pada sumbu antiklin. 2) SETENGAH TERBUKA KE BAWAH, misalnya suatu perangkap stratigrafi dimana hanya sebagian saja dari bagian bawah perangkap tersebut terbuka (Gambar 3.9) 3) TERTUTUP SAMA SEKALI, misalnya terdapat jika batuan reservoir sangat terbatas penyebarannya sehingga berbentuk suatu lensa (Gambar 3.10)

Batas bawah suatu akumulasi minyak tentu merupakan suatu permukaan air yang mendorong minyak ke atas dan memojokkan minyak tersebut untuk tetap berada dalam perangkap (Lihat pula hal. 79).

Selain beberapa syarat di atas masih ada beberapa syarat khusus yang berlaku bagi terdapatnya suatu akumulasi yang bersifat komersiil. Meskipun sifat komersiil sangat tergantung pada keadaan ekonomi serta kemajuan teknologi, namun beberapa factor geologi juga sangat menentukan ekonomis tidaknya suatu akumulasi minyak bumi, antara lain:

a. Tebal lapisan reservoir. Tebal suatu lapisan reservoir dapat berkisar dari beberapa centimeter sampai beberapa puluh meter. Makin tebal lapisan reservoir, tentu makin besar pula kemungkinan untuk mendapatkan produksi yang besar sehingga kolom minyak yang akan didapatkan juga menjadi lebih besar. b. Tutupan (closure). Pengertian ini terutama berlaku untuk perangkap struktur yang akan dibahas dalam pasal 5.2. disini tutupan berarti kolom minyak maksimal minyak yang mungkin didapatkan dalam suatu perangkap. Jika tutupan itu rendah saja atau sangat terbatas, maka jumlah minyak yang terkumpulkan juga sangat terbatas. c. Penyebaran batuan reservoir. Ini penting sekali karena suatu perangkat dapat sangat besar sekali dan mempunyai tutupan yang besar pula. Tetapi jika batuan reservoir terbatas hanya pada bagian kecil perangkap, maka hal ini tidak terlalu menguntungkan untuk terdapatnya akumulasi yang bersifat komersiil. d. Porositas dan permeabilitas efektif. Suatu lapisan reservoir sangat tergantung daripada kedua sifat ini, bahkan merupakan sifat khas daripada batuan reservoir tersebut. Besar kecilnya porositas menetukan besar kecilnya jumlah minyak yang dikeluarkan. Berbagai unsur lain yang mempengaruhi ada tidaknya minyak bumi ialah: migrasi, waktu migrasi, akumulasi, waktu akumulasi, batuan induk serta mulajadi. Hal ini akan dibahas dalam beberapa bab kemudian. 3.2.3.2 Cara terdapatnya fluida dalam reservoir Keadaan dalan reservoir hanyalah dapat kita ketahui berdasarkan pada beberapa interpretasi daripada: 1) Fluida yang didapatkan dari pemboran 2) Contoh fluida yang didapatkan dari hasil pemboran

3) Contoh fluida yang diambil pada permukaan sumur yang dapat diproduksikan 4) Studi sejarah produksi suatu atau lebih sumu, seperti penurunan tekanan reservoir, peningkatan atau penurunan produksi. Dalam menginterpretasi dan mengevaluasi semua data tersebut tentu saja dapat menimbulkan berbagai persoalan, seperti misalnya mengenai perbedaan temperatur permukaan dan temperatur reservoir, terjadinya berbagai pengotoran dan reaksi lainnya yang timbul karena semua perubahan tersebut. Namun, dari semua data tersebut hubungan fluida di dalam reservoir dapat diperkirakan secara meyakinkan, dan yang penting diantaranya adalah mengenai penyebaran air, minyak dan gas di dalam reservoir tersebut. PERANAN AIR. Di dalam kerak bumi, lapisan reservoir mau tidak mau selalu terisi oleh air dan hampir tidak pernah ditemukan suatu lapisan reservoir tanpa air. Memang air merupakan suatu unsur penting di dalam reservoir yang harus diperhatikan dalam hal akumulasi minyak bumi. Air itu boleh dikatakan menentukan terkungkungnya atau terakumulasinya minyak bumi dalam reservoir. Tanpa adanya air di dalam formasi, minyak bumi tidak dapat terkumpulkan. Karena air tidak bercampur dengan minyak, maka keduanya merupakan dua fasa cairan yang terpisah. Batas antara kedua cairan ini berlangsung secara bergradasi atau secara berangsur-angsur. Hal ini disebabkan terutama karena suatu ruangan pori diisi sebagian oleh tetes minyak sebagian oleh air. Juga dalam suatu akumulasi minyak, air selalu menempati sebagian daripada reservoir, yaitu minimal 10% daripada ruangan rongga-pori. Selain itu, juga berat jenis minyak bumi yang lebih kecil daripada air, menimbulkan adanya daya apung daripada minyak bumi (buoyancy). Dengan demikian minyak akan selalu mencari bagian tertinggi daripada suatu reservoir dan akan dikepung oleh air dari bawah.

Jadi prinsip terpenting di dalam akumulasi minyak bumi adalah bahwa minyak bumi akan selalu mencari tempat tertinggi di dalam suatu lapisan reservoir. SIFAT AIR FORMASI. Air yang terdapat dalam formasi selain dinamakan air formasi sering pula disebut air konat (connate water). Air ini biasanya mengandung berbagai macam garam, terutama NaCl, sehingga merupakan air asin; akan tetapi kadang-kadang air formasi dapat pula bersifat payau, atau asin sekali. Pelarut yang terdapat dalam air konat pada umumnya adalah garam dengan kadar berkisar dari 50.000 sampai 350.000 ppm (mg/l), sehingga jauh lebih asin daripada air laut (33.000 pm). Kadang-kadang juga air konat ini bersifat payau (beberapa ratus sampai ribuan ppm garam), misalnya formasi Sihapas di Sumatera Tengah. Kadar garam paling tinggi yang terdapat di dalam air formasi di Cekungan Michigan, yaitu 642.798 ppm, atau 64% dari cairan ini terdiri dari zat padat. Kadar garam tentunya sangat mempengaruhi berat jenis air formasi. SUSUNAN KIMIA AIR FORMASI: Susunan kimia air formasi berbeda dari lapangan minyak yang satu ke lapangan minyak yang lain, dan adanya yang membedakannya dari air laut. Table 3-1 memperlihatkan susunan kimia (dalam bentuk ion) beberapa air konat serta perbanidngannya terhadap air laut. Di sin terlihat bahwa semua anion adalah praktis klorida dan hanya terdapat jejak saja dari HCO3= dan SO4=, sedangkan kation terdiri dari Na+, Ca++ dan Mg++. Jika dibandingkan dengan air laut biasa terdapat perbedaan yang khas: a. Tidak hadirnya sulfat dalam air konat b. Ketidakhadiran Ca dan Mg dalam air formasi

c. Kadar klorida pada umumnya jauh lebih tinggi daripada air laut. Kadang-kadang air konat memperlihatkan kadar karbonat yang tinggi, yang biasanya disebabkan influx dari air meteoric (air curahan atau air hujan). Adanya karbonat dipakai sebagai indicator untuk air meteoric. Susunan kimia air konat kadang-kadang berkaitan dengan jenis minyak bumi yang bersekutu dengan air itu. Misalnya di Bunyu, terdapat suatu penurunan kadar klorida dalam air formasi, 10 gram/liter menjadi 1,8 gram/liter dan suatu peningkatan kadar karbonat, yang dikaitkan dengan naiknya kadar residu lilin, dari 20 sampai 45%. Air formasi di Tarakan, yang minyaknya bersifat aspal, mempunyai kadar garam di bawah 1 gram/1, atau praktis bersifat tawar (Weeda, 1958). ASAL AIR FORMASI: Dapat diperkirakan bahwa air formasi berasal dari air laut yang ikut terendapkan dengan sedimen sekelilingnya, jadi merupakan air laut fosil. Perbedaan air formasi dengan air laut disebabkan karena: 1) Adsorbsi dan pertukaran basa (base-exchange) oleh batuan sekelilingnya, yang meningkatkan konsentrasi klorida. 2) Penguapan air laut pada waktu sedimentasi, atau oleh pengurangan tekanan pada pengembangan gas bebas. 3) Variasi local sebagai akibat perubahan keadaan geologi, misalnya karena terdapat di dekat ketidakselarasan, influx air meteoric dapat merubah susunan air formasi. 4) Penambahan berbagai garam oleh debu vulkanik pada air laut asalnya. Pengetahuan mengenai susunan kimia air formasi kadang-kadang dapat berguna dalam: (1) Menganalisa log listrik, (2) mencari korelasi lapisan yang bertingkat banyak, (3) menginterpretasi lingkungan pengendapan (adanya ketidakselarasan), (4) mendeteksi kemungkinan kebocoran air dalam produksi, (5) memprospeksi kubah garam, makin dekat kubah garam

kadar klorida meningkat (dengan membuat peta iso-con), (6) mempertimbangkan water flooding dalam secondary recovery, (7) mengetahui korosi pipa-pipa dan lain-lain, (8) mendeteksi adanya influx air meteoric dari singkapan, sehingga menimbulkan keadaan hidrodinamis (dengan mempergunakan peta isokonsentrasi).
Table 3.1 Susunan kimia beberapa jenis air formasi dibandingkan dengan air laut dalam ppm (menurut Levorsen, 1958) Telaga Air laut Air laut (dalam persen zat padat) Lagunillas, Venezuela bagian barat Conroe, Texas Texas Timur Burgan, Kuwait Rodessa, Texas-La Davenport, Okla. Bradford, Penn. Oklahoma City, Okla. Garber, Okla. Batuan reservoir umur C119.350 55,3% Miosen 2. 3003. 000 ft Pasir Conroe Eosen Pasir Woodbine Kapur Atas Batu Pasir Kapur Gamping Oolitic Kapur Bawah Pasir Prue Karbon Pasir Breadford Devon Pasir Simpson Ordovicium Batugamping SO4= 2.690 7,7% CO3= 150 0,2% HCO3Na+ + K+ 11.000 31, 7% 420 1,2% Ca++ Mg++ 1.300 3, 8% Total ppm. 35.000

89 47.100 40.598 95.275 140.063 119.855 77.340 184.387

42 259 198 248 132 730 263

120 288 387 -

5.263

2.003 27.620 24.653

10 1.865 1.432 10.158 20.917 9.977 13.260 18.753

63 553 335 2.874 1.926 1.940 3.468 2.874

7.548 77.468 68.964 154.338 225.749 194.736 125.870 298.497

360 73 122 18

46.191 61.538 62.724 32.600 91.603

Arbuckle Ordovicium

139.496

352

43

60.733

21.453

2.791

224.868

PEYEBARAN VERTIKAL DARIPADA AIR, GAS DAN MINYAK. Penyebaran dari ketiga macam fasa dalam reservoir ditentukan oleh sifat fasa tersebut, antara lain: 1. BERAT JENIS

Berat jenis air sangat dipengaruhui oleh kadar garam yang terlarut di dalamnya. Susunan kimia zat terlarut sangat mempengaruhi barat jenis air. Berat jenis air formasi berkisar dari nilai 1,0 untuk air yang sangat tawar sampai 1,140 untuk air formasi yang mengandung 210.000 ppm garam. Berat jenis minyak bumi sebagaimana telah disebutkan sebelumnya (Bab 2), dapat berkisar dari 1,0, biasanya selalu kurang dari 1,0. Berat jenis (specific gravity) gas biasanya dinyatakan sebagai perbandingan terhadap kerapatan jenis (density) udara, dimana yang belakang ini dinyatakan sebagai 1. Berat jenis gas terhadap itu berkisar dari 0,061 sampai 0,965. Berat jenis gas jauh lebih kecil dari pada berat jenis minyak bumi. 2. DAYA LARUT MASING-MASING FLUIDA/GAS

Gas dapat larut dalam air dan daya larut gas rata-rata adalah 20 kaki kubik setiap barrel pada tekanan 5000 psi. data lain menyatakan lain menyatakan bahwa kelarutan gas dalam air reservoir adalah 6% daripada daya larutnya dalam minyakbumi (Lavorsen, 1958). Daya larut gas dalam minyakbumi lebih besar lagi dan biasanya berkisar dari beberapa kaki kubik sampai ribuan kaki kubik untuk setiap barrel. Jelas juga bahwa daya larut gas dalam minyak ataupun air sangat tergantung daripada tekanannya. Lebih besar tekanan lebih besar pula daya larutnya, sampai dicapai suatu titik penjenuhan. Apabila gas seluruhnya dapat larut dalam minyak bumi, maka telaga minyak tempat terdapatnya minyakbumi itu disebut telaga minyak yng jenuh. Penurunan tekanan menyebabkan daya larut gas dalam minyak tersebut berkurang. Temperature dan/atau tekanan dimana gas tersebut mulai keluar disebut sebagai titik gelembung (bubble point). Pada dan temperatur tertentu, fasa gas dan cair tidak dapat

dibedakan lagi, dan dalam keadaan demikian kita dapatkan suatu telaga kondensat (consensate pool), (lihat diagram pada Gambar 3.11).

Sebagai akibat sifat masing-masing jenis fluida di atas, pada umunya di dalam reservoir terdapat suatu stratisikasi daripada air, minyak dan gas. Air dengan berat jenis tertinggi akan terdapat paling bawah, dan gas dengan berat jenis terendah akan menduduki tempat paling atas dalam reservoir. Hal ini menyebabkan batas antar gas dan minyakbumi tidak terlalu tajam. Jadi daya apung relative antar minyak, gas dan air menyebabkan adanya stratifikasi dalam reservoir. Hal ini dimodifikasi dengan adanya gejala fluida dalam reserfvoir pori lain nya yaitu : kapilaritas. 3. KAPILARITAS

Dari ilmu fisika diketahui bahwa di dalam lubang-lubang kecil terdapat antara tekanan-tekanan yang terdapat seberang-menyebarang dua fasa cairan yang tidak saling melarutkan. Tekanan ini diukur sebarang-menyebarang permukan yang

melengkung dan disebut sebagai tekanan kapiler (Pc) yang dinyatakan ddalam dyne/cm2. Besaran tekanan kapiler ini tergantung dari tegangan permukaan dan juga daripelengkungan bidang permukaannya. Jelaslah, bahwa untuk dapat melampaui suatu permukaan antara fasa tersebut diperlukan suatu daya untuk dapat mengurangi

tekanan kapiler tersebut.

Derajat pelengkungan daripada permukaan lengkung

tersebut tergantung dari besar kecilnya pori batuan dan juga dari jenis fluida yang ada. Tekanan kapiler didapatkan jika dua fluida yang tidak dapat larut berada dalam persentuhan. Hububgan tekanan kapiler ini dinyatakan dalam pengertian tegangan permukaan, sudut sentuh dan radius daripada pipa kapiler. Pc = tekanan kapiler = tegangan permukaan = sudut kontak permukaan air-minyak r = radius efektif pipa kapiler Dalam keadaan pori jenuh air, dan adanya tekanan kapiler, maka untuk dapat masuknya gas atau minyak ke dalam pori-pori diperlukan suatau tambahan tekanan masuk (entry pressure) atau ekanan pergeseran (displacement pressure). tekanan kapiler minimum yang dapat memaksakan masuknya fluida yang tidak membasahi kedalam rongga-rongga pori yang diisi oleh fluida yang menjenuhinya (Pirrson, 1958). Tekanan pergeseran ini berbanding balik dengan diameter pori sebagaimana dikemukakan oleh Lavorsen dan Berry (1967), yang berarti bahwa fluida mempunyai tegangan antar-muka yang sama. Maka bagi batuan berbutir lebih halus serta porositas dan permeabilitas yang lebih rendah , diperlukan tekanan kapiler lebih besar untuk dapat memasukan suatu fasa yang tidak membasahi kedalam pori. Hubungan antara tekanan pergeseran dengan permeabilitas batuan dari berbagai nilai atau indeks n diberikan pada grafik terlampir (Gambar 3.12). n adalah suatu factor litologi yang merupakan indeks penyebaran besar pori. Biasanya nilai n di temukan lebih tinggi dalam batuan yang mempunyai porositas lebih tinggi. Batuan yang lebih padat biasanya berbutir lebih luas, sehingga oleh karenanya mempunyai nilai n yang lebih kecil. Suatu nilai n yang kira-kira sama dengan 8 dapat dianggap mewakili penyebaran rata-rata dari ukuran pori. Dari pembahasan di atas jelaslah bahwa

tekanan kapiler memegang peran penting pada batas antara minyak dan air; haluskasarnya suatu batuan reservoir akan mempengaruhi juga tinggi rendahnya berbagai macam batas air-minyak.

4.

PENJENUHAN RESERVOIR

MASING-MASING

FLUIDA

DALAM

BATUAN

Di dalam suatu reservoir, jarang sekali minyak terdapat 100% menjenuhi lapisan reservoir. Biasanya air terdapat sebagai interstitial water yang berkisar dari beberapa

persen sampai kadang-kadang lebih dari 50%, tetapi biasanya antara 10 sampai 30%. Dengan demikian batas fluida antara air dan minyak tidak selalu jelas. Besarnya penjenuhan air di dalam reservoir minyak menentukan dapat tidaknya lapisan minyak itu diproduksikan. Penjenuhan air dinyatakan sebagai S w (water saturation). Jika Sw lebih besar dari 50%, minyak masih dapat keluar; akan tetapi pada umumnya harus lebih kecil dari 50%. Penjenuhan air tidak mungkin kurang dari 10% dan dinamakan penjenuhan air yang tak terkurangi (irreducible water saturation). Hal ini biasanya terdapat dalam reservoir dimana airnya membasahi butir. Juga harus diperhatikan bahwa kedudukan minyak terhadap air tergantung sekali daripada apakah reservoir tersebut basah minyak (oil wet) atau basah air (water wet). Pada umumnya batuan reservoir bersifat basah air. Air antara butir selalu terdapat dalam lapisan minyak, malah pernah diketemukan pada ketinggian lebih dari 650 meter di atas batas air minyak. Pada umumnya lebih sarang (porous) batuan reservoir, lebih kecil penjenuhan air. Kadar air yang tinggi dalam reservoir minyak mengurangi daya pengeambilannya (recoverability). Air ini biasanya merupakan selaput tipis yang mengelilingi butir-butir batuan reservoir dan dengan demikian merupakan pelumas untuk bergeraknya minyakbumi, terutama dalam reservoir dimana butir-butirnya bersifat basah air. Penentuan Sw ditentukan di laboratorium dengan mengextraksinya dari inti pemboran, akan tetapi secara rutin dilakukan dari analisa log listrik, terutama dari kurva SP. SIFAT BATAS MINYAK, AIR, DAN GAS (Gambar 3.13) Berbagai faktor tersebut diatas menyebabkan berbagai macam variasi dalam batas minyak-air-gas. Pertama-tama dalam keadaan hidrostatik maka gas selalu berada paling atas, kemudian diikuti oleh minyak di bawahnya, dan yang paling bawah lagi adalah air yang menerus dalam seluruh reservoir. Hal ini disebabkan karena

perbedaan yang menyolok di antara ketiga fluida tadi. Adanya suatu topi gas

tergantung sekali pada tekanan pelarutan gas dalam minyak. Jika tekanan reservoir lebih besar daripada jumlah gas yang dapat larut dalam minyak, maka topi gas tidak akan terbentuk dan untuk keadaan sebaliknya akan terdapat suatu angkabandingan gas-minyak (gas-oil ratio: GOR) yang sangat tinggi. Jadi, penyebaran gas, minyak dan air dalam reservoir sangat tergantung pada hubungan antara fluida, perbedaan berat jenis yang menyebabkan daya perbedaan dalam

pelampungan,

penjenuhan

relative dari ruang pori salah satu fluida tersebut, tekanan kapiler dan tekanan pergeseran, serta juga keadaan hidrodinamis serta

porositas dan permeabilits. 3.2.3.3 Tekanan reservoir Tekanan reservoir adalah tekanan yang diberikan oleh zat yang mengisi rongga reservoir, baik gas, minyak ataupun air. Tekanan ini juga sering disebut tekanan formasi (lihat lampiran mengenai istilah-istilah lain yang dipergunakan untuk menyatakan berbagai macam tekanan lainnya dalam reservoir). Harus diyakini bahwa tekanan reservoir lain sama sekali dengan tekanan beban total atau tekanan yang diderita oleh Kristal pembentuk batuan. Tekanan formasi hanya diderita atau diberikan oleh fluida yang masi harus kurang atau paling tidak sama dengan tekanan beban total, sebab jika tekanan ini melebihinya, maka fluida akan memecahkan formasi batuan yang ada di atasnya dan meledak keluar serta membebaskan tekanan yang berlebihan itu. Hal demikian dapat juga terjadi, yaitu pada pembentukan diaper serpih dan gunung api lumpur sebagaimana telah dibahas. Timbulnya tekanan reservoir disebabkan adanya:

1) Gradient Hidrostatik, yang disebabkan karena tekanan kolom air yang ada dalam formasi sampai ke permukaan; biasanya kira-kira 66 meter di bawah permukaan. Gradiennya mempunyai besaran antara 0,45 sampai 0,46 psi per kaki. Untuk daerah Gulf Coast (Amerika Serikat) misalnya, dimana air formasi mengandung 10% garam nilainya adalah 0,465 psi per kaki. Tekanan hidrostatik ini sebagian besar mengungkung tekanan formasi, dan bagian lainnya dari tekanan formasi dikungkung oleh tekanan geostatic. 2) Gradient Hidrodinamik, yang merupakan komponen lateral dari perbedaan tinggi kolom air di berbagai tempat. Perbedaan tinggi kolom air ini dalam lapisan reservoir yang sama menimbulkan adanya gradient daripada tekanan hidrostatik secara lateral. Gradient hidrodinamik turut memberikan bagian pada tekanan reservoir (lihat juga pasal 5.7 mengenai perangkap hidrodinamik). 3) Gradient Geostatik, yang disebut juga sebagai tekanan beban total dan disebabkan karena adanya beban material yang terdapat di atas suatu titik dalam kerak bumi. Dalam hal ini beban tersebut terdiri dari lapisan sedimen yang diendapkan dalam air, dan oleh karenanya material tersebut terdiri dari butiran mineral batuan dan air garam yang terkandung diantaranya. Gradient geostatic dapat dibagi menjadi 2 komponen: 1. Gradient Litostatik (vertikal) (PLV) 2. Gradient Hidrostatik (PH) Tekanan litostatik adalah beban yang disebabkan butiran-butiran

mineral/sedimen pada satuan luas disebut juga tekanan matriks atau tekanan kerangka. Dengan demikian tekanan geostatic (PG) menjadi: PG = PH + PLV

Selain itu terdapat pula komponen horizontal dari tekanan litostatik jika kerangka butiran ini tidak kaku seluruhnya, sehingga mengalir ke samping dan disebut tekanan litostatik horizontal (PLH) PLH = PLV tan 35o (lihat gambar 3.14) Secara teoritis nilai gradient geostatic adalah 1 psi per kaki tekanan ini hanya sebagian saja meningkatkan tekanan formasi. Mineral merupakan pendukung yang menyangga beban yang menekannya. Jika beban ini melampaui kekuatan butir mineral tersebut, maka sebagian dari beban ikut didukung oleh air formasi dan memberikan tekanan tambahan pada tekanan reservoir. 4) Gradient Geodinamik, yang disebabkan karena gaya tektonik yang bekerja pada batuan secara lateral. Tekanan ini sukar untuk diukur dan juga sulit untuk ditentukan sumbangannya terhadap tekanan reservoir. Biasanya bekerja dalam lapisan yang terlipat kuat.

TEKANAN FORMASI YANG ABNORMAL. Yang dimaksud dengan formasi yang abnormal biasanya adalah tekanan formasi yang lebih tinggi dari yang diperhitungkan dari gradient hidrostatik. Hal ini disebabkan karena kompaksi batuan oleh sedimen yang ada di atasnya sedemikian rupa, sehingga air yang keluar dari lempung tidak

langsung dapat menghilang dan tetap berada dalam batuan. Dengan demikian solaholah butiran penyusun batuan tetap mengapung dalam air formasi, sehingga tekanan geostatic sebagian besar didukung oleh air formasi. Tekanan formasi yang abnormal itu biasanya terjadi dalam cekungan sedimen dimana kompaksi tidak berlangsung secara baik dan sering berasosiasi dengan diaper serpih dan gunung apai lumpur. Contoh dari pada tekanan formasi yang tinggi itu adalah misalnya di daerah Madura dan cekungan Sumatra Utara. Adakalanya tekanan tinggi ini melampaui tekanan geostatic, misalnya di daerah Mississippi (A.S) suatu tekanan formasi sebesar 26.000 psi terdapat pada kedalaman 20.000 kaki. Tekanan superi ini (super-pressures) pernah diamati di Pakistan dan Azerbaidzzan (Uni Soviet). Di beberapa daerah di Timur Tengah dan Pegunungan Andes (Amerika Selatan) lumpur pemboran seberat 19,2 lbs/gallon atau 1,0 psi per kaki diperlukan untuk menahan tekanan formasi. Sebab utama daripada tekanan berlebihan yang disebabkan lumpur dan serpih di bawah kompaksi adalah kecepatan sedimentasi yang tinggi sekali dan permeabilitas yang begitu rendah sehingga air tidak dapat dikeluarkan cukup cepat, sehingga butirbutir sedimen seolah-olah mengambang di dalam air. TEKANAN FORMASI DI BAWAH NORMAL Selain tekanan formasi yang tinggi, sekali-kali ditemukan pula tekanan formasi yang sangat rendah di bawah tekanan hidrostatik. Keterangan mengenai hal ini tidak begitu jelas, akan tetapi mungkin sejarah geologi dapat menerangkan keadaan tersebut berdasarkan turun naiknya formasi. 3.2.3.4 Temperatur reservoir Temperature reservoir minyak dan gas bumi terutama ditentukan oleh kedalamannya, makin dalam makin tinggi temperaturnya. Di lain pihak nilai dari temperature ini ditentukan oleh gradient panas bumi. Gradient panas bumi didefinisikan sebagai berikut: Gradient panas bumi:

Gradient panas bumi dinyatakan sebagai


0

F/100 kaki atau 0C/100 meter atau dalam

nilai kebalikannya kaki/0F. Nilai rata-rata di dunia ditemukan 20F/100 kaki atau 1,110C/100 kaki. Maka untuk reservoir yang dalamnya 5000 kaki dapat diperkirakan mempunyai temperature 1600F (temperature permukaan 600F + 5000 20F/100 kaki). Nilai gradient panas bumi sering dipelihatkan dalam bentuk grafik (lihat gambar 3.15 dan 3.16). Selain untuk suatu daerah tertentu dapat pula dibuat suatu peta kontur isogeoterm ataupun isogradient panas bumi (geothermal) yang dapat menunjukkan daerah temperature tinggi. Gradient panas bumi mendapat perhatian besar dewasa ini untuk menghasilkan minyak pada kedalaman lebih dari 5000 meter. Di Amerika Serikat suatu temperature 2120F ditemukan pada kedalaman kurang dari 7000 kaki. Temperature kritis air setinggi 3740F, menurut perhitungan dapat dicapai pada kedalaman lebih dari 10.000 meter. Di Indonesia, tingginya gradient panas bumidi banyak daerah menyebabkan kurangnya prospek di bawah kedalaman 4000 meter. Namun data mengenai hal ini belum banyak dipublikasikan. Contoh Lapangan minyak Attaka: Gradient panas bumi 20F/100
0

kaki

(temperature permukaan 80 F), reservoir temperature 120-2300F (kedalaman 2007600 kaki).

Di sumur Gigir di Madura didapatkan gradient 2,20F/100 kaki. Sumber panas dengan temperature tinggi: 1) Radiasi dari inti bumi (sumber utama); 2) Aktivitas magma dan gunung api (terutama memberikan gradient yang abnormal tinggi); 3) Lain-lain sumber, seperti efek gaya tektonik, daerah penekukan lempeng tektonik, diaper serpih dan lain-lain. Temperature dapat mempengaruhi keadaan reservoir. Gradient panas bumi yang tinggi dapat menyebabkan titik kritis didapatkan pada kedalaman dangkal (kondensat), pelarutan gas dalam minyak, peningkatan gas dalam minyak, peningkatan volum minyak gas, batuan dan lain sebagainya. Studi mengenai gradient panas bumi menjadi sangat penting dewasa ini, terutama dalam hubungannya dengan pembntukan atau tedapatnya minyak dan gas bumi (Welte, 1964; Phillipi, 1967; Landes, 1967), dan juga untuk migrasi serta terjadinya akumulasi minyak bumi secara besar-besaran (Klemme, 1972) sebagaimana akan dibahas dalam bab 7. 3.3 PENYEBARAN MINYAK DAN GAS BUMI DI DUNIA Minyak bumi jelas tidak didapatkan dimana saja tetapi di daerah-daerah tertentu. Penyeberan adanya akumulasi minyak bumi di dunia disebabkan karena keadaan geologi setempat. Penyebaran ini menyangku secara lateral (geografi) ataupun vertical (kedalaman). 3.3.1 PENYEBARAN VERTIKAL Kedalaman lapisan minyak bumi berkisar dari hanya beberapa puluh meter di bawah tanah sampai 22.000 kaki, seperti yang terdapat di Texas. Pada kedalaman ini keadaan temperature adalah sedemikian rupa sehingga yang didapatkan adalah kondensat. Pada Tabel 3-2 terlihat statistic

Table 3. 2 Statistika penyebaran vertical akumulasi minyakbumi(Knebel dan Rodriquez, 1956) Kedalaman dalam kaki 0-1000 1000-2000 2000-3000 3000-4000 4000-5000 5000-6000 6000-7000 7000-8000 8000-9000 9000-10000 10000-11000 11000-12000 12000 dan lebih Sekuruh Dunia Miliyar barrel 3,3 1,5% 13,4 6,2% 22,0 10,2% 56,8 26,2% 36,4 16,8% 20,6 9,5% 30,5 14,0% 18,4 8,5% 7,7 3,5% 3,5 1,6% 3,2 1,5% 0,9 1,4% 0,3 0,1% Jumlah lapangan 3,2 4,7% 64 9,4% 88 12,9% 94 13,7% 92 13,5% 83 12,1% 68 9,9% 54 7,9 43 6,3% 24 3,5% 26 3,8% 12 1,8% 4 0,5% Seluruh Dunia tanpa Timur Tengah Miliyar barrel 3,0 3,9% 10,3 13,3% 13,9 18,0% 16,1 20,9% 8,2 10,6% 10,5 13,6% 6,2 8,0% 4,2 5,4% 1,9 2,5% 1,3 1,7% 1,0 1,3% 0,3 0,4% 0,3 0,4% Jumlah lapangan 30 4,8% 60 9,6% 82 13,1% 89 14,2% 85 13,6% 72 11,5% 60 9,6% 46 7,3% 39 6,2% 23 3,7% 24 3,8% 12 1,9% 4 0,7%

daripada kedalaman dimana minyak bumi terdapat. Dari statistik ini ternyata bahwa lapisan minyak berada diantara kedalaman 1000 sampai 3000 meter. Perlu dicatat bahwa kompilasi tersebut dibuat pada tahun 1957 dimana teknologi pemboran dalam belum begitu memadai. Dewasa ini dengan teknologi pemboran yang lebih maju, terutama pemboran di laut, mungkin angka-angka tersebut telah sedikit berubah. Tentu statistik tersebut mempunyai bias yang disebabkan karena pemboran dalam

jauh lebih jarang dilakukan daripada pemboran dangkal. Sebetulnya lebih banyak minyak bumi terdapat pada kedalaman lebih dari 2000 sampai 3000 meter. Akan tetapi dari segi gradient panas bumi serta teori degradasi termal dan pematangan minyak bumi, angka-angka memang sesuai. 3.3.2 PENYEBARAN GEOGRAFI Penyebaran akumulasi minyak bumi secara geografi tentu tergantung pula dari keadaan geologi. Minyak bumi didapatkan di daratan, di pegunungan ataupun di bawah lautan. Namun demikian minyak bumi hanya terdapat di daerah dengan keadaan geologi tertentu. Secara umum boleh dikatakan bahwa terdapatnya minyak bumi adalah di daerah yang rendah dan di paparan lautan (continental shelf) dan jarang sekali di pegunungan tinggi (misalnya, di pegunungan Alpina minyak bumi hampir tidak ada). Tidak semua negara merupakan penghasil minyak. Sebelum dilakukan explorasi secara besar-besaran di tahun lima puluhan, hanya beberapa Negara saja yang kaya raya akan minyak bumi. Ternyata ada dua daerah yang kaya akan minyak bumi ini yang selanjutnya disebut sebagai kutub minyak bumi, dimana jumlah cadangannya merupakan dua per tiga daripada seluruh cadangan minyak di dunia. Kedua kutub ini adalah (1) Timur Tengah dan (2) Teluk Mexico, meliputi Venezuela dan Amerika Serikat. Penyebaran minyak bumi di dunia terutama didapatkan dalam apa yang dinamakan cekungan sedimen. Sebelum perang dunia kedua negara penghasil minyak adalah sebagai berikut: Benua Eropa. Lapangan minyak terpusatkan di sekitar Laut Hitam dengan kota minyak terkenal, Baku. Penyebaran melalui Uni Soviet dan Romania. Negara Eropa penghasil minyak lainnya adalah Polandia, Jerman Utara dan Prancis (Gambar 3.17).

Benua Asia. Lapangan minyak terdapat di sekitar Teluk Persia, yang meliputi Negara Iran, Irak, Arab Saudi, Kuwait dan Abu Dhabi. Cadangan ini meliputi lebih dari setengah cadangan dunia. Juga daerah Siberia dan Cina merupakan daerah minyak yang penting (Gambar 3.18). Benua Amerika Utara (Gambar 3.19). Benua Amerika Utara merupakan penghasil minyak yang penting. Selain di sekitar Teluk Mexiko, minyak bumi terdapat di daerah Mid-Continent (Kansas, Oklahoma-Tulsa, Oklahoma, sebagai kota minyak yang penting), daerah Pegunungan Rocky Mountains, daerah Michigan, daerah Appalachia (dimana pertama kali pemboran minyak dilakukan oleh Drake), dan daerah California, juga Canada sebelah barat (dengan Calgary, Alberta sebagai kota minyak penting). Termasuk sekitar Teluk Mexiko adalah daerah Tampico, Mexiko. Benua Amerika Selatan (Gambar 3.20). Di benua ini Venezuela merupakan Negara penghasil utama, disusul oleh Columbia, Peru dan Brazilia. Lapangan minyak yang besar adalah sekitar Danau Maracaibo.

Asia Tenggara. Beberapa Negara di Asia Tenggara telah lama dikenal sebagai produsen minyak. Indonesia dewasa ini merupakan penghasil minyak terbesar di daerah Asia Tenggara dan Timur, disusul oleh Malaysia Timur dan kemudian Burma, terutama sebelum perang (Gambar 3.21). Setelah perang Dunia ke II timbullah Negara penghasil minyak baru dengan explorasi secara besarbesaran, yaitu: Australia (Gambar 3.21). Afrika (Gambar 3.22). Di benua ini lapangan minyak besar dengan produksi melampaui 2 juta barrel sehari ditemukan di Libia dan Nigeria, dan juga di Aljazair (Gurun Sahara). Juga Mesir dengan Laut Merahnya menjadi produsen minyak yang penting.

Alaska dan Artika: Cadangan minyak sampai 30 barrel ditemukan di sini (Gambar 3.19). Siberia dan Daratan Cina: Di daerah yang luas ini juga telah ditemukan beberapa lapangan minyak dan gas raksasa. Namun perkembangannya belum diketahui

dengan jelas (Gambar 3.18). Daerah seperti Jepang hanya India, Pakistan, dan mempunyai lapangan

minyak yang kecil saja. 3.3.3 PENYEBARAN DI DARATAN DAN DI LEPAS PANTAI Pada permulaan tahun enam puluhan orang telah menguasai teknik explorasi dan pemboran di lautan. Explorasi lepas pantai besar-besaran dilaksanakan terutama di landasan kontinen: seperti Teluk Mexiko, Teluk Persia, pantai Barat Amerika Serikat, laut Utara (Eropa) dan Selat Base (sebelah Timur Australia), yang juga menghasilkan lapangan minyak raksasa. Hal ini juga dilakukan di perairan Indonesia. 3.4 KERANGKA GEOLOGI PENYEBARAN MINYAK DAN GASBUMI 3.4.1 KERANGKA UMUM PENGERTIAN CEKUNGAN MINYAK Penyebaran minyak dan gasbumi jelas dikendalikan oleh keadaan geologi. Minyak bumi ternyata selalu didapatkan dalam cekungan sedimen dan tidak pernah didapatkan di daerah batuan beku dan metamorf. Secara geologi, permukaan bumi ini dapat dibedakan antara perisai dan cekungan sedimen, seperti ternyata dari gambar

3.17 sampai 3.22. Perisai biasanya terdiri dari batuan beku dan metamorf dan pada umumnya berumur Pra-Kambrium. Di sini tidak didapatkan minyak dan gas bumi. Perisai tesebut adalah: Perisai Lurentia (Kanada), Perisa Guyana, Perisai Brazilia (Amerika Selatan). Perisai Arabi, Peisai Skandinavia, Perisai Afrika, Perisai Siberia, dsb. Di antara semua perisai tersebut didapatkan apa yang dinamakan cekungan sedimen. Cekungan Sedimen dibedakan secara klasik menjadi: 1) Geosinklin, suatu cekungan yang memanjang dimana lapisan sedimen yang sangat tebal diendapkan secara cepat dan akhirnya menghasilkan struktur perlipatan yang ketat dan rumit seperti pegunungan Alpina, dan Himalaya. Di semua daerah ini minyak jarang sekali ditemukan, karena struktur yang ruwet, dan sedikit banyak daerah ini diintrusi batuan beku. 2) Daerah epi-kontinental, yang disebut miogeosinklin, terletak diantara geosinklin dengan perisai benua dan merupakan juga daerah dimana sedimentasi tebal terjadi, tetapi kemudian tidak terlipat secara kuat. Cekungan semacam ini terdapat misalnya di Indonesia, dan beberapa daerah di Timur Tengah. Rupanya daerah epi-konental merupakan daerah yang terkaya akan minyak bumi. 3) Daerah paparan kontinen, merupakan daerah dimana lapisan sedimen tidak terlalu tebal, dan juga merupakan daerah yang kaya akan minyak. Sebagai contoh misalnya, daerah Mid-continent di Amerika Serikat, dengan minyak bumi yang biasanya terdapat dalam batuan karbonat. Secara tektonik jarang sekali minyak bumi didapatkan di dalam rangkaian pegunungan yang terlipat ketat seperti pegunungan Alpina, Himalaya, dan Andes, apalagi pegunungan yang diintrusi oleh batuan beku. Minyak bumi kebanyakan ditemukan di daerah yang bersifat landai atau yang tidak berstruktur sama sekali.

Sebagai contoh misalnya: Pantai Timur Sumatera, Jawa Utara, daerah dataran rendah Iran dan Irak dan sebagainya. Gambar 3.23 memperlihatkan penyebaran cekungan sedimen yang telah

menghasilkan minyak, terutama yang menghasilkan lapangan raksasa menurut Klemme (1970). Pembagian cekungan dan elemen tektonik lainnya didasarkan atas konsep tektonik lempeng sebagaimana dikembangkan dewasa ini.

3.4.2 PENYEBARAN CEKUNGAN SEDIMEN DITINJAU DARI TEKTONIK LEMPENG Klemme, (1970) membagi cekungan sedimen berdasarkan kerangka tektonik lempeng. Namun dasar pembagian ini tidak jauh dari Weeks (1952). Cekungan tersebut semuanya telah menghasilkan minyak dan gas bumi. Berbagai macam cekungan (Gambar 3.23) pertama-tama didasarkan pada letaknya, yaitu apakah berada di atas benua atau di batas benua dengan samudera.

CEKUNGAN DI ATAS KERAK BENUA (CRATONIC): 1) Cekungan pedalaman (interior basin): berbentuk piring yang sederhana yang pada umumnya tertutup lapisan Paleozoikum. Jumlah cadangan total: 0,67 milyar barrel. Contoh: cekungan Michigan dan Williston di Amerika Utara. 2) Lengkungan intra continental (dalam benua): biasanya bersiklus banyak, terdapat di bagian luar daerah kraton benua, dan pada umumnya terdiri dari sedimen Paleozoikum. Siklus pertama berasosiasi dengan evaporit dan karbonat. Jumlah cadangan total: 240 milyar barrel. Contoh: Texas Barat, New Mexico, cekungan Volga-Ural (Uni Soviet), Alberta (Canada) dan Erg Oriental dan Occidental (Aljazair). 3) Cekungan graben atau setengah graben (rift): terdapat di paling luar kraton, dan sering berhubungan dengan cekungan samudera pada zaman Mesozoikum dan Tersier. Cekungan ini kadang-kadang sangat sempit (Suez Graben, Mesir), dapat pula luas dengan struktur horst and graben (Cekungan Sirte, Libia). Cekungan ini merupakan perantaraan dari kerak benua ke kerak samudera yang disebabkan penarik-pisahan (pull-apart) antara benua. Biasanya juga berasosiasi dengan batuan karbonat, terumbu, evaporit dan serpih hitam euxinik. Jumlah total cadangan: 50 milyar barrel. Contoh lain: Jerman Utara, Belanda, Laut Utara (Eropa), Laut Merah (Arabia). CEKUNGAN PERALIHAN KERAK BENUA KERAK SAMUDERA: 1) Cekungan extrakontinental: terjadi karena penekukan lempeng ke arah daerah samudera, dapat terdiri dari satu atau lebih palung, dan membuka ke arah samudera. Cekungan ini berbentuk lonjong dan sejajar dengan paparan atau kraton yang stabil. Selain itu merupakan jalur Mezozoikum-Tersier yang mobil, yang betuannya terdiri dari karbonat dan klastik, berasal dari sedimentasi siklus pertama Paleozoikum dan sedimen klastik yang tebal berumur Mezozoikum dan Tersier. Cekungan jenis ini paling kaya akan minyak bumi. Total cadangan: 450 milyar barrel. Contoh utama: Teluk Persia

(Perisai Arabia di satu pihak), dan jalur mobil pegunungan Zagros di pihak lain). Contoh lain: Venezuela Timur, Lereng Utara Alaska, Kalimantan Utara dan daerah Tampico (Mexico). 2) Cekungan pantai stabil atau cekungan patahan-graben pantai. (stable coastal, or coastal graben-and fault basins): terdapat pada pantai stabil dari benua, tapi benua sepanjang Samudera Atlantik dan beberapa bagian dari benua Afrika. Cekungan ini merupakan stadium terakhir dari penarik-pisahan yang dimulai dengan cekungan graben-setengah graben (jenis Laut Merah) dalam konsep pemekaran dasar semudera (seafloor-spreading). Cekungan ini terdiri dari lapisan tebal dengan patahan yang menurun ke arah samudera . evaporit sering didapatkan dalam cekungan ini. Cadangan total: 1,7 milyar barrel. Contoh: Afrika Barat; Lapangan minyak Cabinda B dan Emerande Maria. 3) Cekungan Intermontan; Cekungan memanjang stadium kedua (second-stage tranverse basin): terdapat pada pinggiran benua dimana kerak benua berpapasan dengan kerak samudera. Terdiri dari urutan klastik Kapur Atas sampai Tersier yang diendapkan pada depresi yang tegak lurus pada pantai. Batu Pasir sering diendapkan oleh arus turbid, tetapi umumnya bersifat endapan laut atau paralik. Sering berasosiasi dengan patahan mendatar yang besar (transcurrent faults) seperti Patahan San Andreas. Total cadangan: 54 milyar barrel. Contoh: Cekungan Los Angelos dan Ventura, California (A.S). 4) Cekungan jurus Intermontan (Intermontan strike-basin): biasanya berasosiasi dengan penekukan kerak samudera ke bawah kerak kontinen, seperti di Indonesia. Cekungan ini kecil dan pada umumnya berbentuk graben berumur Tersier yang diendapkan sebagai sedimen paralik-marin siklus kedua di atas palung eugeosinklin Mesozoikum yang mengalami metamorphose dan terintruksi batuan beku. Cadangan total: 12 milyar barrel. Contoh: cekungan Sumatra Tengah di Indonesia, dan cekungan lainnya sekitar Lautan Pasifik, Tethys dan Caribia.

5) Delta Tersier: merupakan penimbunan berbentuk kipas yang tebal dan melintasi pinggiran benu dimana system sungai besar bermuara. Sebenarnya merupakan jenis khusus dari cekungan patahan-graben pantai yang berhubungan dengan perentangan (pull-apart) benua. Cadangan total: 8 milyar barrel. Contoh: Delta Nigeria di Afrika Barat, Delta Massissippi (A.S), dan Delta Mahakam (Indonesia). Tabel 3-3 memperlihatkan cekungan sedimen yang menghasilkan lpangan minyak raksasa. Untuk dapat membayangkan lebih mudah mengenai cekungan-cekungan minyak sebagai dibahas di atas penulis telah menyusun klasifikasi cekungan yang sederhana yang didasarkan atas posisi cekungan terhadap jenis kerak bumi yang terdapat di bawahnya (benua atau samudera) dan gerakan relatif dari lempeng benua/samudera, apakah bertabrakan, bertarik-pisahan ataupun berpapasan (Gb. 3.24). Klasifikasi ini sederhana tetapi mencakup cekungan-cekungan yang dibahas oleh Klamme (1972), tetapi termasuk di dalamnya cekungan sedimen di atas kerak samudera, yang mempunyai potensi untuk akumulasi minyak bumi tetapi belum terbukti. 3.4.3 PENYEBARAN AKUMULASI MINYAK DITINJAU DARI SEGI

STRATIGRAFI DAN UMUR Pada Tabel 3-4 ditunjukkan bahwa akumulasi minyak bumi, praktis terdapat tanpa kekecualian dalam semua umur setelah Kambrium. Dalam batuan berumur prakambrium sebetulnya terdapat akumulasi kecil, akan tetapi tidak meyakinkan. Lands (1962) membuat daftar akumulasi dalam batuan pra-Kambrium, tetapi ternyata hanya sedikit sekali jika dibandingkan dengan akumulasi lainnya, dan biasanya berasosiasi dengan sedimen lebih muda yang berada di atasnya atau di dekatnya. Penyebaran akumulasi minyak bumi dari umur ke umur tidaklah merata dan perioda tertentu menunjukkan cadangan yang sangat menonjol. Misalnya saja zaman Tersier,

ternyata menghasilkan 58,1% dari produksi kumulatif seluruh dunia, zaman Kapur 19,6%, sedangkan Trias-Jura 4,3% dan Paleozoikum 18% (data tahun 1947). Data yang lebih terperinci terdapat pada Tabel 3-4 (menurut Knabel dan Rodriquez, 1957), dimana ternyata Mio-oligocene telah menghasilkan 28,7% (20,5% tanpa Timur Tengah), sedangkan Mesozoikum 52,7% (20,5% tanpa Timur Tengah), sehingga produksi kumultif utama dari Timur Tengah (sampai 1959) terdapat dari Mesozoikum. Data 1970 (Halbouty dkk.) mengenai jumlah cadangan adalah: Tersier : 24%

Mesozoikum : 63% Paleozoikum : 13% Dari segi lapangan minyak raksasa di dunia, cadangan maupun produksi kumulatif (tanpa Timur Tengah) adalah sebagai berikut: Tersier : 40%

Mesozoikum : 30% Paleozoikum : 21% Di Indonesia minyak bumi hanya terdapat dalam umur Tersier terutama Miosen. Di Timur Tengah umur Juralah yang paling produktif (Arab zone, lapangan minyak Ghawar, Arab Saudi). Akan tetapi umur Miosen juga penting di Timur Tengah; formasi Asmari di Iran misalnya, adalah gamping berumur Miosen dan merupakan reservoir yang penting. Perioda Tersier dengan kekecualian di Timur Tengah merupakan suatu umur yang paling banyak menghasilkan minyak bumi. Jadi jelas, bahwa tidak semua zaman geologi menghasilkan minyak bumi, akan tetapi beberapa zaman telah menghasilkan minyak secara berlebihan, sedangkan zaman lainnya hanya sedikit saja. Hal ini disebabkan terutama karena pada zaman-zaman tertentu, misalnya Tersier, keadaan tektonik dan sedimentasi adalah sedemikian rupa sehingga memungkinkan minyak

bumi terbentuk secara besar-besaran. Misalnya juga zaman Tersier dan Mesozoikum di Timur Tengah. Di lain pihak zaman-zaman tertentu, misalkan Perm ataupun Trias tidak banyak menghasilkan. Pada zaman Perm sedimentasi di dunia ini kebanyakan bersifat non-marine, sehingga sedikit kemungkinan terbentuknya minyak bumi. 3.4.4 ULASAN Dapat disimpulkan bahwa penyebaran minyak bumi dikontrol oleh keadaan geologi: 1) Minyak bumi hanya terdapat dalam batuan sedimen dan terutama di dalam cekungan sedimen. Dari berbagai macam cekungan sedimen tidak semuanya menghasilkan minyak bumi dalam jumlah yang sama, beberapa jenis cekungan menghasilkan lebih banyak minyak bumi dari jenis lainnya. Jelas, minyak bumi tidak didapatkan dalam batuan beku dan metamorf yang merupakan inti atau perisai benua. Seandainya didapatkan juga, hanyalah dalam jumlah kecil saja dan disebabkan karena kebetulan masuk dalam reservoir batuan beku dan metamorf yang langsung berhubungan dengan batuan sedimen di dekatnya.

2) Minyak bumi terdapat di semua zaman geologi, akan tetapi zaman tertentu lebih kaya daripada zaman yang lainnya. Akan tetapi hal ini mungkin disebabkan hanya karena explorasi yang belum menyeluruh. 3) Minyak bumi terdapat pada kedalaman antara 100 sampai 7000 meter, terutama antara 1500-3000 meter. Namun hal terakhir ini mungkin disebabkan karena pemboran-dalam belum cukup banyak dilakukan karena biaya dan teknologi pemboran yang terlalu tinggi. 4) Minyak bumi didapatkan di daratan maupun di bawah lautan, terutama di bawah landasan kontinen. Mengenai apakah minyak bumi terdapat pada perairan dengan kedalaman lebih dari 200 meter, artinya pada dasar samudera dengan kedalaman lebih dari 200 meter, masih diragukan, karena kebanyakan samudera didasari oleh batuan beku yang bersifat basalt dan tidak memungkinkan adanya minyak bumi. Di lain pihak ada delta yang besar dan kecil, seperti di Nigeria, Amazona, yang melimpahkan sedimennya langsung di atas dasar samudera yang terdapat pada kedalaman ribuan meter. Mungkin sedimen ini masih menghasilkan minyak bumi, terutama jika teknik pemboran-dalam telah dikuasai.

Anda mungkin juga menyukai