Anda di halaman 1dari 5

REFLEKSI KASUS OTITIS MEDIA AKUT

Nama NIM Stase dr. Pembimbing : Febriana Putri Nara Heswari : 20070310134 : Telinga, Hidung, Tenggorok : dr. I Wayan Marthana WK, M,Kes., Sp.THT

1. Rangkuman Kasus a. IDENTITAS Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat : An. Doni Setiawan : 13 tahun : Laki-laki :: Jl. Pucang Sawit No. 19, Jebres Solo

b. KELUHAN UTAMA Nyeri pada telinga kanan c. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri telinga kanan. Sebelumnya pasien sering gelisah dan suka memegangi telinganya yang sakit, sukar tidur . 3 hari sebelum datang ke rumah sakit pasien mengalami batuk pilek yang saat ini sudah sembuh. Demam juga dirasakan naik turun. d. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU - Riwayat penyakit serupa : disangkal - Riwayat telinga dikorek : disangkal - Riwayat alergi : disangkal - Riwayat batuk+pilek berualang :+ e. RIWAYAT KELUARGA DAN LINGKUNGAN Keluarga mempunyai sakit serupa (disangkal), Asma (disangkal), Alergi (disangkal), 2. Masalah yang dikaji - Stadium dari OMA? - Penanganan OMA? 3. Analisis masalah - Stadium OMA : Ada 5 stadium otitis media akut (OMA) berdasarkan pada perubahan mukosa telinga tengah, yaitu : 1. Stadium Oklusi Ditandai dengan gambaran retraksi membrane timpani akibat tekanan negative telinga tengah. Kadang- kadang membrane timpani tampak normal atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi tetapi sulit dideteksi.

2. Stadium Hiperemis Tamapak pembuluh darah yang melebar di sebagian atau seluruh membrane timpani disertai oedem. Sekret yang mulai terbentuk masih bersifat eksudat serosa sehingga sukar dinilai. 3. Stadium Supurasi Oedem yang hebat pada mukosa telinga tengah disertai dengan hancurnya sel epitel superficial serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani menyebabkan membrane timpani menonjol kea rah liang telinga luar. Gejala klinis pasien Nampak terasa sakit, nadi, demam, serta rasa nyeri pada telinga bertambah hebat. Pada keadaan lebih lanjut, dapat terjadi iskemia akibat tekanan eksudat purulent yang makin bertambah, tromboflebitis pada venavena kecil bahkan hingga nekrosis mukosa dan submukosa. 4. Stadium Perforasi Rupturnya membrane timpani sehingga nanah keluar dari telinga tengah ke liang telinga luar. Kadang pengeluaran secret bersifat pulsasi. Stadium ini sering diakibatkan oleh terlambatnya pemberian antibiotika dan tingginya virulensi kuman. 5. Stadium Resolusi Ditandai oleh membrane timpani yang berangsur normal hingga perforasi membrane timpani menutup kembali dan sekret purulen tidak ada lagi. Hal ini terjadi jika membrane timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik dan virulensi kuman rendah. - Penanganan OMA adalah PENATALAKSANAAN 1. Antibiotik OMA umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya. Seikitar 80% OMA sembuh dalam 3 hari tanpa antibiotic. Penggunaan antibiotic tidak mengurangi komplikasi yang terjadi, termasuk berkurangnya pendengaran. Jika gejala tidak membaik dalam 48-72 jam atau ada perburukan gejala, Gejala ringan adalah apabila nyeri telinga ringan dan demam <390C dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang sampai berat atau demam 390C. Pilihan pertama pemberian antibiotik pada OMA adalah dengan amoxycilin. American Academy of Family Physicians (AAFP) menganjurkan pemberian dosis standar 40mg/kgBB/hari pada anak dengan resiko rendah (umur >2tahun, tidak dalam perawatan intensif, belum pernah menerima pengobatan antibiotik dalam 3 bulan terakhir). Sedangkan pemberian dosis tinggi 80mg/kgBB/hari diberikan pada anak dengan resiko tinggi ( umur <2tahun, dalam perwatan, ada riwayat pemberian antibiotik dalam 3 bulan terakhir serta resisten terhadap pemberian dosis rendah amoxycilin) . Sementara itu The Centre for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan terapi antibiotik pada OMA sebagai berikut : KONDISI TERAPI

Otitis media dengan penonjolan (bulging) membrane timpani Otitis media tanpa bulging membrane timpani Otitis media berulang

High-dose amoxycilin (80100mg/kgBB/hari per oral) selama 7 hari Penundaan pemberian antibiotik, (sembuh spontan) Penundaan pemberian antibiotic, pemberian vaksin influenza Otitis media e.c resistensi bakteri High-dose amoxycilin clavulanate (80-90 terhadap amoxycilin dosis tinggi mg/kgBB/hari per oral selama 7 hari); cefuroxime axetil (30 mg/kgBB 2 kali/hari per oral); ceftriaxone (50mg/kg/hari IM selama 3 hari) Penundaan antibiotik dan pengaturan pemberian antibiotik dilakukan pada otitis media tanpa bulging karena pada otitis media jenis ini umumnya dapat sembuh spontan tanpa pemberian antibiotik sebab pemberian antibiotic pada kasus ini dianggap hanya akan menambah efek samping terhadap tubuh. Pengaturan pemberian resep dapat dilakukan dengan pemberian acetaminophen jika terjadi otalgia serta demam, dan jika setelah pemberian tersebut demam masih berlangsung serta tidak ada perbaikan gejala klinis selama 3 hari , maka baru diberikan amoxycilin dosis tinggi. Antibiotik pada OMA akan menghasilkan perbaikan gejala dalam waktu 48-72 jam. Dalam 24 jam pertama terjadi stabilisasi, sedangkan pada 24 jam kedua mulai terjadi perbaikan. Jika pasien tidak membaik dalam 3 hari atau kembali muncul dalam 14 hari kemungkinan ada penyakit lain atau pengobatan yang diberikan tidak memadai/kurang adekuat atau bahkan telah terjadi resistensi bakteri terhadap antibiotik tersebut. 2. Analgesia/pereda nyeri Selain antibiotik, penanganan OMA selayaknya disertai penghilang nyeri. Analgesia yang umumnya digunakan adalah analgesia sederhana seperti paracetamol atau ibuprofen. Namun perlu diperhatikan bahwa pada penggunaan ibuprofen harus dipastikan bahwa anak tidak mengalami gangguan pencernaan karena pemberian ibuprofen dapat memperburuk keadaan tersebut. Pemberian antihistamin (antialergi) atau dekongestan tidak memberikan manfaat pada anak. Pemberian kortikosteroid juga tidak dianjurkan. Miringotomy, dengan melubangi gendang telinga untuk mengeluarkan cairan dari dalam telinga juga tidak dianjurkan , kecuali jika terjadi komplikasi berat. Pemberian antibiotik sebagai profilaksis hanya akan meningkatkan resistensi bakteri terhadap antibiotik 4. Dokumentasi . PEMERIKSAAN FISIK

A. STATUS GENERALIS Keadaan umum Tanda vital

Kepala Leher Mata THT Mulut Dada Abdomen Urogenetalia Extremitas B. PEMERIKSAAN THT a. Hidung PEMERIKSAAN KANAN KIRI Cavum nasi Lapang Lapang Discharge Tidak ada Tidak ada Chonca inferior Eutrophia Eutrophia Chonca medius Eutrophia Eutrophia Septum nasi Deviasi Normal Nyeri sinus Tidak ada Tidak ada b. Telinga PEMERIKSAAN KANAN KIRI Daun telinga Normotia Normotia Canalis auricularis Sempit, hiperemis Serumen Membran timpani Ortorhea, hiperemis Intak Tragus pain Nyeri Tidak nyeri Hearing Loss Tidak ada Tidak ada Discharge Minimal Tidak ada c. Tes Pendengaran PEMERIKSAAN KANAN KIRI Rinne + + Weber Lateralisasi (-) Lateralisasi (-) Scwabach Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa d. Mulut - Bibir - Ginggiva - Gigi - Lidah

: baik, compos mentis, gizi kesan cukup : Tensi : 110/60 mmHg Nadi : 80x/menit RR : 20x/menit Suhu : 380C : mesochepal : KGB tidak membesar : dalam batas normal : lihat status THT : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal

: dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal

e. Tenggorok - Tonsil - Faring - Adenoid

: T3-T3, kripte melebar : tenang : tenang

PEMERIKSAAN PENUNJANG Tidak dilakukan 5. Kesimpulan OMA adalah Otitis media akut yang merupakan radang infeksi atau inflamasi pada telinga tengah oleh bakteri atau virus dengan gejala klinik nyeri telinga, demam, bahkan hingga hilangnya pendengaran, tinnitus dan vertigo. Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak dan umumnya berlangsung dalam waktu 3-6 minggu. 6. Daftar pustaka Otitis Media (Ear Infection).http://www.nidcd.nih.gov/health/hearing/otitism.asp Chronic Otitis Media (Middle Ear Infection) and Hearing Loss. http://www.entnet.org.KidsENT/hearing_loss.cfm Ear anatomy. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/1092.htm OMA. http://www.prodigy.nhs.uk/guidances.asp?gt=otitis%20media%20-%20acute Diagnosis and Management of Acute Otitis Media. PEDIATRICS Vol. 113 No. 5 May 2004, pp.1451-1456. http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/full/pediatrics; 113/5/1451

Anda mungkin juga menyukai