Anda di halaman 1dari 60

KEJANG DISERTAI DEMAM BLOK SARAF DAN PERILAKU B -1

Ketua Sekretaris Anggota : Prissilma Tania Jonardi : Novi Septiani : M. Haris Maulana Muthia Fadhilah Novi Alvirahmi Novia Riski Azzianti Pratama Aditya biantoro Rizki Dinar E Tri Rizky Nugraha Sofia Putri Nirmala 1102010221 1102010210 1102010173 1102010191 1102010209 1102010211 1102010217 1102010252 1102010280 1102009271

FAKULTAS KEDOKTERAN YARSI JAKARTA,2012/2013

KEJANG DISERTAI DEMAM Wanita berusia 60 tahun, saat sedang melaksanakan wukuf di Arafah tiba tiba mengalami kejang selama 5 menit kemudian tidak sadarkan diri. Dari alloanamnesis dengan anggota jamaah lainya didapatkan informasi bahwa pasien telah mengalami demam disertai nyeri kepala sejak 3 hari yang lalu. Pada riwayat penyakit dahulu didapatkan keluhan kejang demam saat usia 3 tahun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan GCS ( Glasgow Coma Scale ) E3M5V2 dan tanda tanda meningeal kaku kuduk ( + ). Dokter sempat mendiagnosa pasien dengan meningoensefalitis suspek bakterial. Untuk membantu menegakan diagnosis, dokter melakukan lumbal pungsi setelah sebelumnya memastikan tidak ada peningkatan tekanan intrakranial melalui funduskopi. Jamaah lain mempertannyakan bagaimana keabsahan ibadah haji pasien tersebut.

Sasaran Belajar
LO 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi

Meningeal, Ventrikulus dan LCS


Makroskopis Mikroskopis

LO 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi

LCS

Fungsi Sifat Absorbsi

LO 3. Memahami dan Menjelaskan Kejang Demam 3.1 Definisi 3.2 Etiologi 3.3 Faktor Resiko 3.4 Klasifikasi 3.5 Patofisiologi 3.6 Patogenesis 3.7 Manifestasi Klinis 3.8 Diagnosis 3.9 Diagnosis Banding

3.10 Tatalaksana 3.11 Komplikasi 3.12 Prognosis LO 4. Memahami dan Menjelaskan Meningoensefalitis suspek bakterial 4.1 Definisi 4.2 Etiologi 4.3 Faktor Resiko 4.4 Klasifikasi 4.5 Patofisiologi 4.6 Patogenesis 4.7 Manifestasi Klinis 4.8 Diagnosis 4.9 Diagnosis Banding 4.10 Tatalaksana 4.11 Komplikasi 4.12 Prognosis

LO 5. Memahami dan Menjelaskan Lumbal Fungsi


Definisi Fungsi Indikasi dan Kontra Indikasi Tatalaksana Efek Samping Interprestasi

LO 6. Memahami dan Menjelaskan Syarat rukun Ibadah haji

1. Memahami & Menjelaskan Anatomi Meningens, Ventrikulus dan LCS

1.1 Makroskopis Meninges Memiliki fungsi untuk melindungi otak / medula spinalis dari benturan atau pengaruh gravitasi. Dan terdiri dari 3 lapisan: a. Duramater s pachymeninx b. Piamater c. Arachnoidea

A. Durameter
Merupakan pembungkus susunan saraf pusat (otak dan medulla spinalis) paling luar yang terdiri dari jaringan ikat padat 1. Durameter Encephali (membungkus Otak) - Lapis Luar (lapis endosteal/lapis periosteal) - Lapis Dalam (lapis meningeal) 2. Durameter Spinalis

B. Arachnoidea Lapisan ini merupakan suatu membrane yang impermeable halus, yang menutupi otak dan terletak pada daerah tertentu arachnoid menonjol kedalam sinus venosus membentuk villi arachnoidales.Villi arachnoidales ini berfungsi sebagai tempat perembesan cerebrospinal fluid kedalam aliran darahiantara piamater dan duramater.

C. Piameter Pada pemisahan dua lapisan duramater ini , diantaranya terdapat sinus duramatris yang berisi darah vena. Sinus venosus/duramatris ini menerima darah dari drainase vena pada otak dan mengalir menuju vena jugularis interna. Piamater membentuk tela choroidea, atap ventriculus tertius dan quartus, dan menyatu dengan ependyma membentuk plexus choroideus dalam ventriculus lateralis, tertius dan quartus

A. Dura mater Dura mater adalah meninges luar, terdiri atas jaringan ikat padat yang berhubungan langsung dengan periosteum tengkorak. Dura mater yang membungkus medulla spinalis yang mengandung vena berdinding tipis,jaringan sedikit longgar, dan jaringan lemak. Permukaan dalam dura mater, juga permukaan luarnya pada medulla spinalis, dilapisi epitel selapis gepeng yang asalnya dari mesenkim.

B. Arakhnoid Araknoid terdiri atas jaringan ikat tanpa pembuluh darah. Permukaannya dilapisi oleh epitel selapis gepeng seperti yang melapisi dura mater C. Piameter Pia mater terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengandung banyak pembuluh darah. D. Ventrikel otak (Sel ependymal) Ventrikel dibatasi oleh satu lapisan skuamosa atau sel ependymal tersusun kolumnar bersilia.

2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Cairan Serebrospinal

Fungsi Cairan Cerebrospinal CSS memberi keseimbangan dalam sistem saraf. CSS mengurangi berat otak Menyediakan bantalan mekanik, melindungi otak dari keadaan/trauma yang mengenai tulang tengkorak. CSS mengalirkan bahan-bahan yang tidak diperlukan dari otak,. Bertindak sebagai saluran untuk transport intraserebral. Mempertahankan tekanan intrakranial.

Sifat Cairan Cerebrospinal terdiri atas

Warna : Jernih,tidak berwarna

Jumlah leukosit : tertinggi 4-5 sel/mm3


Protein :

Ventrikel 5-15 mg%,sisterna 10-25 mg% , lumbal adalah 15-45 ,g% pH : PH cairan serebrospinal < PH darah, PCO2 > Glukosa : Normal kadar glukosa berkisar 45-80 mg% Osmolaritas : Elektrolit : lebih banyak kadar Mg Dan Cl

Aliran CSF

3.Memahami &Menjelaskan Kejang Demam 3.1 Definisi Kejang demam : bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.

3.2 Etiologi
Idiopatik

Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.

Bisa juga disebabkan oleh:

- Efek produk toksik daripada mikroorganisme - Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi. - Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit. - Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui atau enselofati toksik sepintas

3.3 Epidemiologi
Faktor resiko kejang demam

- Demam. - Faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung - Perkembangan terlambat - Problem pada masa neonatus - Anak dalam perawatan khusus - kadar natrium rendah Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan 5 tahun. Paling sering pada usia 17-23 bulan

Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Livingstone), yaitu: 1. Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure) : umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit. kejang bersifat umum kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam. pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukan kelainan. frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali

2. Kejang demam kompleks : - Umur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun - Kejang berlangsung lebih dari 15 menit - Kejang bersifat fokal/multipel - Didapatkan kelainan neurologis - EEG abnormal - Frekuensi kejang lebih dari 3 kali / tahun - Temperatur kurang dari 39 derajat celcius

3.6 Manifestasi Klinis

Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat,

bilateral, serangan berupa klonik atau tonikklonik. Umumnya kejang berhenti sendiri. berlangsung beberapa menit sampai lebih dari 30 menit, tergantung pada jenis kejang demam tersebut

3.7 Diagnosis

Anamnesis Pemeriksaan fisik


Pemeriksaan penunjang : bila ditemukan

karakteristik tertentu pada anak - Lumbal Punksi - EEG - Pencitraan : X-ray,MRI,CT-Scan

3.9 Pencegahan

1. Pencegahan berulang Mengobati infeksi yang mendasari kejang Penkes tentang Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokter Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan termometer, cara pengukuran suhu tubuh anak, serta keterangan batas-batas suhu normal pada anak ( 36-37C) Anak diberi obat anti piretik pada saat mulai demam Memberitahukan pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah mengalami kejang demam bila anak akan diimunisasi.

2. Mencegah cedera saat kejang berlangsung kegiatan ini meliputi : Baringkan pasien pada tempat yang rata Kepala dimiringkan unutk menghindari aspirasi cairan tubuh Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napas Lepaskan pakaian yang ketat Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cedera

3.10 Prognosis
Resiko yang mungkin terjadi pada anak kejang demam: 30-40% berulang kejang demam Sebagian kecil menjadi epilepsi

4.Memahami dan Menjelaskan Meningoensefalitis Suspek Bakterial

Definisi

Infeksi meninges, membran yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang, disebut meningitis dan radang otak ensefalitis sendiri disebut . Jika infeksi terjadi pada meninges dan otak sekaligus disebut meningoensefalitis.

Etiologi

Epidemiologi
Angka kejadian tertinggi terjadi pada umur antara

2 bulan - 2 tahun Lebih sering terjadi pada laki- laki dibandingkan pada perempuan Sekitar 80 % dari seluruh kasus meningitis bakterial terjadi pada anak

Diagnosis Banding

Meningitis
Behcet's syndrome Systemic lupus erythematosus

Post-vaccine encephalomyelitis Stroke


Multiple sclerosis Syphilis

Intracerebral tumour Leukaemia

4.8 Tata laksana


Meningitis bakterial, umur <2 bulan :

-Cephalosporin Generasi ke 3. -Kombinasi Ampicilin 150-200 mg (400 mg)/KgBB/hari IV dibagi dalam 4-6 kali dosis sehari dan Chloramphenicol 50 mg/KgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis

Meningitis bakterial, umur >2 bulan: -Kombinasi Ampicilin 150-200 mg (400 mg)/KgBB/hari IV dibagi dalam 4-6 kali dosis sehari dan Chloramphenicol 50 mg/KgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis. -Sefalosporin Generasi ke 3. -Dexamethasone dosis awal 0,5 mg/KgBB IV dilanjutkan dengan dosis rumatan 0,5 mg/KgBB IV dibagi dalam 3 dosis, selama 3 hari. Diberikan 30 menit sebelum pemberian antibiotika.

Meningitis bakterial, umur >2 bulan: Kombinasi Ampicilin 150-200 mg (400 mg)/KgBB/hari IV dibagi dalam 4-6 kali dosis sehari dan Chloramphenicol 50 mg/KgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis. Sefalosporin Generasi ke 3. Dexamethasone dosis awal 0,5 mg/KgBB IV dilanjutkan dengan dosis rumatan 0,5 mg/KgBB IV dibagi dalam 3 dosis, selama 3 hari. Diberikan 30 menit sebelum pemberian antibiotika.

Ensefalitis Ampisillin 4 x 3-4 g per oral selama 10 hari. Cloramphenicol 4 x 1g/24 jam intra vena selama 10 hari

Pengobatan simptomatis: Menghentikan kejang Diazepam 0,2-0,5 mg/KgBB/dosis IV atau 0,4-0,6 mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA, kemudian dilanjutkan dengan, Phenytoin 5 mg/KgBB/hari IV/PO dibagi dalam 3 dosis atau, Phenobarbital 5-7 mg/Kg/hari IM/PO dibagi dalam 3 dosis. Menurunkan panas : Antipiretika: Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen 5-10 mg/KgBB/dosis PO diberikan 3-4 kali sehari. Kompres air hangat/biasa.

Pengobatan suportif Cairan intravena Oksigen. Usahakan agar konsentrasi O2 berkisar antara 30-50%.

4.9 Komplikasi meningitis

cairan subdural.
Hidrosefalus. Sembab otak

Abses otak Renjatan septic.


Pneumonia (karena aspirasi) Koagulasi intravaskuler menyeluruh

Indikasi Lumbal Punksi:

1. Untuk mengetahui tekanan dan mengambil sampel untuk pemeriksan sel, kimia dan bakteriologi 2. Untukmembantu pengobatan melalui spinal, pemberian antibiotika, anti tumor dan spinal anastesi 3. Untuk membantu diagnosa dengan penyuntikan udara pada pneumoencephalografi, dan zat kontras pada myelografi

Kontra Indikasi Lumbal Punski:

1. Adanya peninggian tekanan intra kranial dengan tanda-tanda nyeri kepala, muntah dan papil edema 2. Penyakit kardiopulmonal yang berat 3. Ada infeksi lokal pada tempat Lumbal Punksi

Persiapan Lumbal Punksi:

1. Periksa gula darah 15-30 menit sebelum dilakukan LP 2. Jelaskan prosedur pemeriksaan, bila perlu diminta persetujuan pasien/keluarga terutama pada LP dengan resiko tinggi

Komplikasi Lumbal Punksi 1.Sakit kepala 2. Backache 3. Infeksi 4. Herniasi 5. Untrakranial subdural hematom 6. Hematom dengan penekanan pada radiks 7. Tumor epidermoid intraspinal

WAJIBNYA HAJI
1. Niat Ihram, untuk haji atau umrah dari Miqat Makani, dilakukan setelah berpakaian ihram. 2. Mabit (bermalam) di Muzdalifah, pada tanggal 9 Zulhijah (dalam perjalanan dari Arafah ke Mina). 3. Melontar Jumrah Aqabah, pada tanggal 10 Zulhijah yaitu dengan cara melontarkan tujuh butir kerikil berturut-turut.

4. Mabit di Mina, pada hari Tasyrik (tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijah). 5.Melontar Jumrah Ula, Wustha dan Aqabah, pada hari Tasyrik (tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijah) 6. Tawaf Wada', yaitu melakukan tawaf perpisahan sebelum meninggalkan kota Mekah. 7. Meninggalkan perbuatan yang dilarang saat ihram

RUKUN HAJI Ihram Thowaf ifadhoh Sai Wukuf di Arafah Jika salah satu dari rukun ini tidak ada, maka haji yang dilakukan tidak sah.

Daftar pustaka
Adams RD. Disturbances of cerebrospinal fluid circulation, including

hydrocephalus and meningeal reaction, infection of the nervous system, in principal of neurology. 6th ed. New York:McGraw Hill, 1997:623-642, 717-721 fluid in diagnosti test in neurology.1st ed. USA, 1991:3-37 York: Lange Medical Publication, 1990: 391-397

Arnold and Matthews. Lumbar puncsture and examination of cerebro spinalis

Chusid JG. Corelatif neuroanatomy and functional neurology. 2nd ed. New

Duus P. Meninges, Ventriceles and cerebro spinal fluid in topical diagnosis in

neurology.3rd ed. New York : Theime Verlay, 1983:334-347


Gilroy J. Infectious disease in basic neurology. 2nd ed. New York: McGraw Hill,

1991: 251-273

Guyton and Hall, 1997,Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, EGC:Jakarta. Hassan R, Dr, dkk, Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak, Cetakan ke 8, Bagian

IlmuKesehatan Anak FK-UI, Jakarta, 1998. Mardjono,Mahar,Neurologi Klinik Dasar, Edisi V, Penerbit Dian Rakyat,Jakarta,1998. Olson WH. Neurodiagnostic procedures in handbook of symptom-oriented neurology. 2nd ed. USA : Mosby, 1989: 15-28
Ravel R. Clinical laboratory medicine. 4th ed. Chicago: Year Book Medical,

1984: 203-210

Scheld MW. Infection of the central nervous system. New York : Raven Press,

1991: 861-881 Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak,Jilid 2 Infomedika, 2002.
Uddin, Jurnalis. 2007. Anatomi Sistem Saraf Manusia. Jakarta : Langgeng

Sejati Offset

www. doctorology.net, di unduh tanggal 8 desember 2012

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai