Anda di halaman 1dari 20

PBL 4 BLOK 30 KEJAHATAN SEKSUAL

Program Studi Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Kasus: Anda bekerja sebagai dokter di IGD sebuah rumah sakit. Pada suatu sore hari datang seorang laki-laki berusia 45 tahun membawa anak perempuannya yang berusia 14 tahun menyatakan bahwa anaknya tersebut baru saja pulang dibawa lari oleh teman lakilaki yang berusia 18 tahun selama 3 hari keluar kota. Sang ayah takut apabila telah terjadi sesuatu pada diri putrinya. Ia juga bimbang apa yang akan diperbuatnya bila sang anak telah disetubuhi laki-laki tersebut dan akan merasa senang apabila anda dapat menjelaskan berbagai hal tentang aspek medikolegal dan kasus hukum anakanya.

PENDAHULUAN
Di Indonesia diketemukan adanya kejahatan seksual yang sering terjadi, misalnya kejahatan seksual terhadap anak dibawah umur atau anak yang belum siap dikawin. Kejahatan seksual tidak hanya masalah antar individu, melainkan sebagai problem social yang terkait dengan masalah hak asasi, khususnya yang berkaitan dengan perlindungan anak. Mengenai analisa kasus seperti ini diperlukan keahlian seorang dokter. Sebagai seorang dokter seharusnya dapat membantu penyidikan, oleh karena itu dokter harus mengetahui bagaimanaprosedur pemeriksaan yang benar terhadap korban dengan dugaan kejahatan seksual, bagaimana tanda-tanda persetubuhan, tatalaksana terhadap korban dan hukum-hukum diIndonesia yang berhubungan dengan kasus kejahatan seksual sangatlah penting diketahui oleh dokter untuk membantu penyidikan tersebut.

PBL Blok 30: Kejahatan Seksual

1. ASPEK HUKUM Ketentuan Pidana Kejahatan Terhadap Kesusilaan 1,3 Pasal 285 KUHP Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia diluar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan, dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

Pasal 289 KUHP Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman memaksa seseorang untuk melakukan atau membiarkannya dilakukannya perbuatan cabul, diancam karena melakukan perbuatan yang menyerang kesusilaan, dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.

Pasal 290 KUHP Diancam dengan pidana paling lama tujuh tahun: 1). Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang padahal diketahui bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya; 2) Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang padahal diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak ternyata, bahwa belum mampu dikawin 3) barangsiapa membujuk seseorang yang diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak ternyata, bahwa belum mampu dikawin, untuk melakukan atau membiarkan perbuatan cabul atau bersetubuh diluar perkawinan dengan orang lain.

UU No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 82 Setiap orang yang dengans engaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana penjara paling
PBL Blok 30: Kejahatan Seksual 2

lama lima belas tahun dan paling singkat tiga tahun dan denda paling banyak 300 juta rupiah dan paling sedikit 60 juta rupiah.

2. PROSEDUR MEDIKOLEGAL Prosedur medikolegal adalah tata cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagai aspek yang berkaitan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum. Secara garis besar prosedur medikolegal mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika kedokteran.2 Ruang lingkup prosedur medikolegal adalah pengadaan visum et repertum, pemberian keterangan ahli pada masa sebelum persidangan dan pemberian keterangan ahli di dalam persidangan, kaitan visum et repertum dengan rahasia kedokteran, penerbitan surat kematian dan surat keterangan medik, pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka (psikiatri forensik), dan kompetensi pasien untuk menghadapi pemeriksaan penyidik.1,3

Kewajiban Dokter Membantu Peradilan Pasal 133 KUHAP (mengatur kewajiban dokter untuk membuat keterangan ahli)2 Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

PBL Blok 30: Kejahatan Seksual

Penjelasan Pasal 133 KUHAP Ayat 2): Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli, sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan. Menurut pasal 133 KUHAP permintaan visum et repertum merupakan wewenang penyidik, resmi dan harus tertulis, visum et repertum dilakukan terhadap korban bukan tersangka dan ada indikasi dugaan akibat peristiwa pidana. Bila pemeriksaan terhadap mayat maka permintaan visum disertai identitas label pada bagian badan mayat, harus jelas pemeriksaan yang diminta, dan visum tersebut ditujukan kepada ahli kedokteran forensik atau kepada dokter di rumah sakit. Menurut pasal 133 KUHAP keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli, jika bukan dari keterangan seorang ahli disebut keterangan saja.2

Pasal 179 KUHAP Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.2

Hak Menolak Menjadi Saksi/Ahli Pasal 120 KUHAP Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus. Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji di muka penyidik bahwa ia akan memberi keterangan menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya kecuali bila disebabkan karena harkat serta martabat, pekerjaan atau jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolak untuk memberikan keterangan yang diminta.2
PBL Blok 30: Kejahatan Seksual 4

Bentuk Bantuan Dokter bagi Peradilan dan Manfaatnya Pasal 184 KUHAP2 Alat bukti yang sah adalah: Keterangan saksi Keterangan ahli Surat Petunjuk Keterangan terdakwa Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.

Pasal 186 KUHAP 2 Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.

Penjelasan Pasal 186 KUHAP Keterangan ahli ini dapat juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di waktu ia menerima jabatan atau pekerjaan.

Pasal 187 KUHAP 2 Surat sebagaimana tersebut pada pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, adalah: Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat dihadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tatalaksana yang menjadi tanggungjawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu
PBL Blok 30: Kejahatan Seksual 5

keadaan. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang lain.

Pasal 65 KUHAP 2 Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi dan atau seseorang yang mempunyai keahlian khusus guna memberikan keterangan yang menguntungkan bagi dirinya.

Sangsi bagi Pelanggar Kewajiban Dokter Pasal 216 KUHP2 Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak Sembilan ribu rupiah. Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan undang-undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan jabatan umum. Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidananya dapat ditambah sepertiga.

PBL Blok 30: Kejahatan Seksual

Pasal 222 KUHP 2 Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Pasal 224 KUHP 2 Barangsiapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau juru bahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undangundang ia harus melakukannya: Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan.

Pasal 522 KUHP 2 Barangsiapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa, tidak datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.

Peraturan Pemerintah No 10 Tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia kedokteran Pasal 1 PP No 10/1966 Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya dalam lapangan kedokteran.

PBL Blok 30: Kejahatan Seksual

Pasal 322 KUHP 2 Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan atau pencariannya baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah. Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat dituntut atas pengaduan orang itu.

Pejabat Yang Berwewenang Meminta visum et Repertum 2 Pasal 133 KUHAP: penyidik Pasal 6 (1) KUHAP: Penyidik adalah pejabat polisi sekurang-kurangnya berpangkat ajun inspektur polisi tingkat dua

Yang Perlu Diperhatikan Sebelum Pemeriksaan1 Setiap pemeriksaan untuk pengadilan harus berdasarkan permintaan tertilis dari penyidik yang berwenang Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh korban merupakan barang bukti. Kalau korban datang sendiri dengan membawa surat permintaan dari polisi, jangan diperiksa, suruh korban kembali ke kantor polisi. Setiap visum et repertum harus dibuat berdasarkan keadaan yang didapatkan pada tubuh korban pada waktu permintaan visum et repertum diterima oleh dokter. Bila dokter telah memeriksa seorang korban yang datang di rumah sakit, atau di tempat praktek atas inisiatif sendiri, bukan atas permintaan polisi, dan beberapa waktu kemudian polisi mengajukan permintaan dibuatkan visum et repertum, maka ia harus menolak, karena segala sesuatu yang diketahui dokter tentang diri korban sebelum ada permintaan untuk dibuatkan visum et repertum merupakan rahasia kedokteran yang wajib disimpan. Dalam keadaan seperti itu dokter dapat meminta kepada polisi supaya korban dibawa kembali kepadanya
PBL Blok 30: Kejahatan Seksual 8

dan visum et repertum dibuat berdasarkan keadaan yang ditemukan pada waktu permintaan diajukan. Hasil pemeriksaan yang lalu tidak diberikan visum et repertum, tetapi dalam bentuk surat keterangan. Hasil pemeriksaan sebelum diterimanya surat permintaaan pemeriksaan dilakukan terhadap pasien dan bukan sebagai corpus dilicti (benda bukti) Ijin tertulis untuk pemeriksaan ini dapat diminta pada korban sendiri atau jika korban adalah seorang anak, dari orang tua atau walinya. Jelaskan terlebih dahulu tindakan-tindakan apa yang akan dilakukan pada korban dan hasil pemeriksaan akan disampaikan ke pengadilan. Hal ini perlu diketahui walaupun pemeriksaan dilakukan atas permintaan polisi, belum tentu korban akan menyetujui pemeriksaan itu dan tidak menolaknya. Selain itu bagian yang akan diperiksa merupakan the most private part dari tubuh seorang wanita. Seorang perawat atau bidan harus mendampingi dokter pada waktu pemeriksaan korban. Pemeriksaan dilakukan secepat mungkin jangan ditunda terlampau lama. Hindarkan korban dari menunggu dengan perasaan waswas dan cemas di kamar periksa. Apalagi bila korban adalah seorang anak. Semua yang ditemukan harus dicatat, jangan tergantung pada ingatan semata. Visum et repertum diselesaikan secepat mungkin. Dengan adanya visum perkara cepat dapat diselesaikan. Seorang terdakwa dapat cepat dibebaskan dari tahanan, bila ternyata dia tidak bersalah. Kadang-kadang dokter yang sedang berpraktek pribadi diminta oleh seorang ibu/ayah untuk memeriksa anak perempuannya, karena ia merasa sangsi apakah anaknya masih perawan, atau karena ia merasa curiga kalau-kalau atas diri anaknya baru terjadi persetubuhan. Dalam hal ini sebaiknya ditanyakan dahulu maksud pemeriksaan, apakah sekedar ingin mengetahui saja, atau ada maksud untuk melakuka penuntutan. Bila dimaksudkan akan melakukan penuntutan maka sebaiknya dokter jangan memeriksa anak itu. Katakana bahwa pemeriksaan harus dilakukan berdasarkan permintaan polisi dan biasanya dilakukan di rumah sakit. Mungkin ada baiknya dokter memberikan penerangan kepada orang tua anak tersebut, bahwa jika umur anaknya sudah 15 tahun, dan jika persetubuhan terjadi tidak dengan paksaan, maka menurut

PBL Blok 30: Kejahatan Seksual

undang-undang, laki-laki yang bersangkutan tidak dapat di tuntut. Pengaduan mungkin hanya akan merugikan anaknya saja. Jika orang tua hanya sekedar ingin mengetahui saja maka dokter dapat melakukan pemeriksaan. Tetapi jelaskan lebih dahulu bahwa hasil pemeriksaan tidak akan dibuat dalam bentuk surat keterangan, karena kita tidak tahu untuk apa surat keterangan itu. Dalam keadaan demikian umumnya anak tidak mau diperiksa, sebaliknya orang tua malah mendesaknya. Sebaiknya dokter meminta ijin tertulis untuk memeriksan dan memberitahukan hasil pemeriksaan kepada orang tuanya.

3. PEMERIKSAAN 3.1.Anamnesis Pada umumnya anamnesis yang diberikan oleh orang sakit dapat dipercaya, sebaliknya anamnesis yang diperoleh dari korban tidak selalu benar. Pasien mungkin terdorong oleh berbagai maksud atau perasaan misalnya maksud untuk memeras, rasa dendam, menyesal atau karena takut pada ayah/ibu, sehingga korban mungkin mengemukakan hal yang tidak benar. Anamnesis merupakan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau atau ditemukan oleh dokter sehingga bukan merupakan pemeriksaan yang obyektif, seharusnya tidak dimasukkan dalam visum et repertum. Anamnesis dibuat terpisah dan dilampirkan pada visum et repertum dengan judul keterangan yang diperoleh dari korban. 1 Anamnesis Umum 1 Hal-hal yang dapat ditanyakan pada anamnesis umum antara lain umur, tempat dan tanggal lahir, status perkawinan, siklus haid, apakah ada penyakit kelamin atau penyakit kandungan, apakah sebelumnya pernah bersetubuh, apakah saat bersetubuh menggunakan kondom atau tidak. Anamnesis Khusus 1 Pada anamnesis ini yang ditanyakan adalah: Waktu kejadian, tanggal dan jam. Bila waktu antara kejadian dan pelaporan telah berselang beberapa hari/minggu, dapat diperkirakan bahwa
PBL Blok 30: Kejahatan Seksual 10

peristiwa itu bukan peristiwa perkosaan, tetapi persetubuhan yang pada dasarnya tidak disetujui oleh wanita yang bersangkutan. Tanyakan pula dimana tempat terjadinya. Sebagai petunjuk dalam pencarian trace evidence dari tempat kejadian, misalnya rumput, tanah dan sebagainya yang mungkin melekat pada pakaian pada tubuh korban Apakah korban melawan atau tidak. Selain itu perlu ditanyakan apakah korban pingsan. Ada kemungkinan korban menjadi pingsan karena ketakutan tetapi mungkin juga korban dibuat pingsan oleh si pelaku dengan pemberian obat bius. Tanyakan apakah terjadi penetrasi dan ejakulasi, apakah setelah kejadian korban mencuci, mandi dan berganti pakaian. 3.2.Pemeriksaan Fisik 1,4 Pemeriksaan kerokan kuku. Kerokan kuku mungkin menunjukkan adanya sel-sel epitel kulit dan darah yang berasal dari pemerkosa. Pemeriksaan pakaian. Pakaian di teliti helai demi helai, apakah terdapat robekan, apakah kancing terputus, apakah ada bercak darah, air mani, lumpur, dan sebagainya yang berasal dari tempat kejadian. Pemeriksaan tubuh korban. Pada pemeriksaan ini dokter melihat bagaimana penampilan korban, apakah rapi atau kusut, keadaan emosional, apakah pasien tampak tenang, gelisah atau sedih. Periksan juga apakah ada tanda-tanda bekas kehilangan kesadaran atau diberi obat bius, apakah ada needle marks, adakah tanda kekerasan, memar atau lecet. Selain itu dicatat tanda perkembanga kelamin sekunder, pupil, reflex cahaya, tinggi dan berat badan, tekanan darah, keadaan jantung, paru dan abdomen. Pemeriksaan genitalia. Pemeriksaan ini meliputi ada tidaknya rambut kemaluan yang sering melekat menjadi satu karena air mani yang mengering. Cari pula bercak air mani di sekitar kelamin, atau dilakukan pemeriksaan swab pada vagina, swab anus, dan swab laring Pada vulva, teliti adanya tanda-tanda bekas kekerasan seperti hiperemi, edema, memar atau lecet. Periksa jenis selaput dara, adakah robek atau tidak. Bila ada, tentukan apakah robekan tersebut baru atau lama dan pada arah jam berapa. Periksa pula apakah

PBL Blok 30: Kejahatan Seksual

11

frenulum dan commissural labiorum posterior utuh atau tidak. Periksa vagina dan serviks dengan speculum, liat apakah ada tanda penyakit kelamin. 3.3.Pemeriksaan Laboratorium 4 Pemeriksaan cairan mani. Cairan mani merupakan cairan agak kental berwarna putih kekuningan, keruh dan berbau khas. Saat ejakulasi cairan ini kental kemudian akan menjadi cair akibat enzim proteolitik. Dalam keadaan normal, volume cairan 3-5ml pada satu kali ejakulasi dengan pH 7,2-7,6. Untuk menentukan adanya cairan mani perlu diambil swab dari forniks posterior vagina dan dilakukan pemeriksaan berikut: a. Pemeriksaan spermatozoa (mikroskopis) Tanpa pewarnaan Pemeriksaan ini beguna untuk melihat apakah terdapat spermatozoa yang bergerak. Umumnya disepakati bahwa dalam 3-5 jam setelah persetubuhan masih ditemukan spermatozoa di vagina. Cara pemeriksaan: satu tetes lender vagina diletakkan pada kaca obyek, dilihat dengan pembesaran 500x serta kondensor diturunkan. Perhatikan pergerakan sperma. Bila sperma tidak ditemukan, belum tentu dalam vagina tidak ditemukan ejakulat mengingat kemungkinan azoospermia. Dengan pewarnaan Dibuat sediaan apus dan difiksasi dengan melewatkan gelas sediaan apus tersebut pada nyala api. Pulas dengan HE, Methylene Blue atau Malachite green. Cara pewarnaan yang mudah dan baik untuk kepentingan forensic adalah pulasan malachite green dengan prosedur sebagai berikut: Warnai dengan larutan Malachite green 1% selama 10-15 menit, lalu cuci dengan air mengalir dan setelah itu lakukan counter stain dengan larutan Eosin Yellowish1% selama 1 menit, terakhir cuci lagi dengan air.

PBL Blok 30: Kejahatan Seksual

12

Penentuan cairan mani. Untuk membuktikan adanya cairan mani dalam sekret vagina, perlu dideteksi adanya zat-zat yang banyak terdapat dalam cairan mani dengan pemeriksaan laboratorium berikut. a. Reaksi fosfatase asam Dasar reaksi: adanya enzim fosfatase asam dalam kadar tinggi yang dihasilkan prostat. Dalam secret vagian setelah tiga hari ditemukan aktifitas 0-6 unit. b. Reaksi berberio Reaksi ini dilakukan dan mempunyai arti bila mikroskopik tidak ditemukan spermatozoa. Dasar reaksi: Menentukan adanya spermin dalam semen. Reagen: Larutan asam pikrat jenuh. Cara pemeriksaan: hasil swab diekstraksi dengan dengan sedikit aquades. Ekstrak diletakkan pada kaca objek, biarkan mengering, tutup dengan kaca penutup. Reagen dialirkan dengan pipet. Hasil posil positif bila kristal spermin pikrat kekuningan berbentuk jarum refraksi

denganujung tumpul. Kadang-kadang yang terletak longitudinal.

terdapat garis

Pemeriksaan kehamilan, darah dan urin dapat dilakukan atas indikasi.

Berdasarkan contoh kasus di atas, maka didapatkan pasien dalam keadaan stabil, pada pemeriksaan tidak didapatkan kelainan, begitu pula pada pemeriksaan fisik dan penunjang tidak didapatkan robekan selaput dara, tidak ditemukan tanda-tanda persetubuhan ataupun tanda kekerasan, pada pemeriksaan penunjang tidak ditemukan adanya spermatozoa, tidak terdapat zat dalam urin dan darah, pemeriksaan kehamilan negative.

4. INTERPRETASI HASIL Pasien datang dalam keadaan stabil Kejadian pasien dibawa teman laki-lakinya diduga terjadi antara tanggal 8 10 Januari 2012

PBL Blok 30: Kejahatan Seksual

13

Haid pertama pasien adalah 11 tahun. Hari pertama haid terakhir pasien adalah pada adalah pada tanggal 20 Desember 2011. Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit kelamin dan penyakit-penyakit lain. Pasien tidak mempunyai luka-luka pada tubuhnya. Pasien tidak mempunyai riwayat penggunaan obat-obatan Pasien tidak pernah bersetubuh sebelum ini Pada daerah mulut dan leher tidak diketemukan bekas kekerasan, memar atau luka lecet Pada daerah wajah tidak adanya tanda-tanda kekerasan, seperti memar, atau luka lecet Tidak di temukan adanya luka atau tanda-tanda kekerasan pada daerah dada, abdomen, maupun punggung pasien Di temukan mulai adanya perkembangan tanda seks sekunder, dalam hal ini payudara pasien mulai berkembang menunjukan pasien berusia hampir 15 tahun Pada pemeriksaan lengan dan tungkai tidak ditemukannya luka memar Tidak ditemukannya luka lecet atau bekas cakaran pada lengan dan kaki, atau bekas tanda kekerasan lainnya baik dari benda tajam atupun tumpul. Pada bagian alat kelamin perempuan tidak terdapat, tanda-tanda bekas adanya kekerasan, pada bagian atas alat kelamin terdapat tanda kedewasaan yaitu di tumbuhinya rambut-rambut halus.

Pada bagian dubur juga tidak ditemukan adanya kelainan tanda bekas kekerasan atau penganiayaan Pada bagian Bokong perempuan ini juga tidak di ketemukan adanya tanda-tanda kelainan atau kekerasan atau bekas penyiksaan

5. VISUM et REPERTUM Visum et repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter, berisi temuan dan pendapat berdasarkan keilmuannya tentang hasil pemeriksaan medis terhadap manusia atau bagian dari tubuh manusia, baik hidup maupun mati, atas permintaan tertulis (resmi) dan penyidik yang berwenang (atau hakim untuk visum et

PBL Blok 30: Kejahatan Seksual

14

repertum psikiatrik) yang dibuat atas sumpah atau dikuatkan dengan sumpah, untuk kepentingan peradilan.1 Beberapa jenis visum et repertum yaitu visum et repertum korban hidup termasuk visum et repertum perlukaan, visum et repertum kejahatan susila, visum et repertum jenazah (korban mati akibat tindak pidana atau dugaan tindak pidana) dan visum et repertum psikiatrik (dibuat oleh dokter specialis psikiatri, biasanya untuk menilai kejiwaan terdakwa).1 Visum et repertum adalah alat bukti yang sah berupa surat (Pasal 184 jo Pasal 187 butir c KUHAP). Ketentuan umum pembuatan visum et repertum adalah: Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa. Bernomor, bertanggal dan di bagian kiri atasnya dicantumkan kata Pro Justitia. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tanpa singkatan dan tidak menggunakan istilah asing. Ditandatangani dan diberi nama jelas pembuatnya serta dibubuhi stempel instansi tersebut. Pada umumnya visum et repertum terdiri dari 5 bagian yang tetap, yaitu: a. Bagian Pembukaan. Kata Pro Justitia yang diletakkan di bagian atas. Kata ini menjelaskan bahwa visum et repertum khusus dibuat untuk tujuan peradilan. Visum et repertum tidak membutuhkan meterai untuk dapat dijadikan sebagai alat bukti di depan sidang pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum. b. Bagian Pendahuluan. Bagian ini sebenarnya tidak diberi judul Pendahuluan, melainkan langsung merupakan uraian tentang identitas dokter pemeriksa, instansi pemeriksa, tempat dan waktu dilakukannya pemeriksaan, instansi peminta visum et repertum, nomor dan tanggal surat permintaan, serta identitas yang diperiksa sesuai dengan yang tercantum di dalam surat permintaan visum et repertum tersebut. c. Bagian Pemberitaan. Bagian ini diberi judul Hasil Pemeriksaan. Bagian ini memuat semua hasil pemeriksaan terhadap barang bukti yang dituliskan secara sistematik, jelas dan dapat dimengerti oleh orang yang tidak berlatar belakang pendidikan kedokteran.

PBL Blok 30: Kejahatan Seksual

15

d. Bagian Kesimpulan. Bagian ini diberi judul Kesimpulan. Dalam bagian ini dituliskan kesimpulan pemeriksa atas seluruh hasil pemeriksaan dengan berdasarkan keilmuannya atau keahliannya. e. Bagian Penutup. Bagian ini tanpa judul, melainkan langsung berupa uraian kalimat penutup yang menyatakan bahwa visum et repertum ini dibuat dengan sebenarnya, berdasarkan keilmuan serta mengingat sumpah dan sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

VISUM ET REPERTUM KORBAN KEJAHATAN SUSILA Pada umumnya, korban kejahatan susila yang dimintakan visum kepada dokter adalah dugaan persetubuhan yang diancam hukum oleh KUHP, meliputi pemerkosaan, persetubuhan dengan wanita yang tidak berdaya atau belum cukup umur. Untuk kepentingan peradilan, dokter wajib membuktikan adanya kekerasan (termasuk pemberian racun/obat/zat agar menjadi tidak berdaya. Selain itu dokter juga diharapkan memeriksa adanya penyakit hubungan seksual, kehamilan dan kelainan psikiatrik/kejiwaan sebagai akibat dari tindak pidana tersebut. Dokter tidak dibebani pembuktian adanya pemerkosaan, karena istilah pemerkosaan adalah istilah hukum yang harus dibuktikan di depan sidang pengadilan.Untuk dapat memeriksa korban wanita tersebut, selain adanya surat permintaan visum et repertum, dokter sebaiknya juga mempersiapkan si korban atau orang tuanya bila masih belum cukup umur, agar dapat dilakukan pemeriksaan serta saksi atau pendamping perawat wanita dan pemeriksaan sebaiknya dilakukan dalam ruang tertutup yang tenang. Dalam kesimpulan visum et repertum korban kejahatan susila diharapkan tercantum perkiraan tentang usia korban, ada atau tidaknya tanda

persetubuhan dan bila mungkin, menyebutkan kapan perkiraan terjadinya, dan ada tidaknya tanda kekerasan

PBL Blok 30: Kejahatan Seksual

16

6. ASPEK PSIKOSOSIAL Secara umum dapat disebutkan bahwa faktor-faktor penyebab timbulnya kejahatan dapat dibagi dua, yaitu: a. Faktor internal Faktor ini terdapat dalam diri individu. Hal ini dapat ditinjau dari kondisi kejiwaan, yakni kondisi kejiwaan seseorang yang tidak normal yang mendorong orang tersebut melakukan kejahatan. Faktor yang lain adalah moral. Moral merupakan factor penting terjadinya kejahatan. Dengan bermoralnya seseorang maka dengan sendirinya dia akan terhindar dariperbuatan tercela. Pada kenyataannya moral bukan sesuatu yang tidak bisa diubah, melainkan ada pasang surutnya. Timbulnya kasus-

kasus perkosaan, disebabkan moral pelakunya yang sangat rendah. Dari kasus-kasus tersebut banyak diantaranya terjadi, korbannya bukanlah orang asing lagi baginya. Salah satu yang menyebabkan merosotnya moral dipengaruhi kurangnya pendidikan agama. Nilai-nilai yang diajarkan agama mempunyai nilai tertinggi dalam hidup manusia. 5,6 b. Faktor eksternal Faktor ini berada diluar diri si pelaku. Hal ini dapat ditinjau dari factor social budaya, salah satunya akibat pesatnya ilmu pengetahuan. Akibat modernisasi tersebut berkembang budaya pergaulan yang semakin bebas, cara berpakaian yang tidak lagi sopan, atau pergaulan yang terlalu bebas. 5,6

7. PERAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT Lembaga Swadaya masyarakat (disingkat LSM) adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya. Organisasi ini dalam terjemahan harfiahnya dari Bahasa Inggris dikenal juga sebagai Organisasi non pemerintah

(disingkat ornop atau ONP (Bahasa Inggris: non-governmental organization; NGO). Organisasi tersebut bukan menjadi bagian dari pemerintah, birokrasi ataupun negara. 7 Maka secara garis besar organisasi non pemerintah dapat di lihat dengan ciri sbb :
PBL Blok 30: Kejahatan Seksual 17

Organisasi ini bukan bagian dari pemerintah, birokrasi ataupun negara Dalam melakukan kegiatan tidak bertujuan untuk memperoleh keuntungan (nirlaba)

Kegiatan dilakukan untuk kepentingan masyarakat umum, tidak hanya untuk kepentingan para anggota seperti yang di lakukan koperasi ataupun organisasi profesi

Berdasarkan Undang-undang No.16 tahun 2001 tentang Yayasan, maka secara umum organisasi non pemerintah di indonesia berbentuk yayasan, Dalam UU Perlindungan Anak, kebijakan penangulangan kekerasan pada anak, dapat diidentifaksi pada bagian upaya perlindungan anak,yaitu mencakup: (1) Diwajibkannya ijin penelitian kesehatan yangmenggunakan anak sebagai objek penelitian kepada orang tua danharus mengutamakan kepentingan yang terbaik bagi anak (Pasal 47); (2) Diwajibkannya bagi pihak sekolah (lembaga pendidikan) untukmemberikan perlindungan terhadap anak di dalam dan di lingkungansekolah dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temannya di dalam sekolah yangbersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya (Pasal 54); (3)Diwajibkannya bagi pemerintah untuk menyelenggarakan pemeliharaan dan perawatan anak terlantar, baik dalam

lembagamaupun di luar lembaga (Pasal 55); (4) penyebarluasan dan/atau sosialisasi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitandengan perlindungan anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, dan pelibatan berbagai instansi pemerintah, perusahaan, serikat pekerja, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat dalam penghapusan eksploitasi terhadap anak secara ekonomi dan/ataus eksual (Pasal 66); (5) penyebarluasan dan sosialisasi ketentuanperaturan perundang-undangan yang melindungi anak korban tindak kekerasan (Pasal 69).

PBL Blok 30: Kejahatan Seksual

18

Kesimpulan Untuk menyelesaikan kasus kejahatan seksual, tidak hanya membutuhkan intervensi medis semata tapi menuntut diambilnya langkah penanganan yang holistic dan komprehensif termasuk dukungan psikososial yang secara otomatis memerlukan dukungan optimal dari keluarga dan masyarakat. Tugas dokter namun tidak hanya tersebut menjalankan dituntut untuk

fungsi maksimal dalam bidang

kesehatan,

dokter

memanfaatkan ilmu pengetahuan kedokteran seoptimal mungkin dan mematuhi tuntutan undang-undang terhadapnya terutama dalam kasus yang melibatkan proses hukum. Pada keterangan yang dibuat oleh dokter dicantumkan apakah adanya tanda-tanda persetubuhan atau tidak. Dokter tidak mempunyai wewenang untuk menilai apakah suatu kasusadalah pemerkosaan atau tidak. Penting untuk dokter melakukan observasi lebih lanjut terhadap korban untuk mengetahui penemuan yang dapat dianalisa lebih lanjut. Selain dari segi fisik, dokter juga harus memperhatikan bagaimana kesehatan mental korban. Untuk itu, untuk kasus dengan adanya tanda-tanda persetubuhan diperlukan observasi yang cukup lama.

PBL Blok 30: Kejahatan Seksual

19

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono s, et all. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997; h. 147-58. 2. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Prosedur Medikolegal. Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. 1994; h: 11-25. 3. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hukum Pidana yang Berkaitan Dengan Profesi Dokter. Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. 1994; h: 33-34. 4. Peranan forensic klinik dalam kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan. Desember 2009. Diunduh dari

http://reproduksikum.j.blogspot.com/20091/12/peranan-forensik-klinik-dalamkasus.html, 12 Januari 2012. 5. Dampak Sosial Psikologis Perkosaan. Juni 2002. Diunduh dari

http://fatur.staff.ugm.ac.id/file/JURNAL%20%20Dampak%20SosialPsikologis%20Perkosaan.pdf, 12 Januari 2012. 6. Kejahatan Seksual. Diunduh dari http://www.scribd.com/doc/57509104/KejahatanSeksual, 12 Januari 2012. 7. Lembaga Swadaya Masyarakat. 2007. Diunduh dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Swadaya_Masyarakat, 12 Januari 2012.

PBL Blok 30: Kejahatan Seksual

20

Anda mungkin juga menyukai