Anda di halaman 1dari 12

DETEKTOR GEOIGER MULLER

DISUSUN OLEH :

NAMA NIM JURUSAN PRODI SEMESTER KELOMPOK REKAN KERJA

: RIZKY ANUGRAH PUTRA : 011100300 : TEKNOKIMIA NUKLIR : TEKNOKIMIA NUKLIR :3 :F : 1. GUNTUR S 2. GIEZZELLA

ASISTEN

: Maria Christina P

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA 2012

DETEKTOR GEOIGER MULLER I. TUJUAN 1. Dapat mengetahui karakteristik dan melakukan pencacahan radiasi menggunakan sistem pencacah dengan detektor Geiger Muller 2. Dapat menggambar daerah plato serta menentukan tegangan kerja detektor Geiger Muller 3. Dapat menguji kestabilan sistem pencacah detektor Geiger Muller 4. Dapat menentukan waktu mati detektor Geiger Muller 5. Dapat menentukan efisiensi detektor Geiger Muller 6. Dapat menentukan aktivitas suatu sumber radiasi II. DASAR TEORI Pencacah Giger, atau disebut juga Geiger Muller adalah sebuah alat pengukur radiasi ionisasi. Pencacah Geiger Muller bias digunakan untuk mendeteksi radiasi alpha dan beta. (id.wikipedia.org) Detektor Geiger Muller merupakan detektor yang sangat banyak digunakan baik sebagai sistem pencacah maupun dalam kerja lapangan (surveymeter). Detektor ini termasuk keluarga detektor tabung isian gas yang bekerja berdasarkan ionisasi gas. Keuntungan dari detektor ini dapat menghasilkan pulsa listrik yang relatif besar dibandingkan dengan detektor jenis lain, akan tetapi detektor ini tidak dapat membedakan energy radiasi yang mengenainya. Tegangan kerja (HV) yang diberikan pada detektor Geiger Muller dapat mempengaruhi laju cacah yang di hasilkan. Hal ini merupakan salah satu karakteristik dari setiap detektor Geiger Muller. Adapun perubahan laju cacahnya mengikuti kurva karakteristik seperti Gambar 1 berikut ini.(Tim Asisten ADPR, 2007) Tegangan kerja detektor di pilih pada daerah plato atau tepatnya pada 1/3 lebar plato.

Bagian-bagian detector

Katoda : yaitu dinding tabung logam yang merupakan elektrodanegatif. Jika tabung terbuat dari gelas maka dinding tabung harus dilapisilogam tipis. Anoda : yaitu kawat tipis atau wolfram yang terbentang di tengah-tengah tabung. Anoda sebagai elektroda positif. si tabung : yaitu gas bertekanan rendah, biasanya gas beratom tunggaldicampur gas poliatom (gas yang banyak digunakan Ar dan He). (www.scribd.com)

Prinsip Kerja Detektor Geiger Muller Detektor Geiger Muller meupakan salah satu detektor yang berisi gas. Selain Geiger muller masih ada detektor lain yang merupakan detektor isiann gas yaitu detektor ionisasidann detektor proporsional. Ketiga macam detektor tersebut secara garis besar prinsipkerjanya sama, yaitu sama-sama menggunakan medium gas. Perbedaannya hanya terletak pada tegangan yang diberikan pada masing-masing detektor tersebut. Apabila ke dalam labung masuk zarah radiasi maka radiasi akan mengionisasi gas isian.Banyaknya pasangan eleklron-ion yang lerjadi pada deleklor Geiger-Muller tidak sebandingdengan tenaga zarah radiasi yang datang. Hasil ionisasi ini disebul elektron primer. Karenaantara anode dan katode diberikan beda tegangan maka akan timbul medan listrik di antara kedua eleklrode tersebut.Ion positif akan bergerak kearah dinding tabung (katoda) dengankecepatan yang relative lebih lambat bila dibandingkan dengan elektron-elektron yang

bergerak kea rah anoda (+) dengan cepat. Kecepatan geraknya tergantung pada brsarnyategangan V. sedangkan besarnya tenaga yang diperlukan untuk membentukelektron dan iontergantung pada macam gas yang digunakan. Dengan tenaga yang relatif tinggi maka elektronakan mampu mengionisasi atom-atom sekitarnya. sehingga menimbulkan pasangan elektron-ion sekunder. Pasangan elektron-ion sekunder inipun masih dapat menimbulkan pasanganelektron-ion tersier dan seterusnya. sehingga akan terjadi lucutan yang terus-menerus(avalence).Kalau tegangan V dinaikkan lebih tinggi lagi maka peristiwa pelucutan elektron sekunder atau avalanche makin besar dan elektron sekunder yang terbentuk makin banyak. Akibatnya,anoda diselubungi serta dilindungi oleh muatan negative elektron, sehingga peristiwa ionisasiakan terhenti. Karena gerak ion positif ke dinding tabung (katoda) lambat, maka ion-ion inidapat membentuk semacam lapisan pelindung positif pada permukaan dinding tabung.Keadaan yang demikian tersebut dinamakan efek muatan ruang atau space charge effect. Tegangan yang menimbulkan efek muatan ruang adalah tegangan maksimum yangmembatasi berkumpulnya elektron-elektron pada anoda. Dalam keadaan seperti ini detektor tidak peka lagi terhadap datangnya zarah radiasi. Oleh karena itu efek muata ruang harusdihindari dengan menambah tegangan V. penambahan tegangan V dimaksudkan supayaterjadi pelepasan muatan pada anoda sehingga detektor dapat bekerja normal kembali.Pelepasan muatan dapat terjadi karena elektron mendapat tambahan tenaga kinetic akibat penambahan tegangan V.Apabila tegangan dinaikkan terus menerus, pelucutan alektron yang terjadi semakin banyak. Pada suatu tegangan tertentu peristiwa avalanche elektron sekunder tidak bergantunglagi oleh jenis radiasi maupun energi (tenaga) radiasi yang datang. Maka dari itu pulsa yangdihasilkan mempunyai tinggi yang sama. Sehingga detektor Geiger muller tidak bisadigunakan untuk mengitung energi dari zarah radiasi yang datang.Kalau tegangan V tersebut dinaikkan lebih tinggi lagi dari tegangan kerja Geiger muler,maka detektor tersebut akan rusak, karena sususan molekul gas atau campuran gas tidak pada perbandingan semula atau terjadi peristiwa pelucutan terus menerusbyang disebut continous discharge. Hubungan antara besar tegangan yang dipakai dan banyaknya ion yang dapat dikumpulkan dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Pembagian daerah tegangan kerja tersebut berdasarkan jumlah ion yang terbentuk akibatkenaikan tegangan yang diberikan kepada detektor isian gas. Adapun pembagian tegangantersebut dimulai dari tegangan terendah adalah sebagai berikut: I = daerah rekombinasi II = daerah ionisasi III = daerah proporsional IV =daerah proporsioanl terbatas V =daerah Geiger Muller VI =daerah continous discharge ( detektor bias rusak ) Kurva yang atas adalah ionisasi Alpha, sedangkan kurva bawah adalah ionisasi olehBeta. Kedua kurva menunjukkan bahwa pada daerah tegangan kerja tersebut, detektor ionisasi dan detektor proporsional masih dapat membedakan jenis radiasi dan energi radiasiyang datang. Dengan demikian, detektor ionisasi dan detektor proporsional dapat digunakna pada analisis spectrum energi. Sedangkan detektor Geiger Muller tidak dapat membedakan jenis radiasi dan energi radiasi. Tampak dari gambar tersebut bahwa daerah kerja detektor Geiger Muller terletak pada daerah V. Pada tegangan kerja Geiger Muller elektron primer dapat dipercepatmembentuk elektron sekunder dari ionisasi gas dalam tabung Geiger Muller. Dalam hal ini peristiwa ionisasi tidak tergantung pada jenis radiasi dan besarnya energi radiasi. Tabung Geiger Muller memanfaatkan ionisasi sekunder sehingga zarah radiasi yang masuk kedetektor Geiger Muller akan menghasilkan pulsa yang tinggi pulsanya sama. Atas dasar hal ini, detektor Geiger Muller

tidak dapat digunakan untuk melihat spectrum energi, tetapihanya dapat digunakan untuk melihat jumlah cacah radiasi saja. Maka detektor Geiger Muller sering disebut dengan detektor Gross Beta gamma karena tidak bisa membedakan jeni sradiasi yang datang. Besarnya sudut datang dari sumber radiasi tidak mempengaruhi banyaknya cacahyang terukur karena prinip dari detektor Geiger Muller adalah mencacah zarah radiasiselama radiasi tersebut masih bisa diukur. Berbeda dengan detektor lain misalnya detektor sintilasi dimana besarnya sudut datang dari sumber radiasi akan mempengaruhi banyaknya pulsa yang dihasilkan.(Wisnu Arya Wardhana,2007) III. ALAT DAN BAHAB 3.1 ALAT 1. Serangkaian Detektor Geiger Muller 2. Pinset 3.2 BAHAN 1. Bahan radioaktif ( Co-60 ; Cs-137 ; Unknown ) IV. LANGKAH KERJA 4.1 Menentukan Daerah Plato 1. Serangkaian alat detektor Geiger Muller dihidupkan dengan menghubungkan ke sumber listrik, tekan tombol ON pada bagian belakang alat tersebut. 2. Sebuah sumber radiasi standar (Co-60) diletakkan pada ruang pencacah. 3. Sumber tegangan diatur dengan dinaikkan secara perlahan lahan (awalnya 700 volt). 4. Waktu pencacahan diatur 100 detik. 5. Pencacahan dimulai dengan menekan tombol count. 6. Setelah pencacahan berhenti, jumlah cacahan yang terjadi dicatat. 7. Langkah no 2 s/d 6 dilakukan dengan menaikan sumber tegangan (+20) sebanyak 9x dan 3x untuk pencacahan blangko (bedanya pada ruang pencacah dikosongkan dari sumber standar) 8. Data yang diperoleh dianalisis dengan mengurangkan cacahan sumber radiasi standar dengan cacahan blangko. 4.2 Menguji Kestabilan Sistem Pencacah 1. Mengetahui laju cacah latar belakang (blangko), dilakukan dselama 200 detik tanpa menggunakan sumber radiasi. 2. Laju cacah sumber, sebuah sumber radiasi standar ditempatkan pada ruang pencacah (Co60). 3. Waktu cacah diatur 60 detik 4. Sumber tegangan diatur pada tegangan 760 volt.

5. Pencacahan dimulai dengan menekan tombol count 6. Setelah pencacahan berhenti, jumlah cacahan yang terjadi dicatat 7. Pencacahan dilakukan sebanyak 10x 4.3 Menentukan Waktu Mati 1. Dua buah sumber radiasi disiapkan (Co-60 dan Cs-137) 2. Waktu cacah diatur 100detik 3. Masing-masing sumber dilakukan pencacahan sebanyak 3x (sumber Co-60 ; Co-60 dan Cs-137 bersama-sama ; Cs-137) 4. Setelah semua pencacahan berhenti, jumlah cacahan dicatat 5. Setelah itu, melakukan pengukuran cacahan latar belakang (blangko) pada kondisi waktu yang sama dan tegangan yang sama pula. 6. Jumlah cacahan yang sebenarnya didapat dengan mengurangkan cacahan sumber radiasidengan cacahan latar belakang (blangko). 4.4 Menentukan Eisiensi Detektor 1. 2. 3. 4. Sumber radiasi diletakkan pada ruang pencacah. Waktu cacah diatur 60 detik dengan tegangan 760volt. Pencacahan dilakukan sebanyak 3x. Melakukan cacah latar belakang (blangko) pada kondisi waktu yang sama dengan tegangan yang sama pula sebanyak 3x. 5. Jumlah cacahan sebenarnya yang akan digunakan didapat dengan mengurangkan cacah sumber radiasi dengan cacah latar belakang(blangko) 4.5 Menentukan Aktivitas Suatu Sumber 1. Sebuah sumber radiasi (Cs-137) diletakkan pada ruang pencacah dengan waktu diatur 60 detik dengan sumber tegangan 760 volt. 2. Pencacahan dilakukan sebanyak 3x, cacahan yang didapat dicatat. 3. Sebuah sumber radiasi (Unknown) diletakkan pada ruang pencacahan dengan perlakuan yang sama untuk waktu dan tegangannya. 4. Pencacahan dilakukan sebanyak 3x, cacahan yang didapat dicatat. 5. Pengurangan dengan blangko dapat menggunakan data pada langkah kerja 4.4 V. DATA PENGAMATAN 1. 2. 3. a. Aktivitas sumber Co-60 Aktivitas sumber Cs-137 Aktivitas sumber X Pencarian tegangan kerja = 1 Ci 5,27 yrs Oktober 2011 = 1 Ci 30,07 yrs November 2011 = 1 Ci ??? yrs November 2011

counts 600 640 680 700 720 740 760 780 800 820 840 860 880 b. Kesetabilan alat counts 4083 4145 4106 4089 4113 4151 4174 4173 4132 c. Waktu mati unsur Co-60 Co-60 + Cs-137 Cs-137

Time (s)

High Voltage 1456 6277 6316 6469 6626 6679 6714 6911 6942 7124

Back ground 108 140 111 -

100

Time (s) 200 200 200 60 60 60 60 60 60

High Voltage 840 840 840 840 840 840 840 840 840

Back ground 201 151 121

counts 6805 6874 7699 7698 1690 1753

Times (s) 100 100 100 100 100 100

background 108 140

d. Efisiensi High Voltage 840

Times (s) 300

counts 21876

background 209

e. Penentuan sumber X High voltage Times (s) 840 300 840 300 VI. PERHITUNGAN 6.1 Menentukan Daerah Plato - N1 : 6911 cps - N2 : 6942 cps - V1 : 840 volt - V2 : 860 volt ( ( ) )

counts 9657 9446

Background 209 220

Tegangan Kerja ( Vk )

= V1 + 1/3 (V2 V1) = 840 volt + 1/3 (860 840) volt = 846.67 volt ~ 840 volt

Dilakukan pembulatan ke bawah yaitu 840 volt karena alat counts nya kelipatan 20 6.2 memeriksa kesetabilan alat pencacah rata-rata background = 158 cps NO 1 2 3 4 Cacah-latar (Cn) 3925 3987 3948 3931 Cn - Cn rata2 -46.556 15.444 -23.556 -40.556 (Cn - Cn rata2)2 2167.461 238.5171 554.8851 1644.789

5 6 7 8 9 jumlah rata-rata (

3955 3993 4016 4015 3974 35744 3971.55556 )

-16.556 21.444 44.444 43.444 2.444 31772.444

274.1011 459.8451 1975.269 1887.381 5.973136 9208.222

6.3 menentukan waktu mati 6.3.1 CO-60 ps 6.3.2 Cs-137

6.3.3 CO-60 dan Cs-137

Sehingga R1, R2 , dan R12 terkoreksi adalah ( )

6.4 efisiensi detector Sumber : Co-60 Ao : 1Ci = 37000 dps t : 5,27 tahun = 1923,56 hari to : November 2011 t sekarang : 20 November 2012

: November 2011 9 Oktober 2012 : 385 hari : 0,693/t : 0,693/1923,55 hari : 3,6027 . 10-4 1/hari : Ao. e t : (37000 dps) e (-3,6027.10-4 /hari x 385 hari) : 32211.319 dps : 21879 cps

6.5 Menentukan aktivitas suatu sumber N unknown : (9657 + 9446) /2 cps : 9551.5 cps Effisiensi detector : 67.92 % : 0.6792 dps VII. PEMBAHASAN Praktikum ini bertujuan untuk menentukan daerah plato, daerah plato adalah suatu daerah pada kurva detektor Geiger Muller yang relative datar atau daerah tegangan kerja detektor Geiger Muller. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh daerah kerja (plato) dari detektor Geiger Muller adalah pada tegangan 846.67 volt dengan pembulatan menjadi 840 volt. Dengan presentase kemiringan slope sebesar 0,0224%. Nilai kemiringan tersebut dapat dikatakan sudah sangat baik karena lebih kecil dari pada 0,1% per volt. Tujuan berikutnya adalah menentukan kestabilan suatu alat ukur dengan menggunakan prinsip Chi Square Test. Dalam praktikum diperoleh nilai dari Chi Square sebesar 2.3185. Detektor tersebuat masih belum dapat dikatakan stabil, karena nilai dari Chi Square yang baik adalah kisaran 3,33 dan 16,9.

Detektor Geiger Muller adalah termasuk detektor yang lambat, sehingga untuk pencacahan aktivitas tinggi, hasil cacahannya harus dikoreksi terhadap waktu mati (T) detektor tersebut. Waktu mati detektor dapat diartikan kondisi dimana suatu detektor berhenti beroperasi mencacah suatu sumber radiasi. Dalam praktikum ini didapat nilai waktu mati Detektor Geiger Muller adalah sebesar 9.0555 X 10-5 1/cps. Pada saat terjadi waktu mati, pasti tidak seluruh radiasi yang dilepaskan oleh sumber radiasi dapat dicacah oleh detektor, maka perlu menentukan efisiensi detektor yang menunjukkan korelasi antara nilai cacah yang ditunjukan sistem pencacah GM dan aktivitas sumber sebenarnya. Dalam praktikum ini di dapat efisiensi dari detektor Geiger Muller adalah sebanyak 67.92%. Dengan efisiensi sebesar 67.92% detektor tersebut dikatakan baik, karena efisiensi detektor Geiger Muller dikatakan baik apabila efisiensinya mendekati 100 %. Dari nilai effisiensi tersebut dapat digunakan untuk mencari aktivitas sumber yang belum diketahui. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui aktivitas sumber X sebesar 14062.87 dps VIII. KESIMPULAN 1. Tegangan kerja detektor Geiger Muller sebesar 840 volt. 2. Kestabilan sistem pencacah sebesar 2.3185 3. Waktu mati detektor sebesar 9.0555 X 10-5 1/cps. 4. Efisiensi detektor adalah sebesar 67.92% 5. Aktivitas cuplikan sumber radiasi unknown 14062.87 dps. IX. DAFTAR PUSTAKA Tim Asisten ADPR. 2007.Petunjuk Praktikum ADPRDetektor Geiger Muller.Yogyakarta : STTN-BATAN. Arya Wardhana, Wisnu.2007.Teknologi Nuklir.Yogyakarta : Andi Offset.halaman 213-217.

Yogyakarta, 15 Oktober 201 Asisten, Praktikan,

Maria Christina P

Rizky Anugrah Putra

Anda mungkin juga menyukai