Anda di halaman 1dari 8

2.

2 Definisi Karsinoma hepatoseluler atau hepatoma adalah tumor ganas hati primer dan paling sering ditemukan daripada tumor ganas hati primer lainnya seperti limfoma maligna, fibrosarkoma, dan hemangioendotelioma. Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga hepatoma atau kanker hati primer atau Karsinoma Hepato Selular (KHS) adalah satu dari jenis kanker yang berasal dari sel hati (Misnadiarly, 2007). Hepatoma biasa dan sering terjadi pada pasien dengan sirosis hati yang merupakan komplikasi hepatitis virus kronik. Hepatitis virus kronik adalah faktor risiko penting hepatoma, virus penyebabnya adalah virus hepatitis B dan C. kebiasaan merokok juga dikenali sebagai faktor resiko, khususnya disertai kebiasaan minum minuman keras. Karsinoma merupakan tumor ganas nomor 2 diseluruh dunia , di Asia Pasifik terutama Taiwan ,hepatoma menduduki tempat tertinggi dari tumor-tumor ganas lainnya. Perbandingan antara laki : wanita sama dengan 4-6: 1. Umur tergantung dari lokasi geografis. Terbanyak mengenai usia 50 tahun. Di Indonesia banyak dijumpai pada usia kurang dari 40 tahun bahkan dapat mengenai anak-anak. 2.3 Etiologi Belum diketahui penyebab penyakit ini secara pasti, tapi dari kajian epidemiologi dan biologi molekuler di Indonesia sudah terbukti bahwa penyakit ini berhubungan erat dengan sirosis hati, hepatitis virus B aktif ataupun hepatitis B carrier, dan hepatitis virus C dan semua mereka ini termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan kanker hati ini. Tumor metastasis dari tempat primer lain ditemukan dalam hati pada sekitar separuh dari seluruh kasus kanker stadium lanjut. Tumor maligna pada akhirnya cenderung mencapai hati melalui system portal atau saluran limfatik, atau melalui perluasan langsung dari tumor abdominal. Lebih lanjut, hati merupakan tempat ideal bagi kelangsungan hidup sel-sel maligna ini. Biasanya bukti pertama adanya kanker dalam organ abdomen adalah manifestasi mestastasis hati dan tanpa melakukan operasi eksplorasi atau autopsi tumor primer tidak pernah dapat teridentifikasi. 2.4 Patofisiologi Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yang disebabkan oleh alkoholik dan post nekrotik. Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati mendadak. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker. Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi. Stadium Hepatoma Stadium I : Satu fokal tumor berdiameter < 3 cm

Stadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada segment I atau multi-fokal tumor terbatas padlobus kanan atau lobus kiri hati.

Stadium III : Tumorpada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atau ke lobus kanan segment V dan VIII atau tumordengan invasi peripheral ke sistem pembuluh darah (vascular) atau pembuluh empedu (biliary duct) tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati. Stadium IV :Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan lobus kiri hati. atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati (intra hepaticvaskuler ) ataupun pembuluh empedu (biliary duct) atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati (extra hepatic vessel) seperti pembuluh darah vena limpa (vena lienalis) atau vena cava inferior-atau adanya metastase keluar dari hati (extra hepatic metastase) 2.5 Tanda dan Gejala Manifestasi dini penyakit keganasan pada hati mencakup tanda-tanda dan gejala gangguan nutrisi seperti penurunan berat badan yang baru saja terjadi, kehilangan kekuatan, anoreksia dan anemia. Nyeri abdomen dapat ditemukan, disertai dengan pembesaran hati yang cepat serta permukaan yang teraba ireguler pada palpasi. Gejala ikterus hanya tejadi jika sluran empedu yang besar tersumbat oleh tekanan nodul malignan dalam hilus hati. Asites timbul setelah nodul tersebut menyumbat vena portal atau bila jaringan tumor tertanam dalam rongga peritoneal. 2.6 Pemeriksaan Diagnostik Diagnosis kanker hati di buat berdasarkan tanda-tanda dan gejala klinis, riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik, laboratorium serta radiologi. Peningkatan kadar bilirubin, alkali fosfatase, asparat aminotransferase (AST: Glutamic Oxalocetic transaminase [SGOT] dan lactic dehidrogenase [LDH] dapat terjadi. Leukositosis, eritrositosis, hiperkalsemia, hipoglikemia dan hiperkolesterolemia jug dapat terlihat dalam pemeriksaan laboratorium. Kadar Alfa fetrptein serum yang berfungsi sebagai penanda tumor akan mengalami kenaikan yang abnormal pada 30% dan 40% penderita kanker hati. Kadar antigen karsinoembrionik yang berfungsi sebagai penanda kanker saluran cerna dapat meningkat. CEA dan AFP secara bersama-sama dapat membantu membedakan antara tumor metastasis hati dan kanker primer hati. Banyak pasien tumor primer hati yang telah mengalami metastasis pada saat diagnosis ditegakkan. Metastasis terutama terjadi pada paru meskipun juga dapat ditemukan pada kelenjar limfe regional, kelenjar adrenal, tulang, ginjal, jantung, pancreas dan lambung. Pemeriksaan radiologi, pemindai hati, pemindai CT, USG, MRI dan laparoskopi menjadi bagian dalam menegakkan diagnosa dan menentukan derajat atau luas penyakit kanker tesebut. 2.7 Penatalaksanaan Pemilihan terapi kanker hati ini sangat tergantung pada hasil pemeriksaan radiologi dan biopsi. Sebelum ditentukan pilihan terapi hendaklah dipastikan besarnya ukuran kanker,lokasi kanker di bahagian hati yang mana, apakah lesinya tunggal (soliter) atau banyak (multiple), atau merupakan satu kanker yang sangat besar berkapsul, atau kanker sudah merata pada seluruh hati, serta ada tidaknya metastasis (penyebaran) ke tempat lain di dalam tubuh penderita ataukah sudah ada tumor thrombus di dalam

vena porta dan apakah sudah ada sirrhosis hati. Tahap penatalaksanaan dibagi menjadi dua yaitu tindakan non-bedah dan tindakan bedah. a) Tatalaksana Non Bedah

Meskipun reseksi tumor hati dapat dilakukan pada beberaa pasien, sirosi yang mendasari keganasan penyakit ini akan meningkatkan resiko pada saat dilakukan pembedahan. Terapi radiasi dan kemoterapi telah dilakukan untuk menangani penyakit malignan hati dengan derajat keberhasilan yang bervariasi. Meskipun terapi ini dapat memperpanjang kelangsungan hidup pasien dan memperbaiki kualitas hiduo pasien dengan cara mengurangi rasa nyeri serta gangguan rasa nyaman, namun efek utamanya masih bersifat paliatif. Terdapat beberapa jenis tatalaksana non bedah yaitu terapi radiasi, kemoterapi, dan drainase bilier perkutan. Pada terapi radiasi nyeri dan gangguan rasa nyaman dapat dikurangi secara efektif dengan terapu radiasi pada 70% dan 90 % penderita. Gejala anorexia, kelemahan dan panas juga berkurang dengan terapi ini. Injeksi Etanol Perkutan (Percutaneus Etanol Injeksi = PEI) Pada kasus-kasus yang menolak untuk dibedah dan juga menolak semua tindakan atau pasien tidak mampu membiayai pembedahan dan tak mampu membiayai tindakan lainnya maka tindakan PEI-lah yang menjadi pilihan satu-satunya. Tindakan injeksi etanol perkutan ini mudah dikerjakan, aman, efek samping ringan, biaya murah, dan hasilnya pun cukup memberikan harapan. Kemoterapi telah digunakan untuk mempebaiki kualitas hidup pasien dan memperpanjang kelangsungan hidupnya. Bentuk terpi ini juga dapat dilakukan sebagai terapi ajufan setelah dilakukan reseksi tumor hati. Kemoterapi sistemik dan kemoterapi infuse regional merupakan dua metode yang digunakan untuk memberikan preparat antineoplastik kepada pasien tumor primer dan metastasis tumor hati. Drainase Bilier perkutan atau drainase transhepatik digunakan untuk melakukan pintasan saluran empedu yang tersumbat oleh tumor hati, pankreas atau saluran empedu pada pasien tumor yang itdak dapat di operasi atau pada pasien yang dianggap beresiko. Dengan bantuan fluoroskopi, sebuah kateter dimasukkan melalui dinding abdomen dengan melewati lokasi obstruksi kedalam duodenum. Prosedur ini dikerjakan untuk membentuk kembali system drainase bilier, mengurangi tekanan serta rasa nyeri karena penumpukan empedu akibat obstruksi, dan meredakan gejala pruritus serta ikterus. Sebagai hasil dari prosedur ini, pasien merasa lebih nyaman, dan kualitas hidup serta kelangsungan hidupnya meningkat. Selma beberapa hari setelah di pasang, kateter tersebut di buka untuk drainase eksternal. Cairan empedu yang mengalir keluar diobservasi dengan ketat untuk mengetahui jumlah, warna dan adanya darah serta debris.(Brunner & Suddarth, 2002) b) Tatalaksana Bedah

Lobektomi hati untuk penyakit kanker dapat sukses dikerjakan apabila tumor primer hati dapat dilokalisir atau pada kasus metastasis, apabila lokasi lokasi primernya dapat dieksisi seluruhnya dan

metastasis terbatas. Meskipun demikian, metastasis kedalam hati jarang bersifat terbatas atau soliter. Dengan mengandalkan pada kemampuan sel-sel hati untuk beregenerasj, sebagian dokter bedah telah melakukan pengangkatan 90% dari organ hati dengan hasil yang baik. Meskipun demikian, adanya sirosis akan membatasi kemampuan hati untuk beregenerasi. Transplantasi hati meliputi pengangkatan total hati yang sakit dengan menggantikan hati yang sehat. Pengangkatan hati yang sakit akan menyediakan tempat bagi hati yang baru dan memungkinkan rekonstruksi anatomis vaskuler hati serta saluran bilier mendekati keadaan normal. Transplantasi hati ini digunakan untuk mengatai penyakit hati stadium-terminal yang mengancam jiwa penderitanya setelah bentuk terapi yang lain tidak mampu menanganinya. Keberhasilan transplantasi tergantung keberhasilan terapi imunosupresi. (Brunner & Suddarth, 2002) 2.8 Komplikasi dan Penanganan Komplikasi yang sering terjadi pada sirosis adalah asites, perdarahan saluran cerna bagian atas, ensefalopati hepatika, dan sindrom hepatorenal. Sindrom hepatorenal adalah suatu keadaan pada pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan fungsi hati, hipertensi portal, yang ditandai dengan gangguan fungsi ginjal dan sirkulasi darah Sindrom ini mempunyai risiko kematian yang tinggi. Terjadinya gangguan ginjal pada pasien dengan sirosis hati ini baru dikenal pada akhir abad 19 dan pertamakali dideskripsikan oleh Flint dan Frerichs. Penatalaksanaan sindrom hepatorenal masih belum memuaskan, masih banyak kegagalan sehingga menimbulkan kematian. Prognosis pasien dengan penyakit ini buruk. 2.2 Definisi Karsinoma hepatoseluler atau hepatoma adalah tumor ganas hati primer dan paling sering ditemukan daripada tumor ganas hati primer lainnya seperti limfoma maligna, fibrosarkoma, dan hemangioendotelioma. Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga hepatoma atau kanker hati primer atau Karsinoma Hepato Selular (KHS) adalah satu dari jenis kanker yang berasal dari sel hati (Misnadiarly, 2007). Hepatoma biasa dan sering terjadi pada pasien dengan sirosis hati yang merupakan komplikasi hepatitis virus kronik. Hepatitis virus kronik adalah faktor risiko penting hepatoma, virus penyebabnya adalah virus hepatitis B dan C. kebiasaan merokok juga dikenali sebagai faktor resiko, khususnya disertai kebiasaan minum minuman keras. Karsinoma merupakan tumor ganas nomor 2 diseluruh dunia , di Asia Pasifik terutama Taiwan ,hepatoma menduduki tempat tertinggi dari tumor-tumor ganas lainnya. Perbandingan antara laki : wanita sama dengan 4-6: 1. Umur tergantung dari lokasi geografis. Terbanyak mengenai usia 50 tahun. Di Indonesia banyak dijumpai pada usia kurang dari 40 tahun bahkan dapat mengenai anak-anak. 2.3 Etiologi Belum diketahui penyebab penyakit ini secara pasti, tapi dari kajian epidemiologi dan biologi molekuler di Indonesia sudah terbukti bahwa penyakit ini berhubungan erat dengan sirosis hati, hepatitis virus B aktif ataupun hepatitis B carrier, dan hepatitis virus C dan semua mereka ini termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan kanker hati ini.

Tumor metastasis dari tempat primer lain ditemukan dalam hati pada sekitar separuh dari seluruh kasus kanker stadium lanjut. Tumor maligna pada akhirnya cenderung mencapai hati melalui system portal atau saluran limfatik, atau melalui perluasan langsung dari tumor abdominal. Lebih lanjut, hati merupakan tempat ideal bagi kelangsungan hidup sel-sel maligna ini. Biasanya bukti pertama adanya kanker dalam organ abdomen adalah manifestasi mestastasis hati dan tanpa melakukan operasi eksplorasi atau autopsi tumor primer tidak pernah dapat teridentifikasi. 2.4 Patofisiologi Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yang disebabkan oleh alkoholik dan post nekrotik. Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati mendadak. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker. Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi. Stadium Hepatoma Stadium I : Satu fokal tumor berdiameter < 3 cm

Stadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada segment I atau multi-fokal tumor terbatas padlobus kanan atau lobus kiri hati. Stadium III : Tumorpada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atau ke lobus kanan segment V dan VIII atau tumordengan invasi peripheral ke sistem pembuluh darah (vascular) atau pembuluh empedu (biliary duct) tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati. Stadium IV :Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan lobus kiri hati. atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati (intra hepaticvaskuler ) ataupun pembuluh empedu (biliary duct) atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati (extra hepatic vessel) seperti pembuluh darah vena limpa (vena lienalis) atau vena cava inferior-atau adanya metastase keluar dari hati (extra hepatic metastase) 2.5 Tanda dan Gejala Manifestasi dini penyakit keganasan pada hati mencakup tanda-tanda dan gejala gangguan nutrisi seperti penurunan berat badan yang baru saja terjadi, kehilangan kekuatan, anoreksia dan anemia. Nyeri abdomen dapat ditemukan, disertai dengan pembesaran hati yang cepat serta permukaan yang teraba ireguler pada palpasi. Gejala ikterus hanya tejadi jika sluran empedu yang besar tersumbat oleh tekanan nodul malignan dalam hilus hati. Asites timbul setelah nodul tersebut menyumbat vena portal atau bila jaringan tumor tertanam dalam rongga peritoneal. 2.6 Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis kanker hati di buat berdasarkan tanda-tanda dan gejala klinis, riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik, laboratorium serta radiologi. Peningkatan kadar bilirubin, alkali fosfatase, asparat aminotransferase (AST: Glutamic Oxalocetic transaminase [SGOT] dan lactic dehidrogenase [LDH] dapat terjadi. Leukositosis, eritrositosis, hiperkalsemia, hipoglikemia dan hiperkolesterolemia jug dapat terlihat dalam pemeriksaan laboratorium. Kadar Alfa fetrptein serum yang berfungsi sebagai penanda tumor akan mengalami kenaikan yang abnormal pada 30% dan 40% penderita kanker hati. Kadar antigen karsinoembrionik yang berfungsi sebagai penanda kanker saluran cerna dapat meningkat. CEA dan AFP secara bersama-sama dapat membantu membedakan antara tumor metastasis hati dan kanker primer hati. Banyak pasien tumor primer hati yang telah mengalami metastasis pada saat diagnosis ditegakkan. Metastasis terutama terjadi pada paru meskipun juga dapat ditemukan pada kelenjar limfe regional, kelenjar adrenal, tulang, ginjal, jantung, pancreas dan lambung. Pemeriksaan radiologi, pemindai hati, pemindai CT, USG, MRI dan laparoskopi menjadi bagian dalam menegakkan diagnosa dan menentukan derajat atau luas penyakit kanker tesebut. 2.7 Penatalaksanaan Pemilihan terapi kanker hati ini sangat tergantung pada hasil pemeriksaan radiologi dan biopsi. Sebelum ditentukan pilihan terapi hendaklah dipastikan besarnya ukuran kanker,lokasi kanker di bahagian hati yang mana, apakah lesinya tunggal (soliter) atau banyak (multiple), atau merupakan satu kanker yang sangat besar berkapsul, atau kanker sudah merata pada seluruh hati, serta ada tidaknya metastasis (penyebaran) ke tempat lain di dalam tubuh penderita ataukah sudah ada tumor thrombus di dalam vena porta dan apakah sudah ada sirrhosis hati. Tahap penatalaksanaan dibagi menjadi dua yaitu tindakan non-bedah dan tindakan bedah. a) Tatalaksana Non Bedah

Meskipun reseksi tumor hati dapat dilakukan pada beberaa pasien, sirosi yang mendasari keganasan penyakit ini akan meningkatkan resiko pada saat dilakukan pembedahan. Terapi radiasi dan kemoterapi telah dilakukan untuk menangani penyakit malignan hati dengan derajat keberhasilan yang bervariasi. Meskipun terapi ini dapat memperpanjang kelangsungan hidup pasien dan memperbaiki kualitas hiduo pasien dengan cara mengurangi rasa nyeri serta gangguan rasa nyaman, namun efek utamanya masih bersifat paliatif. Terdapat beberapa jenis tatalaksana non bedah yaitu terapi radiasi, kemoterapi, dan drainase bilier perkutan. Pada terapi radiasi nyeri dan gangguan rasa nyaman dapat dikurangi secara efektif dengan terapu radiasi pada 70% dan 90 % penderita. Gejala anorexia, kelemahan dan panas juga berkurang dengan terapi ini. Injeksi Etanol Perkutan (Percutaneus Etanol Injeksi = PEI) Pada kasus-kasus yang menolak untuk dibedah dan juga menolak semua tindakan atau pasien tidak mampu membiayai pembedahan dan tak mampu membiayai tindakan lainnya maka tindakan PEI-lah yang menjadi pilihan satu-satunya. Tindakan injeksi

etanol perkutan ini mudah dikerjakan, aman, efek samping ringan, biaya murah, dan hasilnya pun cukup memberikan harapan. Kemoterapi telah digunakan untuk mempebaiki kualitas hidup pasien dan memperpanjang kelangsungan hidupnya. Bentuk terpi ini juga dapat dilakukan sebagai terapi ajufan setelah dilakukan reseksi tumor hati. Kemoterapi sistemik dan kemoterapi infuse regional merupakan dua metode yang digunakan untuk memberikan preparat antineoplastik kepada pasien tumor primer dan metastasis tumor hati. Drainase Bilier perkutan atau drainase transhepatik digunakan untuk melakukan pintasan saluran empedu yang tersumbat oleh tumor hati, pankreas atau saluran empedu pada pasien tumor yang itdak dapat di operasi atau pada pasien yang dianggap beresiko. Dengan bantuan fluoroskopi, sebuah kateter dimasukkan melalui dinding abdomen dengan melewati lokasi obstruksi kedalam duodenum. Prosedur ini dikerjakan untuk membentuk kembali system drainase bilier, mengurangi tekanan serta rasa nyeri karena penumpukan empedu akibat obstruksi, dan meredakan gejala pruritus serta ikterus. Sebagai hasil dari prosedur ini, pasien merasa lebih nyaman, dan kualitas hidup serta kelangsungan hidupnya meningkat. Selma beberapa hari setelah di pasang, kateter tersebut di buka untuk drainase eksternal. Cairan empedu yang mengalir keluar diobservasi dengan ketat untuk mengetahui jumlah, warna dan adanya darah serta debris.(Brunner & Suddarth, 2002) b) Tatalaksana Bedah

Lobektomi hati untuk penyakit kanker dapat sukses dikerjakan apabila tumor primer hati dapat dilokalisir atau pada kasus metastasis, apabila lokasi lokasi primernya dapat dieksisi seluruhnya dan metastasis terbatas. Meskipun demikian, metastasis kedalam hati jarang bersifat terbatas atau soliter. Dengan mengandalkan pada kemampuan sel-sel hati untuk beregenerasj, sebagian dokter bedah telah melakukan pengangkatan 90% dari organ hati dengan hasil yang baik. Meskipun demikian, adanya sirosis akan membatasi kemampuan hati untuk beregenerasi. Transplantasi hati meliputi pengangkatan total hati yang sakit dengan menggantikan hati yang sehat. Pengangkatan hati yang sakit akan menyediakan tempat bagi hati yang baru dan memungkinkan rekonstruksi anatomis vaskuler hati serta saluran bilier mendekati keadaan normal. Transplantasi hati ini digunakan untuk mengatai penyakit hati stadium-terminal yang mengancam jiwa penderitanya setelah bentuk terapi yang lain tidak mampu menanganinya. Keberhasilan transplantasi tergantung keberhasilan terapi imunosupresi. (Brunner & Suddarth, 2002) 2.8 Komplikasi dan Penanganan Komplikasi yang sering terjadi pada sirosis adalah asites, perdarahan saluran cerna bagian atas, ensefalopati hepatika, dan sindrom hepatorenal. Sindrom hepatorenal adalah suatu keadaan pada pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan fungsi hati, hipertensi portal, yang ditandai dengan gangguan fungsi ginjal dan sirkulasi darah Sindrom ini mempunyai risiko kematian yang tinggi. Terjadinya gangguan ginjal pada pasien dengan sirosis hati ini baru dikenal pada akhir abad 19 dan pertamakali

dideskripsikan oleh Flint dan Frerichs. Penatalaksanaan sindrom hepatorenal masih belum memuaskan, masih banyak kegagalan sehingga menimbulkan kematian. Prognosis pasien dengan penyakit ini buruk.

Di Amerika Serikat sekitar 80%-90% dari tumor ganas hati primer adalah hepatoma. Angka kejadian tumor ini di Amerika Serikat hanya sekitar 2% dari seluruh karsinoma yang ada (2). Sebaliknya di Afrika dan Asia hepatoma adalah karsinoma yang paling sering ditemukan dengan angka kejadian 100/100.000 populasi (2-5). Setiap tahun muncul 350.000 kasus baru di Asia, 1/3nya terjadi di Republik Rakyat China (4). Di Eropa kasus baru berjumlah sekitar 30.000 per tahun, di Jepang 23.000 per tahun, di Amerika Serikat 7000 per tahun dan kasus baru di Afrika 6x lipat dari kasus di Amerika Serikat (4). Pria lebih banyak daripada wanita(4,6)

Lebih dari 80% pasien hepatoma menderita sirosis hati (4,7) . Hepatoma biasa dan sering terjadi pada pasien dengan sirosis hati yang merupakan komplikasi hepatitis virus kronik(4). Hepatitis virus kronik adalah faktor risiko penting hepatoma, virus penyebabnya adalah virus hepatitis B dan C(3-9). Bayi dan anak kecil yang terinfeksi virus ini lebih mempunyai kecenderungan menderita hepatitis virus kronik daripada dewasa yang terinfeksi virus ini untuk pertama kalinya (4). Pasien hepatoma 88% terinfeksi virus hepatitis B atau C(9). Tampaknya virus ini mempunyai hubungan yang erat dengan timbulnya hepatoma(3,9).

Anda mungkin juga menyukai