Anda di halaman 1dari 17

Perbedaan Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS dan Tipe STAD

(Studi Eksperimen dengan Menggunakan RPP Berkarakter pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Kendari) Oleh: Moh. Salam dan Asnawati Junta Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari: (1) perbedaan hasil belajar matematika untuk siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) sebagai kelas perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) sebagai kelas kontrol baik dilihat dalam grup maupun tanpa memandang grup dan (2) kecenderungan perilaku berkarakter dari masing-masing siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.Hasil analisis data dan pembahasan diperoleh kesimpulan: Pertama: secara empiris rerata hasil belajar matematika baik dalam grup maupun tanpa memandang, siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) relatif lebih rendah dibandingkan siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD). Kedua: rerata hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dengan tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) baik dalam grup maupun tanpa memandang grup tidak mempunyai perbedaan yang signifikan pada . Ketiga: secara umum, melalui penerapan RPP berkarakter siswa telah menunjukkan karakter dapat dipercaya, menghargai orang lain, bertanggung jawab secara individu, bertanggung jawab secara sosial, adil dan peduli. PENDAHULUAN

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sumber sangat daya pesat menuntut (SDM) adanya yang

Pasal

3,

yang

menyebutkan nasional

bahwa

pendidikan mengembangkan membentuk

berfungsi dan

manusia

kemampuan serta

berkualitas yang juga berfungsi sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan. Untuk meningkatkan

karakter

peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan Pendidikan kehidupan bertujuan bangsa. untuk

sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting

nasional

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

sebagaimana UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Anon, 2007:5). Untuk mewujudkan

pendidikan memerlukan siasat, metode, teknik dan pendekatan yang tepat sehingga peserta didik dapat menguasai materi dengan baik. Dalam hal ini diperlukan peran guru, kemampuan dan minat peserta didik terhadap bidang studi yang diajarkan salah satunya adalah pelajaran matematika. Kenyataan di sekolah menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran matematika peserta didik terlihat kurang antusias, daya kreativitasnya rendah dan siswa bersikap acuh tak acuh. Hal ini terjadi karena kurangnya motivasi guru dan strategi pembelajarannya kurang memiliki daya dukung terhadap hasil belajar siswa. Guru pelajaran matematika perlu tampil disetiap kesempatan pengajar, baik pelatih, sebagai inovator, pendidik, fasilisator

tujuan pendidikan nasional tersebut perlu dilaksanakan program pendidikan secara sistematis dan terarah sehingga memiliki kemampuan berkompetisi dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hal

tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beradab menjadi dan manusia serta dewasa, dapat

berkualitas

berinteraksi dengan masyarakat. Rendahnya kulitas pendidikan

Indonesia salah satunya dapat dilihat dari sarana dan prasarana yang ada disetiap jenjang pendidikan yang kurang memadai sehingga tidak mendukung pelaksanaan pembelajaran. Rendahnya kualitas

maupun sebagai dinamisator dengan cara menerapkan model pembelajaran

matematika yang variatif dan tepat sesuai materi yang diajarkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

pendidikan menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Hasil belajar dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang

berlangsung. Pembelajaran sebagai proses

Salah

satu

upaya

untuk

dikenal beberapa tipe di antaranya adalah tipe Think Pair Share (TPS), tipe Jigsaw, tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dan Student (STAD). Teknik belajar dua tinggal dua tamu (two stay two stray) dikembangkan oleh spencer kagan (1992). Teknik ini bisa digunakan disemua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik. Struktur dua tinggal kesempatan dua tamu kepada Team Achievement Divisions

meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. pembelajaran pengertian Pada dasarnya model

kooperatif suatu

mengandung sikap atau

sebagai

perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat

dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri

memberikan

kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Adapun langkah-langkah model pembelajaran

(Akrismanto,2003:14).

Pembelajaran

koperatif diterapkan agar siswa benarbenar menerima ilmu dari pengalaman belajar bersama teman-temannya, baik yang sudah dikatakan pandai maupun yang masih lemah dalam memahami konsep atau materi pelajaran. Salah satu ciri dalam pembelajaran koperatif adalah adanya pembagian kelompok belajar yang

kooperatif tipe TSTS ini adalah (a) siswa bekerjasama dalam kelompok berempat seperti biasa, (b) setelah selesai, dua orang masing-masing kelompok akan

meninggalkan kelompoknya dan masingmasing bertamu ke kelompok yang lain, (c) dua orang yang tinggal dalam

diarahkan untuk mencapai keberhasilan dalam menguasai suatu konsep yang

kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka, (d) tamu mohon diri dan kembali

diajarkan. Dalam pembelajaran kooperatif

ke

kelompok

mereka temuan

sendiri mereka (e)

dan dari

kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.

melaporkan kelompok

lain

dan

kelompok

mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka (Lie, 2007:62) . Ciri-ciri model pembelajaran

Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu (Andayani,2007). Selain dengan model pembelajaran yang tepat, masalah yang dihadapi dalam pembelajaran di sekolah dapat ditangani melalui pembelajaran dengan

TSTS, yaitu (a) siswa bekerja dalam kelompok menuntaskan kelompok secara materi kooperatif belajarnya, dari siswa untuk (b) yang

dibentuk

memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, (c) bila mungkin anggota

menggunakan RPP berkarakter, karena pembelajaran yang menggunakan RPP berkarakter selain menguraikan secara rinci materi yang disajikan juga terdapat tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Siswa ditanyakan kejujurannya dalam

kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda dan (d) penghargaan lebih berorientasi pada

kelompok dari pada individu (Yusiriza, 2010). Student Team Achievement

melakukan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, baik secara berkelompok (Maonde,

Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling

maupun 2012:1).

secara

perorangan

sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut

Model

pembelajarn

kooperatif

merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pelaksanaan RPP berkarakter. Dalam pelaksanaannya

kemampuan akademik, tingkat kinerja dan jenis kelamin. Guru menyajikan pelajaran

RPP berkarakter digunakan dalam kegiatan belajar secara berkelompok. RPP

kerja kelompok dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, perilaku sambil berkarakter

berkarakter merupakan salah satu bagian dari pembelajaran berkarakter. RPP

mengembangkan

yang meliputi: teliti, tekun, tanggung jawab, jujur, kerja sama, kesabaran, terbuka teman, dan mendengarkan afektif pendapat juga sosial

berkarakter juga salah satu solusi untuk memotivasi pembelajaran dalamnya siswa untuk menekuni karena di

matematika

penilaian

terdapat

berbagai

macam

mengembangkan

keterampilan

pendekatan yang berpusat pada siswa dengan berbagai macam penilaian yang dimulai: (1) penilaian kognitif di dalamnya terdapat penilaian produk yang berkaitan dengan penilaian hasil belajar dan

meliputi: bertanya, menyumbangkan ide atau pendapat, menjadi pendengar yang baik, berlatih berkomunikasi verbal dan tulisan, berpikir kreatif dan sistematis; dan (3) penilaian psikomotor berkaitan dengan keterampilan siswa di dalam memanipulasi media yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari .

penilaian proses yang berkaitan dengan keaktifan siswa dalam kerja kelompok setelah guru memberikan lembar kerja siswa (LKS); (2) penilaian proses dalam METODE Populasi dalam penelitian ini

berdasarkan nilai rata-rata mata pelajaran matematika semester 1. Dalam penelitian ini dibutuhkan sampel sebanyak 2 kelas paralel, di mana 1 kelas dibutuhkan sebagai unit eksperimen dan 1 kelas akan dipilih sebagai unit kontrol.

adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri 5 Kendari yang terdiri dari 9 kelas paralel dengan jumlah 323 orang siswa. Sampel dalam penelitian ini diperoleh melalui random bertingkat. Diawali

dengan random kelas yang dilakukan

Populasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Kendari Setelah Random Ukuran Data Rata-Rata Kelas VIIB (Eksperimen) 66,86 VIIH (Kontrol) 66,79

Setelah dilakukan random kelas selanjutnya dilakukan pembentukan grup. Setiap grup terdiri atas 4 siswa untuk

grup. Dalam penelitian ini dibutuhkan 10 sampel grup yang terdiri dari 5 grup dari kelas eksperimen dan 5 grup dari kelas kontrol. Pelaksanaan random grup

kelas eksperimen dan 5 siswa untuk kelas kontrol dengan kemampuan yang

dilakukan setelah data hasil penelitian dikumpulkan

heterogen. Selanjutnya dilakukan random

Jumlah Grup Penelitian Kelas VII SMP Negeri 5 Kendari (Setelah Dilakukan Random) A1 A2 G1 n11 n21 n31 n41 G2 n12 n22 n32 n42 G3 n13 n23 n33 n43 G4 n14 n24 n34 n44 G5 n15 n25 n35 n45 G6 n16 n26 n36 n46 n56 G7 n17 n27 n37 n47 n57 G8 n18 n28 n38 n48 n58 G9 n19 n29 n39 n49 n59 G10 n110 n210 n310 n410 n510

Di mana : A = Model pembelajaran kooperatif, (A1= Tipe TSTS dan A2= Tipe STAD) G = Grup n = Nilai setiap responden Penelitian ini menggunakan Randomized Control Group Desain (Djaali, 1986:5), di mana populasi dibagi atas dua kelompok secara random, yaitu kelompok pertama sebagai unit eksperimen untuk perlakuan dan kelompok kedua sebagai unit kontrol untuk tergambar pembanding, pada pola sebagaimana berikut:

R R

E K

T -

O1 O2

Keterangan: R = random grup E = eksperimen (kelas yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS) K = kontrol (kelas yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD) T = true eksperimen Teknik pengumpulan data dalam soal essay. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan perangkat program siap pakai spss versi 15.0 yang terdiri dari analisis deskriptif dan analisis inferensial.

penelitian ini menggunakan instrumen hasil belajar, yang terdiri dari: (1) definisi konsep, (2) definisi operasional, (3) kisi-kisi dan (4) HASIL

1. Analisis Deskriptif Grup-Grup pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS (A1) dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (A2) Analisis deskriptif ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran grup 10 pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD (A2) terhadap hasil belajar matematika (Y),

karakteristik

grup 1 sampai grup 5

pada model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (A1) dan memberikan gambaran karakteristik grup 6 sampai

sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 Statistics Hasil Analisis Deskriptif Antara Grup Terhadap Hasil Belajar (Y)
G1 N Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum Valid Missing 4 1 63,75 64,00 30 a 27,945 30 97 G2 4 1 60,00 52,00 52 27,713 36 100 G3 4 1 59,50 61,50 20 a 31,480 20 95 G4 4 1 70,75 70,00 48 a 19,363 48 95 G5 4 1 60,75 61,50 36 a 21,407 36 84 G6 5 0 71,00 77,00 37 a 20,236 37 89 G7 5 0 60,00 62,00 35 a 20,457 35 86 G8 5 0 71,60 67,00 54 a 13,903 54 89 G9 5 0 81,00 73,00 67 a 14,370 67 98 G10 5 0 71,60 71,00 66 6,580 66 82

a. Multiple Data Primer Diolah Dengan SPSS 15.0 Sumber : modes exist. The smallest value is show n

Keterangan:

G1-G5 = Grup yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS G 6-G10= Grup yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD Berdasarkan hasil analisis tabel di atas dapat dikemukakan bahwa: (a) Secara empiris ternyata rerata hasil belajar STAD. (d) Secara empiris ternyata rerata hasil belajar matematika grup 4 yaitu untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS lebih rendah dibandingkan dengan hasil belajar matematika pada grup 9 yaitu untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan (e) Secara empiris ternyata rerata hasil belajar

matematika grup 1 yaitu untuk siswa yang diajar dengan tipe model TSTS dengan pembelajaran lebih hasil rendah belajar

kooperatif

dibandingkan

matematika pada grup 6 yaitu untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, (b) Secara empiris rerata hasil belajar matematika grup 2 yaitu untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS sama dengan rerata hasil belajar

matematika grup 5 yaitu untuk siswa yang diajar dengan tipe model TSTS dengan pembelajaran lebih hasil rendah belajar

kooperatif

dibandingkan

matematika pada grup 10 yaitu untuk siswa yang diajar dengan model

matematika pada grup 7 yaitu untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, (c) Secara empiris ternyata rerata hasil belajar matematika grup 3 yaitu untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS lebih rendah dibandingkan dengan hasil belajar matematika pada grup 8 yaitu untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Begitupula Tukey HSD pada berdasarkan tabel di baris bawah

ditunjukkan bahwa rerata hasil belajar matematika dalam grup yang diajar kooperatif

dengan model pembelajaran

tipe TSTS (grup 1 sampai grup 5) relatif lebih rendah dibandingkan grup yang diajar dengan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD (grup 6 sampai grup

10).

Tabel 2 Perbedaan Rerata Hasil Belajar Matematika Antar Grup Mean (I) G (J) G Difference (I-J) Tukey HSD 1 6 -7,850 2 7 0,00 3 4 5 8 9 10 -12,100 -10,25 -10,85

2. Analisis Deskriptif Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS (A1) dan Tipe STAD (A1) Terhadap Hasil Belajar Matematika (Y) Tanpa Memandang Grup Secara empiris, tanpa memandang grup pun, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rerata hasil belajar model hasil belajar model pembelajaran

kooperatif tipe STAD (A2), sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 3 di bawah ini.

pembelajaran kooperatif tipe TSTS (A1) lebih rendah dibandingkan dengan rerata

Tabel 3 Hasil Analisis Deskriptif Antara Model Pembelajaran Kooperatif (A) Statistics Terhadap Hasil Belajar (Y)
A1 N Mean Median Std. Dev iation Minimum Max imum V alid Mis sing 20 5 62,95 62,00 23,471 20 100 A2 25 0 71,04 72,00 16,064 35 98

Sumber : Data Primer Diolah Dengan SPSS 15 Keterangan: A1 = model pembelajaran kooperatif tipe TSTS A2 = model pembelajaran kooperatif tipe STAD .

Untuk

mengetahui

secara

1. Syarat pengujian hipotesis 1 Hipotesis statistik untuk menguji sifat homogenitas varians hasil belajar matematika grup 1 sampai grup 10 pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah:

inferensial pengaruh perlakuan sebagai realisasi dari pengujian hipotesis dilakukan uji normalitas dan homogenitas terlebih dahulu.

H0: 2G1= 2G2= 2G3= 2G4 = 2G5= 2G6 = 2G7 = 2G8 = 2G9 = 2G10 = 0 H1: Bukan H0 (paling tidak ada satu parameter yang tidak sama dengan 0) Tabel. 4 Uji Homogenitas Varians Hasil Belajar Matematika Tes t of Hom ogene ity of V ariance s Grup-Grup Pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Y Levene Statistic 1,061 df 1 9 df 2 35 Sig. ,415

Sumber : Data Primer Diolah Dengan SPSS 15 Berdasarkan tabel 4 di atas dapat disimpulkan bahwa H0 diterima, Hipotesis 1 dengan pernyataan rerata hasil belajar matematika secara grup antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan tipe STAD mempunyai perbedaan yang signifikan. Hipotesis berikut: statistiknya adalah sebagai

berdasarkan Levene Statistic dengan df1= 9 dan df2 = 35 Fhit = 1,061 < Ftab=2,16 dengan nilaip = 0,415> = 0,05. H0 diterima berarti hasil belajar matematika grup 1 sampai grup 10 pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang homogen. Selanjutnya

dilakukan uji hipotesis 1. H1: Bukan H0 (paling tidak ada satu parameter yang tidak sama dengan 0) .

Tabel 5 Hasil Analisis One Way (anova) Rerata Hasil Belajar Matematika Dalam Grup
ANOVA Y Sum of Squares Betw een Groups 2183,461 Within Groups 15203,650 Total 17387,111 df 9 35 44 Mean Square 242,607 434,390 F ,558 Sig. ,821

Sumber : Data Primer Diolah Dengan SPSS 15

Berdasarkan hasil analisis one way (anova) dengan menggunakan Between Groups dan Within Groups pada tabel 5 di atas diperoleh nilai F = 0,558 dengan db= 9/35 dengan nilai p=0,821> =0,05, sehingga H0 diterima. Dengan diterimanya H0 dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar matematika dalam grup antara siswa yang diajar dengan model

Karena pengujian perbedaan antar grup menerima H0 maka pengujian secara parsial yaitu membandingkan rerata

masing-masing grup dengan grup lainnya yang terkecil tidak perlu dilakukan. 2. Syarat pengujian hipotesis 2 Hipotesis statistik untuk menguji sifat homogenitas varians hasil belajar matematika kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah: H0: 2A1 = 2A2 vs H1: 2A1 2A2

pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan siswa yang diajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Tabel. 6 Uji
Tes t of Homogene ity of Variance s Homogenitas Varians Hasil Belajar Matematika Y

Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen


df 1 1 df 2 43 Sig. .030

Levene Statistic 5.045

Sumber : Data Primer Diolah Dengan SPSS 15

Berdasarkan disimpulkan

tabel

di H0

atas

dapat ditolak,

vs

bahwa

Berdasarkan hasil analisis one way (anova) dengan menggunakan Between Groups dan Within Groups pada tabel 7 berikut nilai diperoleh F = 1,877 dengan db= 1/43 dengan nilai p=0,187> =0,05, maka H0 diterima. Dengan H0 diterima dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran

berdasarkan Levene Statistic dengan df1=1 dan df2=43, diperoleh nilaip = 0,030 < = 0,05. H0 ditolak berarti hasil belajar matematika kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang tidak uji

homogen. hipotesis 2.

Selanjutnya

dilakukan

Hipotesis 2 dengan pernyataan rerata hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan model

kooperatif tipe TSTS dengan tipe STAD tidak mempunyai perbedaan yang

pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan tipe STAD mempunyai perbedaan yang signifikan.Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut:

signifikan.

Tabel 7 ANOVA Hasil Analisis One Way (anova) Rerata Hasil Belajar Matematika Tanpa Memandang Grup
Y Sum of Squares Betw een Groups 727.201 Within Groups 16659.910 Total 17387.111 df 1 43 44 Mean Square 727.201 387.440 F 1.877 Sig. .178

Sumber : Data Primer Diolah Dengan SPSS 15 Berdasarkan hasil uji F dari tabel 7 pula, hipotesis 3 tidak perlu dianalisis, karena rerata hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan tipe STAD tidak mempunyai perbedaan yang signifikan.

PEMBAHASAN Perbedaan Rerata Hasil Belajar Matematika Dalam Grup Antara Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS dengan Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Perbedaan rerata hasil belajar akademik dari anggota setiap grup matematika secara grup antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran dengan model membuat setiap grup memiliki potensi yang sama. Setiap grup memiliki siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Adapun dalam penerapan RPP berkarakter baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol, pada setiap pembelajaran dilakukan penyajian materi se\cara berulang-ulang, yaitu sebanyak tiga kali. Penyajian pertama yaitu ketika guru menjelaskan secara singkat, kedua melalui pengerjaan LKS secara berkelompok

kooperatif tipe TSTS

pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari 6 hipotesis. Hasil analisis tabel 5

berdasakan statistik uji F, H0 diterima. Hal ini mengandung arti bahwa rerata hasil belajar matematika dalam grup antara siswa yang diajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan siswa yang diajar dengan tipe model STAD

pembelajaran

kooperatif

dimana LKS dilengkapi contoh soal serta kunci, dan terakhir pengerjaan LP-1 atau lembar kognitif produk oleh semua siswa secara individu. LP1 diberikan untuk

dengan menggunakan RPP berkarakter tidak mempunyai perbedaan yang

signifikan. Tidak signifikannya perbedaan

menguji pemahaman siswa tentang materi yang telah diajarkan. Pemberian materi secara berulang-ulang membuat siswa lebih mudah mengingat dan memahami materi yang diajarkan. Secara empiris ternyata rerata hasil belajar matematika dalam grup yang diajar

rerata hasil belajar matematika secara grup ini diduga disebabkan oleh setiap grup memiliki anggota dengan kemampuan akademik yang heterogen dan penerapan RPP berkarakter dalam proses

pembelajaran. Keheterogenan kemampuan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS relatif dengan lebih hasil rendah belajar

Dengan

menggunakan

model

pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan tipe STAD, secara umum membuat siswa lebih aktif dalam mengemukakan pendapat dalam kegiatan diskusi dan bertanya kepada teman dan guru jika ada hal-hal dalam LKS yang kurang dipahami.

dibandingkan

matematika pada grup yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD. Rendahnya rerata hasil belajar matematika dalam grup yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS diduga akibat kurangnya waktu diskusi di dalam grup masing-masing karena dua orang dari setiap grup harus bertamu ke grup lain.

Anggota setiap grup juga berusaha saling bekerja sama dalam menyelasaikan soalsoal dalam LKS walaupun ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan ketika guru ataupun anggota grup lainnya sedang menjelaskan.

1. Perbedaan Rerata Hasil Belajar Matematika Antara Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS (A1) dengan Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (A2) Perbedaan rerata hasil belajar belajar matematika antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran

matematika antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa memandang grup terdiri dari dua hipotesis yaitu hipotesis 2 dan hipotesis 3. Hasil analisis pada tabel 7 berdasakan statistik uji F, H0 diterima. Hal ini mengandung arti bahwa rerata hasil

kooperatif tipe TSTS dengan tipe STAD tanpa memandang grup tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Tidak signifikannya perbedaan

rerata hasil belajar matematika tanpa memandang disebabkan grup oleh ini juga diduga RPP

penerapan

berkarakter dalam proses pembelajaran.

Dari bentuk perlakuan yang diberikan pada kelas yang diajar dengan TSTS dan kelas yang diajar dengan STAD dalam

penjelasan guru, pengerjaan LKS secara kelompok dan pengerjaan LP1 secara individu. Jadi, penerapan model

memahami konsep matematika, siswa dari kedua kelas tersebut cenderung berhasil dalam mengedepankan kerja kelompok

pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan RPP berkarakter mempunyai kualitas yang relatif sama antara setiap kelompok A1 dan A2, demikian juga terhadap perbedaan dalam grup mengajarkan suatu matematika. temuan Ini

dan dalam mengedepankan kerja individu. Sebagaimana sebelumnya, yang dalam telah dijelaskan RPP

penerapan

berkarakter, baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol, pada setiap

pembelajaran dilakukan penyajian materi secara berulang-ulang, yaitu melalui

merupakan

dengan

melaksanakan RPP berkarakter.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan Kedua: rerata hasil belajar

pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa: Pertama: secara empiris rerata hasil belajar matematika baik dalam grup maupun tanpa memandang grup, siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS relatif lebih rendah dibandingkan siswa yang diajar dengan model STAD. pembelajaran kooperatif tipe

matematika antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan tipe STAD baik dalam grup maupun tanpa memandang grup tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Ketiga: secara umum, melalui penerapan RPP berkarakter siswa telah menunjukkan karakter dapat dipercaya, menghargai orang lain, bertanggung jawab

secara individu, bertanggung jawab secara Saran Berdasarkan pembahasan dan hasil kesimpulan analisis, dalam

sosial, adil dan peduli.

menggunakan RPP berkarakter agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan juga dapat menilai karakter siswa. Ketiga: Dalam melaksanakan

penelitian ini, dapat dikemukakan saransaran sebagai berikut. Pertama: Model pembelajaran

model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan tipe STAD hendaknya guru membuat perencanaan dengan baik agar dalam pelaksanaan kedua model pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang

kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dan model pembelajaran

kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran. Kedua: Dalam melaksanakan

hendak diterapkan.

pembelajaran di kelas, guru sebaiknya DAFTAR RUJUKAN Andayani, Sutrisni. 2007. STAD dalam Matematika.http://trisnimath.blogs pot.com/. Anon. 2007. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UndangUndang No.14 Th 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta: visimedia,2007. Djaali. 1986. Disain Eksperimen dan Analisisnya. Ujung Pandang: BPLP.

Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning (Mempraktikan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas). Jakarta: PT Gramedia. Maonde, Faad.2012. Laporan Pengabdian dan Pencerahan kepada Masyarakat (Workshop Pengembangan RPP Berkarakter Tingkat SMP pada Mahasiswa Pendidikan Matematika). Kendari : Unhalu. Yusiriza. 2010. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS). (http://yusiriza.blogspot.com).

Krismanto, Al. 2003. Beberapa Tekhnik, Model dan Strategi dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Depdiknas.

Anda mungkin juga menyukai