Anda di halaman 1dari 36

RASCAL321

STATUS PENDERITA

No. catatan medik Masuk RSAM Pukul

: 187105.00.233006 : 28 Maret 2012 : 14.30 WIB

I. ANAMNESIS Alloanamnesis dari ibu pasien, tanggal 29 Maret 2012 Identitas Nama penderita Jenis kelamin Umur Nama Ayah Umur Pekerjaan Pendidikan Nama Ibu Umur Pekerjaan Pendidikan : An. R.R. A. : Laki-laki : 14 bulan : Tn. S : 39 tahun : Buruh : SLTA : Ny. M : 30 tahun : IRT : SLTA

Hub.dgn orangtua : Anak kandung Agama Suku Alamat : Islam : Jawa : Pesawaran

Riwayat Penyakit Keluhan utama : Mencret

Keluhan tambahan : Muntah dan demam

Untuk orang yang aku cintai SHT

RASCAL321

Riwayat Penyakit Sekarang Menurut ibu pasien 2 hari SMRS pasien menjadi sering buang air besar, 5-10 kali sehari. Satu kali buang air besar sekitar seperempat gelas dengan konsistensi cair, berwarna bening kekuningan, sedikit berampas, dan berbau asam, tidak terdapat lendir dan darah. Ibu pasien mengaku pasien muntah 2 kali sehari SMRS, muntah berupa susu. Ibu pasien juga mengaku pasien demam tanpa menggigil, sesak nafas dan kejang. Nafsu makan berkurang. BAK diakui berkurang. Pada saat menangis air mata pasien masih keluar. Pasien belum mendapatkan pengobatan sebelumnya dan langsung dibawa ke dibawa ke RSAM.

Riwayat Penyakit Dahulu Menurut keterangan orang tua pasien, pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga pasien baik ayah maupun ibu tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Di lingkungan rumah pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.

Riwayat Kehamilan Pasien merupakan anak tunggal, lahir aterm, selama hamil ibu tidak pernah sakit. Periksa kehamilan (ANC) teratur di bidan 1 kali tiap bulan sampai usia kehamilan 6 bulan, setelah memasuki usia kehamilan 7 bulan pemeriksaan dilakukan 2x tiap bulan.

Riwayat Kelahiran Pasien dilahirkan secara pervaginam spontan, di rumah bersalin dan ditolong oleh bidan, berat badan lahir 2900gram, dan langsung menangis saat dilahirkan.

Riwayat Makanan Umur : 0 - 6 bulan 6 - 9 bulan : ASI : ASI, nasi tim, dan buah-buahan

Untuk orang yang aku cintai SHT

RASCAL321

Selanjutnya diberikan makanan biasa atau makanan keluarga dengan porsi 1/3 kali dewasa. Sebelum pasien mengalami keluhan ibu menyangkal telah memberikan makanan atau minuman diluar kebiasaan.

Riwayat Imunisasi BCG Hepatitis B Polio DPT Campak : 1 x umur 2 bulan : 3 x umur 2, 4, 6 bulan : 4 x umur 0, 2, 4, 6 bulan : 3 x umur 2, 4, 6 bulan : 1 x umur 9 bulan

Kesan : imunisasi lengkap

II. PEMERIKSAAN FISIK Status Present Keadaan umum Kesadaran Nadi Respirasi Suhu BB Status gizi : Tampak Sakit Sedang : Compos Mentis : 124 x/menit, reguler : 34 x/menit : 37,8 C : 9 kg : Baik

Status Generalis Kelainan mukosa kulit/subkutan yang menyeluruh Pucat Sianosis Ikterus Perdarahan Oedem umum Turgor : (-) : (-) : (-) : (-) : (-) : (-)

Untuk orang yang aku cintai SHT

RASCAL321

Pembesaran kgb

: (-)

KEPALA - Bentuk - UUB - Rambut - Kulit - Mata : Bentuk Bulat, simetris : Datar : Hitam, tidak mudah dicabut, tumbuh merata : Petekie (-) : Kelopak mata agak cekung, Konjungtiva ananemis, sklera anikterik, - Telinga - Hidung - Mulut . LEHER Bentuk Trakhea KGB Kaku Kuduk : Simetris : Ditengah : Tidak membesar : (-) : Bentuk normal, simetris : Bentuk normal, septum deviasi (-) : Bibir agak kering, lidah kotor (-), tremor (-), sianosis (-)

THORAKS Bentuk Retraksi suprasternal Retraksi substernal Retraksi intercostal : Simetris : (-) : (-) : (-)

JANTUNG Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : Iktus kordis tidak terlihat : Iktus cordis teraba pada ICS IV linea midclavicula sinistra : Tidak dilakukan : Bunyi jantung I - II murni, reguler, murmur (-)

Untuk orang yang aku cintai SHT

RASCAL321

PARU - PARU
ANTERIOR KIRI Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Pergerakan pernafasan simetris; Fokal fremitus simetris, massa (-) suara dasar vesicular, ronki (-), wheezing (-) KANAN Pergerakan pernafasan simetris; Fokal fremitus simetris, massa (-) suara dasar vesicular, ronki (-), wheezing (-) KIRI Pergerakan pernafasan simetris Fokal fremitus simetris, massa (-) suara dasar vesicular, ronki (-), wheezing (-) POSTERIOR KANAN Pergerakan pernafasan simetris Fokal fremitus simetris, massa (-) suara dasar vesicular, ronki (-), wheezing (-)

ABDOMEN Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi : cembung, tidak ada sikatrik, tidak ada venektasi : bising usus (+) meningkat : Hyper Timpani : supel, nyeri tekan tidak ada, hepar/ lien/ginjal tidak teraba, turgor cukup.

GENITALIA EXTERNA - Kelamin : Laki-laki, tidak ada kelainan

EKSTREMITAS Superior Inferior : Oedema (-/-), Sianosis (-), akral hangat : Oedema (-/-), Sianosis (-), akral hangat

Anus : tidak lecet.

Maurice King Score (WHO) Keadaan umum Denyut Nadi Turgor Palpebra Ubun ubun besar Air Mata Mukosa Pernafasan :1 :1 :0 :1 :0 :0 :1 :0

Untuk orang yang aku cintai SHT

RASCAL321

Air Seni

:1 ----- + 5

STATUS NEUROLOGIS Tidak diperiksa

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG Tidak dilakukan

Untuk orang yang aku cintai SHT

RASCAL321

RESUME

Seorang anak laki-laki, usia 14 bulan, BB 9 kg datang dengan keluhan buang air besar cair. Buang air besar 5-10 kali sehari, bentuk cair, sedikit berampas, bening, warna kekuningan, tidak berdarah, berbau asam banyaknya 50 cc setiap kali buang air besar. Demam, tidak kejang, sesak napas atau menggigil. Nafsu makan berkurang, BAK berkurang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum : tampak sakit sedang, cengeng, kompos mentis, tanda vital : Frek. Nadi : 124 x/menit, irama teratur, isi cukup, RR : 34 x/menit, Suhu : 37,8 C (aksilla). Kepala : UUB datar. Mata : kelopak mata agak cekung. Mulut : mukosa agak kering, tidak pecah-pecah. Abdomen : bising usus positif meningkat, turgor cukup.

I.

Diagnosis Kerja Gastroenteritis dengan dehidrasi ringan sedang e.c infeksi virus

II.

Diagnosis Banding Gastroenteritis tanpa dehidrasi e.c infeksi bakteri Gastroenteritis dengan dehidrasi ringan sedang e.c infeksi bakteri

VI. Penatalaksanaan UGD: 1. IVFD RL Loading 250 cc/3 jam (30 gtt/m) kemudian gtt 15 / menit 2. Kotrimaksazol syr 2x1 cth (2 x 40mg trimetoprim & 200mg sulfametoksazol) 3. Domperidone syr 2x1/2 cth (2 x 2,5 mg) Ruangan: 1. IVFD KN3B 6 gtt/m 2. Zinc 20mg 1x1 3. Oralit 1x1 bungkus

Untuk orang yang aku cintai SHT

RASCAL321

4. Kotrimoksazol 2 x cth (2 x 20mg trimetropim & 100mg sulfometoksazol)

VII.

Pemeriksaan Anjuran - Darah lengkap - Elektrolit - Feses lengkap

VIII. Prognosis Quo ad vitam Quo ad functionam Quo ad sanationam : ad bonam : ad bonam : ad bonam

Untuk orang yang aku cintai SHT

RASCAL321

FOLLOW UP

29 maret 2012 (pukul 14.00)

S : demam (-), muntah (-) Mencret 4x lembek, kuning.

O: KU/Kes : sakit ringan/CM N = 120x/menit RR = 40x/menit S = 37,60 C

A: Diare akut dehidrasi ringan sedang

P: 1. IVFD KA EN 3B 6 gtt/m 2. Zinc 10mg 1x1 3. Oralit bungkus 1x1

Maurice King Score KU 1 Turgor 0 Mata 0 UUB 0 Air mata 0 Mulut 1 RR 0 N 0 Air seni 1 --------- + 3

4. Kotrimoksazol 2 x cth (2 x 20mg trimetropim 100mg sulfometoksazol) 5. ASI ad lib &

Untuk orang yang aku cintai SHT

RASCAL321

30 Maret 2012 (08.00)

S : demam (-), Muntah (-) BAB 1x warna kuning, padat

O: KU = Baik Kes = CM N = 100x/menit RR = 28x/menit S = 36,8 C Maurice King Score KU 0 Turgor 0 Mata 0 UUB 0 Mulut 0 RR 0 N 0 -------- + 0

A: Diare akut Tanpa Dehidrasi, Boleh pulang

P: 1. IVFD KA EN 3B 6 gtt/m 2. Zinc 10mg 1x1 3. Oralit bungkus 4. Kotrimoksazol 2 x cth (2 x 20mg trimetropim 100mg sulfometoksazol) 5. ASI ad lib & 1x1

30 maret 2012 (13.00)

Pasien pulang

IX. Diagnosa akhir Gastroenteritis dengan dehidrasi ringan sedang e.c infeksi virus

Untuk orang yang aku cintai SHT

10

RASCAL321

ANALISA KASUS

1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat ? Diagnosa kerja pada pasien ini adalah Gastroenteritis dengan dehidrasi ringan sedang e.c infeksi virus sudah tepat. Gastroenteritis ditegakkan berdasarkan gejala klinik : - Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah - Suhu badan mungkin meningkat - Nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare - Tinja makin cair, mungkin mengandung darah dan / atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau hijauan karena tercampur empedu. - Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam. - Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan / atau sesudah diare.

Pada pasien ini ditemukan hampir seluruh dari gejala klinik gastroentritis seperti, ditemukannya demam, anak menjadi cengeng, nafsu makan menurun, mencret dan muntah.

Sedangkan diagnosis dehidrasi ditandai dengan kehausan, berat badan turun, pada bayi, ubun ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, BAK berkurang, gelisah dan dapat terjadi syok. Klasifikasi dehidrasi dapat menggunakan skor Maurice king, dimana pada pasien ini skor Maurice king 5 dan sesuai denngan diagnosis dehidrasi ringan sedang.

Diare yang disebabkan oleh virus memiliki tanda-tanda antara lain demam, mual muntah, tanpa sakit kepala, tenesmus, volume tinja sedang, konsistensi cair, frekuensi BAB 5-10 kali sehari, tidak disertai lender dan darah, tidak berbau, dan berwarna kuning kehijauan. Pada kasus ini hamper semua tanda-

Untuk orang yang aku cintai SHT

11

RASCAL321

tanda diare akibat virus didapatkan, yakni; demam, mual, muntah, konsistensi cair, frekuensi 5-10 kali, tidak ada lendir dan darah, dan berwarna kuning kehijauan.

2. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat ? Pada kasus ini, penatalaksanaannya kurang tepat. Tatalaksana awal pada kasus diatas yang didapatkan dari UGD ialah: IVFD RL Loading 250 cc/3 jam (30 gtt/m) kemudian gtt 15 / menit, Kotrimaksazol syr 2x1 cth (2 x 40mg trimetoprim & 200mg sulfametoksazol), dan Domperidone syr 2x1/2 cth Sedangkan terapi yang didapatkan selanjutnya ialah: IVFD KAEN3B 6 gtt/m, Zinc 20mg 1x1, Oralit 1x1 bungkus, dan Kotrimoksazol 2 x cth (2 x 20mg trimetropim & 100mg sulfometoksazol)

Tata laksana pada pasien dengan diare akut dengan dehidrasi ringan sedang, sebenarnya tidak perlu di infus, dapat diberikan Cairan Rehidrasi Oral (CRO) selama 3-4 jam pertama. Tindakan ini perlu di bawah pengawasan, sehingga dapat dilaksanakan pada suatu ruang observasi yang dikenal dengan ruang Upaya Rehidrasi Oral atau Ruang Rawat Sehari. Penggunaan infuse pada pasien ini dikarenakan pasien muntah. Kebutuhan cairan pasien ini 100 ml/ kgBB/ hari (BB : 9) = 900 cc/ hari. Pemberian KAEN 3B digunakan untuk pemeliharaan cairan dan elektrolit.

Pemberian domperidone digunakan untuk menanggulangi keluhan mual muntah. Dosis yang digunakan sudah tepat. Pemberian zinc dan dosisnya sudah tepat, digunakan untuk mempercepat fase penyembuhan dan mencegah berulangnya diare, dan mengembalikan nafsu makan anak.Pemberian antibiotic pada kasus ini kurang tepat, dikarenakan tidak ditemukannya tanda-tanda infeksi bakteri yang khas. Sebaiknya diberikan probiotik karena berdasarkan kepustakaan probiotik pada pasien diare berfungsi untuk memperbaiki kerja saluran pencernaan dan mempersingkat lama diare akut pada anak. Caranya

Untuk orang yang aku cintai SHT

12

RASCAL321

adalah dengan meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik di dalam lumen saluran pencernaan.

3. Bagaimana prognosis pada kasus ini ? Prognosis pada kasus ini baik, umumnya penderita dapat sembuh spontan. Apalagi jika dilihat berdasarkan gambaran klinis selama perawatan pasien sudah sangat membaik. Keluhan juga telah berkurang secara berangsur-angsur. Hal ini ditandai dengan mencret yang sudah mulai berkurang, sudah tidak muntah lagi, dan nafsu makan sudah kembali normal. Apabila penderita meminum obat dengan teratur, menjaga kebersihan pribadi dan makanan yang dimakan, serta istirahat yang cukup, maka Gastroenteritis dengan dehidrasi ringan sedang e.c infeksi virus ini dapat terobati dengan sempurna.

Untuk orang yang aku cintai SHT

13

RASCAL321

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi Diare akut cair adalah buang air besar yang terjadi pada bayi atau anak yang sebelumnya nampak sehat, dengan frekuensi 3 kali atau lebih per hari, disertai perubahan tinja menjadi cair, tanpa terlihat darah dan dapat disertai gejala lain seperti mual, muntah, demam, atau nyeri perut dan berlangsung kurang dari 14 hari.

II. Epidemiologi Diare akut merupakan masalah umum ditemukan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien pada ruang praktek dokter, sementara dibeberapa rumah sakit di Indonesia menunjukkan diare akut karena infeksi terdapat peringkat pertama. Di negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun sedangkan di negara berkembang lebih dari itu. Di USA dengan penduduk sekitar 200 juta di perkirakan 99 juta episode diare akut pada dewasa terjadi setiap tahunnya. WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun. Meskipun angka kematian diare akut menurun dari 4,5 juta kematian pada tahun 1979 menjadi 1,6 juta pada tahun 2002 di negara berkembang, tetapi angka kejadian diare akut masih masuk urutan 5 besar dari penyakit yang sering menyerang anak. Di Indonesia, angka kejadian diare akut diperkirakan masih 60 juta episode setiap tahunnya, dan 1-5 % berkembang menjadi diare kronis.

Untuk orang yang aku cintai SHT

14

RASCAL321

III. Etiologi Diare dapat disebabkan oleh berbagai hal : 1. Infeksi bakteri Beberapa jenis bakteri dapat termakan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi dan menyebabkan diare, contohnya Campylobacter,

Salmonella, Shigella dan Escherichia coli. 2. Infeksi virus Beberapa virus yang menyebabkan diare yaitu Rotavirus yang merupakan penyebab utama (70-80%), Enterovirus, dan Adenovirus. 3. Intoleransi makanan Contohnya pada orang yang tidak dapat mencerna komponen makanan seperti laktosa (gula dalam susu). 4. Parasit Parasit yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman dan menetap dalam sistem pencernaan. Contohnya Giardia lamblia, Entamoeba hystolytica, Cryptosporidium. 5. Psikologis Rasa takut dan cemas. Walaupun jarang namun dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.

IV. Gejala Klinis Selain diare anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada nafsu makan. Tinja mungkin mengandung darah atau lendir. Meningkatkannya asam laktat akibat fermentasi laktosa di dalam usus besar menyebabkan tinja menjadi asam yang dapat mengiritasi anus dan sekitarnya sehingga lecet. Muntah dapat terjadi sebelum diare.

Kehilangan air dan elektrolit dapat menyebabkan dehidrasi, berat badan turun, ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput

Untuk orang yang aku cintai SHT

15

RASCAL321

lendir mulut dan bibir tampak kering, kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan dapat menimbulkan sesak, kejang dan kesadaran menurun.

Gejala khas diare akut oleh berbagai sebab :

V. Patogenesis Mekanisme terjadinya diare cair : 1. Gangguan sekretorik Disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus yang terjadi akibat gangguan absorbsi natrium oleh vilus saluran caluran cerna,

Untuk orang yang aku cintai SHT

16

RASCAL321

sedangkan sekresi klorida tetap berlangsung atau meningkat. Keadaan ini menyebabkan air dan elektrolit keluar dari tubuh sebagai tinja cair. 2. Gangguan osmotik Mukosa usus halus adalah epitel berpori yang dapat dilalui oleh air dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara lumen usus dengan cairan ekstrasel. Oleh karena itu, bila dalam lumen usus terdapat bahan yang secara osmotic aktif dan sulit di serap akan menyebabkan diare. Bila bahan tersebut adalah larutan isotonik, air atau bahan yang larut, maka akan melewati mukosa usus halus tanpa di absorbsi sehingga terjadi diare. 3. Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

VI. Patofisiologi Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi 4 : 1. Kehilangan air (dehidrasi) Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis) Metabolik asidosis ini terjadi karena : a. Kehilangan Na bikarbonat bersama tinja. b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh. c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan. d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oligouria / anuria).

Untuk orang yang aku cintai SHT

17

RASCAL321

e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.

3. Hipoglikemia Hipoglikemia terjadi pada 2 3 % dari anak anak yang menderita diare. Pada anak anak dengan gizi cukup / baik, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KKP. Hal ini terjadi karena : a. Penyimpanan / persediaan glikogen dalam hati terganggu b. Adanya gangguan absorbsi glukosa (walaupun jarang terjadi) Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun

sampai 40 mg % pada bayi dan 50 mg % pada anak anak. Gejala gejala hipoglikemia tersebut dapat berupa lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma. Terjadinya hipoglikemia ini perlu dipertimbangkan jika disertai dengan kejang.

4. Gangguan gizi Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat. Hal ini disebabkan karena : a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan / atau muntahnya akan bertambah hebat. Orang tua sering hanya memberikan air the saja (teh diet). b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama. c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

5. Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare dengan / tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat

Untuk orang yang aku cintai SHT

18

RASCAL321

mengakibatkan

perdarahan

dalam

otak,

kesadaran

menurun

(soporakomatosa) dan bila tidak segera ditolong penderita dapatn meninggal.

VII. Manifestasi Klinis Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung darah dan atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan atau sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi, seperti berat badan turun, pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering. Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan : a. Kehilangan berat badan Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5 % Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan berat badan 2,5 5 % Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan berat badan 5 10 % Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan berat badan 10 %

b. Skor Maurice King (Derajat Dehidrasi Batasan WHO (World Health Organization).

Untuk orang yang aku cintai SHT

19

RASCAL321

Untuk orang yang aku cintai SHT

20

RASCAL321

VIII. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan tinja : makroskopis dan mikroskopis, pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula (sugar intolerance), biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten). 2. Pemeriksaan darah : darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K,Ca dan P serum pada diare yang disertai kejang). 3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal. 4. Duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.

IX. Penatalaksanaan Adapun tujuan dari pada pemberian cairan adalah : 1. Memperbaiki dinamika sirkulasi ( bila ada syok ). 2. Mengganti defisit yang terjadi. 3. Rumatan ( maintenance ) untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit yang sedang berlangsung ( ongoing losses ).

Prinsip : 1. Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengkoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (tanpa rehidrasi) kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti (terapi rumatan). Jumlah cairan yang diberikan harus sama dengan jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan / atau muntah (previous water loss = PWL), ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung (concomitant water loss = CWL). Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan masing masing anak atau golongan umur.

Untuk orang yang aku cintai SHT

21

RASCAL321

Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur < 2 tahun (BB 3 10 kg) sesuai dengan derajat dehidrasi Dehidrasi - ringan - sedang - berat PWL 50 75 125 NWL CWL Jumlah 100 100 100 25 25 25 175 200 250

Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur 2 15 tahun (BB 10 15 kg) sesuai dengan derajat dehidrasi Dehidrasi - ringan - sedang - berat PWL 30 50 80 NWL CWL Jumlah 80 80 80 25 25 25 135 155 185

Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur >15 tahun (BB 15 25 kg) sesuai dengan derajat dehidrasi Dehidrasi - ringan - sedang - berat PWL 25 50 80 NWL CWL ` Jumlah 65 65 65 25 25 25 115 140 170

2. Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk pada status gizi. Pelaksanaan pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parenteral. Pemberian secara oral dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai sedang dapat menggunakan pipa nasogastrik, walaupun pada dehidrasi ringan dan sedang, bila diare profus dengan pengeluaran air tinja yang hebat ( > 100 ml/kg/hari ) atau mutah hebat ( severe vomiting ) dimana penderita tak dapat minum sama sekali, atau kembung yang sangat hebat ( violent meteorism ) sehingga rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit maka dapat dilakukan rehidrasi panenteral walaupun sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan hanya untuk dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi.

Untuk orang yang aku cintai SHT

22

RASCAL321

a. Dehidrasi Ringan Sedang Tahap rehidrasi Rehidrasi dilaksanakan dengan memberikan CRO sebanyak 75ml/kg BB yang diberikan dalam 3-4 jam. Apabila telah tercapai rehidrasi dapat segera diberikan makan dan minum, ASI diteruskan, pemberian CRO rumatan (510 ml/kg BB) setiap buang air besar cair. Minuman, seperti cola, gingerale, aple juice, dan minuman olah raga sports drink umumnya mengandung kadar Na yang rendah sehingga tidak dapat mengganti kehilangan elektrolit yang telah terjadi. Makanan tidak perlu dibatasi, karena meneruskan pemberian makanan (early feeding) akan mempercepat penyembuhan. Bila disertai muntah, CRO dapat diberikan secara bertahap; 1 atau 2 sendok teh setiap 1 atau 2 menit dengan peningkatan jumlah sesuai dengan\ kemajuan daya terima anak. Tindakan ini perlu di bawah pengawasan, sehingga dapat dilaksanakan pada suatu ruang observasi yang dikenal dengan ruang Upaya Rehidrasi Oral atau Ruang Rawat Sehari. Pada akhir jam ke 3-4, pasien dapat dipulangkan untuk mendapat terapi rumatannya di rumah, atau tetap diobservasi untuk mendapat terapi lebih lanjut bila dehidrasi masih berlangsung. Suatu hal yang paling penting sebelum memulangkan pasien adalah orangtua harus paham betul dalam menyiapkan dan memberikan CRO dengan benar. Seorang anak tidak boleh hanya diberikan CRO saja selama lebih dari 24 jam. Early feeding harus segera diberikan. Makanan sehari-hari dapat dicapai secara bertahap dalam 24 jam. Memuaskan anak yang menderita diare hanya akan memperpanjang durasi diarenya. Tahap rumatan Dalam tahap rumatan ini meliputi untuk memenuhi kebutuhan cairan rumatan dan kebutuhan perubahan cairan rumatan yang disebabkan oleh kehilangan cairan yang sedang berjalan ( ongoing losses ).

Terdapat beberapa model untuk menghitung kebutuhan cairan rumatan : berdasarkan berat badan, luas permukaan, atau pengeluaran kalori yang seperti kita ketahui bahwa 1 ml air diperlukan setiap 24 jam bagi setiap

Untuk orang yang aku cintai SHT

23

RASCAL321

kalori yang dikeluarkan dan bahwa kebutuhan metabolik menentukan penggunaannya dari cadangan tubuh. Kalori yang dikonsumsi setiap kesatuan berat badan, atau tingkat metabolik menurun dengan bertambah besarnya dan usia anak ( Tabel 1 ).

Tabel 1. Kebutuhan Rumatan Kalori dan air per kesatuan berat badan

Untuk mengganti kehilangan cairan yang sedang berjalan ( ongoing losses ) karena diare: 10 ml/kg bb (untuk diare infantile) dan 25 ml/kg bb (untuk kholera) untuk setiap diare cair yang terjadi disamping pemberian makanan dan minuman sebagaimana biasanya sebelum diare.

b. Dehidrasi Berat Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi dan anak dan menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh ( somnolenkoma, pernafasan Kussmaul, gangguan dinamik sirkulasi ) memerlukan pemberian cairan elektrolit parenteral. Terapi rehidrasi parenteral memerlukan 3 tahap : 1. Terapi awal. Bertujuan untuk memperbaiki dinamik sirkulasi dan fungsi ginjal dengan cara reekspansi dengan cepat volume cairan ekstraseluler. Idealnya adalah bahwa seluruh cairan yang diberikan hendaknya tetap berada didalam ruang vaskuler. Untuk itu larutan elektrolit dengan kadar Na yang sama dengan darah lebih dianjurkan. Perlu penambahan glukosa dalam cairan, karena

Untuk orang yang aku cintai SHT

24

RASCAL321

penderita yang sakit peka untuk terjadinya hipoglikemi dan penambahan basa untuk koreksi asidosis.

Mulai diberi cairan iv segara. Bila penderita bisa minum, berikan oralit, sewaktu cairan iv mulai. Beri 100 ml/kgBB cairan Ringer Laktat (atau cairan normal salin, atau ringer asetat bila ringer laktat tidak tersedia) sebagai berikut:

Pemberian pertama 30 ml/kg Bayi <1 thn Anak 1-5 thn 1 jam 30 mnt

kemudian 70ml/kg dlm

5 jam 2 1/2jam

Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai, percepat tetesan intravena Juga berikan oralit (5ml/kgBB/ jam) bila penderita bisa minum, biasanya setelah 3-4 jam ( bayi) atau 1-2 jam (anak) Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak), nilai lagi penderita menggunakan tabel penilaian. Kemudian pilihan rencana terapi yang sesuai (A,B atau C) untuk melanjutkan terapi.

Jika tidak dapat diberikan cairan melalui IV dapat diberikan oralit melalui pipa nasogastrik atas mulut. Berikan 20ml/kg/jam selama 6 jam (total 120 ml/kg). Kemudian nilailah penderita tiap 1-2 jam. Bila muntah atau perut kembung berikan cairan pelan-pelan, bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam, rujuk penderita untuk terapi intravena. Setelah 6 jam nilai kembali penderita dan pilihan rencana terapi yang sesuai.

Untuk orang yang aku cintai SHT

25

RASCAL321

2. Terapi lanjutan. Segera setelah sirkulasi dapat dipulihkan kembali, terapi cairan berikutnya untuk mengkoreksi secara menyeluruh sisa defisit air dan Na serta mengganti kehilangan abnormal dari cairan yang sedang berjalan ( ongoing losses ) serta kehilangan obligatorik (kebutuhan rumatan). Walaupun pemberian K sudah dapat dimulai , namun hal ini tidak esensial, dan biasanya tidak diberikan sebelum 24 jam. Perkecualian dalam hal ini adalah bila didapatkan hipokalemia yang berat dan nyata. Pada saat tercapainya tahap ini, kadang perlu diketahui nilai elektrolit serum sehingga terapi cairan dapat dimodifikasi sesuai dengan kadar Na yang ada (isonatremi, hiponatremi atau hipernatremi). Dehidrasi Isonatremi ( Na 130 149 mEq/l ) Pada gangguan elektrolit ini tidak saja terdapat kehilangan eksternal Na dari cairan ekstraseluler tetapi juga Na dari cairan ekstraseluler yang masuk kedalam cairan intraseluler sebagai kompensasi dari kehilangan K intraseluler. Dengan demikian pemberian Na dalam jumlah yang sama dengan kehilangannya Na dari cairan ekstraseluler akan berlebihan dan akan menghasilkan kenaikan dari Na tubuh total dari penderita; Na intraseluler yang berlebihan kelak akan kembali ke dalam cairan ekstraseluler apabila diberikan K, dengan akibat terjadinya ekspansi ke ruang ekstraseluler. Untuk menghindari hal ini, hanya 2/3 dari perkiraan hilangnya Na dan air dari cairan ekstraseluler yang perlu diganti pada 24 jam pertama pemberian cairan. Pada tahap ini disamping mengganti defisit, keseluruhan cairan dan elektrolit yang diberikan perlu mencakup pula penggantian kehilangan cairan yang normal (ongoing normal losses) maupun yang abnormal (ongoing abnormal losses) yang terjadi melalui diare ataupun muntah.

Sesudah tahap penggantian defisit (sesudah 3-24 jam) tahap berikutnya adalah tahap rumatan yang bertujuan untuk mengganti sisa kehilangan cairan dan elektrolit secara menyeluruh dan dimulainya pemberian K.

Untuk orang yang aku cintai SHT

26

RASCAL321

Kebutuhan Na dan air pada tahap ini dapat diperkirakan dengan menambah 25% pada kebutuhan rumatan normal yang diperkirakan dan dengan menambah kebutuhan bagi kehilangan abnormal yang sedang berjalan (ongoing abnormal losses). Kehilangan K mungkin sama dengan kehilangan Na namun hampir keseluruhan K yang hilang adalah berasal dari cairan ekstraseluler dan harus diganti dengan memberikannya ke dalam ruang ekstraseluler. Apabila K diberikan dengan kecepatan sebanding dengan pemberian Na, maka dapat dipastikan bahwa akan terjadi hiperkalemi.

Dengan demikian biasanya penggantian K dilakukan dalam waktu 3 - 4 hari. K juga jangan diberikan apabila terdapat kenaikan K serum atau sampai ginjal berfungsi dengan baik, dalam keadaan asidosis berat pemberian K harus berhati-hati. Kecuali pada keadaan yang hipokalemia berat, kadar K yang diberikan hendaknya tidak melebihi 40 m Eq/L dan kecepatan pemberiannya tidak melebihi 3 m Eq/kg/24 jam.

Dehidrasi Hiponatremi ( Na < 130mEq/l ) Keadaan ini timbul karena hilangnya Na yang relatif lebih besar dari pada air. Kehilangan (defisit) Na ekstraseluler dapat dihitung dengan formula berikut :

Karena pasien mengalami dehidrasi, keseluruhan cairan tubuh yang diperkirakan adalah 50 - 55% dari berat badan waktu masuk dan bukan 60% seperti nilai biasanya. Walaupun Na pada prinsipnya merupakan kation ekstraseluler, cairan tubuh keseluruhan (total) adalah yang dipakai untuk menghitung defisit Na. Hal ini memungkinkan bagi penggantian Na yang hilang dari cairan ekstraseluler, untuk ekspansi cairan ekstraseluler yang terjadi pada saat penggantian dan untuk mengganti hilangnya Na dari tempat penimbunan pertukaran Na seperti pada tulang.

Terapi dehidrasi hiponatremi adalah sama seperti pada dehidrasi isonatremi, kecuali pada kehilangan natrium yang berlebihan pemberian Na perlu

Untuk orang yang aku cintai SHT

27

RASCAL321

diperhitungkan adanya kehilangan ekstra dari ion tsb. Pemberian jumlah ekstra dari Na yang diperlukan untuk mengganti kehilangan ekstra dapat dibagi rata dalam beberapa hari sehingga koreksi bertahap dari hiponatremi dapat tercapai pada saat volume telah bertambah.

Kadar Na seyogyanya tidak dinaikkan secara mendadak dengan pemberian larutan garam hipertonis kecuali bila terlihat gejala keracunan air seperti kejang. Gejala jarang timbul kecuali bila serum Na berkurang dibawah 120 m Eq/L dan hal ini biasanya cepat dikontrol dengan pemberian larutan Nacl 3% pada kecepatan 1 ml/menit sampai Defisit Na (mEq) = (nilai Na normal - nilai Na yang diperiksa) X total cairan tubuh (dalam L). maksimum 12 ml/kg berat badan. Larutan hipotonis perlu dihindarkan terutama pada tahap awal pemberian cairan karena adanya resiko terjadinya hiponatremi simptomatik.

Dehidrasi hipertonis ( Na > 150 mEq/l ) Hiperosmolalitas yang berat dapat mengakibatkan kerusakan otak, dengan perdarahan yang tersebar luas dan trombosis atau efusi subdural. Kerusakan serebral ini dapat mengakibatkan kerusakan syaraf yang menetap. Bahkan tanpa kerusakan tersebut yang nyata, sering pula timbul kejang pada pasien dengan hipernatremi. Diagnosis dari kerusakan serebral sekunder karena hipernatremi di topang dengan ditemukan kenaikan kadar protein dalam cairan serebrospinal.

Kejang sering pula timbul pada saat pemberian cairan karena kembalinya Na serum menjadi normal. Hal ini dapat terjadi oleh kenaikan jumlah Na dalam sel otak pada saat terjadinya dehidrasi, yang dalam gilirannya akan menimbulkan perpindahan yang berlebihan dari air ke dalam sel otak pada saat rehidrasi sebelum kelebihan Na sempat dikeluarkan, kejadian ini dapat dihindari dengan melakukan koreksi hipernatremi secara pelan dalam waktu beberapa hari. Itulah sebabnya terapi cairan perlu disesuaikan agar Na serum kembali normal tidak melebihi 10 m Eq/24 jam.

Untuk orang yang aku cintai SHT

28

RASCAL321

Defisit Na pada dehidrasi hipernatremi adalah relatif kecil dan volume cairan ekstraseluler relatif masih tetap tak berubah sehingga jumlah air dan Na yang diberikan pada tahap ini perlu dikurangi bila dibandingkan pada dehidrasi hipo-isonatremi. Jumlah yang sesuai adalah pemberian 60 - 75 ml/kg/24 jam dari larutan 5% dektrosa yang mengandung kombinasi bikarbonat dan khlorida.

Jumlah dari cairan dan Na rumatan perlu dikurangi dengan sekitar 25% pada tahap ini karena penderita dengan hipernatremi mempunyai ADH (antidiuretic hormone) yang tinggi yang menimbulkan berkurangnya volume urin.

Penggantian dan kehilangan abnormal yang sedang berjalan (ongoing abnormal losses) tidak memerlukan modifikasi. Apabila timbul kejang, dapat diberikan Nacl 3% 3 - 5 ml/kg intravena atau manitol hipertonik. Pada pengobatan dehidrasi hipertonis dengan memberikan sejumlah besar air , dengan atau tanpa garam, sering menimbulkan ekspansi volume cairan ekstraseluler sebelum terjadi ekskresi Cl yang nyata atau koreksi dari asidosis. Sebagai akibatnya dapat terjadi sembab dan gagal jantung yang memerlukan digitalisasi. Hipokalsemia kadang terlihat pula selama pengobatan dehidrasi

hipernatremi, hal ini dapat dicegah dengan memberikan jumlah yang cukup kalium. Tetapi sekali timbul diperlukan pemberian kalsium (0,5 ml/kg kalsium glukonat 10%) intravena. Komplikasi lain adalah terjadinya kerusakan tubulus ginjal dengan gejala azotemia dan berkurangnya kemampuan konsentrasi ginjal, sehingga memerlukan modifikasi cara pemberian terapi cairan. Walaupun dehidrasi hipernatremi dapat secara berhasil ditangani, pengelolaannya tetap sulit dan sering terjadi kejang, meskipun cara pemberian terapi yang terencana dengan baik.

Untuk orang yang aku cintai SHT

29

RASCAL321

3. Terapi akhir (pencegahan dan terapi defisiensi nutrisi) Walaupun pada diare terapi cairan parenteral tidak cukup bagi kebutuhan penderita akan kalori , namun hal ini tidaklah menjadi masalah besar karena hanya\ menyangkut waktu yang pendek. Apabila penderita telah kembali diberikan diet sebagaimana biasanya, segala kekurangan tubuh akan lemak, protein akan segera dapat dipenuhi. Itulah sebabnya mengapa pada pemberian terapi cairan diusahakan agar penderita bila memungkinkan cepat mendapatkan makanan/minuman sebagai mana biasanya bahkan pada dehidrasi ringan sedang yang tidak memerlukan terapi cairan parenteral makan dan minum tetap dapat dilanjutkan (continued feeding). Terapi Kausatif Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotika hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya kholera, shigella, karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang menunjukkan secara klinis gejala yang berat serta berulang atau yang menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau gejala sepsis. Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain.

Kolera : -. Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis ( 2 hari ) -. Furasolidon 5mg/kg/hari dibagi 4 dosis ( 3 hari ) Shigella : -. Trimetoprim 5-10mg/kg/hari -. Sulfametoksasol 25-50mg/kg/hari Dibagi 2 dosis ( 5 hari ) - Asam Nalidiksat : 55mg/kg/hari dibagi 4 ( 5 hari ) Amebiasis : Metronidasol 30mg/kg/hari dibagi 4 dosis ( 5-10 hari)

Untuk kasus berat :

Untuk orang yang aku cintai SHT

30

RASCAL321

-. Dehidro emetin hidrokhlorida : 1-1,5 mg/kg ( maks 90mg ) ( im ) s/d 5 hari tergantung reaksi ( untuk semua umur ) -. Giardiasis : Metronidasol 15mg/kg/hari dibagi 4 dosis ( 5 hari ) -. Antisekretorik Antidiare. Salazar-Lindo E dkk dari Department of Pediatrics, Hospital Nacional Cayetano Heredia, Lima, Peru, melaporkan bahwa pemakaian Racecadotril (acetorphan) yang merupakan enkephalinase inhibitor dengan efek anti sekretorik serta anti diare ternyata cukup efektif dan aman bila diberikan pada anak dengan diare akut oleh karena tidak mengganggu motilitas usus sehingga penderita tidak kembung. Bila diberikan bersamaan dengan cairan rehidrasi akan memberikan hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan hanya memberikan cairan rehidrasi saja. Pemberian obat loperamide sebagai antisekresi-antidiare walaupun cukup efektif tetapi sering kali disertai komplikasi kembung dengan segala akibatnya.

Terapi Dietetik 1. ASI tetap diberikan 2. Bila tidak dapat ASI atau sudah dapat susu formula : a. Diare tanpa dehidrasi atau ringan sedang : susu formula tetap diberikan. b. Diare dengan dehidrasi berat diberikan susu formula bebas laktosa. c. Diare dengan dehidrasi ringan sedang disertai intoleransi laktosa diberikan susu formula bebas laktosa. 3. Makanan sehari-hari sesuai usianya diteruskan dan diberikan sebanyak dia mau. 4. setelah diare berhenti, berikan makanan paling tidak satu kali lebih banyak dari biasanya setiap hari selama 1 minggu. Terapi Suportif a. Probiotik Probiotik (Lactic acid bacteria) merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek yang menguntungkan pada host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik di dalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa

Untuk orang yang aku cintai SHT

31

RASCAL321

usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus, sehingga tidak terdapat tempat lagi untuk bakteri patogen untuk melekatkan diri pada sel epitel usus sehingga kolonisasi bakteri patogen tidak terjadi. Dengan mencermati fenomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai sebagai cara untuk pencegahan dan pengobatan diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain, pseudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional rasional (antibiotic associated diarrhea).

Mikroekologi mikrobiota yang rusak oleh karena pemakaian antibotika dapat dinormalisir kembali dengan pemberian bakteri probiotik. Mekanisme kerja bakteri probiotik dalam meregulasi kekacauan atau gangguan keseimbangan mikrobiota komensal melalui 2 model kerja rekolonisasi bakteri probiotik dan peningkatan respon imun dari sistem imun mukosa untuk menjamin terutama sistem imun humoral lokal mukosa yang adekuat yang dapat menetralisasi bakteri patogen yang berada dalam lumen usus yang fungsi ini dilakukan oleh secretory IgA (SIgA).

b. Zinc Untuk metabolisme asam nukleat dan sintesis protein, komponennya > 100 enzim, dibutuhkan untuk sintesis DNA, pembelahan sel dan penyembuhan luka.

-. Mencegah / Menanggulangi Gangguan Gizi Amatlah penting untuk tetap memberikan nutrisi yang cukup selama diare, terutama pada anak dengan gizi yang kurang. Minuman dan makanan jangan dihentikan lebih dari 24 jam, karena pulihnya mukosa usus tergantung dari nutrisi yang cukup. Bila tidak maka hal ini akan merupakan faktor yang memudahkan terjadinya diare kronik. Pemberian kembali makanan atau minuman ( refeeding ) secara cepat sangatlah penting bagi anak dengan gizi kurang yang mengalami diare akut dan hal ini akan mencegah berkurangnya berat badan lebih lanjut dan mempercepat

Untuk orang yang aku cintai SHT

32

RASCAL321

kesembuhan. Air susu ibu dan susu formula serta makanan pada umumnya harus dilanjutkan pemberiannya selama diare.

Penelitian yang dilakukan oleh Lama More RA dkk menunjukkan bahwa suplemen nukleotida pada susu formula secara signifikan mengurangi lama dan beratnya diare pada anak oleh karena nucleotide adalah bahan yang sangat diperlukan untuk replikasi sel teramsuk sel epitel usus dan sel imunokompeten.

Pemberian susu rendah laktosa, formula medium laktosa atau bebas laktosa diberikan pada penderita yang menunjukkan gejala klinik dan laboratorium intoleransi laktosa. Intoleransi laktosa berspektrum dari yang ringan sampai yang berat dan kebanyakan adalah tipe yang ringan sehingga cukup memberikan formula susu yang biasanya diminum dengan pengenceran oleh karena intoleransi laktosa ringan bersifat sementara dan dalam waktu 2-3 hari akan sembuh terutama pada anak dengan gizi yang baik. Namun bila terdapat intoleransi laktosa yang berat dan berkepanjangan tetap diperlukan susu formula bebas laktosa untuk waktu yang lebih lama. Untuk intoleansi laktosa ringan dan sedang sebaiknya diberikan formula susu rendah laktosa. Penulis lain memberikan formula bebas laktosa atau formula soya untuk penderita intoleransi laktosa sekunder oleh karena gastroenteritis, malnutrisi protein-kalori dan lain penyebab dari kerusakan mukosa usus. Pada keadaan ini ASI tetap diberikan, namun menurut Sullivan PB, tidak perlu memberikan susu rendah laktosa / pengenceran susu pada anak dengan diare, khususnya untuk usia di atas 1 tahun atau yang sudah makan makanan padat.

Sebagaimana halnya intoleransi laktosa, maka intoleransi lemak pada diare akut sifatnyan sementara dan biasanya tidak terlalu berat sehingga tidak memerlukan formula khusus. Pada situasi yang memerlukan banyak enersi seperti pada fase penyembuhan diare, diet rendah lemak justru dapat memperburuk keadaan malnutrisi dan dapat menimbulkan diare kronik.

Untuk orang yang aku cintai SHT

33

RASCAL321

-. Menanggulangi Penyakit Penyerta. Anak yang menderita diare mungkin juga disertai dengan penyakit lain. Sehingga dalam menangani diarenya juga perlu diperhatikan penyakit penyerta yang ada. Beberapa penyakit penyerta yang sering terjadi bersamaan dengan diare antara lain : infeksi saluran nafas, infeksi susunan saraf pusat, infeksi saluran kemih, infeksi sistemik lain ( sepsis, campak ) , kurang gizi, penyakit jantung dan penyakit ginjal.

Untuk orang yang aku cintai SHT

34

RASCAL321

DAFTAR PUSTAKA

Markum. AH Sunoto. Penyakit radang usus : infeksi. Dalam : buku ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Jakarta FKUI 1991.

Juffrie M, Mulyani NS. Modul Diare. IDAI. 2009

Zein Umar, dkk. Diare akut disebabkan bakteri. Fakultas Kedokteran USU Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi. Diambil dari http ://www.usu.id.

Noersaid H, Suraatmadja, Asnil P O. Gastroenteritis (Diare) Akut dalam Gastroenterologi anak Praktis. Jakarta. FKUI; 1999.

Ditjen PPM&PLP Depkes RI. Tatalaksana Kasus Diare Bermasalah. Depkes RI 1999.
Prasetyo D.Tatalaksana Diare Pada Penderita Malnutrisi. Kongres Nasional III Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia (BKGAI). Surabaya, 6-8 Desember 2007;h.139-47.

Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak RSUd. Dr.Soetomo Surabaya 1994 ;39 50.

Mc Carthy P. Parenteral Fluid Therapy. In : RE Behrman, RM Kliegman,WE Nelson,VC VaughanIIIeds. Nelson Textbook of Pediatrics 14nd, Philadelphia : WB Saunders Co 1993 ; 195 211.

Davidson GP; Butler RN. Probiotics in pediatric gastrointestinal disorders. Curr Opin Pediatr 2000 Oct;12(5): 477-481.

Untuk orang yang aku cintai SHT

35

RASCAL321

Suharyono. Terapi nutrisi diare kronik Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak ke. XXXI, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1994.

Untuk orang yang aku cintai SHT

36

Anda mungkin juga menyukai