Anda di halaman 1dari 20

UNIVERSITAS INDONESIA

ANTIINFLAMASI

TUGAS MATA KULIAH

BAYU DWI SISWANTO 1206306640

FAKULTAS FARMASI PROGRAM MAGISTER HERBAL DEPOK NOVEMBER 2012

1.PENDAHULUAN 1.1 INFLAMASI Inflamasi merupakan respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zatmikrobiologi. Antiinflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktifasi atau merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan dan mengatur perbaikan derajat jaringan (Mycek, dkk., 2001). Proses inflamasi merupakan suatu mekanisme pertahanan dimana tubuh berusaha untuk menetralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera dan untuk mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan, ketika proses inflamasi berlangsung terjadi reaksi vaskuler dimana cairan, elemen-elemen darah, sel darah putih dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera jaringan atau infeksi berbagai mediator kimia dilepaskan selama proses inflamasi (Kee dan Hayes, 1993).

Inflamasi (radang) biasanya dibagi menjadi 3 fase yaitu: 1. Inflamasi akut, 2. Respons imun, dan 3. Inflamasi kronis.

1.1.1 Inflamasi akut Inflamasi akut merupakan respon langsung dari tubuh terhadap cedera atau kematian sel. Tanda-tanda pokok peradangan akut mencakup kemerahan (rubor), panas (kalor), rasa sakit (dolor),pembengkakan (tumor), dan perubahan fungsi (fungsio laesa). Peristiwa penting pada peradangan akut adalah dilatasi pembuluh darah dan perubahan permeabilitas pembuluh-pembuluh yang sangat kecil yang mengakibatkan kebocoran protein, sehingga terjadi pembentukan eksudat seluler berupa emigrasi neutrofil polimmorf ke dalam rongga ekstravaskuler yang kemudian menimbulkan

pembengkakan jaringan (Price & Wilson, 1994; Underwood, 1999)

1.1.2 Respon imun Respon imun terjadi bila sejumlah sel yang mampu menimbulkan kekebalan diaktifkan untuk merespon organisme asing atau substansi antigenik yang terlepas selama respon terhadap inflamasi akut dan kronis. Akibat dari respon imun bagi tuan rumah mungkin menyerang menjadi difagositosis atau dinetralisir. Sebaliknya, akibat tersebut juga dapat bersifat kronis tanpa penguraian dari proses cedera yang mendasarnya. (Katzung, 2009).

1.1.3 Inflamasi Kronis Inflamasi kronik didefinisikan sebagai proses radang dimana limfosit, sel plasma, dan makrofag lebih banyak ditemukan, dan biasanya disertai pula dengan pembentukan jaringan granulasi, yang menghasilkan fibrosis. Radang akut dapat menjadi radang kronik apabila membentuk rongga abses yang terletak di dalam, dan pembuangannya berlangsung lama atau tidak lancar, sewaktu proses pembuangan berlangsung, terbentuk pula penebalan dinding abses yang terdiri dari jaringan granulasi dan jaringan ikat fibrosa. Oleh karena itu dinding abses yang kaku menyebabkan tidak terjadinya penyatuan sewaktu pembuangan berlangsung, dan sisa pus di dalam rongga abses mengalami organisasi dengan tumbuhnya jaringan granulasi, yang pada akhirnya akan diganti dengan jaringan parut fibrosa. Contoh inflamasi kronik adalah inflamasi akibat tuberkolosis, asthma, rheumatoid arthritis, multiple sclerosis dan lupus erythematosus sistemik (Underwood, 1999).

Tanda-tanda utama inflamasi akut : a. Warna kemerahan (rubor) Jaringan yang mengalami radang akut tampak berwarna merah, seperti pada kulit terkena sengatan matahari, selulitas karena infeksi bakteri atau konjungtivitas akut. Warna kemerahan ini akibat adanya dilatasi pembuluh darah kecil dalam daerah yang mengalami kerusakan (Underwood, 1999).

b.

Panas (Kalor) Peningkatan suhu banyak tampak pada bagian perifer (tepi), seperti pada kulit. Peningkatan suhu ini diakibatkan oleh meningkatnya aliran darah melalui daerah tersebut mengakibatkan sistem vaskuler dilatasi dan mengalirkan daerah yang hangat pada daerah tersebut. Demam sistemik sebagai hasil dari beberapa mediator kimiawi, proses radang juga ikut meningkatkan temperatur lokal (Underwood, 1999).

c.

Bengkak (Tumor) Pembengkakan sebagai hasil adanya edema merupakan suatu akumulasi cairan dalam rongga ekstra vaskuler yang merupakan bagian dan cairan eksudat dan dalam jumlah sedikit kelompok sel radang yang masuk dalam daerah tersebut (Underwood, 1999).

d.

Rasa sakit (Dolor) Pada radang akut rasa sakit merupakan salah satu gambaran yang dikenal baik oleh penderita rasa sakit sebagian disebabkan oleh regangan atau distorsi jaringan akibat edema dan terutama karena adanya tekanan di dalam rongga abses. Beberapa mediator kimiawi pada radang akut termasuk, prostaglandin, dan serotonin diketahui juga menyebabkan rasa sakit. (Underwood, 1999).

e.

Hilangnya Fungsi (Fungsio laesa) Hilangnya fungsi yang diketahui merupakan konsekwensi dari suatu proses radang. Gerakan yang terjadi pada daerah radang, baik dilakukan secara langsung ataupun reflek akan mengalami hambatan rasa sakit. Pembengkakan yang hebat secara fisik mengakibatkan kurangnya gerak jaringan (Underwood, 1999).

1.2. MEKANISME INFLAMASI Proses inflamasi dimulai dari stimulus yang akan mengakibatkan kerusakan sel, sebagai reaksi terhadap kerusakan sel maka sel tersebut akan melepaskan beberapa fosfolipid yang diantaranya adalah asam arakidonat. Setelah asam arakidonat tersebut bebas akan diaktifkan oleh beberapa enzim, diantaranya siklooksigenase dan lipooksigenase. Enzim tersebut merubah asam arakidonat ke dalam bentuk yang tidak stabil (hidroperoksid dan endoperoksid) yang selanjutnya dimetabolisme menjadi leukotrin, prostaglandin, prostasiklin, dan tromboksan.

Bagian prostaglandin dan leukotrin bertanggung jawab terhadap gejala-gejala peradangan (Katzung, 2009).

1.3 METODE UJI ANTIINFLAMASI 1.3.1 Metode Pembentukan Edema Buatan Salah satu teknik yang paling umum digunakan berdasarkan kemampuan agen tersebut untuk menghambat produksi edema di kaki belakang tikus setelah injeksi agen radang yang kemudian diukur volume radang. Volume edema diukur sebelum dan sesudah pemberian zat yang diuji. Beberapa iritan yang dipakai sebagai penginduksi edema antara lain formalin, kaolin, ragi, dan dekstran. Iritan yang umum digunakan dan memiliki kepekaan yang tinggi adalah karagen (Vogel, 2002). Test formalin Mencit galur ICR jantan (18-25 gr) dikelompokkan secara acak kedalam 4 grup (n=8). Termasuk kedalamnya kelompok normal dan positif control dan kelompok sampel uji. Kelompok kontrol hanya diberi pembawa, positif kontrol, indometasin (10mg/kg ip) dilarutkan dalam tween 80 plus 0.9% (w/v) larutan salin dan diberikan secara IP pada volume 0.1ml/10 g. Satu jam sebelum pengujian, hewan ditempatkan pada kandang standar ( ukuran 30x12x13 cm) yang digunakan sebagai tempat observasi.Sampel diberikan secara peroral 60 menit sebelum injeksi formalin. Indometasin diadministrasikan 30 menit sebelum injeksi formalin. 20 l formalin 1% dinjeksikan pada permukaan dorsal dari tapak kaki kanan. Dan waktu tapak kaki meregang dicatat. 5 menit setelah injeksi formalin disebut fase awal, dan waktu 15-40 menit disebut fase akhir. Waktu yang dibutuhkan untuk merega ngkan tapak kaki dihutng dengan stopwatch. Aktivitas diukur dalam interval waktu 5 menit. 1.3.2 Metode Pembentukan Eritema Metode ini berdasarkan pengamatan secara visual terhadap eritema pada kulit hewan yang telah dicukur bulunya. Marmot secara kimiawi dihilangkan bulunya dengan suspense barium sulfat, 20 menit kemudian dibersihkan dengan air hangat. Hari esoknya senyawa uji disuspensikan dan setengah dosisnya diberikan 30 menit sebelum pemaparan UV. Setengahnya

lagi setelah 2 menit berjalan pemaparan UV. Eritema dibentuk akibat iritasi sinar UV berjarak 20 cm diatas marmot. Eritema dinilai 2 dan 4 jam setelah pemaparan (Vogel, 2002).

1.3.3 Metode Iritasi dengan Panas Metode ini berdasarkan pengukuran luas radang dan berat edema yang terbentuk setelah diiritasi dengan panas. Mula-mula hewan diberi zat warna tripan biru yang disuntik secara IV, dimana zat ini akan berikatan dengan albumin plasma. Kemudian pada daerah penyuntikan tersebut dirangsang dengan panas yang cukup tinggi. Panas menyebabkan pembebasan histamine endrogen sehingga timbul inflamasi. Zat warna akan keluar dari pembuluh darah yang mengalami dilatasi bersama-sama dengan albumin plasma sehingga jaringan yang meradang kelihatan berwarna. Penilaian derajat inflamasi diketahui dengan mengukur luas radang akibat perembesan zat ke jaringan yang meradang. Pengukuran juga dapat dilakukan dengan menimbang edema yang terbentuk, dimana jaringan yang meradang dipotong kemudian ditimbang (Vogel, 2002).

1.3.4 Metode Pembentukan Kantong Granuloma Metode ini berdasarkan pengukuran volume eksudat yang terbentuk di dalam kantong granuloma. Mula-mula benda terbentuk pellet yang terbuat dari kapas yang ditanam di bawah kulit abdomen tikus menembus lapisan linia alba. Respon yang terjadi berupa gejala iritasi, migrasi leukosit dan makrofag ke tempat radang yang mengakibatkan kerusakan jaringan dan timbul granuloma (Vogel, 2002).

1.3.5 Metode Iritasi Pleura Metode ini berdasarkan pengukuran volume eksudat yang terbentuk karena iritasi dengan induktor radang. Adanya aktivitas obat yang diuji ditandai dengan berkurangnya volume eksudat. Obat diberikan secara oral. Satu jam kemudian disuntik dengan induktor radang seperti formalin secara intra pleura. Setelah 24 jam, hewan dibunuh dengan eter lalu rongga pleura dibuka dan volume eksudat diukur (Vogel,2002)

1.3.6. Metode Induksi Oxazolon Edema Telinga Mencit. Pada percobaan ini telinga tikus diinduksi 0.01 ml 2% larutan oxazolon ke dalam telinga kanan. Inflamasi terjadi dalam 24 jam. Kemudian hewan dikorbankan dibawah anastesi lalu dibuat preparat dengan 8 mm dan perbedaan berat preparat menjadi indikator inflamasi udem(Vogel,2002).

1.3.7 Karagenan Karagenan diperoleh dari ekstrak rumput laut merah (Rhodopyceace). Karagenan larut dalam air, tetapi sedikit larut dengan pelarut lainnya, umumnya diperlukan pemanasan agar karagenan larut semua. Biasanya pemanasan dilakukan pada suhu 50C sampai 80C (Suyanti, 2010). Penggunaan karagenan sebagai penginduksi radang memiliki beberapa keuntungan antara lain: tidak meninggalkan bekas, tidak menimbulkan kerusakan jaringan dan memberikan respon yang lebih peka terhadap obat antiinflamasi dibanding senyawa iritan lain seperti dextran 1% dan egg white fresh undiluted (Aggraini, 2008). Cara Uji: Mencit jantan galur ICR (18-25 gr) dipuasakan 24 jam sebelum masa percobaan dengan tetap diberi minum. 50 l suspensi 1% karagenan dilarutkan dalam larutan salin dinjeksikan pada tapak kaki kanan mencit.Sampel dan indometasin dilarukan dalam tween 80 plus 0.9% (w/v) larutan salin. Konsentrasi final dari tween 80 tidak boleh lebih dari 5% dan tidak menyebabkan inflamasi yang berarti. 2 jam sebelum dinduksi, diberikan sampel dengan 2 tingkatan dosis secara oral. Indometasin (10 mg/kg ip) diinjeksikan 90 menit sebelum induksi. Udema pada tapak kaki segera dihitung setlah injeksi karagenan (interval waktu 1,2,3,4,5,6 jam) dengan menggunakan pletismometer. Derajat udema dievaluasi dengan rasio: Derajat Udema= a/b

a= volume tapak kaki kanan setelah induksi karagenan b= volume tapak kaki kanan sebelum induksi karagenan

2. TANAMAN BERKHASIAT ANTIINFLAMASI Berikut daftar tanaman yang memiliki aktivitas antiinflamasi (Shailasree,2012)
No. Tanaman Latin Tanaman Nama Tanaman Kandungan Kimia berkhasiat Antiinflamasi
Abruquinone A Epicatechin, quercetin, catechin Petroleum ether fraction

1 2 3

Abrus precatorius Linn. Suku Fabaceae Acacia catechu (Linn. f.)Willd Suku Mimosaceae Aegle marmelos (L.) Corr. Suku Rutaceae Aglaia elaeagnoidea Benth.* Sinonims - Aglaia roxburghiana Miq. Hiern Benth.; Suku Meliaceae Alstonia scholaris (L.) R. Br. Sinonim- Echites scholaris (Linn.). Suku- Apocynacea

Saga, Crabs eye, Gunjaa Catechu, Khadira Bael tree, Bilva

Priyangu

Roxburghiadiol A and B

Devils tree, Saptaparna

Andrographis paniculata Wall. Sinonims - Justicia latebrosa Russ., Suku - Acanthaceae

Sambiloto, Creat, Kaalmegha

10

Artocarpus hirsutus Lam.* Sinonim - Artocarpus hirsuta Lam. Suku Moraceae Bacopa monnieri (L.) Penn. Sinonims- Gratiola monnieria L. Herpestes monnieria (L.) Kunth Suku- Scrophulariaceae Bauhinia variegata Linn. Sinonims- Phanera variegata (L.) Benth.; Suku Caesalpiniaceae Berberis tinctoria Lesch. Suku -Berberidaceae

Picrinine, vallesamine, scholaricine, 16-formyl-5amethoxystrictamine, picracinal, tubotaiwine 5-hydroxy-7,8dimethoxyflavone, 5-hydroxy-7,8dimethoxyflavanone, beta-sitosterol dan stigmasterol, ergosterol peroxide, 14-deoxy-14,15dehydroandrographolide, a new compound, 19-O-acetyl-14deoxy-11,12didehydroandrographolide ; 14 deoxy -11,12didehydroandrographolide dan andrographolide Artocarpesin

Thyme-leaved Gratiola, Braahmi

Ekstrak metanol

Mountain Ebony, Kaanchanaara

Ombuin, kaempferol

Berberine

No.

Tanaman Latin Tanaman

Nama Tanaman

Kandungan Kimia berkhasiat Antiinflamasi


Amentoflavone

11

12

Biophytum sensitivum DC. Sinonim Oxalis sensitiva Linn. Suku Oxalidaceae Boswellia serrata Roxb. Suku Burseraceae Butea monosperma (Lam.) Taub. Sinonim - Butea frondosa Koenig ex Roxb. Suku Fabaceae Caesalpinia sappan Linn. Sinonim - Biancaea sappan Todaro Suku Caesalpiniaceae Celastrus paniculatus Willd. Sinonim- Celastrus dependens Wall. Suku-Celastraceae

Lajjaalu

Indian Frankincense, Shallaki Flame of the forest, Paalasha

13

Boswellic acids, 3-O-acetyl-11keto-bboswellic acid Isobutrin, butrin, butein Isobutrin

14

Sappan, Pattanga

Ekstrak metanol

15

Jyotishmati

Ekstrak metanol

16

Centella asiatica (Linn.) Urban Sinonim - Hydrocotyle asiatica L. Suku Apiaceae


Cyperus rotundus Linn. Sinonims- Chlorocyperus rotundus (L.) Palla, Pycreus rotundus (L.) Hayek Suku- Cyperaceae Eclipta prostrata Roxb. Sinonim - Eclipta alba (L.) Hassk. Suku - Asteraceae Embelia ribes Burm. f. Suku Myrsinaceae Ficus benghalensis Linn. Suku - Moraceae Garcinia indica (Thouars) Choisy* Sinonim - Garcinia purpurea Roxb. Suku Clusiaceae Gloriosa superba Linn. Suku - Liliaceae Morinda citrifolia Linn. Sinonim - Morinda bracteata Roxb. Suku Rubiaceae Myristica fragrans Houtt Suku Myristicaceae Phyllanthus amarus Schum. & Thonn. Suku Euphorbiaceae

Pegagan, Asiatic Pennywort, Manduukaparni


Nut Grass, Musta

Asiaticoside, terminoloside, madecassoside


Sesquiterpenes - -selinene, isocurcumenol, nootkatone and aristolone, triterpeneoleanolic acid Ekstrak metanol

17

18

Patikan kebo, Trailing Eclipta Plant, Bhringaraaja Embelia, Vidanga Banyan tree, Vata

19 20

Embelin and its 2, 5isobutylmine salts Aqueous extract

21

Kokam Butter tree, Vrkshaamla Glory Lily, Laangali

Garcinol dan turunannya

22

Ekstrak

23

Noni, Indian Mulberry, Ashyuka

Ekstrak

24 25

Pala, Nutmeg, Jaatiphala Meniran, Bhuumyaamalaki

Macelignan Ekstrak etanol/air dan heksan

No.

Tanaman Latin Tanaman

Nama Tanaman

Kandungan Kimia berkhasiat Antiinflamasi


Gallic acid, methyl gallate, corilagin, furosin, geraniin

26

Phyllanthus emblica Linn. Sinonims - Embelica officinalis Gaertn. Suku Euphorbiaceae Pterocarpus marsupium Roxb. Suku Fabaceae Rubia cordifolia Linn. Sinonim - Rubia munjesta Roxb. Suku Rubiaceae Saraca asoca (Roxb.) De Wilde Sinonim - Saraca indica auct. non L. Suku Caesalpiniaceae Semecarpus anacardium Linn. f. Suku - Anacardiaceae Sida cordifolia Linn Suku- Malvaceae Indian Kino Tree, Asana Indian Madder, Manjishthaa Ashoka tree, Ashoka

27 28

Ekstrak Ekstrak

29

Ekstrak

30

Marking Nut, Bhallaataka

Anacardoside

31

Country Mallow, Balaa

32 33 34 35

Terminalia arjuna (Roxb.) W. & A. Suku Combretaceae Terminalia chebula Retz. Suku Combretaceae Tribulus terrestris Linn. Suku Zygophyllaceae Woodfordia fruiticosa Kurz. Sinonim - Woodfordia floribunda Salisb. Suku Lythraceae

Arjun Terminalia, Arjuna Chebulic Myrobalan, Haritaki Tribulus, Land-Caltrops, Gokshura Fire-flame Bush, Dhaataki

5-Hydroxymethyl-1-(1,2,3,9tetrahydropyrrolo [2,1-b] quinazolin-1-yl)-heptan1-one Ekstrak Chebulagic acid Padma 28 Ekstrak Ekstrak air dan metanol

4. MONOGRAPH TANAMAN

4.1

Nigella sativa linn

4.1.1 Klasifikasi Kingdom Subkingdom Infrakingdom Division Subdivision Infradivision Class Superorder Order Family Genus Species : Plantae : Viridaeplantae : Streptophyta : Tracheophyta : Spermatophytina : Angiospermae : Magnoliopsida : Ranunculanae : Ranunculales : Ranunculaceae : Nigella L. : Nigella sativa L.

4.1.2 Deskripsi Terna annual maupun perennial dan tumbuhan berkayu .biji dengan endosperm yang besar dan lembaga yang kecil.Biji agak keras , bentuk limas ganda dengan

kedua ujungnya meruncing , limas yang satu lebih pendek dari yang lainya, bersudut 3-4 , panjang 1,5 -2 mm ,lebar lebih kurang 1mm , permukaan luar berwarna hitam kecoklatan ,hitam kelabu sampai hitam ,berbintik bintik ,kasar ,berkerut ,kadang kadang dengan beberapa rusuk membujur atau melintang. Pada penampang melintang biji terlihat kulit berwarna coklat kehitaman sampai hitam ,endosperm berwarna kunikng kemerahan , kelabu ,atau kelabu kehitaman, lembaga berwarna kuning pucat sampai kelabu. Bagian yang digunakan sebagai obat : biji

4.1.3 Nama daerah Jinten Hitam 4.1.4 Nama Asing Black cumin , Roman coriander, Black seeds, black caraway, black onion seed, kalonji. 4.1.5 Kandungan kimia Minyak atsiri ,glukosida saponin , zat pahit ,minyak lemak, glisin,besi, isoleusin,leusin ,d-limonen ,asam linoleat ,lipase ,lisin ,metionin ,asam miristat, nigelin nigellone ,asam oleat ,asam palmitat ,fenilalanin , fitosterol , kalium ,beta-sitosterol, alfaspinasterol, asam stearate , stigmasterol , tannin,threonine, thymohydroquinon, thymoquinon. (BPOM RI,2006) 4.1.6 Efek farmakologi Nigella sativa merupakan tanaman berbunga yang ditemukan di seluruh India, Arab, dan Eropa. Bijinya dikenal sebagai benih hitam atau jintan hitam, digunakan dalam memasak dan dalam obat tradisional untuk peradangan, infeksi dan kanker. Konstituen dari Nigella sativa menunjukkan immunomodulatory (1) (2) (11), antioxidant (15), antiparasitic (13) and hepatoprotective effects (14) in vitro dan dalam studi pada hewan. Nigellone, komponen dari Nigella sativa, memiliki kemungkinan dalam pengobatan diare, asma (21), and hypertension (5) (10) (22). Thymoquinone

menunujukan kemampuan untuk menghambat epilepsi pada anak anak dengan kasus kejang berulang (23). Nigella sativa juga menunjukan kemampuan dalam memperbaiki munculnya reaksi allergi(12), namun pernah dilaporkan munculnya reaksi dermatitis kontak allergi saat penggunaan minyak nigella sativa (19).

Bukti juga menunjukkan bahwa Nigella sativa memiliki sifat antikanker. Konstituen benih, termasuk thymoquinone, mengurangi pertumbuhan dan ukuran tumor pada tikus
(4) (5) (6) (7) (8) (9)

; thymoquinone juga dilaporkan mampu

meningkatkan kemampuan obat anti kanker doxorubicin pada sel sel kanker (25). Nigella sativa oil, ketika di aplikasikan secara injeksi menunjukan kemampuan untuk melindungi kerusakan pada jaringan tubuh tikus saat hewan coba tersebut diberikan perlakuan radiasi (15). Meski penelitian pada manusia jarang dilaporkan namun efek samping jarang, tetapi dosis tinggi minyak Nigella sativa menyebabkan gangguan hati dan kerusakan ginjal pada tikus
(7)

Penelitian yang paling hebat mengenai manfaat nigella sativa sebagai anti kanker , khusunya terbahadap kanker payudara membuahkan hasil yang sesuai seperti yang diharapkan. Manfaat nigella sativa yang biasa digunakan 1. Antioxidant 2. Anticarcinogenic 3. Anti-inflammatory 4. Asthma, bronchitis 5. Rheumatism 6. Hypertension 7. Hepatoprotective

Zat aktif yang terkandung pada nigella sativa


Thymoquinine (TQ) (mainly in essential oil) Dithymoquinone (DTQ) (nigellone) Thymol (THY) Thymohydroquinone (THQ)

Other Components: Alpha-hederin, a triterpene saponin in the seeds Monosaccharides (glucose, rhamnose, xylose, arabinose) Unsaturated fatty acids (linoleic acid, oleic acids (in fixed oil)
(3) (17)

Efek anti inflamasi nigella sativa 1. Kemampuan anti inflamasi penghambatan cel kanker Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Chehl N, Chipitsyna G, Gong Q, Yeo CJ, Arafat HA. , pada universitas Thomas Jefferson ,Philadelphia di departemen bedah. Dimana penelitian ini bertujuan mengungkapkan peranan zat aktif thymoquinone pada nigella sativa dalam penghambatan pancreatic ductal adenocarcinoma (PDA). Penelitian tersebut memiliki bukti baru yang menunjukkan bahwa thymoquinone (Tq) yang merupaka zat aktif utama konstituen Nigella sativa minyak ekstrak, dapat meng iinduksi apoptosis dan menghambat proliferasi sel PDA. Tq juga meningkatkan ekspresi WAF1 p21, menghambat aktivitas histone deacetylase (HDAC), dan diinduksi histone hyperacetylation. Inhibitor HDAC telah ditunjukkan untuk memperbaiki peradangan yang terkait kanker.

Mechanisme aksi Thymoquinone, merupakan unsur terpenting Nigella sativa oil memiliki efek antioxidant serta mampu mengembalikan tingkat anti oksidant lain ditubuh semisal lactate dehydrogenase, glutathione, and SOD pada hewan coba (6) (7) (9). Hal inilah yang dapat menjadi penjelasan bagaiman efek sativa's
(3) (4)

hepatoprotective Nigella

. Penelitian penelitian

juga menunjukan bahwa minyak Nigella

sativa memiliki efek anti-inflammatory dengan jalan inhibisi cyclooxygenase and lipoxygenase (18). Sebuah studi in vitro menunjukkan bahwa nigellone, konstituen dari ekstrak minyak Nigella sativa biji, dapat menghambat pelepasan histamin dari

mastosit peritoneal tikus. (10) serta mampu mengurangi gejala allergi pada manusia. (12). Nigella sativa mampu menurunkan perkiraan mekanisme diuretic yang muncul. efek kemampuan mengurangi kontraksi
(5)

hypertensi pada tikus dengan


(14)

. Nigella sativa juga menunjukan polos pada uterine

otot

efek anti oksidant nigella sativa yang kuat Nampak pada kemampuan proteksi jaringan pada pajanan radiasi.(15). Meski demikian, tidaklah jelas benar apakah pengaruh pemberian terapi nigella sativa ini .Efek thymoquinone pada hewan coba tikus menunjukan berkurangnya insiden kejadian tumor lambung. (7). Mekanisme yang mungkin terjadfi adalah adanya proses inhibisi synthesis DNA (7), serta promosi terhadap proses apoptosis dengan jalan menginhibisi cell growth pada fase G1 (8).

Adverse Reactions

Pada hewan, 10 mL/kg minyak Nigella sativa secara peroral diberikan untuk tikus sampai 12 minggu tidak menghasilkan perubahan signifikan dalam hepatic enzim dan tidak menyebabkan kematian (16). Namun, dosis tinggi sebesar 2 g/kg atau lebih dapat
menyebabkan kerusakan hati dan ginjal pada tikus
(7)

Penggunaan topikal minyak murni Nigella sativa menyebabkan dermatitis kontak Alergi pada dua orang dengan penyakit eksim (19).

Herb-Drug Interactions

Cytochrome P450 substrates: Nigella sativa menginhibsi CYP2D6 and CYP3A4 dan dapat mempengaruhi konsentrasi intraselluler obat obatan ini. (24).

interaksi herbal di laborat Dalam studi hewan, Nigella sativa minyak menurun glukosa serum, triglyceride, kolesterol dan leukosit dan menghitung platelet. Tapi ada peningkatan kadar hematocrit dan hemoglobin (16) (20).

DAFTAR PUSTAKA 1. Haq A, Lobo PI, Al-Tufail M, et al. Immunomodulatory effect of Nigella sativa proteins fractionated by ion exchange chromatography. Int J Immunopharmacol 1999;21(4):28395. 2. Haq A, Abdulatif M, Lobo PI, et al. Nigella sativa: effect on human lymphocytes and polymorphonuclear leukocyte phagocytic activity. Immunopharmacology 1995;30(2):147-55. 3. Ali BH and Blunden G. Pharmacological and toxicological properties of Nigella sativa. Phytother Res 2003;17(4):299-305. 4. Dada MH and Abdel-Rahman MS. Hepatoprotective activity of thymoquinone in isolated rat hepatocytes.Toxicol Lett 1998. 95(1): p. 23-9. 5. El Tahir KE, Ashour MM, al-Harbi MM. The cardiovascular actions of the volatile oil of the black seed (Nigella sativa) in rats: elucidation of the mechanism of action.Gen Pharmacol 1993;24(5):1123-31. 6. El-Abhar HS, Abdallah DM, Saleh S. Gastroprotective activity of Nigella sativa oil and its constituent, thymoquinone, against gastric mucosal injury induced by ischaemia/reperfusion in rats. J Ethnopharmacol 2003;84(2-3):251-8. 7. Badary OA, et al. Inhibition of benzo(a)pyrene-induced forestomach carcinogenesis in mice by thymoquinone. Eur J Cancer Prev 1999;8(5):435-40. 8. Gali-Muhtasib H, Diab-Assaf M, Boltze C, et al. Thymoquinone extracted from black seed triggers apoptotic cell death in human colorectal cancer cells via a p53-dependent mechanism. Int J Oncol2004;25(4): 857-66. 9. Ait Mbarek L, et al. Anti-tumor properties of blackseed (Nigella sativa L.) extracts. Braz J Med Biol Res 2007;40(6):839-47. 10. Chakravarty N. Inhibition of histamine release from mast cells by nigellone. Ann Allergy1993;70(3):237-42.

11. Islam SN, Begum P, Ahsan T, et al. Immunosuppressive and cytotoxic properties of Nigella sativa. Phytother Res 2004;18(5):395-8. 12. Kalus U, Pruss A, Bystron J, et al. Effect of Nigella sativa (black seed) on subjective feeling in patients with allergic diseases. Phytother Res 2003;17(10):1209-14. 13. Mohamed AM, Metwally NM, Mahmoud SS. Sativa seeds against Schistosoma mansoni different stages.Mem Inst Oswaldo Cruz 2005;100(2):205-11. 14. Iddamaldeniya SS, Thabrew MI, Wickramasinghe SM, et al. A long-term investigation of the anti-hepatocarcinogenic potential of an indigenous medicine comprised of Nigella sativa, Hemidesmus indicus and Smilax glabra. J Carcinog 2006;11. 15. Cemek M, Enginar H, Karaca T, Unak P. In vivo radioprotective effects of Nigella sativa L oil and reduced glutathione against irradiation-induced oxidative injury and number of peripheral blood lymphocytes in rats.Photochem Photobiol 2006;82(6):1691-6. 16. Zaoui A, Cherrah Y, Alaoui K, et al. Effects of Nigella sativa fixed oil on blood homeostasis in rat.J Ethnopharmacol 2002;79(1):23-6. 17. Ghosheh OA, Houdi AA, Crooks PA. High performance liquid chromatographic analysis of the pharmacologically active quinones and related compounds in the oil of the black seed (Nigella sativa L.). J Pharm Biomed Anal 1999;19(5):757-62. 18. Houghton PJ, Zarka R, de las Heras B, Hoult JR. Fixed oil of Nigella sativa and derived thymoquinone inhibit eicosanoid generation in leukocytes and membrane lipid peroxidation. Planta Med 1995;61(1):33-6. 19. Steinmann A, Schatzle M, Agathos M, Breit R. Allergic contact dermatitis from black cumin (Nigella sativa) oil after topical use. Contact Dermatitis 1997;36(5):268-9. 20. Zaoui A, Cherrah Y, Mahassini N, et al. Acute and chronic toxicity of Nigella sativa fixed oil.Phytomedicine 2002;9(1):69-74. 21. Boskabady MH, Javan H, Sajady M, Rakhshandeh H. The possible prophylactic effect of Nigella sativa seed extract in asthmatic patients. Fundam Clin Pharmacol. 2007 Oct;21(5):559-66. 22. Dehkordi FR, Kamkhah AF. Antihypertensive effect of Nigella sativa seed extract in patients with mild hypertension. Fundam Clin Pharmacol. 2008 Aug;22(4):447-52. 23. Akhondian J, Kianifar H, Raoofziaee M, et al. The effect of thymoquinone on intractable pediatric seizures (pilot study). Epilepsy Res. 2011 Jan;93(1):39-43.

24. Al-Jenoobi FI, Al-Thukair AA, Abbas FA, et al. Effect of black seed on dextromethorphan O- and N-demethylation in human liver microsomes and healthy human subjects. Drug Metab Lett. 2010 Jan;4(1):51-5. 25. Effenberger-Neidnicht K, Schobert R. Combinatorial effects of thymoquinone on the anti-cancer activity of doxorubicin. Cancer Chemother Pharmacol. 2011 Apr;67(4):86774. 26. Mycek MJ, Harvey RA, Champe PC.Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi 2. Jakarta: Widya Medika; 2001 27. Kee JL, Hayes ER. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Penerjemah: Anugrah, P. Jakarta: Penerbit EGC; 1993. 28. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC; 1994:p. 426-433. 29. Underwood JCE, editor. General and Systemic Pathology, 4th edition. Churchill livingstone;2004 30. Katzung B G. Basic and Clinical Pharmacology, 11th Edition. McGraw-Hill; 2009. 31. Vogel HG, Vogel WH. Drug Discovery and Evalution Pharmacological Assay, edisi II. Germany: Springer-Verlag Berlin Heidelberg; 2002 32. Shailasree S, Ruma K, Kini RK, Niranjana SR, Prakash HS. Potential anti-inflammatory bioactives from medicinal plants of Western Ghats, India. Pharmacognosy Communications. 2012; 2 (2). 33. Hargono D, Lastari P, Astuti Y, van den Bergh MH. Centella asiatica (L.) Urb. de Padua LS, Bunyapraphatsara N, Lemmens RHMJ (Editors). Plant Resources of South-East Asia No. 12(1): Medicinal and poisonous plants 1. Leiden: Backhuys Publisher. 1999:p.190194 34. Materia Medika Indonesia. Jilid I. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 1977:p.34-35 35. Backer CA, Bakhuizen van den Brink. Flora of Java (Spermatophytes Only). Vol. I. Groningen : Wolters-Noordhoff N.V.P; 1962:p.173. 36. Gruenwald J, Brendler T, Jaenicke C. (Scientific Editors). PDR for Herbal Medicines. Fourth Edition. New Jersey: Medical Economics Company; 2007:p.396

37. WHO monographs on selected medicinal plants. Volume 1. Geneva: WHO Press. 2009:p.77-85 38. Sudarsono, Gunawan D, Wahyuono S, Donatus IA, Purnomo. Tumbuhan Obat II, Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan. Yogyakarta: Pusat Studi Obat Tradisional, Universitas Gadjah Mada. 2002: p 41-45. 39. DerMarderosian A, Beutler A (Editors). The review of natural products. Fifth Edition. Missouri: Wolter Kluwer Health; 2008: p.521-524 40. Liu, M., Dai, Y., Yao, X., Li, Y., Luo, Y., Xia, Y., Gong, Z., , Anti-rheumatoid arthritic effect of madecassoside on type II collagen-induced arthritis in mice, Int. Immunopharmacol. 2008; 8(11): 1561-6. 41. Barnes J, Anderson LA, Phillipson JD. Herbal medicines: A guide for healthcare professionals. Second edition. London: Pharmaceutical Press. 2002 42. Roth LS. Mosbys Handbook of Herbs and Natural Supplements. Fourth Edition. Missouri: Mosby Elsevier; 2010:p.314-315 43. Koh HL, Chua TK, Tan CH. A guide to medicinal plants:An illustrated, scientific and medicinal approach. Singapore:World Scientific publishing; 2009: 44. Fetrow CW. Avila JR. The Complete Guide to Herbal Medicines. Springhouse:

Springhouse Corp; 2000 45. Departemen Kesehatan RI. Materia Medika, Jilid V. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 1989:p 343-347. 46. Backer, C.A., Bakhuizen van den Brink, 1965, Flora of Java (Spermatophytes Only), Vol. II, Wolters-Noordhoff N.V.P.,Groningen, 351. 47. Yu, H., Li, S. Huang, M. T. and Ho, C. T., 2004, Antiinflammatory constituents in noni (Morinda citrifolia) fruits., IFT Annual Meeting, 33F-28 July 12-16 Las Vegas NV 48. Akihisa, T., Matsumoto, K., Tokuda, H., Yasukawa, K., Seino K., Nakamoto, K., Kuninaga, H., Suzuki, T., Kimura, Y., 2007, Anti-inflammatory and potential cancer

chemopreventive constituents of the fruits of Morinda citrifolia (Noni), J. Nat. Prod., 70:754-757.

49. Kamiya, K., Hamabe, W., Harada, S., Murakami, R., Tokuyama, S., Satake, T., 2008, Chemical constituents of Morinda citrifolia roots exhibit hypoglycemic effects in streptozotocin-induced diabetic mice, Biol. Pharm. Bull., 31: 935-938. 50. Deng, S., Palu, A.K., West, B.J., Su, C.X., Zhou, B.N., Jensen, J.C., 2007, Lipoxygenase inhibitory constituents of the fruits of noni (Morinda citrifolia) collected in Tahiti, J. Nat. Prod., 70(5): 859-862. 51. Li, R.W., Myers, S.P., Leach, DN., Lin, GD., Leach, G., 2003, A cross-cultural study: Antiinflammatory activity of Australian and Chinese plants, J. of Ethnopharmacol., 85: 25 32. 52. BPOM RI, 2006 , Acuan Sediaan Herbal. Volume kedua edisi pertama 34-36 53. Chin., J.H., Mahfoudh., M., Abas., H.H., 2009, Interactions of Orthosiphon stamineus and Morinda citrifolia with hepatic aminopyrine metabolism by CYP3A in rats, Phcog. Mag., 5:55- 60. 54. West, B.J, White, L.D., Jensen, C.J., Palu, A.K., 2009, A doubleblind clinical safety study of noni fruit juice, Pac. Health Dialog, 15(2): 21-32.

Anda mungkin juga menyukai