Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Manusia diberi oleh Allah akal yang berguna unuk berfikir. Berfikir adalah upaya manusia untuk memperbaiki dirinya baik dihadapan Allah maupun manusia , sebab denga proses berfikir mnusia akan cederung terlihat bijaksana dalam menyelesaikan masalahnya. Keinginan untuk menjadi cerdas dari yang adalah wajar. Karena itu manusia selalu mencoba-coba apakah hal itu sesuai dengan pemikirannya atau tidak. Kita semua faham bahwa sesungguhnya ,makanan bagi akal kita adalah sepiring akal dan segelas nasihat. Dengan itu, manusia akan selalu merasa ditinya kan selalu dalam kebaikan. Demi menunjang ketercapaiannya itu, maka adakalanya kita butuh apa yang disebut dengan penelitian. Penelitian memiliki maksud untuk menjadi lantaran bagi jalan kita dalam membuat suatu rancangan dasar bagi pemahaman kita. Kita tidak akan mengerti ataupun memahami jikalau kita tidak berusaha untuk meneliti masalah atau hal itu. Penelitian memiliki bermacam-macam jenis seperti yang akan kami jelaskan. Semoga ini tidak membosankan dan dapat membuka wawasan kita tentang penelitian tersebut.
B. Rumusan Masalah

1. Sebutkan Jenis-jenis penelitian ? 2. Bagaimana konsep penelitian menurut tujuannya ? 3. Bagaimana konsep penelitian menurut pendekatannya ? 4. Bagaimana konsep penelitian menurut bidang keilmuannya ?

BAB II PEMBAHASAN A. Jenis Jenis Penelitian


Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.1 Ciri ilmiah :

Rasional Empiris Sistematis2

Syarat data untuk penelitian :

Valid (derajat ketepatan) Reliabel (derajat konsistensi/keajegan) Objektif (interpersonal agreement) Data yang valid maka reliabel dan objektif, tetapi tidak sebaliknya.3

Data valid diperoleh dengan cara :

Menggunakan instrumen penelitian yang valid. Mengunakan sumber data yang tepat dan cukup jumlahnya. Menggunakan metode pengumpulan data yang tepat/benar4.

Data reliabel diperoleh dengan cara : Menggunakan instrumen penelitian yang reliabel.

Data objektif diperoleh dengan cara :


1
2 3 4

Marzuki, C. Metodologi Riset.( Jakarta: Erlangga, 1999),4


Ibid., Ibid.,5 Ibid.,

Menggunakan sampel atau sumber data yang besar (jumlahnya mendekati populasi). Untuk memahami masalah jenis-jenis dan konsep dari penelitian , maka kami berikan

rinciannya sebagai berikut:


A. Menurut Tujuan 1. Penelitian Eksploratif Bertujuan untuk mengungkap secara luas dan mendalam tentang sebab-sebab dan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu. 2. Penelitian Pengembangan

Bertujuan untuk menemukan dan mengembangkan suatu prototipe baru atau yang sudah ada dalam rangka penyempurnaan dan pengembangan sehingga diperoleh hasil yang lebih produktif, efektif dan efisien. 3. Penelitian Verifikatif

Bertujuan untuk mengecek kebenaran hasil penelitian yang dilakukan terdahulu/ sebelumnya 5. B. Menurut Pendekatan 4. Penelitian Longitudinal (Bujur) Penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan melalui proses dan waktu yang lama terhadap sekelompok subjek penelitian tertentu (tetap) dan diamati/diukur terus menerus mengikuti masa perkembangannya (menembak beberapa kali terhadap kasus yang sama). 5. Penelitian Cross-Sectional (Silang)

Penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan melalui proses kompromi (silang) terhadap beberapa kelompok subjek penelitian dan diamati/diukur satu kali untuk tiap kelompok subjek penelitian tersebut sebagai wakil perkembangan dari tiap tahapan perkembangan subjek (menembak satu kali terhadap satu kasus)6.

C. Menurut Bidang Ilmu Secara umum, ilmu-ilmu dapat dibedakan antara ilmu-ilmu dasar dan ilmu-ilmu terapan.Termasuk kelompok ilmu dasar, antara lain ilmu-ilmu yang dikembangkan di fakultas-fakultas MIPA (Mathematika, Fisika, Kimia, Geofosika), Biologi, dan Geografi.

5 6

Ibid., 6 Ibid., 7-8

Kelompok ilmu terapan meliputi antara lain: ilmu-ilmu teknik, ilmu kedokteran, ilmuteknologi pertanian. Ilmu-ilmu dasar dikembangkan lewat penelitian yang biasa disebut sebagai penelitian dasar (basic research), sedangkan penelitian terapan (applied research) menghasilkan ilmu-ilmu terapan. Penelitian terapan (misalnya di bidang fisika bangunan) dilakukan dengan memanfaatkan ilmu dasar (misal: fisika). Oleh para perancang teknik, misalnya, ilmu terapan dan ilmu dasar dimanfaatkan untuk membuat rancangan keteknikan (misal: rancangan bangunan). Tentu saja, dalam merancang, para ahli teknik bangunan tersebut juga mempertimbangkan hal-hal lain, misalnya: keindahan, biaya, dan sentuhan budaya. Catatan: Suriasumantri menamakan penelitian dasar tersebut di atas sebagai penelitian murni (penelitian yang berkaitan dengan ilmu murni, contohnya: Fisika teori). Pada perkembangan keilmuan terbaru, sering sulit menngkatagorikan ilmu dasar dibedakan dengan ilmu terapan hanya dilihat dari fakultasnya saja. Misal, di Fakultas Biologi dikembangkan ilmu biologi teknik (biotek), yang mempunyai ciri-ciri ilmu terapan karena sangat dekat dengan penerapan ilmunya ke praktek nyata (perancangan produk). Demikian juga, dulu Ilmu Farmasi dikatagorikan sebagai ilmu dasar, tapi kini dimasukkan sebagai ilmu terapan karena dekat dengan terapannya di bidang industri. Karena makin banyaknya hal-hal yang masuk pertimbangan ke proses perancangan/perencanaan, selain ilmu-ilmu dasar dan terapan, produk-produk perancangan/perencanaan dapat menjadi obyek penelitian. Penelitian seperti ini disebut sebagai penelitian evaluasi (evaluation research) karena mengkaji dan mengevaluasi produk-produk tersebut untuk menggali pengetahuan/teori yang tidak terasa melekat pada produk-produk tersebut (selain ilmu-ilmu dasar dan terapan yang sudah ada sebelumnya). Bila tidak melihat apakah penelitian dasar atau terapan, maka macam penelitian menurut bidang ilmu dapat dibedakan langsung sesuai macam ilmu. Contoh: penelitian pendidikan, penelitian keteknikan, penelitian ruang angkasa, pertanian, perbankan, kedokteran, keolahragaan, dan sebagainya7.

B. PENJELASAN RAGAM dan KONSEP PENELITIAN


7

Arikunto, S. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.(. Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 32

Seperti yang sudah disinggung di atas mengenai jenis-jenis penelitian. Kami sedikit akan mengulas konsep yang ada di dalamnya dan beberapa hal yang berkaitan denganya. 1. Penelitian Eksplorasi Penelitian eksploratori (exploratorydalam istilah lama disebut penelitian eksploratif), merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian (kadang disebut pula dengan desain penelitian). Pendekatan (desain) penelitian lainnya (selain eksploratori) adalah penelitian deskriptif, dan penelitian kausal.Penelitian eksploratori, menurut Kotler, adalah penelitian yang bertujuan menghimpun informasi awal yang akan membantu upaya menetapkan masalah dan merumuskan hipotesis.Penyebutan penelitian eksploratori sebagai salah satu pendekatan penelitian antara lain: The exploratory approach attempts to discover general information about a topic that is not well understood by the marketer. For instance, a marketer has heard news reports about a new internet technology that is helping competitors but the marketer is not familiar with the technology and needs to do research to learn more. (Pendekatan eksploratori berupaya menemukan informasi umum mengenai sesuatu topik/masalah yang belum dipahami sepenuhnya oleh seseorang petugas pemasaran (bisa kita ganti sebutannya dengan yang lebih umum: peneliti). Sebagai contoh, seorang petugas pemasaran (peneliti) telah mendengar berita tentang adanya teknologi internet baru yang bisa membantu pihak-pihak yang berkompetisi di dunia pemasaran, tetapi si petugas pemasaran tersebut belum akrab (kenal, paham) benar dengan peralatan teknologi tersebut dan berkeinginan untuk melakukan penelitian guna mengenal lebih jauh mengenainya.8 Istilah disain (bukan pendekatan) sebenarnya lebih menunjuk ke sisi operasional pendekatan tersebut. . The basic difference between exploratory and descriptive research is the researh design (Perbedaan pokok antara penelitian eksploratori dan deskriptif adalah pada desainnya).
8

Nazir, Mohammad. Metode Penelitian. (Jakarta: Ghalia Indonesia,1999) ,12


5

Exploratory research follows a format that is less structured and more flexible than descriptive research (Penelitian eksploratori tatacara atau langkah-langkah penelitiannya tidak terstruktur-baku seperti penelitian deskriptif, dan jauh lebih luwes-dapat diubahubah sesuai situasi-pula). This approach works well when the marketer doesnt have an understanding of the topic or the topic is new and it is hard to pinpoint the research direction .(Pendekatan penelitian eksploratif ini akan sangat cocok digunakan apabila si petugas pemasaran/peneliti belum paham benar mengenai sesuatu topik/masalah yang akan dilteliti, atau topik tersebut merupakan sesuatu yang baru yang sangat sulit sekali untuk menentukan arah ke mana penelitian terhadapnya akan menuju).9 Nah, jadi, penelitian eksploratif merupakan salah satu pendekatan penelitian yang digunakan untuk meneliti sesuatu (yang menarik perhatian) yang belum diketahui, belum dipahami, belum dikenali, dengan baik. 2. Objek penelitian eksploratori Istilah untuk menyebut sifat-keadaan topik/masalah penelitian eksploratori seperti disebutkan di atas itu bermacam-macam, belum diketahui) diteliti), antara lain: (1) a topic is not well understood(topic benar mengenainya/sesuatu yang akan

(2) s/he doesnt know enough about (somethingyang bersangkutan/peneliti belum tahu (3) an issue or problem where there are few or no earlier studies to refer to (persoalan atau masalah yang sedikit sekali atau bahkan tidak ada sama sekali hasil-hasil penelitian terdahulu yang bisa dijadikan rujukan mengenainya), (4) hardly anything is known about the matter at the outset of the project (sejak awal proyek penelitian hampir-hampir tiada sesuatu apapun yang diketahui mengenai masalah yang akan diteliti itu)10

9 10

Ibid., 13 Ibid.,15

Maka, When gaining insight (i.e., discovery) on an issue is the primary goal, exploratory research is used [apabila yang menjadi tujuan utama penelitian adalah memperoleh pengetahuan yang mendalam (misalnya "menemukan sesuatu yang belum diketahui") mengenai sesuatu masalah/hal/objek penelitian, maka pendekatan penelitian eksploratorilah yang paling tepat digunakan]. Dari beberapa penjelasan tersebut dapatlah dipahami bahwa apabila penelitianpenelitian kuantitatif-positivistik yang bersifat mengukur-ukur dan uji hipotesis dimulai dari adanya sesuatu masalah (yang diidentifikasi lewat membaca literatur, membuka-buka dokumendata statistik dsb, atau pengamatan selintaslewat wawancara dsb), lalu membatasi masalah yang akan diteliti (salah satu atau beberapa dari sekian masalah yang sudah teridentifikasi tersebut), kemudian dipertanyakan dipermasalahkan (kenapa, apa penyebab dsb) yang dirumuskan sebagai rumusan masalah (dalam kalimat tanya), penelitian eksploratif tidak mulai dengan langkah (desain) seperti itu. Penelitian eksploratif mulai dari ketidaktahuan akan sesuatu fenomena yang menarik untuk, atau perlu, diteliti. 3. Langkah penelitian eksploratori konvensional Di atas disebutkan bahwa ada perbedaan disain antara penelitian eksploratori dan deskriptif, yaitu dalam hal penelitian eksploratori tahapannya tidak sebaku seperti penelitian deskriptif. Namun demikian, agar tidak terlampau sulit memahaminya, Penulis lebih suka membuat pilihan, bisa gunakan yang agak konvensional baku juga seperti yang akan dipaparkan berikut. Langkah pertama, pada latar belakang penelitian dikemukakanlah mengenai adanya sesuatu fenomena yang menarik (misalnyadalam contoh di atasadanya produk teknologi internet baru yang sangat penting untuk dunia pemasaran). Contoh lain dalam pendidikan adalah adanya gerakan baru dalam manajemen sekolah (untuk saat ini misalnya adanya ISOnisasi, SBN-isasi, SBI-nisasi). Konsep atau ide tentang ISO, SBN, SBI mungkin bisa dirujuk dari literatur atau aturan/pedoman tertentu. Pelaksanaannya di lapangan seperti apa, itu yang benar-benar belum ada rujukan tentangnya. Ini sebagai
7

contoh, dalam kenyataan sekarang tentu sudah ada beberapa penelitian tentangnya. Jadi, anggap ISO,SBN, SBI sebagai ide yang benar-benar baru.11 Selanjutnya, langkah kedua, dimunculkanlah pertanyaan penelitian

(permasalahan penelitian) yang dinyatakan sebagai rumusan masalah (dalam kalimat tanya), misalnya, mengacu contoh di atas, Seperti apakah sosok teknologi internet baru tersebut dan seberapa besar tingkat kemanfaatannya untuk pelaksanaan pemasaran? Atau, Bagaimana sekolah melaksanakan upaya untuk mencapai standar sekolah nasional/internasional? (Kasus SBN dan SBI). Atau Bagaimana sekolah merancang dan mengelola program untuk memberikan layanan prima kepada para pemangku kepentingannya? (Kasus: ISO). Pertanyaan penelitian tersebut hanya berkaitan dengan aspek what dan/atau how sesuatu yang diteliti (isu, problem) . Jadi, dengan kata lain, tidak mengenai why (sebab-akibat). Langkah berikutnya (berdasarkan langkah penelitian baku) adalah merumuskan tujuan penelitian. Tentu saja tujuannya adalah mengetahui (secara mendalam/understand) mengenai sesuatu (topik/masalah) tersebut, untuk kemudian mendeskripsikannya. Dengan kata lain, rumusannya boleh berupa (untuk) mengetahui . atau (untuk) mendeskripsikan Untuk mengetahui berdasar pada awal penelitian yang mulai dari ketidaktahuan, sementara Untuk mendeskripsikan berdasar pada nantinya hasil penelitian akan dilaporkan seperti apa (dalam ujud tipe pelaporan yang bagaimana).12 Langkah berikutnya, menelaah berbagai literatur (jika dipandang perluumumnya perlu) untuk mendapatkan gambaran umum mengenai sesuatu (objek penelitian) tersebut, terutama untuk mempertegas memperjelas konsep-konsep (istilah, sebutan) yang berkaitan dengan sesuatu tersebut. Misalnya mempertegas memperjelas

11

Ibid.,22 Ibid.,22 dan Kerlinger, Fred N. 2000. AsasAsas Penelitian Behavioural. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
12

makna/pengertian/definisi

sebutan

(konsep)

ISO/TQM,

sekolah

berstandar

nasional/internasional, dan yang terkait dengannya. Langkah berikutnya menjelaskan bagaimana penelitian itu akan dilakukan (metode, prosedur, atau desain penelitian), yaitu penetapan sumber data/informasi (subjek/responden/narasumber penelitian), serta penggunaan teknik pengumpulan dan analisis data yang akan digunakan. Itu jika berupa proposal. Jika suda dilakukan diubah jadi bagaimana penelitian (dalam hal ini pengumpulan data) dilakukan. Langkah terakhir, jika sudah meneliti, adalah menganalisis data yang diperoleh. Ambil contoh permasalahan mengenai apa saja upaya yang dilakukan sekolah agar menjadi sekolah berstandar internasional. Data diperoleh dengan wawancara terhadap narasumber. Informasi (data) dari narasumber (semua narasumber) itu diolah (sama dengan analisis) menjadi simpulan umum apa saja upaya yang dilakukan. Tentu harus dikelompok-kelompokkan sesuai dengan temuan yang diperoleh. Misalnya mengenai upaya menjalin kerja sama dengan lembaga pendidikan luar negeri, upaya membina (membentuk) komitmen seluruh wearga sekolah untuk menjadi SBI, upaya memperoleh dana sumber dana, upaya meningkatkan profesionalisem staf sekolah, upaya memenuhi persyaratan fasilitas, upaya meningkatkan KBM/PBM, dan sebagainya.13 4. Langkah murni eksplorasi14 Penelitian eksploratori (eksploratif), sesuai dengan namanya, merupakan penelitian penggalian, menggali untuk menemukan (konsep atau masalah). Jadi, karena bersifat menggali (betul-betul mengeksplorasi), maka sebenarnya tidak ada langkah yang baku. Lakukan saja penggalian, lalu seleksi segala macam yang tergali itu, temukan bulir-bulir yang bernas, yang bermakna daripadanya.Ibaratkan seperti orang mencari emas. Gali saja pasir-pasir dan tanah, lalu ayak, dan buang yang bukan emas, ambil yang emas.
13 14

Ibid.,22-24 Ibid.,22-25

Jika cara ini yang dilakukan, bisa jadi (andaikata berkenaan dengan mahasiswa), mahasiswa dan dosen pembimbingnya akan bingung karena di luar langkah-langkah konvensional seperti dicontohkan di atas. Kan tidak semua dosen paham sepenuhnya metodologi penelitian. Sudah terbiasa dengan pola kuantiatif positivistik pula. Contoh: Sebuah yayasan pendidikan melakukan terobosan baru dalam pelaksanaan pendidikan. Murid-murid (yang disebut murid) tidak diberi pelajaran di kelas oleh guru yang berceramah. Murid diajak bermain-main dengan alam. Semua belajar dengan dan dari alam. Berbahasa dengan alam, bermatematika dengan alam, berIPA dengan alam, berIPS dengan alam, berPKn dengan alam, berKertakes dengan alam, berolah raga dengan alam. Pokoknya segala macam materi skolastik (pelajaran sekolah) dipelajari di, dengan, dan lewat alam. Tidak ada ceramah dari guru, tidak ada ulangan dan ujian. Lalu, apa ukuran keberhasilan bersekolah-nya? Bagaimana pula murid-murid itu belajar, dan bagaimana guru mengajar? Kan sebetulnya tertemukan juga pola (langkah) penelitiannya, walau benar-benar akan eksploratif. Pertama, ada sekolah alam yang tidak sama dengan sekolah alam yang sudah ada. Itu latar belakangnya (ketidaksamaan dengan sekolah manapun). Kedua, dipertanyakan banyak hal (menurut ukuran konvensional sistem sekolah): pelajarannya apa saja, gurunya mengajar bagaimana, muridnya belajar bagaimana, evaluasinya bagaimana, sarana-prasarana apa saja, dan sebagainya. Itu permasalahan penelitian (rumusan msalah). Ketiga, mengapa diteliti? Apa tujuannya? Rumusannya: Mengetahui seluk beluk sekolah alam tersebut. Keempat, menelaaah literatur? Ya tidak bakalan ada, lah! Kata bahasa gaulnya. Jadi lewat. Langsung ke metode (prosedur) penelitian. Objeknya seluk beluk sekolah
10

alam tersebut. Subjeknya sekolah alam tadi itu. Narasumbernya seluruh staf penyelenggara dan pelaksana. Teknik mengumpulkan datanya dengan wawancara dan observasi partisipan (partisipatif/partisipatoris). Analisis datanya bisa kuantitatif, bisa kualitatif, dan mungkin cukup hanya sampai taraf deskriptif (nah, istilah deskriptif ini suka membingungkannanti kita bahas). Kelima, laporan. Olah data, ceritera singkat gambaran umum, butir-butir penting saja, jangan semua hal dimasukkan (reduksi atau penyaringan data di kepala saja, tak usah diceriterakan data yang dibuang dan data yang dipakai). Kelompokkan menurut yang lazim ada sebagai komponen sistem pendidikan (gurunya, muridnya, kurikulumnya, sarana dan prasarananya, KBM-nya, dsb). Misal: Siapa saja yang menjadi guru (latar belakang pendidikan, bagaimana dilatih untuk belajar-mengajar di, dengan, dan lewat alam, bagaimana mengembangkan profesionalismenya sebagai pendidik, dsb). Siapa saja yang menjadi murid, dari kalangan orang tua yang seperti apa, bagaimana gairah belajarnya, bagaimana (seperti apa) pengetahuan yang dimilikinya, bagaimana daya nalarnya, bagaimana kemampuan meneliti alam yang dikuasainya, dsb. Dan aspek lainya digambarkan seara ringkas, padat, mencakup, dan komunikatif. Contoh Penelitian Eksploratori (Eksploratif) Ketika isu sertifikasi profesi muncul ke permukaan, apa yang dimaksudkan dengan sertifikasi itu saja masih diperdebatkan orang. Sebagian punya pemahaman tertentu, sebagian lain punya pemahaman lain lagi. Siapa yang melakukan sertifikasi juga macam-macam pandangan, ada yang harus si empunya pendidikan akademik terkait, ada yang memandang itu bagian asosiasi profesi, ada yang memandang dilakukan bersama-sama. Itu yang muncul di media masa dan ceritera dari mulut ke mulut, ada yang berupa artikel ada pula berita para pejabat.
Salah satu jabatan profesi adalah pustakawan. Menarik karenanya untuk digali (dieksplor) pemahaman pustakawan dan tenaga perpustakaan mengenainya. Itu yang saya lakukan sekian tahun yang lalu. Pustakawan yang dijadikan sampel sekedar memperoleh dari 11

berbagai lembaga (UNY, IAIN/UIN Sunan Kalijaga, UII, dan beberapa sekolah). Tidak banyak, tapi cukup memberikan gambaran ragam pendapat mengenainya. Pertanyaan diajukan agak terstruktur lewat angket semi terbuka. Ada tambahan pendapat atau pandangan yang boleh dituliskan sebagai jawaban atau opini di luar yang dituliskan dalam angket. Laporannya (deskriptif, kuantitatif hitung-hitung persentase yang berpendapat begini begitu) jadilah sebagai makalah seminar Ilmu Pendidikan di UPI Bandung. 2. Penelitian Pengembangan (developmental)

Seiring dengan diberlakukannya kebijaksanaan otonomi daerah pada awal tahun 2001, maka tuntutan akan penelitian yang hasilnya langsung dapat dimanfaatkan/diterapkan oleh masyarakat/daerah semakin terasa. Hal ini berkaitan dengan sinyalemen yang menyatakan bahwa pada saat ini terdapat kesenjangan antara penelitian yang dilakukan oleh perguruan tinggi (yang kebanyakan berorientasi pada penelitian dasar untuk mengembangkan teori), dengan kebutuhan masyarakat terhadap penelitian yang hasilnya langsung dapat dimanfaatkan15. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, maka jenis penelitian pengembangan (research and development) merupakan jawaban yang tepat. Hal ini karena penelitian pengembangan bukanlah penelitian yang dimaksudkan untuk menemukan teori, melainkan penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan atau mengembangkan suatu produk. Produk dalam kaitannya dengan pendidikan dan pembelajaran bisa berupa kurikulum, model, sistem managemen, sistem pembelajaran, bahan/media pembelajaran dan lain-lain. Dengan dihasilkannya berbagai produk pendidikan/ pembelajaran, maka pihak-pihak yang berkepentingan tinggal menerapkan produk produk tersebut dalam kegiatan pendidikan/pembelajaran. Untuk mengembangkan produk-produk pendidikan/pembelajaran, perlu ditempuh melalui sebuah pendekatan penelitian. Hal ini dimaksudkan agar produk-produk yang dihasilkan merupakan produk yang layak untuk dimanfaatkan dan benar-benar sesuai dengan kebutuhan

15

Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang (UNM). Metodologi Penelitian Pengembangan Bidang Pendidikan dan Pembelajaran.( Malang : Lemlit UNM, 2000),

12

BAB III PENUTUP Kesimpulan


Jenis-jenis penelitian sangat beragam macamnya, disesuaikan dengan cara pandang dan dasar keilmuan yang dimiliki oleh para pakar dalam memberikan klasifikasi akan jenis penelitian yang diungkapkan. Namun demikian, jenis penelitian secara umum dapat digolongkan sebagaimana yang akan dipaparkan berikut ini. Jenis Penelitian Menurut Tujuan a. Penelitian Eksploratif Jenis penelitian eksploratif, adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk menemukan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru itu dapat saja berupa pengelompokkan suatu gejala, fakta, dan penyakit tertentu. Penelitian ini banyak memakan waktu dan biaya. b. Penelitian Pengembangan Jenis penelitian pengembangan bertujuan untuk mengembangkan aspek ilmu pengetahuan. Misalnya: penelitian yang meneliti tentang pemanfaatan terapi gen untuk penyakit-penyakit menurun. c. Penelitian Verifikatif Jenis penelitian ini bertujuan untuk menguji kebenaran suatu fenomena. Misalnya saja, masyarakat mempercayai bahwa air sumur Pak Daryan mampu mengobati penyakit mata dan kulit. Fenomena ini harus dibuktikan secara klinik dan farmakologik, apakah memang air tersebut mengandung zat kimia yang dapat menyembuhkan penyakit mata. Jenis Penelitian Menurut Waktu a) Penelitian Longitudinal Penelitian longitudinal adalah penelitian yang dilakukan dengan ciri: waktu penelitian lama, memerlukan biaya yang relatif besar, dan melibatkan populasi yang mendiami wilayah tertentu, dan dipusatkan pada perubahan variabel amatan dari waktu ke waktu. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari pola dan urutan perkembangan dan/atau perubahan sesuatu hal, sejalan dengan berlangsungnya perubahan waktu. Jenis penelitian ini sering digunakan pada penelitian lingkup Epidemiologi dengan beberapa rancangan yang khas, seperti kohort, cross-sectional, dan kasus kontrol. a. 13 Kohort Jenis penelitian menurut tujuan terdiri dari:

Penelitian kohort sering juga disebut penelitian follow up atau penelitian insidensi, yang dimulai dengan sekelompok orang (kohor) yang bebas dari penyakit, yang diklasifikasikan ke dalam subkelompok tertentu sesuai dengan paparan terhadap sebuah penyebab potensial terjadinya penyakit atau outcome. Penelitian kohort memberikan informasi terbaik tentang penyebab penyakit dan pengukurannya yang paling langsung tentang resiko timbulnya penyakit. Jadi ciri umum penelitian kohort adalah: a. dimulai dari pemilihan subyek berdasarkan status paparan. b. c. d. melakukan pencatatan terhadap perkembangan subyek dalam kelompok studi amatan. dimungkinkan penghitungan laju insidensi (ID) dari masing-masing kelompok studi. peneliti hanya mengamati dan mencatat paparan dan penyakit dan tidak dengan sengaja Oleh karena penelitian kohort diikuti dalam suatu periode tertentu, maka rancangannya dapat bersifat restropektif dan prospektif, tergantung pada kapan terjadinya paparan pada saat peneliti mau mengadakan penelitian. Rancangan penelitian kohort prospektif, jika paparan sedang atau akan berlangsung, pada saat penelitian memulai penelitiannya. Rancangan kohort retrospektif, jika paparan telah terjadi sebelum peneliti memulai penelitiannya. Jenis penelitian ini sering disebut sebagai penelitian prospektif historik. b) Penelitian cross-sectional (Lintas-Bagian) Penelitian lintas-bagian adalah penelitian yang mengukur prevalensi penyakit. Oleh karena itu seringkali disebut sebagai penelitian prevalensi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan penyakit dengan paparan dengan cara mengamati status paparan dan penyakit secara serentak pada individu dari populasi tunggal pada satu saat atau periode tertentu. Penelitian lintas-bagian relatif lebih mudah dan murah untuk dikerjakan oleh peneliti dan amat berguna bagi penemuan pemapar yang terikat erat pada karakteristik masing-masing individu. Data yang berasal dari penelitian ini bermanfaat untuk: menaksir besarnya kebutuhan di bidang pelayanan kesehatan dari populasi tersebut. Instrumen yang sering digunakan untuk memperoleh data dilakukan melalui: survei, wawancara, dan isian kuisioner.

mengalokasikan paparan.

Jenis Penelitian Menurut Bidang Ilmu i. ii. Pendidikan Ekonomi

14

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.(. Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 32 Asim, Dr. M.Pd, Sistematika Penelitian Pengembangan. (Malang : Lembaga PenelitianUniversitas Negeri Malang, 2001),1 Bailey. Educational Research (London : Oxford university,1990),10. Borg W.R. and Gall M.D., Educational Research : An Introduction, 4 th edition. (London: Longman Inc., 1983),5 Dane, F.C. Research Methods. (Brooks/Cole Publishing Company. Belmont California,1990),23 Dwiyogo Wasis D Dr. M.Pd, Pelaksanaan Penelitian Pengembangan. (Malang: Lembaga Penelitian-Universitas Negeri Malang, 2001),1 Gephart, William J, Toward a Taxonomy of Empirically-Based Problem Solving Strategies. (Viscounsin: University of Viscounsin, 1972),3 Kerlinger, Fred N. 2000. AsasAsas Penelitian Behavioural. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Laporan Akhir Studi Evaluasi Program Pendidikan Moral Melalui Televisi. (Jakarta: Pustekkom, LP3ES dan IFES, 2000),2 Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang (UNM). Metodologi Penelitian Pengembangan Bidang Pendidikan dan Pembelajaran.( Malang : Lemlit UNM, 2000), Marzuki, C. Metodologi Riset.( Jakarta: Erlangga, 1999),4 Nazir, Mohammad. Metode Penelitian. (Jakarta: Ghalia Indonesia,1999) ,12 Perin, Donald G. Instructional Television : Synopsis of Television in Education.( New Jersey: Educational Technology Publications, 1977),8

15

Anda mungkin juga menyukai