Anda di halaman 1dari 18

I.

Judul Praktikum Kromatografi Gas

II.

Pembimbing Praktikum Dra. Nancy Siti Djenar, MS

III.

Tujuan Mengamati pengaruh suhu terhadap RT dan pemisahan. Mengidentifikasi ada tidaknya alkohol dalam sampel Cussons Baby. Membandingkan RT dari larutan murni dengan cuplikan.

IV.

Dasar Teori Gas Chromatography (GC) adalah alat yang digunakan untuk pemisahan suatu zat atau senyawa yang umumnya bersifat volatil. Senyawa volatil merupakan senyawa yang mudah menguap pada suhu kamar. Sampel yang dapat digunakan dalam GC ini ada dua wujud yaitu cair dan gas. Prinsip kerja dari Gas Chromatography yaitu sampel yang diinjeksikan ke dalam aliran fase gerak, kemudian akan dibawa oleh fase gerak yang berupa gas inert ke dalam kolom untuk dilakukan pemisahan komponen sampel berdasarkan kemampuannya interaksi diantara fase gerak dan fase diam. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase gas bergerak dan fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat pada zat dan penunjangnya (Khopkar 2007). 1. Fase Diam Dan Fase Gerak Pada Kromatografi Gas Fase Diam Pemilihan fasa diam juga harus disesuaikan dengan sampel yang akan dipisahkan. Untuk sampel yang bersifat polar sebaiknya digunakan fasa diam yang polar. Begitupun untuk sampel yang nonpolar, digunakan
Laporan Praktikum Kromatografi Kromatografi Gas

fasa diam yang nonpolar agar pemisahan dapat berlangsung lebih sempurna. Fase diam pada Kromatografi Gas biasanya berupa cairan yang disaputkan pada bahan penyangga padat yang lembab, bukan senyawa padat yang berfungsi sebagai permukaan yang menyerap (kromatografi gas-padat). Sistem gas-padat telah dipakai secara luas dalam pemurnian gas dan penghilangan asap, tetapi kurang kegunaannya dalam

kromatografi. Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase diam yang sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala macam campuran. Fase Gerak

Disebut juga sebagai gas pembawa. Fungsi utamanya adalah untuk membawa uap analit melalui system kromatografi tanpa berinteraksi dengan komponen-komponen sampel. Adapun syarat-syarat fase gerak pada kromatografi gas yaitu sebagai berikut : Tidak reaktif Murni (agar tidak mempengaruhi detector) Dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi. Biasanya mengandung gas helium, nitrogen, hydrogen, atau campuran argon dan metana Pemilihan gas pembawa yang digunakan tergantung dari detektor apa yang digunakan

Campuran

yang

akan

dipisahkan

komponen-komponennya,

dimasukkan ke dalam kolom yang mengandung fase diam dengan bantuan fase gerak, komponen-komponen campuran itu kemudian dibawa bergerak melalui fase diam di dalam kolom. Perbedaan antaraksi atau afinitas antara
Laporan Praktikum Kromatografi Kromatografi Gas 2

komponen-komponen campuran itu dengan kedua fase, menyebabkan komponen-komponen itu bergerak dengan kecepatan berbeda melalui kolom. Akibat adanya perbedaan kecepatan (differential migration) komponen-komponen itu terpisah satu sama lain.

2. Komponen-komponen penyusun Kromatografi Gas : a. Gas Pembawa Gas pembawa harus bersifat inert artinya gas ini tidak bereaksi dengan cuplikan ataupun fasa diamnya. Gas ini disimpan dalam silinder baja bertekanan tinggi sehingga gas ini akan mengalir cepat dengan sendirinya. Karena aliran gas yang cepat inilah maka pemisahan dengan kromatografi gas berlangsung hanya dalam beberapa menit saja. Gas pembawa yang biasa digunakan adalah gas nitrogen. Gas nitrogen memerlukan kecepatan alir yang lambat (10 cm/detik) untuk mencapai efisiensi yang optimum dengan HETP (High Eficiency Theoretical Plate) minimum. Semakin cepat solut berkesetimbangan di antara fasa diam dan fasa gerak maka semakin kecil pula faktor transfer massa. Difusi solut yang cepat membantu mempercepat kesetimbangan di antara dua fasa tersebut, sehingga efisiensinya meningkat (HETP nya menurun). Pada kecepatan alir tinggi, solut berdifusi lebih cepat melalui hidrogen dan helium daripada melalui nitrogen. Hal inilah yang menyebabkan hidrogen dan helium memberikan resolusi yang lebih baik daripada nitrogen. Hidrogen memiliki efisiensi yang relatif stabil dengan adanya perubahan kecepatan alir. Namun, hidrogen mudah meledak jika terjadi kontrak dengan udara. Biasanya, helium banyak digunakan
Laporan Praktikum Kromatografi Kromatografi Gas

sebagai penggantinya. Kotoran yang terdapat dalam carrier gas dapat bereaksi dengan fasa diam. Oleh karena itu, gas yang digunakan sebagai gas pembawa yang relatif kecil sehingga tidak akan merusak kolom. Biasanya terdapat saringan (molecular saeive) untuk menghilangkan kotoran yang berupa air dan hidrokarbon dalam gas pembawa. Pemilihan gas pembawa biasanya disesuaikan dengan jenis detektor. b. Injektor Sampel dapat berupa gas atau cairan dengan syarat sampel harus mudah menguap saat diinjeksikan dan stabil pada suhu operasional (50-300 C). Injektor berada dalam oven yang temperaturnya dapat dikontrol. Suhu injektor biasanya 15-20 C di atas titik didih cuplikan. Jumlah cuplikan yang diinjeksikan sekitar 2 L. Tempat pemasukkan cuplikan cair pada kolom biasanya terbuat dari tabung gelas di dalam blok logam panas. Injeksi sampel menggunakan semprit kecil. Jarum semprit menembus lempengan karet tebal disebut septum yang mana akan mengubah bentuknya kembali secara otomatis ketika semprit ditarik keluar. Untuk cuplikan berupa gas dapat dimasukkan dengan

menggunakan alat suntik gas (gas-tight syringe) atau kran gas (gassampling valve). Alat pemasukan cuplikan untuk kolom terbuka dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu injeksi split (split injection) dan injeksi splitless (splitless injection). Injeksi split dimaksudkan untuk mengurangi volume cuplikan yang masuk ke kolom. Cuplikan yang masuk biasanya hanya 0,1 % hingga 10 % dari 0,1-2 L, sementara sisanya dibuang.

Laporan Praktikum Kromatografi Kromatografi Gas

c. Kolom Kolom pada umumnya terbuat dari baja tahan karat atau terkadang dapat terbuat dari gelas. Kolom kaca digunakan bila untuk memisahkan cuplikan yang mengandung komponen yang dapat terurai jika kontak dengan logam. Diameter kolom yang digunakan biasanya 3 mm6 mm dengan panjang antara 2-3 m. Kolom dibentuk melingkar agar dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam oven (thermostat). Kolom adalah tempat berlangsungnya proses pemisahan komponen yang terkandung dalam cuplikan. Di dalam kolom terdapat fasa diam yang dapat berupa cairan, wax, atau padatan dengan titik didih rendah. Fasa diam ini harus sukar menguap, memiliki tekanan uap rendah, titik didihnya tinggi (minimal 100 C di atas suhu operasi kolom) dan stabil secara kimia. Fasa diam ini melekat pada adsorben. Adsorben yang digunakan harus memiliki ukuran yang seragam dan cukup kuat agar tidak hancur saat dimasukkan ke dalam kolom. Adsorben biasanya terbuat dari celite yang berasal dari bahan diatomae. Cairan yang digunakan sebagai fasa diam di antaranya adalah hidrokarbon bertitik didih tinggi, silicone oils, waxes, ester polimer, eter dan amida. (The Techniques). Pemilihan fasa diam juga harus disesuaikan dengan sampel yang akan dipisahkan. Untuk sampel yang bersifat polar sebaiknya digunakan fasa diam yang polar. Begitupun untuk sampel yang nonpolar, digunakan fasa diam yang nonpolar agar pemisahan dapat berlangsung lebih sempurna.

Laporan Praktikum Kromatografi Kromatografi Gas

d. Termostat (Oven) Termostat (oven) adalah tempat penyimpanan kolom. Suhu kolom harus dikontrol. Temperatur kolom bervariasi antara 50C 250C. Suhu injektor lebih rendah dari suhu kolom dan suhu kolom lebih rendah daripada suhu detektor. Suhu kolom optimum bergantung pada titik didih cuplikan dan derajat pemisahan yang diinginkan. Operasi GC dapat dilakukan secara isotermal dan terprogram. Analisis yang dilakukan secara isotermal digunakan untuk

memisahkan cuplikan yang komponen-komponen penyusunnya memiliki perbedaan titik didih yang dekat, sedangkan sistem terprogram digunakan untuk memisahkan cuplikan yang perbedaan titik didihnya jauh. e. Detektor Detektor adalah komponen yang ditempatkan pada ujung kolom GC yang menganalisis aliran gas yang keluar dan memberikan data kepada perekam data yang menyajikan hasil kromatogram secara grafik. Detektor menunjukkan dan mengukur jumlah komponen yang dipisahkan oleh gas pembawa. Alat ini akan mengubah analit yang telah terpisahkan dan dibawa oleh gas pembawa menjadi sinyal listrik yang proporsional. Oleh karena itu, alat ini tidak boleh memberikan respon terhadap gas pembawa yang mengalir pada waktu yang bersamaan. Beberapa detektor yang dapat digunakan antara lain: detektor hantar bahang (DHB), detektor ionisasi nyala (FID), detektor tangkap ion, dan lain sebagainya.

Laporan Praktikum Kromatografi Kromatografi Gas

f.

Rekorder Rekorder berfungsi sebagai pencetak hasil percobaan pada

lembaran kertas berupa kumpulan puncak, yang selanjutnya disebut sebagai kromatogram. Seperti telah diberitahukan diawal, jumlah puncak dalam kromatogram menyatakan jumlah komponen

penyusun campuran. Sedangkan luas puncak menyatakan kuantitas komponennya.

4.

Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Gas Adapun kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan metode

pemisahan berdasarkan kromatografi gas (GC) yaitu sebagai berikut: - Kelebihan: 1. Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggi. 2. Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi pemisahan yang tinggi. 3. Gas mempunyai vikositas yang rendah. 4. Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat sehingga analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi. 5. Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase diam yang sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala macam campuran. - Kekurangan: 1. Teknik kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap. 2. Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran dalam jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan, pemisahan pada tingkat gram mungkin dilakukan, tetapi pemisahan
Laporan Praktikum Kromatografi Kromatografi Gas

dalam tingkat pon atau ton sukar dilakukan kecuali jika ada metode lain. (Puspita, 2007). 3. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif terhadap fase diam dan zat terlarut.

V.

Alat dan Bahan Alat yang digunakan 1. Integrator HP 3390 A 2. Alat suntikan 10 L 3. Buble flow meter 4. Gelas Kimia 50 ml (gambar terlampir) 1 buah 1 buah 1 buah 2 buah

Bahan yang digunakan 1. Etanol p.a 2. Propanol p.a 3. Butanol p.a

VI.

Prosedur Kerja 1. Menyalakan GC dan detektor FID

Menghubungkan alat GC dengan sumber listrik

Memasang bubleflowmeter dan mengatur kecepatan gas N2. Membuka tombol gas N2. Membuka tabung gas N2 dan mengatur tekanan (menunjukan 3,1 kg/cm2). Menyalakan GC.

Laporan Praktikum Kromatografi Kromatografi Gas

Menekan tombol DET, pilih A/B lalu on. Membuka tabung udara tekan dan gas H2. Membuka tombol AIR pada GC. Menekan tombol IGN FID, memutar tombol gas H2. Menghentikan putaran tombol gas H2 dan melepaskan tombol IGN FID pada GC.

Melakukan pengaturan suhu : OVEN TEMP :100 ENTER DET TEMP A : 150 ENTER INJ TEMP A : 150 ENTER -

2. Menyalakan integrator

Menyalakan Integrator

Melakukan pengaturan parameter sebagai berikut : OP () : 1 ENTER (memasukkan waktu dan tanggal percobaan) ZERO : 5 ENTER CHT SP : 0.5 ENTER ATT2 : 10 ENTER Tekan LIST 2x

Laporan Praktikum Kromatografi Kromatografi Gas

3. Pengaruh suhu kolom terhadap RT dan pemisahan campuran suhu isotherm

Mengatur suhu kolom sebagai berikut : INIT TEMP RATE : 125o C : 0

FINAL TEMP : 125o C OVEN TEMP : 125o C OVEN TEMP : 90

OVEN Menyuntikkan etanol p.a sebanyak 1 L ke tempat injector bila lampu NOT TEMP : 125 READY mati.Menekan tombol START pada GC dan integrator bersamasama dengan saat menyuntikkan sampel. Setelah diperoleh kromatogram, menekan tombol STOP pada GC dan integrator.

Melakukan hal serupa untuk propanolp.a, butanolp.a, methanolp.a, campuran dan Sampel parfum Cussons baby

Laporan Praktikum Kromatografi Kromatografi Gas

10

Suhu terprogram

Mengubah suhu kolom sebagai berikut : INIT TEMP RATE : 90 0C : 5,0

FINAL TEMP : 120 0C OVEN TEMP : 90 0C

Lakukan hal yang sama seperti suhu isoterm.

4. Analisis kualitatif (Suhu terprogram)

Menyuntikkan 1 L etanol pa (diperoleh kromatogram) Menyuntikkan 1 L cuplikan parfum (diperoleh kromatogram)

Bandingkan kedua kromatogram.

VII.

Data Pengamatan Jenis Kolom : GC colomn tanggal 28-06-1998 or NR 48122-3 Packing 5 % 9W 20M chrom WHP 80-100-Mash Dimentions 6 x " SS Batch 8072-2 col NR 3
Laporan Praktikum Kromatografi Kromatografi Gas 11

T max. 250 oC REM JV chrompack Jenis Detektor Jenis gas pembawa Kecepatan Gas Pembawa Carrierflow Program Suhu yang digunakan : FID : Nitrogen : 5,0 deg/menit : 100 kpa : Suhu terprogram

Data Literatur Senyawa Titik didih (oC) 78,5 97,4 117,2 Berat Jenis (gram/L) 0,79 0,80 0,81

Etanol Propanol Butanol

Data suhu terprogram INIT TEMP RATE FINAL TEMP OVEN TEMP : 90 o C : 5,0 : 120 o C : 90 o C

Data suhu isoterm INIT TEMP RATE : 125o C : 0

FINAL TEMP : 125o C OVEN TEMP : 125o C

Laporan Praktikum Kromatografi Kromatografi Gas

12

Pengaruh Suhu Kolom Senyawa Isoterm (o C) RT (menit) Suhu program (o C) RT (menit)

Ethanol p.a Propanol p.a Butanol p.a Campuran Etanol Propanol Butanol Sampel Parfum

1,39 1,51 1,76 1,36 1,46 1,66 1,38

1,62 2,13 2,89 1,69 2,05 2,76 1,64

VIII.

Pembahasan Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada perbedaan kecepatan

migrasi komponen-komponen suatu sampel di dalam kolom. Perbedaan migrasi ini terjadi karena perbedaan interaksi sampel pada fasa diam dengan pengaruh fasa gerak. Fasa diamnya berupa cairan yang melekat pada zat pendukung (adsorben), sedangkan fasa geraknya berupa gas. Karena gas ini berfungsi membawa komponen-komponen sepanjang kolom hingga mencapai detektor, maka fasa gerak disebut juga sebagai gas pembawa (carrier gas). Pada percobaan ini, gas pembawa yang digunakan adalah nitrogen. Gas pembawa harus bersifat inert dan tidak berbahaya atau aman, sehingga gas yang digunakan sebagai gas pembawa adalah gas nitrogen. Sedangkan hydrogen dan oksigen berperan sebagai gas pembakar. Komponen-komponen sampel akan dibawa fase gerak menuju detektor dan hasilnya direkam oleh recorder untuk di analasis waktu retensi dan luas
Laporan Praktikum Kromatografi Kromatografi Gas

13

wilayah dibawah puncak yang terbentuk. Detektor ini bekerja berdasarkan pembakaran sampel sehingga terjadi ionisasi. Ion akan ditangkap oleh pengumpul ion dan meningkatkan daya hantar, dan karenanya akan meningkatkan arus listrik yang mengalir di antara dua elektrode. Arus diperkuat oleh amplifier dan direkam oleh rekorder. Berdasarkan data pengamatan dapat dilihat bahwa kromatogram larutan campuran dengan suhu terprogram lebih baik pemisahannya dibandingkan dengan kromatogram pada suhu isoterm. Hal ini terjadi karena ketika menggunakan suhu yang isoterm, suhu yang diset langsung tinggi sementara yang diketahui bahwa pemisahan kromatografi didasarkan pada perbedaan kecepatan migrasi

komponen-komponen suatu senyawa di dalam kolom dan perbedaan tingkat kevolatilitasan (sifat mudah menguap) dari suatu senyawa. Sehingga ketika suhu yang diset langsung tinggi akan mengakibatkan semua senyawa dalam campuran tersebut langsung menguap secara bersamaan, sehingga derajat pemisahannya semakin kecil dan resolusi kolom semakin jelek. Hal tersebut disebabkan adanya waktu retensi yang berdekatan tiap-tiap komponen. Sehingga pada percobaan ini penentuan waktu retensi sampel dan pemisahannya dilakukan dengan

menggunakan metode suhu terprogram. Adapun suhu injektor diset pada suhu 150C, detektor pada suhu 150C, dan kolom suhu mencapai 120C. Hal ini bertujuan agar semua komponen berubah menjadi gas dan keluar meninggalkan kolom. Pada percobaan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah waktu retensi relatif, suhu, dan laju alir. Waktu retensi merupakan waktu yang dibutuhkan oleh senyawa yang diinjeksikan sejak injeksi melalui kolom hingga ke detektor. Waktu retensi tersebut dapat dilihat saat tampilan menunjukan tinggi puncak maksimum untuk komponen yang terpisah. Waktu retensi tersebut yang dihasilkan berdasarkan titik didih komponen itu, yang mendidih pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kolom akan menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk berkondensasi sebagai cairan pada awal kolom. Dengan
Laporan Praktikum Kromatografi Kromatografi Gas 14

demikian, titik didih yang lebih besar akan memiliki waktu retensi yang lebih lama. Temperatur kolom yang tinggi akan mempersingkat waktu retensi untuk segala sesuatunya didalam kolom. Waktu retensi relatif adalah membandingkan dengan zat pembanding pada kondisi yang sama. (Underwood 1986). Praktikum ini pada dasarnya adalah membandingkan waktu retensi (RT) dari tiap-tiap komponen sampel. Setiap senyawa memiliki waktu retensi yang berbeda-beda, seperti komponen etanol, propanol, dan butanol yang pada suhu terprogram memiliki masing-masing waktu retensi sebesar 1,61 ; 2,13 ; 2,89. Semakin kecil waktu retensi yang dimiliki oleh senyawa tersebut maka semakin tinggi afinitasnya terhadap fasa gerak, sehingga komponen yang memiliki afinitas tinggi terhadap fasa gerak akan terpisahkan terlebih dahulu ke arah detektor. Pada kromatogram, puncak yang dihasilkan haruslah memiliki puncak kurva yang runcing, yang menandakan bahwa pemisahan tersebut berlangsung optimal. Berdasarkan kromatogram yang didapat dari hasil percobaan waktu retensi butanol paling besar daripada propanol dan etanol. Hal ini diakibatkan oleh titik didihnya yang lebih besar, selain itu dipengaruhi oleh suhu dan kelarutannya. Berdasarkan data pengamatan terlihat bahwa peak yang dihasilkan dari sampel campuran ada tiga. Itu berarti bahwa ketiga komponen yang terdapat pada campuran tersebut terpisahkan secara sempurna sehingga didapat RT dari masingmasing komponen tersebut. Berdasarkan kromatogram, didapat jumlah intensitas masing-masing komponen yang berbeda ketinggiannya, hal ini menandakan konsenterasi komponennya juga berbeda. RT yang dihasilkan dari sampel campuran adalah 1,69 ; 2,05 ; 2,76, dimana etanol menguap lebih dahulu daripada propanol dan butanol. Hal ini dikarenakan titk didih etanol < propanol < butanol. Komponen yang memiliki titik didih lebih rendah akan lebih mudah menguap menjadi gas dan pergerakannya lebih cepat di dalam kolom dibandingkan dengan komponen lain dengan titik didih yang lebih tinggi untuk mencapai detektor.
Laporan Praktikum Kromatografi Kromatografi Gas

15

Setelah diperhatikan pada hasil cetakan dari alat kromatografi gas, kita dapat melihat adanya puncak puncak kecil. Pada kromatogram tidak tampak karena hasil kromatogram sudah dibesarkan skalanya. Namun jika diperkecil mendetail lagi pasti akan terlihat peak-peak kecil yang dapat dilihat pada tabel kromatogram besarnya. Puncak-puncak kecil itu adalah pengotor, baik itu pengotor yang ada di dalam kolom yang akhirnya terbaca oleh detector, maupun pengotor yang ada di dalam senyawa (terbawa oleh senyawa ketika penyuntikkan). Seharusnya, tidak ada pengotor di dalam kita melakukan suatu analisis terhadap suatu sampel atau suatu senyawa. Hasil yang paling ideal adalah ketika yang dihasilkan adalah suatu garis lurus yang ada pada base yang diikuti oleh puncak-puncak yang cukup significant yang menunjukkan komponen utama dari senyawa tersebut. Untuk sampel parfum Cussons Baby didapat waktu retensinya sebesar 1,64 dibandingkan dengan RT standar kemungkinan parfum tersebut hanya mengandung etanol.

Laporan Praktikum Kromatografi Kromatografi Gas

16

X. Kesimpulan 1. Suhu yang digunakan pada percobaan kelompok kami adalah suhu terprogram, yaitu sebagai berikut: INIT TEMP RATE FINAL TEMP OVEN TEMP : 90o C : 5,0 (deg/min.) : 120o C : 90o C

Waktu retensi dari etanol, propanol dan butanol yang didapat berturut- turut sebesar 1,62 ; 2,13 ; 2,89 (menit), untuk campuran dari etanol-propanol-butanol yaitu 1,69 ; 2,05 ; 2,76 (menit). Sedangkan waktu retensinya untuk sampelnya sebesar 1,64. 2. Pada sampel parfum Cussons Baby didapat waktu retensinya sebesar 1,64 dibandingkan dengan RT standar kemungkinan parfum tersebut hanya mengandung etanol. 3. Semakin tinggi suhu, maka puncak akan muncul secara bersamaan. Sehingga pemisahannya tidak sesuai dengan titik didih sebenarnya. 4. Jadi, suhu terprogram lebih baik karena suhu yang di program sesuai dengan titik didih larutan uji yaitu 15-20 oC diatas titik didihnya.

Laporan Praktikum Kromatografi Kromatografi Gas

17

Daftar Pustaka

Hendayana, Sumar Ph.D. 2006. Kimia Pemisahan, Metode Kromatografi dan Elektrolisis Modern. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Sastrohamidjojo, Hardjono.1991.Kromatografi. Edisi kedua : Cetakan Pertama. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta. Soebagio, Drs, dkk. 2005. Kimia Analitik II. Malang : UM Press.
Hart C. 2003. Kimia Organik. Suminar. Penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Organic Chemistry. Khopkar SM. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Saptorahardjo A. Penerjemah. Jakarta: UI-Press. Terjemahan dari: Basic Concepts Of Chemistry Analytical.

Underwood AL and RA Day JR. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Sopyan Lis. Penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Quantitative Analysis Sixth Edition

Laporan Praktikum Kromatografi Kromatografi Gas

18

Anda mungkin juga menyukai