Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat

dan Ridho-Nya,tugas Laporan Analisis Kebutuhan Air, Schedulling Irigasi Dan Perancangan Metode Irigasi Tanaman Jagung dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Dalam laporan kali ini, saya membahas tentang syarat tumbuh tanaman jagung, fase pertumbuhan jagung, fungsi air bagi tanaman, serta penggunaan software Cropwat beserta penjelasannya yang berhubungan dengan irigasi pada tanaman, sehingga dapat bermanfaat bagi saya sendiri dan juga pembaca agar dapat melakukan irigasi dan metode irigasi dengan baik dan benar.
1. Tak lupa saya ucapkan banyak terima kasih kepada : Kedua orang tua tercinta yang telah

banyak berkorban dan memberikan bantuan baik motivasi maupun materi hingga terselesaikannya laporan matakuliah Irigasi dan Drainase ini 2. Para Dosen dari Tim Dosen Jurusan Tanah salah satunya Dr. Ir. Sugeng Prijono, MS. yang membimbing kami.
3. Teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu namanya yang telah membantu

dan memberikan semangat untuk menyelesaikan makalah ini.


4. Semua pihak terkait yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang telah telah

meluangkan waktu untuk turut membantu dalam penulisan laporan ini hingga selesai.
5. Asisten praktikum yang telah membimbing dan membantu dalam pelaksanaan dan

penyusunan hingga terselesaikannya laporan ini Tak Ada Gading Yang Tak Retak , inilah pepatah yang dapat menggambarkan laporan ini, karena penulisan laporan ini masih banyak kekurangan dan kesalahannya, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Namun demikian,saya berharap dapat membantu para pembaca agar mengetahui bagaimana cara menjadwal irigasi beserta pemilihan metodenya dengan baik dan benar.

Malang, April 2012

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Irigasi adalah penambahan kekurangan air tanah secara buatan dengan memberikan air secara sistematis pada tanah yang diolah untuk menunjang curah hujan yang tidak cukup agar tersedia lengas pertumbuhan tanaman. Perlu diingat bahwa dalam pemberian air tidak boleh sampai berlebihan (melebihi kebutuhan air yang diperlukan tanaman) karena kebutuhan air yang berlebihan akan merusak tanaman. Usaha usaha irigasi meliputi penyedian sarana dan prasarana untuk membagikan air berupa saluran pemberi dan untuk membuang air kelebihan berupa saluran drainase. Dalam pembuatan saluran pemberi harus didasarkan pada kebutuhan air maksimum untuk menghindari kekurangan air pada areal irigasi. Sedangkan pembuatan untuk saluran drainase didasarkan pada jumlah air yang harus dibuang dalam jangka waktu tertentu untuk menghindari kelebihan air pada areal irigasi. Dengan irigasi, tanaman yang kekurangan air menjadi tidak kekurangan air, begitu pula sebaliknya apabila kelebihan air maka dapat dibuang melalui saluran drainase. Dua komponen ini sangat berpengaruh pada tanaman,jadwal-jadwal irigasi dapat dirancang dengan beberapa cara, salah satunya adalah dengan menggunakan aplikasi software cropwat.

1.2 Tujuan Mahasiswa dapat langsung mengamati kondisi lingkungan. Mahasiswa dapat mengetahui peranan air bagi tanaman.

Mahasiswa dapat mengetahui dampak-kekurangan dan kelebihan air bagi tanaman. Mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai pentin bgnya air bnagi tanaman

Mahasiswa dapat lebih mendalami dan memahamkan mengenai penggunaan software computer untuk menghitung kebutuhan air tanaman dan kebutuhan air irigasi beserta karakteristiknya Mahasiswa mampu membuat rancangan pengairan yang dapat dimanfaatkan. Mahasiswa mampu menganalisis penggunaan irigasi yang baik yang seperti apa. Mahasiswa diharapkan dapat mempraktikan memanfaatkan,mengerti hal tersebut

dan menerapkan nya pada lapangan kerja nantinya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung 1. Keadaan Iklim Tanaman jagung berasal dari daerah tropis dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di luar daerah tersebut. Ikilim yang di kehendaki tanaman jagung sebagian besar daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropics dan tropis. Pertumbuhan tanaman dan produksi membutuhkan penyinaran matahari atau intensitas yang baik mencapai 100% areal terbuka. Faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari sinar matahari dan curah hujan, temperatur ,kelembapan dan angin. Tempat penanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan terlindung oleh pohon pohonan atau bangunan, Bila tidak terdapat penyinaran dari matahari, hasilnya akan berkurang. Temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 23 27 C. Tanaman Jagung dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah maupun ketinggi 1000 1.800 m di atas permukaan laut. Curah hujan merupakan faktor pendukung dalam pertumbuhan dan produksi tanaman jagung, curah hujan yang ideal bagi pertumbuhan jagung yaitu 85 200 mm/bulan dengan suhu 27 32C. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu berkisar antara 30C 2. Kebutuhan Air Tanaman jagung membutuhkan air cukup banyak, terutama pada saat pertumbuhan awal, saat berbunga dan saat pengisian biji. Kekurangan air pada stadium tersebut akan menyebakan produksi menurun. Kebutuhan jumlah air setiap varietas sangat beragam, namun secara umum tanaman jagung membutuhkan 2 liter air pertanaman perhari saat kondisi panas dan berangin. Hasil penelitian di amerika menunjukkan bahwa kekurangan air pada saat 3 minggu setelah keluar rambut tongkol akan menurunkan hasil hingga 3 % sementara kekurangan air selama pembungaan akan menguragi junlah biji yang terbentu.

3. Suhu Suhu panas dan lembab amat baik bagi pertumbuhan tanaman jagung pada periode fase vegetatif sampai fase reproduktif, terutama pada saat mengakhiri pembuahan. Suhu yang terlalu panas dan kelembaban udara rendah berpengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan dan produksi jagung karena menyebabkan rusaknya daun dan terganggunya persarian bunga. Temperatur yang dikehendaki tanaman jagung antara 21 C hingga 30 C. Akan tetapi temperatur optimum antara 23 C sampai 27 C. Hal ini tidak menjadi masalah yang berarti bagi areal pertanaman jagung di Indonesia. Di Jawa Timur yang terkenal banyak diusahakan tanaman jagung mempunyai suhu antara 25-27 C. Proses perkecambahan benih memerlukan temperatur yang cocok, kehidupan embrio dan pertumbuhanannya menjadi kecambah akan optimal pada suhu kira-kira 30 C dengan kapasitas air tanah antara 25-60%. Keadaan suhu rendah dan tanah basah sering menyebabkan benih jagung membusuk. 4. Ketinggian Tempat Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1.000-1.800 m dpl. Jagung yang ditanam di daerah dataran rendah yaitu pada ketinggian di bawah 800 m dpl dapat berproduksi dengan baik, dan pada ketinggian di atas 800 m dpl pun jagung masih bisa memberikan hasil yang baik pula. 5. Keadaan Tanah Kedaan tanah yang kaya hara dan humus sangat cocok untuk tanaman jagung. Disamping itu tanaman jagung juga toleran terhadap berbagai jenis tanah. Namun tanaman jagung akan tumbuh lebih baik pada tanah yang bertekstur lempung (lempung berdebu atau berpasir) dengan struktur tanah remah, aerasi dan drainasenya baik serta cukup air. Tanaman jagung toleran terhadap kemasaman tanah pada kisaran pH 5,5-7. Tingkat kemasaman tanah yang paling baik untuk tanaman jagung pada pH 6,8.

6. Intensitas Penyinaran Sinar matahari merupakan sumber energi dan sangat membantu dalam proses asimilasi daun. Pada proses asimilasi tersebut sinar matahari berperan langsung pada pemasakan makanan yang kemudian diedarkan ke seluruh bagian tubuh tanaman. Di daerah tropis faktor penyinaran tidak menjadi masalah yang berarti. Intensitas penyinaran matahari cukup berarti bagi kehidupan tanaman dan sinar matahari berperan dalam pembentukan batang. 7. Curah Hujan Air sangat diperlukan untuk hidup semua makhluk, termasuk tanaman. Air dapat menyediakan atau menyiapkan zat hara dari dalam tanah ke daerah perakaran tanaman, sehingga memudahkan proses penyerapan hara oleh akar-akar tanaman. Pada daerah yang curah hujannya merata dengan batas musim kemarau yang kurang tegas, seperti daerah di Jawa Barat, maka kebutuhan air cukup terpenuhi sehingga jagung dapat tumbuh dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian pada temperatur 23 C, jumlah air yang diuapkan tiap tanaman satu tanaman per hari mencapai 1,8 liter. Makin tinggi temperatur, maka air yang diuapkan juga semakin banyak. 8. Kemiringan Tempat Kemiringan tanah ada hubungannya dengan gerakan air pada permukaan tanah. Hal ini menjadi salah satu syarat kehidupan tanaman, termasuk tanaman jagung. Tanah dengan kemiringan kurang dari 8% dapat dilakukan penanaman jagung. Pada tingkat kemiringan tersebut sangat kecil kemungkinan terjadinya erosi tanah. Jagung umumnya kurang toleran terhadap kemasaman tanah. Ketersediaan hara utama, seperti P sangat rendah di lahan kering masam. Untuk dapat ditanami jagung dengan hasil yang memadai, tanah Podsolik Merah Kuning memerlukan pengeloaan yang baik dan pemupukan atau penambahan unsur hara yang cukup tinggi. ( Efendi, 1982 )

2.2 Fungsi Air Dalam Pertumbuhan Tanaman Air merupakan sumber kehidupan, tanpa air tidak ada makhluk yang dapat hidup. Begitu juga tanaman, salah satu unsur terbesar tanaman adalah air yaitu berkisar anatara 90% untuk tanaman muda, sampai kurang dari 10% untuk padi-padian yang menua sedangkan tanaman yang mengandung minyak , kandungan airnya sangat sedikit. Air merupakan reagen yang penting dalam proses-proses fotosintesa dan dalam proses-proses hidrolik. Disamping itu juga merupakan pelarut dari garam-garam, gas-gas dan materialmaterial yang bergerak kedalam tumbuhtumbuhan,melalui dinding sel dan jaringan esensial untuk menjamin adanya turgiditas, pertumbuhan sel, stabilitas bentuk daun, proses membuka dan menutupnya stomata, kelangsungan gerak struktur tumbuh-tumbuhan. Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terusmenerus akan menyebabkan perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati. (Anonymousa.2012) Air yang di butuhkan oleh tanaman adalah air yang berada di dalam tanah yang di tahan oleh butir-butir tanah . air ini berasal dari cadangan dalam tanah yang telah ada sebelum tanaman di tanam dan curah hujan yang turun senbelumnya. Peranan air bagi tumbuhan guna menjamin kelangsungan proses fisiologis dan biologi pertumbuhannya yaitu :
Menegakkan tubuhnya, mempertahankan turgor dalam setiap sel, sehingga seluruh tubuh

tidak lemah lunglai.


Untuk berlangsungnya asimilasi zat asam arang (fotosintesis). Asimilasi berlangsung

dengan dukunga zat hijau daun (klorofil) dan bantuan cahaya matahari. Rumus kimiawinya adalah sebagai berikut :

Cahaya Matahari 6CO2 + 6H2O Klorofil Mengangkut hasil asimilasi ke seluruh tubuh tanaman. Melarutkan zat mineral di dalam tanah (zat mineral yang terikat oleh butiran-butiran tanah dan pupuk anorganik) untuk dapat diserap oleh akar tanaman. Penyimpanan zat-zat mineral dan zat hasil asimilasi dalam bagian-bagian tertentu, misalnya pada buah dan umbi. Kadar air dalam umbi-umbian rata-rata 70-90% dan buah-buahan minimal 75%. Buah semangka hamper 90%, sebaliknya biji-bijian hanya mengandung 12-15% air dari berat timbangannya. Air sebagai activator enzim, misalnya pada proses perkecambahan biji, air melalui proses imbibisi masuk ke dalam biji dan mengaktifkan zat auksin (ZPT) sehingga biji dapat berkecambah. Mempertahankan suhu tanaman agar tetap konstan saat cahaya penuh. (Rismunandar.1984) Macam-macam air bagi tanaman:
Air tersedia bagi tanaman: 1). Air kapiler, batas atas kapasitas lapangan ( = - 0,3 bar),

C6H12O6 + 6O2

batas bawah titik layu permanen ( = - 15 bar). Batasan air kapiler bagi Agronom: batas atas sama seperti batasan air kapiler di atas (= - 0,3 bar), tetapi batas bawah tidak jelas karena tingkat ketahanan tanaman terhadap kekeringan berbeda tergantung jenis tanamannya . Bagi tanaman yang tidak tahan kering (misal bayam), bisa saja batas bawahnya > - 15 bar. Bagi tanaman yang tahan kering (misal kaktus, kurma, dll), bisa saja batas bawahnya < - 15 bar.

Kapasitas lapangan: Kandungan lengas tanah pada saat setelah semua air gravitasi

terbuang, sehingga yang tersisa di dalam tanah tinggal air kapiler . Waktu penghilangan air gravitasi dari partikel tanah berbeda-beda tergantung kepada komposisi fraksi penyusun tanah tersebut . Tanah yang didominasi fraksi lempung (misal tanah latosol) butuh waktu lama untuk menghilangkan air gravitasi (> 4 hari). Tanah yang didominasi fraksi pasir (misal tanah regosol) butuh waktu lebih singkat untuk menghilangkan air gravitasi (1 3 hari).
Titik Layu tetap: kandungan lengas tanah yang menyebabkan tanaman yang tumbuh di

atasnya mengalami layu tetap (tidak bisa segar kembali meskipun ke dalam tanah ditambah lengasnya/ tidak bisa segar kembali meskipun tanaman ditempatkan ke dalah ruangan yang jenuh uap air). (Anonymousb. 2012)

2.3 Software Cropwat 8 Cropwat adalah program computer yang menggunakan model FAO PenmanMonteith dalam perhitungan ETo, dan dapat menghitung kebutuhan air tanaman (ETm) serta neraca lengas tanah (Smith,1992). Program ini dapat dikembangkan untuk penjadwalan irigasi dalam berbagai kondisi manajemen dan kondisi ketersediaan air, mengevaluasi produksi tanaman di lahan kering, dampak kekeringan, serta efisiensi praktek irigasi. Cara aplikasi penggunaan software cropwat, beberapa langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Sebelum mengoperasikannya terlebih dahuu harus menginstal software CROPWAT 8

pada computer.
2. Setelah selesai menginstal, klik dua icon yang tertera pada tampilan computer.

Tampilan pertama yang akan muncul adalah sebagai berikut :

3. Kemudian klik menu Climate/ETo, lalu masukkan semua data yang ada pada data

meteorology stasiun pengamatan (contohnya stasiun Selorejo) pada tabel Climate/ETo, untuk pengisian latitude harus di rubah menjadi
o

S. nilai kelembaban relative

(Humidity) dan kecepatan angin (Wind) harus dibulatkan. Dengan mengisi semua data Temperatur min sampai Sun maka secara otomatis nilai Rad dan ETo akan muncul. Tampilannya sebagai berikut : 4. Selanjutnya isi data hujan (Rain) yang terdapat pada data meteorology (stasiun Selorejo). Dan nilai effektifitas hujan akan muncul, yang tampilannya sebagai berikut :

5. Setelah itu mengisi data tanaman (Crop) sesuai dengan komoditas yang digunakan.

Untuk pengisian nama tanaman, tanggal penanaman, stadia pertumbuhan, dan kedalaman akar bisa di isi sendiri (bisa dirubah) sesuai dengan literature yang ada atau dari hasil survey. Tampilannya sebagai berikut :

6. Untuk selanjutnya adalah pengisian jenis tanah (Soil) pada daerah tanaman itu ditanam.

Contohnya saya mengambil tanah daerah Pujon, jenis tanahnya bisa dikatan medium, karena tanah di daerah Pujon berasal dari bahan induk vulkanik hasil dari letusan gunung berapi dengan sebagian besar bertekstur debu. Sehingga untuk pengisian data tanah bisa langsung mengambil pada folder FAO dengan jenis tanah medium. Namun untuk kedalaman perakaran bisa di ubah sesuai literature yang didapat. Tampilannya sebagai berikut :

7. Setelah itu secara otomatis nialai dari CWR (Crop Water Requitmen) akan muncul.

Tampilannya sebagai berikut :

Dari tampilan diatas sudah dapat sudah dapat diketahui dan dianalisis waktu dan kebutuhan air pada waktu irigasi.

8. Setelah CWR, maka hasil dari Schedule juga otomatis akan keluar. Tampilannya

sebagai berikut :

Dari data tersebut diatas bias dijadikan grafik dengan cara mengklik icon menu Chart, sehingga pembacaan dan pemahamannya lebih mudah. Tampilannya sebagai berikut :

Dengan grafik diatas dapat mudah dipahami oleh pembaca, misalnya dari grafik dengan warna merah menunjukkan adanya empat jadwal irigasi yang harus dilakukan.
9. Langkah yang terakhir adalah penentuan metode irigasi, dengan cara mengklik icon

menu Options yang berada disebelah icon menu Chart. Untuk menentukan metode irigasi yang tepat harus dicoba satu per satu dari Cropwat Options sehingga di dapatkan metode yang tepat. Tampilannya adalah sebagai berikut :

Ketika menentukan metode irigasi, yang terpenting adalah kita harus melihat potensi kehilangan hasil (Yield Reduction) sehingga kita tidak akan mengalami kerugian.

2.4 Macam Metode Irigasi Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungaiatau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun demikian, irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu per satu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram.

Macam metode irigasi : 1. Sprinkler Adalah cara membasahi tanaman dengan cara menyemprotkan air ke udara sehingga tanaman mendapatkan air dari atas seperti hujan. Alat ini ditempatkan pada interval tertentu sesuai kebutuhan.

2. Drip Irrigation Adalah cara membasahi tanaman dengan jalan menentukan air pada permukaan tanah sekitartanaman sesuai dengan kebutuhannya.

3. Penggenangan Sistem penggenangan hanya cocok untuk beberapa jenis tertentu terutama padi. Jadi air digenangkan pada petak sawah hingga ketinggian tertentu, tergantung jenis padi.

4. Pompa Adalah cara membasahi tanah pertanian dengan jalan menaikkan air (menyedot air) untuk dialirkan ke daerah pertanian yang mempunyai elevasi yang lebih tinggi.

5. Gravitasi Air dengan beratnya sendiri dan pengaruh gravitasi menuju ketempat yang lebih rendah ke

daerah yang dialiri lebih rendah elevasinya sehingga tinggi membuat saluran.

(Mafiosodeciviliano,
2011)

BAB III METODE ANALISIS

3.1 Analisis Kebutuhan Air Tanaman Kebutuhan air tanaman adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman untuk proses pertumbuhannya sehingga diperoleh produksi yang baik. Kebutuhan air tanaman ditentukan oleh EVAPORASI dan TRANSPIRASI. Evaporasi adalah proses menguapnya air dari permukaan tanah atau air, sedangkan transpirasi adalah proses menguapnya air dari bagian tubuh tanaman. Dalam kondisi medan (field condition) tidak mungkin membedakan antara evaporasi dengan transpirasi jika tanahnya tertutup oleh tumbuh-tumbuhan. Kedua proses tersebut saling berkaitan sehingga dinamakan EVAPOTRANSPIRASI. Faktor lain yang penting dalam proses transpirasi ini adalah jumlah air yang tersedia. Jika jumlah air selalu tersedia secara berlebihan dari yang diperlukan oleh tanaman selama proses transpirasi ini, maka jumlah air yang ditranspirasikan akan lebih besar dibandingkan apabila tersedianya air di bawah keperluan. Evaporasi yang mungkin terjadi pada kondisi air yang tersedia berlebihan disebut evaporasi potensial. Evaporasi yang sesungguhnya terjadi dalam kondisi air tidak berlebihan yang sering terjadi di lapangan disebut evaporasi actual (Susi Susilawati. 2002). Evapotranspirasi potensial dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Penman-Monteith yang lebih dikenal sebagai metode one-step. Pendekatan ini memerlukan data-data dari koefisien tanaman yang tidak selalu tersedia. Metode twostep lebih dikenal. Evapotranspirasi potensial dari tanaman dihitung dari persamaan:

ETpot = kc . ETref
dimana kc adalah koefisien tanaman dan ETref adalah evapotranspirasi referensi. ` Evapotranspirasi referensi didefinisikan sebagai laju evapotranspirasi dari rumput

hijau setinggi 8 15 cm yang menutupi permukaan tanah dan dalam kondisi tidak kekurangan air. Doorenbos dan Pruitt dalam Makalah FAO ID No. 24 (1977) menjelaskan prosedur dari metode Penman Modifikasi yang banyak dipakai dan

khususnya dipakai dalam perhitungan evapotranspirasi dari komputer model Cropwat versi 5.5. Persamaan dari metode Penman Modifikasi adalah sebagai berikut : ETref = c.{ W . Rn + ( 1-W ) f ( u ) ( ea ed )} Dimana : ETref W Rn f(u) (ea ed) c = evapotranspirasi referensi = suatu faktor, tergantung dari temperatur = radiasi netto dalam evapotranspirasi ekivalen (mm/hari) = faktor yang tergantung dari kecepatan angin = perbedaan tekanan uap jenuh rata-rata dengan tekanan uap ratarata yang sesungguhnya (mbar) = faktor penyesuaian yang tergantung dari kondisi cuaca siang dan malam. Secara praktis kebutuhan air untuk tanaman seringkali ditaksirkan dari suatu evapotranspirasi referensi ETref dan koefisien tanaman kc dengan mengikuti persamaan dari ETpot = kc . ETref. Koefisien tanaman dapat dibedakan dalam 4 tingkatan: 1. Tingkatan awal (initial stage) dari tanggal tanam sampai permukaan tanah ditutupi tanaman (Sc) sekitar 10 % 2. Tingkatan pertumbuhan tanaman (crop development stage) yaitu dari Sc = 10 % sampai Sc = 70 80 % 3. Tingkatan pertengahan (mid-season stage) yaitu dari Sc = 70 80 % sampai tanaman dewasa 4. Tingkatan akhir (late season stage) yaitu dari tanaman dewasa sampai berbuah atau panen. 3.2 Analisis Kebutuhan Air Irigasi Air irigasi merupakan air yang diambil dari suatu sungai atau waduk melalui saluran-saluran irigasi yang disalurkan ke lahan pertanian guna menjaga keseimbangan air dan kepentingan pertanian. Air sangat dibutuhkan untuk produksi pangan, seandainya pasokan air tidak berjalan baik maka hasil pertanian pun akan terpengaruh (Sutawan, 2001). Air irigasi dapat berasal dari air hujan maupun air permukaan atau sungai.

Pemanfaatan air irigasi tidak hanya untuk pertanian saja melainkan dapat juga dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan yang lain seperti perikanan atau peternakan. Kebutuhan air irigasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kebutuhan untuk penyiapan lahan (IR), kebutuhan air konsumtif untuk tanaman (Etc), perkolasi (P), kebutuhan air untuk penggantian lapisan air (RW), curah hujan efektif (ER), efisiensi air irigasi (IE), dan luas lahan irigasi (A). Untuk menghitung kebutuhannya dapat menggunakan persamaan berikut :

Dimana : IG Etc IR RW P ER EI A = kebutuhan air irigasi (m3), = kebutuhan air konsumtif (mm/hari), = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/hari), = kebutuhan air untuk mengganti lapisan air (mm/hari), = perkolasi (mm/hari), = hujan efektif (mm/hari), = efisiensi irigasi (-), = luas areal irigasi (m2).

Namun persamaan diatas sapat disederhanakan dengan asumsi bahwa Pemberian Air Irigasi adalah kebutuhan air dikurangi hujan efektif dan sumbangan air tanah. Persaannya adalah sebagai berikut : PAI = KAI - HE KAT Dimana : PAI KAI HE KAT = Pemberian air irigasi = Kebutuhan air = Hujan efektif = Kontribusi air tanah

Sebagai contoh misalnya kebutuhan air pada suatu periode telah dihitung sebesar 10 mm per hari, sumbangan hujan efektif pada periode tersebut juga telah dihitung sebesar 3 mm per hari dan kontribusi air tanah adalah 1 mm per han, maka air yang perlu diberikan adalah :

PAI = 10 3 -1 PAI = 6 mm per hari 3.3 Analisis Pemilihan Metode Irigasi Dari hasil analisis kebutuhan air tanaman dan kebutuhan irigasi diatas dapat menggunakan irigasi tetes. Ini karena sifat dari tanaman jagung yang tidak terlalu banyak membutuhkan air atau toleran terhadap kekeringan, namun untuk mencapai hasil maksimaldiperlukan air yang cukup. Keadaan yang optimal adalah air tanah berada sekitar 75% kapasitas lapang dari sejak menanam hingga tanaman berumur 80 hari, tanah dengan kandungan air 75% kapasitas lapang akan lembab, namun tetap gembur Cara pengairan tanaman jagung adalah dengan penyiraman cepat, yakni air dialirkan pada petakan pertanaman secara cepat, tanpa penggenangan. Bila lahan dibuat bedengan, pengairan dilewatkan melalui saluran-saluran diantara bedengan hingga air merembes ke petakan tanaman. Cara pengairan yang paling efektif ialah dengan drip, yakni air di alirkan melalui pipa kemudian dibuat semprotan yang dapat memancarkan air secara merata ke petak pertanaman. Dengan cara ini tingkat kebasahan tanah dapat diamati, dan pipa dapat dipindahkan bila petakan sudah basah (Sumarno. 1986). Pengairan pada pagi dan siang hari dikatakan dapat menimbulkan penyakit gapong, yakni pembusukan polong. Sebaliknya pengairan sore hari menjelang malam tidak menimbulkan penyakit gapong. Keuntungan lain pengairan sore hari adalah penguapan air berkurang, suhu tanah dan tanaman telah menurun sehingga tidak terjadi gangguan fisiologis. Menjelang panen, tanah perlu dikeringkan agar pematangan polong merata serta tidak terjadi pembusukan polong. Bila tanahnya gembur, panen dapat dengan mudah dilakukan walaupun tanahnya kering. Tetapi bila tanah menjadi keraspada saat menjelang panen, sehari sebelum panen tanah perlu diairi. 3.4 Perancangan Design Irigasi di Lapangan Setelah menganalisis dan menentukan metode irigasi yang tepat untuk tanaman jagung, selanjutnya adalah merencanakan gambaran desain atau gambaran dari model irigasi yang akan diterapkan pada lahan pertanaman. Gambaran modelnya adalah sebagai berikut :

Aplikasi pada lahan pertanaman

Jangkauan irigasi drip

Komponen dari irigasi drip

Sistem irigasi drip

Irigasi tetes yang lebih dikenal sebagai drip atau trickle irrigation merupakan salah satu metode pemberian air ketanaman pada zona perakarannya melalui suatu alat yang disebut emitter baik yang tunggal maupun berbentuk selang berlubang (drip line). Pada tanaman jagung biasanya menggunakan drip line dengan lubang tetes berjarak sesuai dengan jarak tanam. Secara umum air dialirkan dari sumber air oleh pompa melalui pipa utama (main line atau submain line) ke pipa lateral yang terbuat dari polyethylene. Sehingga pipa lateralnya sering disebut sebagai pipa PE. Adapun pipa utama biasanya terdiri dari pipa PVC atau pipa besi. Debit dari tetesan secara umum berkisar antara 1.5 8 liter/jam. Kontrol debit tetesan dapat secara otomatis atau secara manual. Irigasi tetes sangat potensial untuk diterapkan pada usaha-tani lahan kering dengan ketersediaan air yang sangat terbatas. Pemberian air yang berupa tetesan akan meminimumkan kehilangan air karena evaporasi. Selain dari pada itu, laju dan waktu pemberian air dapat diatur untuk meniadakan run-off dan meminimumkan kehilangan air karena perkolasi. Irigasi tetes merupakan suatu sistem irigasi bertekanan rendah yang diketahui memiliki tingkat penggunaan air yang sangat efisien dibandingkan dengan irigasi saluran terbuka atau gravitasi, sehingga merupakan alternatif teknologi yang dapat dikembangkan. Irigasi tetes ini sangat efektif untuk diterapkan pada tanaman jagung yang ditanam di lahan kering dalam memenuhi kebutuhan air di musim kemarau. Namun untuk rencana desain irigasi harus juga memperhatikan sumber air yang tersedia, biaya pengadaan alat, serta dapat berkelanjutan yaitu dapat digunakan pada musim tanam selanjutnya meskipun bebeda komoditas yang ditanam.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Lokasi Studi

Kecamatan Ngantang merupakan salah satu Kecamatan di wilayah Kabupaten Malang yang secara geografis terletak di sebelah Barat Kota Malang dengan komposisi 20 % pegunungan, 65% perbukitan dan 15 % dataran. Secara Geografis Kecamatan Ngantang terletak pada : Lintang Tempat (F) : -7 50 48 LS Bujur Tempat (l) : 112 24 49 BT Keadaan Umum Kecamatan Ngantang bersebelahan dengan : Sebelah Utara Sebelah Selatan : Kec. Kasembon : Kab. Blitar

Sebelah Barat Sebelah Timur

: Kec. Kasembon dan Kab. Kediri : Kecamatan Pujon

Jarak antara Kota Kecamatan Ngantang dengan : Pusat kota Malang : 23,4 miles Pusat Malang (Kepanjen) : 34,2 miles

2.1.

Kondisi Biofisik Kecamatan Ngantang memiliki keadaan topografi yang berombak. Hal ini dikarenakan SEbagian besar wilayah Ngantang terletak dibawah kaki gunung, sehingga kondisi reliefnya tidak rata dan banyak dijumpai keadaan tanah yang miring. Kondisi tanah yang ada di desa ini dapat dikategorikan kedalam tanah yang gembur, dan juga memiliki tekstur debu. Hal ini disebabkan penggunaan lahan ditempat yang kami survei adalah sebagai lahan Agroforestry. Selain itu, juga banyak dijumpai kascing pada tanah yang kami jadikan tempat survei. Dengan ditemuinya banyak kascing di tempat tersebut, hal ini dapat mengindikasikan bahwa tanah yang ada keadaannya gembur dan juga sehat. Pengairan yang digunakan oleh penduduk setempat ialah pengairan non teknis. Pengairan non teknis ini merupakan pengairan yang airnya hanya berasal dari air hujan saja. pada saat musim kemarau, penduduk juga tidak melakukan pengairan, sebab tanaman yang dibudidayakan kebanyakan tanaman berkayu yang akarnya dapat mencapai kedalaman yang lebih dalam dari pada tanaman horti. Selain itu pada lapisan tanah juga banyak terdapat seresah, yang mana seresah ini berfungsi untuk mengurangi penguapan air dan juga sekaligus menjaga kelembapan pada tanah.

2.2. Kondisi Penggunaan Lahan dan Tanaman Di dearah yang kami survei saat praktikum yaitu desa Sumber Mulyo Kecamatan Ngantang, lahan yang ada di gunakan oleh masyarakat untuk mengembangkan komoditas perkebunan. Tanaman perkebunan utama yang dibudidayakan ialah komoditas kopi. Namun banyak juga dikombinasikan dengan tanaman lain seperti sengon, petai, waru, kayu Mindhi. Tidak hanya itu saja, ada juga berbagai macam tanaman buah, seperti pisang, rambutan, dan juga durian, selain itu juga ditemui beberapa pohon coklat.

Dengan keadaan yang seperti ini, maka dapat dikatakan perkebunan ini selayaknya sistem pertanaman Agroforestry. Untuk sistem pengairan sistem Agroforestry ini, penduduk hanya mengandalkan bantuan air hujan saja, sehingga dapat dikatakan sistem pengairannya tadah hujan. Sebab keadaan lahan ialah Agroforestry, sehingga tidak begitu dibutuhkan pengairan. Penggunaan Lahan Kebun campuran atau tumpangsari Tutupan Lahan Pohon tahunan/kayu, pohon tanaman herba obat Kopi, Agroforestry Sengon, waru, Durian, Buah-buahan Padi, Jagung, Sawah Rumput gajah, Bangunan Rumah Bj, D B, K, A, Bj Atas (A) Tinggi (T) Sedang (S) dan buah, B, D, A, K, Bj Atas (A) Tinggi (T) Sedang (S) Manfaat Posisi Lereng Tingkat Tutupan Kanopi Seresah

Tengah (T), Dan Bawah Rendah (R) (B) Bawah (B) Rendah (R) Rendah (R)

Permukiman Hutan

Pinus K, A Atas (A) Tinggi (T) Produksi Keterangan : Manfaat : B (buah), D (daun), A (akar), K (kayu), Bj (biji) Posisi Lereng : A (atas), T (tengah), B (bawah)

Tingkat tutupan kanopi dan seresah : T (tinggi), S (sedang), R (Rendah) Dari tabel yang telah ditulis diatas diketahui bahwa jenis pengunaan lahan yang digunakan oleh masyarakat tersebut sangat bervariasi. Mulai dari sawah,kebun campuran, agroforestry, permukiman, dan hutan produksi. Tutupan lahan yang digunakan juga berbedabeda, mulai dari tanaman pinus, kopi, durian, tanaman herba, langsat, dan rumput gajah. Kondisi lingkungan didaerah tersebut sangat bervariasi, hal tersebut dapat dilihat dari

beragamnya vegetasi yang ada. Dengan bermacam-macamnya vegetasi yang ada pada daerah tersebut, system pertanian tersebut dapat berlanjut karena terdapat beragam vegetasi. Heterogenitas tanaman yang menutupi lahan sangat bermanfaat baik dari segi ekologi, ekonomi dan social budaya. Tanaman dapat diambil manfaatnya berupa buah, kayu, biji dan daun untuk mendatangkan manfaat ekonomi, social dan budaya serta dapat diambil manfaat akarnya untuk konservasi ekologi. Pada posisi lereng atas, tutupan lahan dominan berupa kebun campuran, hutan produksi dan agroforestry. Sehingga sesuai untuk tindakan konservasi lahan dan juga pertanian berkelanjutan. Hal ini akan meminimalisir bahaya erosi dan leaching yang dapat menurunkan tingkat kesuburan dan produktivitas lahan. Selain itu dengan adanya agroforestry, hutan produksi dan kebun campuran akan meningkatkan biodiversitas dan keberadaan pollinator sehingga tercipta keseimbangan ekologi. Penggunaan lahan di lereng atas yang berupa agroforestry, hutan produksi dan kebun campuran memberikan tingkat tutupan kanopi tinggi dan tingkat tutupan seresah yang sedang. Dengan adanya kanopi yang tinggi maka air hujan tidak secara langsung memukul tanah sehingga akan mengurangi tingkat run-off dan erosi. Sedangkan dengan adanya seresah yang tinggi akan mampu menyuplai bahan organic serta dapat meningkatkan aktivitas biota tanah dan juga meningkatkan kesuburan tanah. Pada posisi lereng tengah dan bawah penggunaan lahan berupa sawah, tegal dan pemukiman penduduk. Tutupan lahannya dominan berupa padi, jagung, rumput gajah, dan juga rumah penduduk. Apabila ditinjau dari tingkat kesesuaian lahannya maka penggunaan lahan ini sudah sesuai. Pada umumnya, padi sawah diusahakan di dataran rendah agar pasokan air dapat terpenuhi optimal. Sehingga usaha pertanian dapat berlanjut tanpa terkendala dengan suplay air. Dari tipe penggunaan lahan ini, penduduk dapat mengambil manfaat berupa biji dan daun (jerami). Pada lereng tengah diperlukan usaha konservasi misalnya pembuatan terrain agar tidak terjadi erosi. Ditinjau dari tingkat tutupan kanopi dan seresah maka sawah tergolong rendah. Oleh karena itu dalam pengelolaannya sawah ini membutuhkan pengelolaan yang intensif.

4.2 Kebutuhan Air Tanaman 4.2.1 Kondisi Meteorologi Lokasi Studi - brdasar data metorologi, missal rata-rata curah hujannya brp, rata2 hujan, dll - serta jelaskan data meteorology yang ada 4.2.2 Kebutuhan Air Tanaman - sesuai dengan literature dan hasil dari cropwat atau pengulangan bab 3.1 4.3 Kebutuhan Air Irigasi Sesuai Skenario Hasil perhitungan kebutuhan irigasi / hasil dari cropwat 4.4 Metode Irigasi Yang Dipilih 4.4.1 Rancangan Design Irigasi di Lapangan Gambar + biaya yg akan dikeluarkan 4.4.2 Evaluasi Design Koreksi hasil desain, apa merugikan atau menguntungkan, cocok atau tidak 4.4.2 Rencana Operasional Irigasi Sistematika pengoperasiannya seperti apa

BAB V KESIMPULAN DAN RENCANA LANJUTAN

5.1 Kesimpulan 5.2 Rencana Lanjutan

DAFTAR PUSTAKA Anonymousa.2012. Fungsi Air Dalam Pertumbuhan Tanaman. http://blogger.com/Peranan-AirBagi-Tanaman-Daun.htm Anonymousb.2012. Fungsi Air Dalam Pertumbuhan Tanaman. http://www.perkebunanku.com/ 2011/02/peranan-air-bagi-tanaman.html Efendi. 1982. Bercocok Tanam Jagung. Penerbit CV. Yasaguna. Jakarta. Mafiosodeciviliano. 2011. Macam-macamn Sistem Irigasi. http://www.mafiosodeciviliano.com/hidro/826-macam-macam-sistem-irigasi Rismunandar.1984. Air Fungsi dan Kegunaannya Bagi Tanaman. C.V. Sinar Baru. Bandung. Sumarno.1986. Teknik Budidaya Kacang Tanah. C.V. Sinar Baru. Bandung. Sutawan, Nyoman . 2001. Pengelolaan Sumberdaya Air Untuk Pertanian Berkelanjutan Masalah Dan Saran Kebijaksanaan. Seminar Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Tanah dan Air yang Tersedia untuk Keberlanjutan Pembangunan, Khususnya Sektor Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana Suyono, 1993. Pengelolaan Sumber Daya Air. Fakultas Geografi Universitas

Anda mungkin juga menyukai