Anda di halaman 1dari 23

BAB I KETENTUAN MUNAKAHAT DALAM ISLAM

1.1. Pengertian Munakahat Nikah menurut antara menurut bahasa adalah berarti akad yang yang menghimpun,sedangkan menghalalkan bukan muhrim pergaulan sehingga Pernikahan

terminologis laki-laki hak dan

perempuan kewajiban

menimbulkan

dan

antara

keduanya.

dalam arti luas adalah suatu ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan Pernikahan untuk hidup bersama untuk dalam suatu rumah keturunan tangga. yang

dilakukan

mendapatkan

dilangsungkan menurut ketentuan-ketentuan syariat islam.

1.2.

Hukum Pernikahan 1.2.1. Jaiz atau mubah Perkawinan Pada prinsipnya, untuk yang hukum setiap asalnya manusia adalah yang mubah telah untuk ini (boleh). memiliki menikahi atas

persyaratan seseorang

menikah,

dibolehkan Hal

menjadi

pilihannya.

didasarkan

firman Allah Swt. Dalam surat An-Nisa (4) ayat 3

           
Dan jika kalian hak-hak maka dua, dapat khawatir tidak akan yatim dapat berlaku adil kalian yang kalian seorang

terhadap

perempuan nikahilah tiga, atau

(bilamana lain jika

menikahinya), kalian senangi: tidak

wanita-wanita empat. adil Kemudian

khawatir

berlaku

maka

nikahilah

wanita miliki.

saja Yang

atau demikian

budak-budak itu lebih

perempuan dekat untuk

yang kalian

kalian tidak

berlaku aniaya. (An-Nisa`: 3) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ada yaitu oleh empat memiliki Ahmad hal rasa dan yang malu,

At-tirmidzi, merupakan

Rasulullah ajaran para

bersabda, rasul,

memakai wangi-wangian, bersiwak, dan menikah. 1.2.2. Sunah Perkawinan mampu dan hukumnya berkeinginan mendapat pada sabda oleh sunah untuk bagi mereka yang telah yang ini hadis artinya, mampu menikah.

menikah. dari saw. ahli diantara Allah

Perkawinan swt. Hal

dilakukannya didasarkan yang Hai serta Karena pandangan akan siapa Karena

pahala

Rasulullah semua siapa

dalam hadis, kamu

sebuah yang yang dia

diriwayatkan para

pemuda,barang untuk

berkeinginan

menikah,

hendaklah itu dapat

sesungguhnya mata

perkawinan orang

menundukkan dilihat Dan dia dan

terhadap

yang

tidak

halal

memeliharanya yang tidak

dari

godaan menikah,

syahwat. hendaklah

barang berpuasa.

mampu puasa

dengan

hawa

nafsunya

terhadap

perempuan

akan berkurang. 1.2.3. Wajib Perkawinan memiliki hukumnya yang dilakukan secara ia seseorang materi yang maupun sudah mental justru

kemampuan,baik wajib. Jika

menangguhkannya,

dikhawatirkan akan terjerumus ke dalam kesesatan. 1.2.4. Makruh Perkawinan dilakukan oleh menjadi makruh yang hukunya belum apabila mampu

orang-orang

melangsungkan untuk berpuasa. 1.2.5. Haram Perkawinan dilakukan oleh

perkawinan.

Kepada

mereka

dianjurkan

menjadi seorang Misalnya yang

haram bertujuan

hukumnya tidak hati baik

apabila dalam

perkawinannya. Perkawinan ajaran dari sebagai Islam

untuk yang

menyakiti demikian

seseorang. oleh mulia adalah ar-Rum

dengan dan

motivasi sangat itu

dilarang tujuan

bertentangan Tujuan

dengan

perkawinan firman

sendiri. Swt.

perkawinan surat

Allah

dalam

al-Quran

(30) ayat 21:

Dan

diantara

tanda-tanda istri-istri dan

kekuasaan-Nya dari merasa kamu

ialah

Dia sendiri,

menciptakan supaya Dan kamu

untukmu cenderung di pada

jenismu tentram

kepadanya. sayang, tanda-

dijadikan

antara yang

rasa itu

kasih terdapat

sesungguhnya

demikian

tanda bagi kaum yang berpikir. (QS. Ar-Rum : 21) Dari perkawinan rasa ke yang dan dalam ayat tersebut dapat disimpulkan ketentraman suami dan bahwa dan istri. tujuan

adalah kasih

terciptanya di

munculnya Termasuk perkawinan dan

sayang

antara

perkawinan

yang

diharamkan maksud ini Swt.,

ialah

dilakukan harta

dengan orang. Hal Allah

menganiaya niat

mengambil tersebut

disebabkan tetapi

perkawinan karena harta

bukan

karena

hanya

atau materi.

1.3. Kedudukan dan Tujuan Pernikahan Pernikahan antara seksual penerus, laki-laki bukan dan sekedar perempuan, Dari buruknya mengesahkan atau hubungan badan kebutuhan generasi oleh

memuaskan akan sanagat lahir

semata-mata. baik atau

perkawinan mereka

dipengaruhi

peristiwa yang dimulai dalam pernikahan.

Nikah

itu

sunnahku,

barang

siapa

membenci

pernikahan,

maka

ia bukan tergolong umatku.

Nikah itu adalah setengah iman. Pernikahan menciptakan batin. menurut keluarga yang ajaran tentram, islam damai bertujuan dan sejahtera untuk lahir

1.4. Persiapan Nikah 1.4.1. Mencari jodoh yang Baik Menurut Agama Kriteria mencari calon pasangan yang dianjurkan

Rasulullah, diungkapkan dalam hadis berikut:

Perempuan

dinikahi

karena dan

empat

hal:

karena Pilihlah

cantiknya,hartanya,keturunannya,

agamanya.

karena

agamanya,

niscaya

engkau

mendapat

keuntungan.

(HR. Bukhari dan Muslim) Faktor tercapainya dan antara tentram suami agama keluarga jika dengan hubungan muslim sangat sakinah. terdapat istri. penting Perkawinan kesesuaian masa dan akan pandangan pra-nikah berbeda islam menentukan langgeng hidup

Dalam

sebaiknya agama. untuk

dihindarkan Seorang

dengan

orang oleh

yang syariat

diharamkan

menikah dengan non-muslim.

Dan sebelum yang dia

janganlah mereka

kamu beriman. baik hatimu. yang dia Allah Dan

nikahi

wanita-wanita wanita musyrik mereka baik dari ,

musyrik, budak walaupun beriman. orang

Sesungguhnya dari wanita

mukmin menarik

lebih

sebelum mukmin lebih hatimu. ke

Sesungguhnya musyrik ke

budak

walaupun sedang

menarik mengajak Allah

Mereka surge dan

mengajak ampunan

neraka,

dengan

izinNya.

menerangkan manusia

ayat-ayat-Nya mereka

(perintah-perintah-Nya)

kepada

supaya

mengambil pelajaran. (QS. Al-Baqarah,2:221) 1.4.2. Khitbah Pertimbangan mengutamakan sikap segi dalam agamanya, yang menentukan yaitu baik. islam serta pasangan memiliki persiapan

keberagamaan

Dalam

pernikahan perempuan menyatakan perempuan. seorang

pihak yang

laki-laki disebut

melamar yaitu

kepada pihak

pihak laki-laki seorang oleh

khitbah, untuk

keinginannya Apabila ia seorang

menikahi telah

perempuan untuk

dilamar

laki-laki,

diharamkan

menerima

lamaran

laki-laki lain, sebagaimana sabda rasul:

Janganlah saudaranya, pinangan

salah keculi itu

seorang

diantaramu

meminang

pinangan

pinangan memberikan

sebelumnya izin

meninggalkan (HR.

atau

kepadanya.

Bukhari dan Muslim)

1.5. Perempuan Yang haram Dinikahi Perempuan yang diharamkan untuk dinikahi adalah muhrim

atau mahram yang terdiri atas : 1.5.1. Diharamkan kaarena keturunan a. Ibu dan seterusnya ke atas b. Anak perempuan dan seterusnya ke bawah c. Saudara perempun sekandung,seayah atau seibu d. Bibi dari ayah dan ibu (saudara ibu/ayah,baik sekandung atau perantara dari ibu/ayah) e. Anak perempuan dari saudara laki-laki dan perempuan terus ke bawah 1.5.2. Diharamkan karena susuan a. Ibu yang menyusui b. Saudara permpuan yang mempunyai hubungan susuan

1.5.3. Diharamkan karena suatu perkawinan a. Ibu istri (mertua) dan seterusnya ke atas,baik ibu dari keturunan maupun susuan b. Anak tiri (anak istri yang dikawin dengan suami lain),jika sudah campur dengan ibunya c. Istri ayah dan seterusnya ke atas d. Wanita-wanita yang pernah dikawini ayah,kakek sampai ke atas e. Istri anaknya yang laki-laki (menantu) dan seterusnya 1.5.4. Diharamkan untuk sementara a. Pertalian nikah yaitu perempuan yang masih berada dalam ikatan pernikahan, sampai dicerai dan habis masa idahnya. b. Talak bain kurba, yaitu perempuan yang ditalak dengan talak tiga, haram dinikahi oleh laki-laki lain serta telah digauli. Apabila perempuan tersebut dicerai dan habis masa idahnya boleh dinikahi oleh bekas suaminya yang pertama c. Menghimpun dua perempuan bersaudara, kalau salah satu dicerai atau meninggal d. Menghimpun perempuan lebih dari keempat e. Berlainan agama, kecuali perempuan itu masuk islam

1.6. Pelaksanaan Pernikahan Pelaksanaan pernikahan terdiri dari: 1.6.1. Rukun Pernikahan a. Calon pasangan suami istri yaitu laki-laki muslim dan perempuan muslimah yang tidak diharamkan untuk dinikahi. b. Wali yaitu orang yang bertanggung jawab menikahkan pengantin perempuan, baik wali nasab maupun wali hakim. Wali nasab adalah wali yang mempunyai hubungan darah dengan perempuan yang akan dinikahkan. Sedangkan wali hakim adalah wali yang diangkat untuk menikahkan perempuan yang tidak memiliki atau karena sesuatu hal tidak mempunyai wali nasab.

c. Saksi yaitu dua orang laki-laki dewasa yang menjadi saksi atas terjadinya suatu pernikahan untuk menguatkan akad nikah yang terjadi dan menjadi saksi keabsahan keturunan yang lahir dari pernikahan tersebut. d. Mahar yaitu pemberian dari pihak laki-laki kepada perempuan pada saat pernikahan. Jumlah dan jenis mahar tidak ditentukan oleh ajaran islam, tetapi dianjurkan disesuaikan dengan kemampuan laki-laki. e. Ijab dan qabul, ijab adalah ucapan penyerahan dari wali perempuan kepada pihak laki-laki. Sedangkan qabul adaalah ucapan penerimaan pihak laki-laki atas penyerahan perempuan dari walinya. Contoh ucapan ijab qabul, adalah : Wali : Aku nikahkan engkau dengan anakku (disebut nama pengantin perempuan) dengan mas kawin (sebut, jenis dan jumlah) tunai. Qabul dari penganten laki-laki : Aku terima nikahnya (sebut nama perempuan) dengan mas kawin (sebut, jenis, dan jumlah) tunai. 1.6.2. Tidak sahnya ijab dan qabul Ijab dan qabul tidak sah apabila tidak memenuhi

syarat-syarat berikut : a. Ijab dan qabul itu dilafalkan oleh orang yang balig dan berakal. b. Ijab dan qabul harus dilafalkan pada satu majelis c. Qabul tidak berbeda dengan ijab kecuali dalam hal-hal yang sifatnya lebih baik atau lebih sempurna d. Orang yang mengungkapkan ijab tidak mencabut ijabnya atau tidak menunjukan sikap berpaling dari suasana ijab sebelum qabul diucapkan e. Kedua belah pihak mendengar ijab dan qabul itu secara jelas dan memahami maksudnya dengan baik. f. Ijab dan qabul bersifat tuntas atau tidak dikaitkan dengan syarat lainya yang dapat membatalkan akad nikah.

1.7. Pembinaan Keluarga 1.7.1. Membina Kasih Sayang Kasih keluarga saling sehingga yang baik. sayang sakinah. mengenal merupakan Membina dan saling dapat sayang prasyarat sayang bagi terciptanya dengan keduanya komunikasi harus dapat dan dipahami. memberi

kasih

dimulai diantara

memahami

keduanya Kasih oleh

mengembangkan pihak

masing-masing

terasakan

keduanya. masing-masing diantara

Keinginan-keinginan pihak dapat dapat saling

harapan-harapan Dengan demikian,

mereka

dan menerima. Peran sangat dasarnya semua berbagai komunikasi dalam pembinaan Kasih kasih sayang sayang pada Untuk dengan atau sayang dirasakan

menentukan harus itu,

suasana

keluarga. bukan harus dalam

dirasakan, sayang baik

hanya

dikatakan.

kasih

dikomunikasikan kata-kata, sehingga perangai kasih

ungkapan,

isyarat-isyarat, yang diberikan

maupun dapat

tindakan sampai

dan

benar-benar

oleh masing-masing. 1.7.2. Merawat dan Mendidik Anak Keluarga yang amanat ibunya. Merawat ibu saat untuk bapaknya dalam dan dimulai mendidik sejak ibu anak dalam dan merupakan kandungan bapaknya anaknya dan baik kewajiban Pada akan Allah akan menghuni yang melahirkan masa diberikan keturunan, yaitu anak-anak adalah ayah

depan kepada

kehidupan. suami

Anak atau

istri

ibunya.

kandungan, dan

berkewajiban dengan cara ibunya.

merawat

mendidik yang halal

memberikan Halal adalah

makanan

kepada

konsumsi

ruhaniyah

yang

dapat

membentuk

karakter yang

dan atau

tabiat

anak akan

yang

akan

dilahirkan. fisik anak

Makanan menjadi

baik

bergizi

membentuk

sehat dan kuat. Selama dilakukan tenang,tentram disertai dengan dalam dengan ,damai doa cara dan akan kandungan, menciptakan religius. melahirkan pendidikan suasana damai yang dapat yang yng baik

Suasana suasana

bagi perkembangan bayi dalam kandungan ibu. Ketika dengan pertama anak itu thayibah. masuk ke lahir, disunatkan ini telinga untuk menjaadi anak diazani suara sehingga

ucapan yang

Kalimat dalam

diharapkan suatu hari anak akan merindukannya. Nabi diberi nama mengajarkan yang dua anak yang baik ekor agar dan pada hari ketujuh, aqiaqhnya, laki-laki yang anak yaitu dan baik jawab

disembelihkan untuk

menyembelih satu kepada untuk anak

kambing

anak nama

perempuan. baru

Memberikan merupakan

lahir

tanggung

sekaligus pendidikan orang tuanya. Islam sampai pada menganjurkan usia bentuk dua agar tahun. banyi Proses seorang disusui pemberian ibu ibunya ASI

maksimal dasarnya

komunikasi

terhadap

anaknya yang didasarkan atas rasa kasih sayang. Pada dapat islam. orang sepuluh tidak usia balita sebaiknya anak dikhitan agar dia ajaran dan

membersihkan Usia tuanya tahun tujuh dapat harus

tubuhnya tahun anak

secara dapat

benar

menurut shalat

melakukan yang shalat

menyuruhnya. bisa

Anak

sudah dan

berusia apabila sanksi. untuk nilai-nilai

melaksanakan tua dapat

melaksanakannya, balita mereka

orang

memberi baik

Masa-masa mendidik

merupakan dengan

masa

yang

menanamkan

10

mendasar,

yaitu

menanamkan

aqidah,

mengajarkan

shalat,

mengajarkan wudu, dan membersihkan diri dari najis.

1.8. Ketentuan Hukum Pernikahan di Indonesia 1.8.1. Kompilasi Hukum Islam Tentang Hukum Pernikahan Kompilasi Presiden Republik hokum Indonesia islam Nomor terdapat 1 Tahun dalam 1991. intruksi Hukum

pernikahan terdapat dalam Buku 1 kompilasi Hukum islam. a. Pernikahan menurut kompilasi hukum islam Pernikahan sangat perintah ibadah. rumah seperti Islam. Pernikahan pernikahan dengan yang 2 yang sah menurut menurut pasal hokum 4, islam No. 1 yaitu sesuai Tahun kuat Allah menurut atau Swt. hokum islam galizan adalah untuk akad yang

misaqan dan bertujuan sakinah, dalam

mentaati merupakan kehidupan warahmah, Hukum

melaksanakannya mewujudkan mawaddah, pasal 3 dan

Pernikahan tangga yang yang terdapat

Kompilasi

dilakukan ayat (1)

pasal

Undang-Undang

1974 tentang pernikahan. b. Kewajiban pencatatan pernikahan Undang-Undang menegaskan bahwa No. 1 Tahun 1974, Pasal dicatat Dalam 2 ayat 2

setiap yng

perkawinan berlaku.

menurut kompilasi

perundang-undangan

hukum Islam dijelaskan sebagai berikut. 1. Agar terjamin ketertiban pernikahan bagi masyarakat

Islam, setiap pernikahan harus dicatat.

11

2.

Pencatatan pegawai

pernikahan pencatat No. nikah 22

tersebut, sebagaimana Tahun

dilakukan diatur dan

oleh dalam Undang-

Undang-Undang

1946

Undang No. 32 Tahun 1945. 3. Untuk pernikahan memenuhi harus ketentuan di tersebut, hadapan setiap dan di

dilangsungkan

bawah pengawasan pegawai pencatat nikah. 4. Pernikahan pegawai yang pencatat dilakukan pernikahan di luar tidak pengawasan mempunyai

kekuatan hokum. 5. Pernikahan hanya dapat dibuktikan dengan akta nikah

yang dibuat oleh pegawai pencatat nikah. 1.8.2. Pernikahan Menurut UU No. 1 Tahun 1974 Untuk Tahun peraturan dan 1975 Surat 1974 memperjelas tentang No. Undang-Undang pemerintah 1975 No. Nomor 1

Pernikahan, 9 Tahun Agama

mengeluarkan pernikahan 4 dan Tahun tata

pemerintah Keputusan

tentang 3 dan

Menteri

tentang

kewajiban

pegawai

pencatat

nikah

kerja pengadilan agama. Dalam Pernikahan dan wanita ialah Undang-Undang ikatan lahir tersebut dan istri batin dengan dijelaskan antara tujuan seorang bahwa pria

sebagai

suami dan

membentuk Ketuhanan

keluarga

yang

bahagia

kekal

berdasarkan

Yang Maha Esa. Pernikahan masing-masing pernikahan kekal. adalah itu, agar sah agama jika dan dilakukan menurut hokum Tujuan dan dan

kepercayaannya. keluarga perlu yang

membentuk suami dapat istri

bahagiia membantu

Untuk

saling

melengkapi

mengembangkan

kepribadiannya

sehingga mencapai kesejahteraan spiritual dan material.

12

1.8.3. Peran Pengadilan Agama Undang-Undang menyatakan depan bahwa No. 1 Tahun 1974 pasal 39 ayat 1 di yang

perceraian pengadilan, dan

hanya setelah tidak

dapat

dilakukan

sidang

pengadilan berhasil

bersangkutan

berusaha

mendamaikan

kedua belah pihak. Adapun pasal 49 menurut pengadilan Undang-Undang agama No. 7 dan tahun 1989,

bertugas

berwenag perkarayang

memeriksa, perkara di

memutuskan,dan tingkat pertama

menyelesaikan antara orang-orang

beragama Islam dalam bidang: a. Pernikahan b. kewarisan, hokum Islam c. wakaf dan sedekah. wasiat, hibah yang dilakukan berdasarkan

1.9. Beberapa Jenis Pernikahan yang Menyeleweng di Indonesia 1.9.1. Poligami Suatu dari satu pernikahan istri dan dimana lebih rasul sang dari bagi suami empat yang menikahi orang istri. lebih Hal

tidak oleh

tersebut

disunahkan

mampu

dengan

syarat harus adil terthadap istri-istrinya. 1.9.2. Kawin Kontrak Suatu tertentu atau pernikahan ada yang di didalamnya antara ada maksud yang akan

perjanjian

pasangan

menikah. Pernikahan ini tidak sah dimata Allah.

13

1.9.3. Nikah Sirih Suatu saja pernikahan tnapa adanya yang hanya berdasarkan Hal ini ketentuan menurut agama agama

ketentuan

hukum.

sah tapi menurut hukum tidak sah.

1.10. Thalak dan Iddah, Rujuk 1.10.1. Pengertian dan Hukum Thalak Talak kepda adalah melepaskan lafaz ikatan tertentu, dengan nikah dari suami suami tersebut

istrinya Saya

dengan thalak

misalnya ucapan

mengatakan:

engkau,

lepaslah ikatan pernikahan dan terjadilah perceraian. Thalak jika cara adalah lain Thalak jalan akhir mencapai yang ditempuh suami istri, tidak

untuk halal

kebaikan tetapi itu

bersama

ditemukan. sangat

hukumnya, jika pasangan

konsekuensinya telah memiliki

berat,

terutama

keturunan, karena itu, walaupun halal, Allah membencinya.

Dari barang (HR.

ibnu yang Abu

Umar halal

RA, tetapi Ibn

ia

berkata: dibenci

Rasulullah Allah adalah Hakim

bersabda: thalak. dan Abu

Daud,

Majah,

disahkan

Hatim menguatkan mursalnya) 1.10.2. Macam-macam Thalak a. Thalak Sunni dan Thalak Bidhi Thalak ketika istyrinya sunni adalah suci, thalak tidak yang sedang dijatuhkan haid atau suami tidak

sedang

14

dicampuri. dijatuhkan

Sedangkan suami ketika

thalak

bidhI

adalah haid,

thalk atau

yang telah

istrinya

sedang

dicampuri. Thalak bidhI hukumnya haram. b. Thalak Sarih dan Thalak Kinayah Thalak dengan sarah Sarih adalah kata thalak thalak yang diucapkan firak (pisah), suami atau

menggunakan (lepas). sah.

(cerai),

Dengan Thalak mengarah mengusir, memerlukann dibarengi

menggunakan kinayah kepada adalah thalak.

kata-kata ucapan yang

tersebut tidak ucapan yang suami jatuh.

dinyatakan jelas yang bernada

namun bernada tidak

Misalnya, atau Jika

menyuruh lagi niat, dan

pulang, sejenisnya.

mengucapkannya Nabi bersabda:

maka

thalaknya

Dari tiga

abu perkara

Hurairah, yang tetap

ia

berkata:

Rasulullah

bersabda: jadi dan dan

Ada bila

apabila jadi, kecuali

disungguhkan yaitu nikah,

main-main (HR.Imam Hakim)

pun

thalak

rujuk. oleh

empat,

Nasai

dan

disahkan

c. Thalak RajI dan Thalak Bain Thalak oleh bekas rajI adalah thalak tanpa yang bisa dirujuk nikah kembali kembali.

suaminya

memerlukan

Hal ini berupa thalak satu dan thalak tiga yang dijatuhkan

15

oleh suami

suami tidak

kepada boleh

istri.

Thalak

bain

adalah bekas

thalak istrinya, atas

dimana kecuali thalak

merujuk tertentu.

kembali Thalak

dengan

persyaratan

bain

terdiri

bain sugra dan thalak bain kubra. Thalak istri ini yang suami bain belum tidak sugra adalah dan thalak thalak dijatuhkan tebus. Pada kepada thalak istrinya, iddah

dicampuri boleh pernikahan

merujuk baru

kembali baik pada

bekas masa

kecuali

dengan

maupun sesudahnya. Thalak suami istrinya, lain tidak bain boleh kubra adalah atau thalak tiga dimana kembali oleh suaminya pertama bekas bekas laki-laki itu boleh

merujuk

mengawini itu dinikahi Jika yang

kecuali dan

bekas telah maka

istrinya dicampuri. bekas

menceraikannya,

suami

menikahinya kembali, sebagaimana firman Allah:

Kemudian kedua), hingga suami bagi kawin

jika

suami

menthalaknya itu suami tidak yang

(sesudah halal lain. lagi

thalak baginya jika dosa untuk dapat

maka ia yang

perempuan dengan itu (bekas jika

kawin lain

Kemudian tidak ada

menceraikannya, suami keduanya

maka

keduanya kembali

pertama

dan

istri) akan

berpendapat Itulah

menjalankan

hukum-hukum

Allah.

hukum-hukum

16

Allah,

diterangkan-Nya

kepada

kamu

yang

mengetahui.

(QS.Al-Baqarah,2:230) 1.10.3. Pengertian Iddah dan Lamanya Masa Iddah Iddah dithalak oleh adalah masa menunggu ia bagi wanita yang kembali

suaminya

sampai

dapat

menikah

dengan laki-laki lain Lamanya masa iddah bagi perempuan: a. Perempuan yang mengalami haid secara normal,

iddahnya tiga kali suci.

Wanita-wanita

yang

dithalak

hendaknya

menahan

diri

(menunggu) tiga kali quru (suci). (QS.Al-Baqarah, 2:228)

b. Perempuan (menopouse)

yang atau

tidak belum

lagi

mengalami sama

haid sekali,

mengalaminya

iddahnya tiga bulan

Dan

perempuan

yang

putus jika iddah

asa kamu

dari

haid

di

antara (tentang

perempuan-perempuan masa dan iddahnya), begitu maka

ragu-ragu adalah tidak tiga

mereka yang

bulan, .

pula

perempuan

haid

(QS.Ath-Thalaq, 65:4)

17

c. Perempuan

yang

ditinggal

mati

suaminya,

iddahnya

empat bulan sepuluh hari.

Dan

orang

yang

meninggal

dunia

diantaramu para istri bulan

dengan itu) sepuluh

meninggalkan menangguhkan

istri-istri dirinya

(hendaklah (beriddah)

empat

hari.. (QS.Al-Baqarah,2:234) d. Perempuan melahirkan. yang sedang hamil, iddahnya sampai

Dan ialah

perempuan sampai

yang mereka

hamil,

waktu

iddah

mereka

itu

melahirkan

kandungannya.

(QS.Ath-Thalaq,65:4)

1.10.4. Rujuk Rujuk ialah mengembalikan istri yang telah dithalak

pada pernikahan yang asal sebelum diceraikan. Hukum rujuk: 1. Wajib Terhadap sebelum suami dia yang menalak seorang istrinya waktunya

sempurnakan

pembagian

terhadap istri yang dithalak. 2. Haram Apabila rujuknya menyakiti si istri.

18

3.

Makruh Kalau perceraian itu lebih baik dan berfaedah bagi

keduanya (suami istri) 4. Jaiz (boleh) Jaiz adalah hukum rujuk yang asli. 5. Sunah Jika maksud suami adalah untuk memperbaiki keadaan

istrinya. Rukun Rujuk: 1. Istri Keadaan istri disyaratkan: a. Sudah dicampuri antara dicampuri, apabila si karena dithalak, istri istri terus tidak yang putus mempunyai belum pertalian iddah

keduanya,

sebagaimana yang telah dijelaskan. b. Istri yang tertentu, ia jika rujuk suami kepada siapa menalak salah yang beberapa satu istri

istrinya,kemudian dengan tidak

ditentukan

dirujukkan,

maka rujuknya tidak sah. c. d. Thalaknya adalah thalak raji. Rujuk itu terjadi sewaktu istri dalam iddah.

2.

Suami Rujuk ini dilakukan oleh suami atas kehendaknya

sendiri, artinya bukan dipoaksa. 3. Saksi Daalam saksi hal itu ini wajib para ulama berselisih atau paham, sunah. apakah Sebagian

menjadi

rukun

19

mengatakan

wajib,

sedangkan

yang

lain

tidak

wajib,

melainkan hanya sunah. 4. Sigat (lafaz) Sigat ada 2 yaitu: a. Terang-terangan, kembali kepadamu. b. Melalui atau dengan sindiran,misalnya, kawin engkau, boleh saya dan pegang engkau, yaitu rujuk kepada misalnya istri saya, dikatakan, atau saya saya rujuk

saya

sebagainya, untuk

kalimat

yang

dipakai

atau lainnya.

1.11. Hikmah Pernikahan 1.11.1. Menyalurkan naluri seksual secara sah dan benar. Secara setiap alami, naluri adalah yang naluri sulit seksual. dibendung Adapun, oleh yang

manusiadewasa manusia adalah

membadakan naluri bersabda seksual

dengan melalui yang

hewan pernikahan.

dalam

penyaluran saw.

Rasulullah oleh

sebagaimana

diriwayatkan

muslim,

Abu Dawud, dan At-Tirmidzi sebagai berikut:

Apabila maka

seorang

laki-laki

tergoda kepada)

oleh

seorang

wanita, hal

datangilah

(salurkanlah

istrinya,

karena

itu akan dapat menentramkan jiwanya. 1.11.2. Cara paling baik untuk mendapatkan anak dan

mengembangkan keturunan secara sah

20

Dalam sebagaimana Nikahilah banyak, memiliki

kaitan yang wanita

ini,

Rasulullah oleh

saw. Ahmad bin

bersabda Hanbal, yang yang lain di

diriwayatkan yang saya bisa akan banyak

memberikan bangga

keturunan nabi

karena umat

sebagai

yang

dibanding

nabi-nabi

akhirat kelak 1.11.3. Menyalurkan naluri kebapaan atau keibuan. Naluri aanak-anak akan tersebut. 1.11.4. Memupuk dan kuat rasa tanggung anak, jawab dalam rangka memelihara yang ini sampai berkembangsecara masa dewasa. bila bertahap, Seorang sejak manusia masa tidak naluri

merasa

sempurna

tidak

menyalurkan

mendidik bgi

sehingga untuk

memberikan

motivasi

seseorang

membahagiakan

orang-orang

yang menjadi tanggung jawabnya. 1.11.5. Membagi rasa tanggung jawab antara suami dan istri yang

selama ini dipikul masing-masing pihak. 1.11.6. Menyatukan hubungan keluarga silaturahmi masing-masing semakin kuat pihak, dan sehingga terbentuk

keluarga baru yang lebih banyak. 1.11.7. Memperpanjang usia. 1.11.8. Hasil dilakukan 1958 penelitian Perserikatan menunjukkan kemungkinan masalah-masalah bangsa-Bangsa bahwa lebih kependudukan (PBB) pada suami umurnya yang tahun istri daripada

pasangan panjang

mempunyai

orang-orang yang tidak menikah selama hidupnya.

21

BAB II PENUTUP

2.1.

Kesimpulan Dalam tersendiri, hadist. agama hukum Selain juga Namun, dalam Islam tersebut sebagai sebagai ada islam, hal di pernikahan dasarkan memiliki dari naluri naluri hukum-hukum dan alsah, dan yang memenuhi

al-Quran seks

penyaluran penyaluran

yang

pernikahan keibuan. dibolehkan

kebapaan pernikahan jika

penyelewengan tersebut

dibolehkan

syarat-syarat yang telah ditentukan.

2.2.

Saran Bagi menikah mencari seorang dan sudah istri laki-laki mampu dan yang baik segera sudah lahir berkeinginan batin untuk sebaiknya terjadi

maupun

seorang

menikahinya,

agar

tidak

fitnah dan zina.

22

DAFTAR PUSTAKA

Rasjid, H. Sulaeman. Fikih Islam. Sinar Baru : 2002 : Bandung Ilmy Bachrul. Pendidikan Agama Islam. Grafindo Mesia Pratama :

2007: Bandung Suryana, Toto dkk. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi.

Tiga Mutiara : 2006

23

Anda mungkin juga menyukai