Anda di halaman 1dari 31

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/ II/2004 tentang

Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat yang menjelaskan bahwa Puskesmas mempunyai tiga fungsi yaitu: 1) sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan; 2) pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat; 3) pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Setiap masalah kesehatan, pada umumnya disebabkan tiga faktor yang timbul secara bersamaan, yaitu (1) adanya bibit penyakit atau pengganggu lainnya, (2) adanya lingkungan yang memungkinkan berkembangnya bibit penyakit, dan (3) adanya perilaku hidup manusia yang tidak peduli terhadap bibit penyakit dan lingkungannya. Oleh sebab itu, sehat dan sakitnya seseorang sangat ditentukan oleh perilaku hidup manusia sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi kesehatan maka peran promosi kesehatan sangat diperlukan dalam meningkatkan perilaku masyarakat agar terbebas dari masalahmasalah kesehatan. Puskesmas Ambacang Kuranji telah menjalankan fungsinya dalam hal promosi kesehatan demi meningkatkan perilaku kesehatan masyarakat. Berbagai program telah dilakukan, baik itu penyuluhan, pembinaan, maupun pelatihan. Namun, tidaklah mudah merubah perilaku masyarakat dalam waktu yang singkat. Perlu adanya penyuluhan dan pembinaan secara kontinyu serta dukungan dari pihak-pihak terkait demi peningkatan perilaku kesehatan masyarakat di wilayahnya. Dalam rangka mengatasi masalah tersebut sesuai dengan salah satu azas penyelenggaraan puskesmas yaitu pemberdayaan masyarakat, artinya puskesmas wajib menggerakkan dan memberdayakan masyarakat agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya kesehatan, terutama dalam berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Untuk melaksanakan upaya kesehatan wajib tersebut di Puskesmas diperlukan tenaga fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat (PKM) utnuk mengelola promosi kesehatan di Puskesmas secara profesional dan mampu untuk mengelola serta menyelenggarakan pelayanan yang bersifat promotif dan preventif.

1.2

Batasan Masalah Makalah ini membahas mengenai promosi kesehatan dan kegiatan-kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan di Puskesmas Ambacang Kuranji.

1.3

Tujuan Penulisan 1. Mengidentifikasi masalah promosi kesehatan di Puskesmas Ambacang Kuranji. 2. Menetapkan prioritas masalah promosi kesehatan di Puskesmas Ambacang Kuranji. 3. Menganalisis penyebab dari masalah promosi kesehatan di Puskesmas Ambacang Kuranji. 4. Menentukan alternatif pemecahan masalah promosi kesehatan di Puskesmas Ambacang Kuranji.

1.4

Metode Penulisan Metode penulisan makalah ini berupan tinjauan pustaka yang merujuk kepada berbagai

literatur, analisis data Puskesmas Ambacang Kuranji dan diskusi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Promosi Kesehatan Puskesmas Setiap masalah kesehatan, pada umumnya disebabkan tiga faktor yang timbul secara bersamaan, yaitu (1) adanya bibit penyakit atau pengganggu lainnya, (2) adanya lingkungan yang memungkinkan berkembangnya bibit penyakit, dan (3) adanya perilaku hidup manusia yang tidak peduli terhadap bibit penyakit dan lingkungannya. Menurut Teori Bloom faktor perilaku ini merupakan faktor kedua terbesar yang pengaruhi status kesehatan. Oleh sebab itu, sehat dan sakitnya seseorang sangat ditentukan oleh perilaku hidup manusia sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi kesehatan maka peran promosi kesehatan sangat diperlukan dalam meningkatkan perilaku masyarakat agar terbebas dari masalah-masalah kesehatan. Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dan, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Berdasarkan definisi tersebut serta sejalan dengan visi, misi departemen kesehatan dan fungsi puskesmas khususnya dalam penggerakkan dan pemberdayaan keluarga dan masyarakat dapat dirumuskan bahwa promosi kesehatan puskesmas adalah upaya puskesmas melaksanakan pemberdayaan kepada masyarakat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga serta lingkungannya secara mandiri dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat. Secara operasional, upaya promosi kesehatan di puskesmas dilakukan agar masyarakat mampu berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai bentuk pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya, baik masalah-masalah kesehatan yang diderita maupun yang berpotensi mengancam, secara mandiri. Di samping itu, petugas kesehatan puskesmas diharapkan mampu menjadi teladan bagi pasien, keluarga dan masyarakat untuk melakukan PHBS.

2.2.

Tujuan Promosi Kesehatan Tujuan promosi kesehatan adalah: a. Mencegah timbulnya penyakit dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara promotif dan preventif. b. Meningkatkan pengetahuan dan pendidikan kesehatan masyarakat tentang masalah kesehatan. c. Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat individu, keluarga, dan lingkungannya secara mandiri. d. Mengembangkan upaya kesehatan bersumber pada masyarakat.

2.3.

Strategi Sebagaimana disebutkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, strategi dasar utama Promosi Kesehatan adalah (1) Pemberdayaan (2) Bina Suasana dan (3) Advokasi, serta dijiwai semangat (4) Kemitraan. Untuk perkembangannya, strategi promosi kesehatan di puskesmas dikenal sebagai ABGK: Advokasi, Bina Suasana, Gerakan Masyarakat, dan Kemitraan.

1. Advokasi Advokasi merupakan upaya atau proses yang terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (tokoh-tokoh masyarakat informal dan formal) agar masyarakat di lingkungan puskesmas berdaya untuk mencegah serta meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat. Dalam upaya memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat, Puskesmas membutuhkan dan dukungan dari pihak-pihak lain, sehingga advokasi perlu dilakukan. Misalnya, dalam rangka mengupayakan lingkungan puskesmas yang bebas asap rokok, puskesmas perlu melakukan advokasi kepada pimpinan daerah setempat untuk diterbitkannya peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di lingkungan kerja puskesmas seperti sekolah, kantor kecamatan, tempat ibadah. Selama proses perbincangan dalam advokasi, perlu diperhatikan bahwa sasaran advokasi hendaknya diarahkan/dipandu untuk menempuh tahapan-tahapan:
4

(1) memahami/menyadari persoalan yang ditujukan, (2) tertarik untuk ikut berperan dalam persoalan yang diajukan, (3) mempertimbangkan sejumlah pilihan

kemungkinan dalam berperan, (4) menyepakati satu pilihan kemungkinan dalam berperan, dan (5) menyampaikan langkah tindak lanjut. Jika kelima tahapan tersebut dapat dicapai selama waktu yang disediakan untuk advokasi, maka dapat dikatakan advokasi tersebut berhasil. Langkah tindak lanjut di akhir perbincangan (misalnya dengan membuat disposisi pada usulan yang diajukan menunjukkan adanya komitmen untuk memberikan dukungan). Selama perbincangan, seorang advokator (misalnya kepala puskesmas) terus memantau respon sasaran advokasi. Sejumlah ahli menyarankan agar advokasi tidak dilakukan oleh hanya seorang individu, melainkan melalui jejaring. Artinya, sebelum melakukan advokasi, sang advokator terlebih dahulu mengembangkan kemitraan dengan sejumlah pihak yang potensial. Advokasi harus dilakukan secara terus-menerus sampai pihak-pihak yang terkait (stake holders) yang diadvokasi memberikan dukungan. Sebagai contoh, dalam advokasi tentang bantuan jamban sehat untuk suatu pondok pesantren. Kepala puskesmas sebaiknya menggalang kemitraan dulu dengan lembaga swadaya masyarakat/LSM (misalnya Koalisi untuk Indonesia sehat), media massa (misalnya wartawan koran), tokoh agama (misalnya seorang ulama), tokoh pendidikan (misalnya Ketua PGRI), dan lain-lain. Mereka ini diundang pada pertemuan untuk memantapkan kerjasama dan menyiapkan bahan advokasi. Maka ketika bahan advokasi sudah siap dan pembagian tugas sudah dilakukan (siapa yang berbicara tentang apa, dan siapa yang bertugas memantau perbincangan), tim advokasi tersebut bersama-sama, untuk misalnya, menghadap camat atau seorang pengusaha. Dengan demikian, camat atau pengusaha dihadapkan kepada suatu jejaring yang kompak dan kuat. Kata-kata kunci dalam penyiapan bahan advokasi adalah Tepat, Lengkap, Akurat, dan Menarik. Artinya bahan advokasi harus mencakup hal-hal sebagai berikut: Sesuai dengan sasaran (latar belakang pendidikan, jabatan, budaya, kesukaan, dan lain-lain). Sesuai dengan lama waktu yang disediakan untuk advokasi. Mencakup unsur-unsur pokok, yaitu apa, mengapa, di mana, bilamana, siapa, dan bagaimana (5W + 1H).
5

Memuat masalah dan pilihan-pilihan kemungkinan untuk memecahkan masalah. Memuat peran yang diharapkan dari sasaran advokasi. Memuat data pendukung, bila mungkin juga bagan, gambar, dan lain-lain. Dalam kemasan yang menarik (tidak menjemukan), ringkas, tetapi jelas.

2. Bina Suasana Bina suasana adalah upaya menciptakan suasana atau lingkungan sosial yang mendorong individu, keluarga, dan masyarakat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat dan berperan aktif dalam setiap upaya penyelenggaraan kesehatan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan apabila lingkungan sosialnya (keluarga, tokoh panutan, kelompok pengajian dll) mendukung. Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam upaya mengajak individu, keluarga dan masyarakat mengalami peningkatan dari fase tahu ke fase mau perlu diciptakan lingkungan yang mendukung. Keluarga atau orang yang mengantarkan pasien ke puskesmas, penjenguk (penjenguk pasien) dan petugas kesehatan mempunyai pengaruh untuk menciptakan lingkungan yang kondusif atau mendukung opini yang positif terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan. Pengantar pasien tentu tidak mungkin dipisahkan dari pasien, misalnya pasien dikumpulkan dalam suatu ruangan untuk mendapat penjelasan atau informasi. Oleh karena itu, metode yang tepat di sini adalah penggunaan media, seperti misalnya pembagian selebaran (leaflet), pemasangan poster atau penayangan video berkaitan dengan penyakit dari pasien. Dengan demikian, mereka dapat membantu menyampaikan informasi yang diperoleh kepada pasien. Petugas kesehatan puskesmas dapat menjadi panutan atau teladan dalam sikap dan tingkah laku. Oleh karena itu, pengetahuan, sikap, dan perilaku petugas kesehatan puskesmas yang melayani harus benar-benar konsisten dengan pelayanan yang diberikan. Misalnya: ramah (tidak terkesan stress), tidak merokok, memelihara hygiene atau kebersihan dan kesehatan perorangan, dan lain sebagainya. Bagi para penjenguk pasien, dapat dilakukan pembagian selebaran dan pemasangan poster yang sesuai dengan penyakit pasien yang akan mereka jenguk. Selain itu, beberapa puskesmas (dengan tempat perawatan) melaksanakan penyuluhan
6

kelompok. Sementara itu, di dinding dan sudut-sudut ruangan, bahkan di halaman gedung puskesmas juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan bina suasana kepada para pengantar pasien, para penjenguk pasien, teman/pengantar klien, dan pengunjung puskesmas lainnya.

3. Gerakan atau Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menumbuhkan dan

meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan individu, keluarga dan masyarakat untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, menciptakan lingkungan sehat serta berperan aktif dalam penyelenggaraan setipa upaya kesehatan. Pemberdayaan terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang

diselenggarakan puskesmas harus memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat. Pemberian informasi tentang perilaku yang diperkenalkan seperti tersebut diatas perlu dilakukan secara sistematis agar anggota anggota keluarga yang dikunjungi oleh petugas Puskesmas dapat menerima dari tahap tahu ke mau dan jika sarana untuk melaksanakan perilaku yang diperkenalkan tersedia diharapkan sampai ke tahap mampu melaksanakan. Metode dan media komunikasi yang digunakan untuk pemberdayaan keluarga dapat berupa pilihan atau kombinasi. Metodenya antara lain dialog, demonstrasi, konseling dan media komunikasi seperti lembar balik, leaflet, gambar/foto (poster), atau media lain yang mudah dibawa saat kunjungan rumah.

4. Kemitraan Dalam pemberdayaan, bina suasana dan advokasi, prinsip-prinsip kemitraan harus ditegakkan. Kemitraan dikembangkan antara petugas kesehatan puskesmas dengan sasarannya (para pasien atau pihak lain) dalam pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi. Di samping itu, kemitraan juga dikembangkan karena kesadaran bahwa untuk meningkatkan efektivitas promosi kesehatan, petugas kesehatan puskesmas harus bekerja sama dengan berbagai pihak terkait, seperti misalnya kelompok profesi, pemuka agama, LSM, media massa, dan lain-lain.
7

Tiga prinsip dasar kemitraan yang harus diperhatikan dan dipraktikkan adalah (1) kesetaraan, (2) keterbukaan, dan (3) saling menguntungkan. Kesetaraan. Kesetaraan menghendaki tidak diciptakannya hubungan yang bersifat hirarkies (atas-bawah). Semua harus diawali dengan kesediaan menerima bahwa masing-masing berada dalam kedudukan yang sederajat. Keadaan ini dapat dicapai bila semua pihak bersedia mengembangkan hubungan kekeluargaan, yaitu yang dilandasi kebersamaan atau kepentingan bersama. Keterbukaan. Dalam setiap langkah menjalin kerjasama, diperlukan adanya kejujuran dari masing-masing pihak. Setiap usul/saran/komentar harus disertai dengan itikad yang jujur, sesuai fakta, tidak menutup-nutupi sesuatu. Saling menguntungkan. Solusi yang diajukan hendaknya selalu mengandung keuntungan disemua pihak (win-win solution). Misalnya dalam hubungan antara tenaga kesehatan Puskesmas dengan kliennya/pasien, maka setiap solusi yang ditawarkan hendaknya juga berisi penjelasan tentang keuntungannya bagi si pasien/klien. Demikian juga dalam hubungan antara puskesmas dengan pihak donatur. Terdapat tujuh landasan (dikenal dengan sebutan: tujuh saling) yang harus diperhatikan dan dipraktikkan dalam meengembangkan kemitraan, yaitu : a. Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi masing-masing, b. Saling mengakui kapasitas dan kemamouan masing-masing, c. Saling berupaya untuk membangun hubungan, d. Saling berupaya untuk mendekati, e. Saling terbuka terhadap kritik/saran, serta mau membantu dan dibantu, f. Saling mendukung upaya masing-masing, g. Saling menghargai upaya masing-masing.

2.4.

Pendukung Dalam Pelaksanaan Promosi Kesehatan Dalam pelaksanaannnya, strategi promosi kesehatan harus diperkuat dengan (1) Metode dan media yang tepat, serta tersedianya (2) Sumber daya yang memadai. 1. Metode dan Media Metode yang dimaksud di sini adalah metode komunikasi. Pada prinsipnya, baik pemberdayaan, bina suasana, maupun advokasi adalah proses komunikasi. Oleh sebab itu, perlu ditentukan metode yang tepat dalam proses tersebut. Pemilihan metode harus dilakukan dengan memperhatikan kemasan informasinya, keadaan penerima informasi (termasuk sosial budayanya) dan hal-hal lain seperti ruang dan waktu. Media atau sarana informasi juga perlu dipilih mengikuti metode yang telah ditetapkan, memperhatikan sasaran atau penerima informasi. Bila penerima informasi tidak bisa membaca maka komunikasi tidak akan efektif jika digunakan media yang penuh tulisan, atau bila penerima informasi hanya memiliki waktu sangat singkat, tidak bisa membaca maka komunikasi tidak akan efektif jika dipasang poster yang berisi kalimat terlalu panjang. 2. Sumber Daya Sumber daya utama yang diperlukan untuk penyelenggaraan promosi kesehatan puskesmas adalah tenaga (sumber daya manusia/SDM), sarana/peralatan termasuk media komunikasi, dan dana atau anggaran. Pengelolaan promosi kesehatan hendaknya dilakukan oleh koordinator yang mempunyai kapasitas di bidang promosi kesehatan. Koordinator tersebut dipilih dari tenaga khusus promosi kesehatan (yaitu pejabat fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat atau PKM). Jika tidak tersedia, tenaga khusus promosi kesehatan tersebut dapat dipilih dari semua tenaga kesehatan puskesmas yang melayani pasien/klien (dokter, perawat, bidan, sanitarian, dan lain-lain). Semua tenaga kesehatan yang ada di puskesmas hendaknya memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan informasi atau konseling. Jika keterampilan ini ternyata belum dimiliki, maka harus diselenggarakan program pelatihan/kursus.

Untuk dana atau anggaran promosi kesehatan puskesmas memang sulit ditentukan standar, namun demikian diharapkan puskesmas atau Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menyediakan dana/anggaran yang cukup untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan promosi kesehatan puskesmas.

10

2.5.

Kegiatan

1. Posyandu Pengertian Posyandu Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006:11). Tujuan Posyandu Tujuan Umum: Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat. Tujuan Khusus: a. Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB. b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB. c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB (Depkes RI, 2006:12-13) Sasaran Posyandu Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya: a. Bayi b. Anak balita c. Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui d. Pasangan Usia Subur (Depkes RI, 2006:13).
11

Prinsip Dasar Posyandu a. Pos pelayanan terpadu merupakan usaha masyarakat dimana terdapat perpaduan antara pelayanan professional dan non professional (oleh masyarakat). b. Adanya kerjasama lintas program yang baik (KIA, KB, gizi. Imunisasi, penangulangan diare) maupun lintas sektoral (Dep. Kes. RI. Depdagri / Bangdes, dan BKKBN). c. Kelembagaan masyarakat (pos desa, kelompok tumbang/pos tumbang, pos imunisasi, pos kesehatan, dan lain-lain). d. Mempunyai sasaran penduduk yang sama (bayi 0-1 tahun, anak balita 1-5 tahun, ibu hamil, PUS). e. Pendekatan yang dibutuhkan adalah pengembangan dan PKMD/PHC (Nasrul Effendy, 1998:271). Klasifikasi Posyandu Posyandu diklasifikasikan menjadi empat tingkatan, yaitu: a. Posyandu Pratama (Warna Merah) Pelaksanaan masih belum mantap, kegiatan belum bias rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas. Frekuensi penimbangan masih kurang dari delapan kali dalam satu tahun. Posyandu pratama dinilai gawat. Intervensi nya antara lain:pelatihan kader, penyegaran kader, dan penambahan jumlah kader. b. Posyandu Madya (Warna Kuning) Dapat melaksanakan kegiatan lebih dari delapan kali setiap tahun, jumlah kader kurang lebih 5 orang, cakupan program utama yaitu KB, KIA, Gizi, Imunisasi masih rendah yaitu kurang dari 50%. Ini berarti kelestarian kegiatan posyandu sudah lebih baik tetapi masih rendah cakupan nya, untuk itu perlu di lakukan penggerakan masyarakat secara intensif, serta penambahan program yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Intervensinya yaitu:
12

Pelatihan toma dengan model eksklasi posyandu yang sekarang sudah di lengkaapi dengan metode simulasi.

Penggarapan dengan pendekatan PKMD (SDM dan MMD) untuk menentukan masalah dan mencari penyelesaiannya termasuk menentukan program tambahan yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Untuk melaksanankan hal ini dengan baik dapat di gunakan acuan buku pedoman pendekatan kemasyarakatan yang di terbitkan oleh Dit Bina Peran Serta Masyarakat Depkes.

c. Posyandu Purnama (Warna Hijau) Dapat melaksankan kegiatan lebih dari delapan kali setiap tahun, jumlah kader lima orang atau lebih, cakupan lima program utamanya lebih dari 50%. Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada dana sehat yang masih sederhana. Intervensinya : Penggarapan dengan metode PKMD, untuk mengarahkan masyarakat menetukan sendiri pengembangan program posyandu. Pelatihan dana sehat agar di desa tersebut dapat tumbuh dana sehat yang kuat dengan cakupan anggota minimal 50% KK atau lebih. d. Posyandu Mandiri (Warna Biru) Kegiatan teratur, cakupan lima program utama sudah baik, ada program tambahan, dan dana sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK. Dana sehat menggunakan prinsip Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) serta mampu berswasembada (Depkes RI, 1997:53-54) Indikator tingkat perkembangan posyandu Untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, ditetapkan seperangkat indikator yang digunakan sebagai penyaring atau penentu tingkat perkembangan Posyandu. Secara sederhana indikator untuk tiap peringkat Posyandu dapat diuraikan sebagai berikut:
13

Tingkat Perkembangan Posyandu No 1 2 3 4 5 6 7 8 Indikator Frekuensi penimbangan Rerata Kader Tugas Rerata Cakupan D/S Cakupan Kumulatif KIA Cakupan Kumulatif KB Cakupan Kum. Imunisasi Program Tambahan Cakupan dana Sehat Pratama <8 <5 <50% <50% <50% <50% <50% Madya >8 5 <50% <50% <50% <50% <50% Purnama >8 5 50% 50% 50% 50% + <50% Mandiri >8 5 50% 50% 50% 50% + 50%

2. PHBS Definisi PHBS PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat (Depkes, 2007:2). Tujuan Tujuan Umum Meningkatnya pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku serta kemandirian perorangan, keluarga dan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan agar dapat hidup bersih dan sehat Tujuan Khusus

14

Meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku masyarakat khususnya terhadap program kesehatan lingkungan gaya hidup Manfaat PHBS Bagi Masyarakat

Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) (Depkes, 2007 : 23).

3. Penyuluhan Kesehatan Defenisi : Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Tujuan: Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan. Faktor - faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan penyuluhan kesehatan adalah: 1) Tingkat Pendidikan. 2) Tingkat Sosial Ekonomi 3) Adat Istiadat 4) Kepercayaan Masyarakat
15

5) Ketersediaan Waktu di Masyarakat Dalam melakukan penyuluhan kesehatan, maka penyuluh yang baik harus melakukan penyuluhan sesuai dengan langkah langkah dalam penyuluhan kesehatan masyarakat sebagai berikut (Effendy, 1998): 1) Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat. 2) Menetapkan masalah kesehatan masyarakat. 3) Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani melalui penyuluhan kesehatan masyarakat. 4) Menyusun perencanaan penyuluhan Menetapkan tujuan Penentuan sasaran Menyusun materi / isi penyuluhan Memilih metoda yang tepat Menentukan jenis alat peraga yang akan digunakan Penentuan kriteria evaluasi.

5) Pelaksanaan penyuluhan 6) Penilaian hasil penyuluhan 7) Tindak lanjut dari penyuluhan

4. UKK (Upaya Kesehatan Kerja) Upaya Kesehatan Kerja adalah bentuk operasionil PHC di lingkungan pekerja, merupakan wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja yang terencana, teratur dan berkesinambungan yang di selenggarakan oleh masyarakat pekerja atau kelompok kerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang sama dan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kerja.
16

Dalam imlementasinya selalu mencakup 3 pilar PHC yaitu : 1. Adanya kerja sama lintas sektor 2. Adanya pelayanan dasar kesehatan kerja 3. Adanya peran serta masyarakat Bentuk aktifitas Pos UKK dan frekwensinya adalah : KEGIATAN Pemeriksaan awal kesehatan pekerja dan lingkungan kerja Pemeriksaan berkala bagi bekerja SIMASKER PelayananP3K/P3/rujukan dan penyehatan lingkungan Pencatatan /pelaporan dana sehat FREKWENSI 1X PELAKSANA Petugas dan kader

1X

Petugas dan kader

1 X / 3 bulan Tiap hari

Petugas dan kader Petugas dan Kader

1 X /bulan

Kader

5. Tanaman Obat Keluarga (TOGA) Tanaman obat keluarga adalah sebidang tanah di halaman atau ladang yang di manfaatkan untuk menanam tanaman yang berkasiat sebagai obat. Tingkat perkembangan TOGA: INDIKATOR Jumlah KK ada TOGA Jenis tanaman per desa PRATAMA < 30% MADYA 30% - 60% PURNAMA >60%

<10%

10% - 25%

>25%

17

Jumlah KK memanfaatkan TOGA

<10%

10% - 50%

>50%

Adapun jenis intervensi untuk tingkat perkembangan TOGA adalah sebagai berikut: 1. TOGA tingkat pratama, intervensinya adalah peningkatan KIE tentang perluasan dari pemanfaatan TOGA untuk petugas kesehatan lintas sektoral terkait dan kader kesehatan. 2. TOGA tingkat Madya, intervensinya adalah peningkatan KIE tentang perluasan pengembangan dan pemanfaatan TOGA kepada masyarakat. 3. TOGA tingkat purnama, intervensinya adalah peningkatan KIE tentang budidaya TOGA kepada masyarakat.

6. Satuan Karya Bakti Husada (SBH) Satuan Karya Bakti Husada adalah wadah pramuka untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, dan kesempatan dalam membaktikan dirinya kepada masyarakat dalam pembangunan kesehatan.

7. Pos Kesehatan Pesantren (poskestren) Pondok pesantren adalah lembaga islam yang memiliki warga belajar yang di sebut santri. Peran serta pondok pesantren pada pembangunan kesehatan di wujudkan antara lain dalam bentuk posyandu Asta( posyandu asuhan tokoh agama), poskestren. Poskestren merupakan wujud partisipasi masyarakat pondok pesantren dalam bidang kesehatan secara berkala.Kegiatan dari poskestren adalah; Pos obat pondok pesantren Santri husada (kader kesehatan di kalangan santri)
18

Pusat informasi kesehatan, berupa perpustakaan kerohanian dan ceramah kesehatan secara berkala, bekerja sama dengan puskesmas setempat.

Upaya kesehatan lingkungan di sector pondok pesantren.

Karang taruna husada Karang taruna adalah wadah kegiatan remaja dan pemuda di tingkat rukun warga /RW yang besar peranannya pada pembinaan remaja dan pemuda dalam menyalurkan aspirasi dan kreasinya.

8. Upaya Kesehatan gigi masyarakat desa (UKGMD) UKGMD adalah upaya pembinaan kesadaran, kemauan, kemampuan dan peran serta masyarakat dalam pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut dengan pendekatan PKMD, di laksanakan terintegrasi dengan upaya kesehatan lainnya, dengan kerja sama lintas program dan lintas sektor. Sasarannya adalah keluarga masyarakat yang telah mempunyai ato aktifitas dengan prioritas kelompok masyarakat yang rawan terhadap penyakit gigi dan mulut. Penyakit gigi dan mulut yang banyak di derita masyarakat adalah karies (gigi berlobang) dan periodontis (peradangan jaringan ikat gigi).

9. Pos Kesehatan Kelurahan (poskeskel) Poskeskel merupakan unit kesehatan dibawah Puskesmas yang dibangun berdasarkan swadaya masyarakat. Dikepalai oleh bidan/dokter/perawat setempat (berdomisili di lokasi Poskeskel). Poskeskel melayani kesehatan masyarakat secara umum sebagai perpanjangan dari Puskesmas. Poskeskel akan membawahi beberapa Posyandu di lingkungannya.

19

10. Pos Obat Desa (POD) Pos Obat Desa (POD) merupakan program pada wilayah perifer, di mana akses masyarakat terhadap sarana prasarana kesehatan sangat terbatas. Salah satu bentuk kegiatannya adalah pemberian obat-obatan kepada kader, sehingga bila ada masyarakat yang sakit mendadak dan berat dapat ditangani secara sederhana dulu, sebelum ditatalaksana lebih lanjut dengan tenaga kesehatan di wilayah terdekat. Evaluasi Evaluasi sebaiknya dilakukan disetiap tahapan manajerial mulai dari perencanaan, pelaksanaaan dan hasil. Evaluasi dilakukan pada setiap pertengahan dan akhir tahun untuk menilai proses dari hasil pelaksanaan promosi kesehatan di puskesmas. Hal tersebut dimaksudkan untuk menilai sejauh mana kemajuan kegiatan dan hasil yang dicapai.

20

BAB III PEMBAHASAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN PUSKESMAS AMBACANG KURANJI

STRATEGI 3.1 Advokasi Advokasi merupakan usaha melobi ke jenjang yang lebih atas, seperti kepala puskesmas, lurah, camat, kapolsek atau pihak terkait lainnya agar petugas yang bekerja mendapatkan dorongan dan semangat dalam menjalankan tugasnya. Pembentukan Posyandu beserta kadernya, kerja sama dalam pengumpulan data dengan lurah, dukungan PKK dan masyarakat merupakan gambaran nyata bahwa advokasi yang dilakukan sudah terlaksana.

3.2 Bina Suasana Yaitu upaya pendekatan kepada masyarakat sehingga program yang akan dilakukan mudah diterima oleh masyarakat. Bina suasana lebih diutamakan dengan kegiatan seperti penyuluhan, agar terasa lebih dekat dengan masyarakat tersebut.

3.3 Gerakan Masyarakat Gerakan masyarakat merupakan kegiatan untuk menggerakkan masyarakat secara aktif dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di masyarakat tersebut. Misalnya, adanya kasus DBD, maka puskesmas melalui advokasi dan penyuluhan dapat menggerakkan masyarakat untuk bekerja sama membersihkan lingkungan sekitar. Pelaksanaan gerakan masyarakat di Puskesmas Ambacang Kuranji dapat dilihat dari kondisi kegiatan dari, oleh, dan untuk masyarakat seperti posyandu.

3.4 Kemitraan Kemitraan merupakan upaya mutualisme agar program kita terlaksana dan pihak lain merasa untung dengan membantu kita. misalnya, pada bulan Februari Maret lalu, ketika kasus flu burung merebak, Puskesmas Ambacang Kuranji menjalin kerja sama dengan RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia) untuk memberikan informasi
21

kesehatan ke masyarakat. Puskesmas mendapat keuntungan berupa tersedianya media untuk menginformasikan pada penduduk, RAPI mendapatkan bahan berita.

KEGIATAN 1. Posyandu JUMLAH POSYANDU DAN KADER YANG AKTIF PUSKESMAS AMBACANG TAHUN 2011

36
40 20 0

28 7

28 20

7
lubuk lintah

5
ampang

jlh posy aktif jlh kader aktif jlh posy aktif jlh kader aktif

pasar anduring ambacang

Semua posyandu di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji yaitu 28 buah, dengan jumlah kader yang aktif adalah 113 orang. Berdasarkan strata, maka didapatkan data: posyandu pratama (warna merah) tidak ada, posyandu madya (warna kuning) sebanyak 15 buah, posyandu purnama (warna hijau) sebanyak 10 buah, dan posyandu mandiri (warna biru) sebanyak 3 buah (Kayu gadang, Simpang Koto Tigo, Pondok Mungil). Pengelompokan strata posyandu ini dinilai setiap akhir tahun bekerja sama dengan pihak kecamatan.

2. PHBS Terdapat 840 KK di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji. Berdasarkan data sebelumnya, didapatkan 175 KK yang sehat dan 665 KK yang tidak sehat. Setelah itu, dilakukan intervensi terus-menerus setiap bulan terhadap 55 KK hingga terjadi perubahan perilaku menuju PHBS. Data Desember 2011 melaporkan, 840 KK yang ada sudah digolongkan sehat (PHBS).
22

Pendataan PHBS per kelurahan wilayah Puskesmas Ambacang 2011 No. Indikator Kelurahan Ps.Ambacang Anduring Lubuk Lintah 1 2 3 Linakes ASI Eksklusif Timbang & balita 4 5 6 7 8 Air bersih CPTS Jamban Sehat Pemb Jentik Makan sayur 9 10 Aktifitas fisik 70,9% 95,2% 23,8% 78,5% 56,2% 99% 26,6% 95% 76,6% 80,5% 86,6% 99% 97,1% 85,7% 91,4% 94,2% 98,5% 98,5% 92,3% 93,8% 96,6% 96,6% 96,6% 82,8% 97,1% 98,5% 91,4% 67,6% 100% 63,3% 92,4% 96,6% 82,3% 89% 94,7% 92,8% 95,7% Ampang

bayi 76,2%

buah 86,2%

Tidak merokok 54,7% di rumah

3. Penyuluhan Kesehatan Jumlah penyuluhan di Puskesmas Ambacang Tahun 2011 No. Topik Frekuensi Jumlah yang Media yang Digunakan Disuluh 1 2 3 4 Imunisasi TB Paru ISPA DBD 5 6 9 6
23

80 176 295 235

Laptop, LCD, leaflet Laptop, LCD, leaflet Laptop, LCD, leaflet Laptop, LCD, leaflet

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Malaria Gizi Filariasis Jiwa Rabies Mata KB Hipertensi ASI Eksklusif Diare Gigi Napza Diabetes Mellitus

2 5 3 2 3 1 1 8 6 4 4 4 1

54 296 79 55 81 31 28 205 187 134 69 107 28

Laptop, LCD, leaflet Laptop, LCD, leaflet Laptop, LCD, leaflet Laptop, LCD, leaflet Laptop, LCD, leaflet Laptop, LCD, leaflet Laptop, LCD, leaflet Laptop, LCD, leaflet Laptop, LCD, leaflet Laptop, LCD, leaflet Laptop, LCD, leaflet Laptop, LCD, leaflet Laptop, LCD, leaflet

18 19 20 21

Rhematik PHBS HIV/AIDS Bahaya Merokok

1 10 4 3

31 312 104 81

Laptop, LCD, leaflet Laptop, LCD, leaflet Laptop, LCD, leaflet Laptop, LCD, leaflet

22 23 24 25

Asma Hepatitis Kespro Flu Burung

2 1 1 11
24

52 27 29 277

Laptop, LCD, leaflet Laptop, LCD, leaflet Laptop, LCD, leaflet Laptop, LCD, leaflet

26 27 28

Kusta IMS Kekurangan Youdium

1 3 2

26 79 55

Laptop, LCD, leaflet Laptop, LCD, leaflet Laptop, LCD, leaflet

29 30

Penyakit Mata TOGA JUMLAH

1 2 112

26 56 3295

Laptop, LCD, leaflet Laptop, LCD, leaflet

Dari data tersebut, didapatkan bahwa frekuensi penyuluhan dalam gedung selama satu tahun untuk masyarakat yang terbanyak adalah flu burung, kemudian yang terendah adalah penyuluhan tentang mata, kusta, KB, hepatitis, dan kespro. Target yang diajukan DKK untuk pencapaian penyuluhan dalam gedung adalah 96 kali, sedangkan penyuluhan yang dilakukan berjumlah 112. Ini berarti jumlah frekuensi penyuluhan melebihi target yang ditentukan. Jumlah penyuluhan Luar Gedung Puskesmas Ambacang 2011 Tempat penyuluhan Posyandu Mesjid Poskeskel Sekolah Pesantren Frekuensi 448 46 76 4 30

Untuk penyuluhan luar gedung, target yang harus dicapai adalah sebanyak-banyaknya (tidak ada target khusus).

25

4. UKK (Upaya Kesehatan Kerja) Di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji, didapatkan data 143 usaha. Sejauh ini, Puskesmas Ambacang Kuranji baru bisa membentuk 3 pos UKK, Pabrik Roti ZB, Pabrik Tahu, Toko Cahaya Mulya. Untuk pabrik roti ZB, Puskesmas Ambacang Kuranji sudah berhasil memberikan penekanan pentingnya kebersihan kepada manager, sehingga akhirnya manajer memberi kebijakan untuk menutup kepala, menggunakan celemek, dan sarung tanganbagi pekerjanya. Kemudian juga dilakukan beberapa kali pelatihan karyawan yang menjadi kader, seperti P3K, pengobatan ringan, APD (Alat Pelindung Diri). Begitu juga dengan pabrik tahu dan toko Cahaya Mulya. Dilakukan penyuluhan tentang kesling, PHBS, kesehatan kerja. Follow up dilakukan berkala setiap 1-3 bulan.

5. Tanaman Obat Keluarga (TOGA) Di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji, terdapat 80 toga yang tersebar di 40 kelurahan. Upaya menggalakkan TOGA ini dengan mengadakan penyuluhan dalam dan luar gedung mengenai tanaman tersebut beserta manfaat kesehatannya. Dari data yang didapatkan dari laporan promosi kesehatan puskesmas ambacang 2011, masih banyak TOGA dengan strata pratama yaitu 64% dan sebagian besar belum sepenuhnya berfungsi sebagai TOGA melainkan hanya sebagai hiasan saja. Untuk meningkatkan

pencapaian TOGA perlu dilakukan penyuluhan tentang pentingnya pemanfaatan pekarangan kepada masyarakat sehingga masyarakat mengerti dan memiliki kesadaran untuk menanam TOGA.

6. Satuan Karya Bakti Husada (SBH)

26

Sejauh ini, PuskesmasAmbacang Kuranji hanya bekerja sebagai fasilitator. Misalnya, bila diadakan kemah bakti di bawah naungan dinas kesehatan dan dinas pendidika, maka puskesmas memfasilitasi dengan memberikan materi penyuluhan.

7. Pos Kesehatan Pesantren (poskestren) Saat ini, sudah terbentuk satu buah poskestren, yakni di Lubuk Lintah, Cubadak Air. Kegiatan yang dilakukan pertama kali adalah advokasi dengan pimpinan pesantren. Setelah sepakat, maka dibentuklah poskestren (seperti UKS), dengan santri husada sebagai penggerak. Santri husada ini akan membentuk piket dan dibekali dengan baju seragam. Mereka telah mendapatkan pelatihan mengenai P3K, pemberian napas buatan, kespro remaja, HIV AIDS, narkoba, rokok, dan gizi. Diharapkan mereka dapat menyampaikan kepada santri lainnya mengenai materi tadi. Selain itu, di pos tersebut juga dibekali obat-obatan ringan yang bisa diberikan oleh santri husada kepada mereka yang membutuhkan. Di sana juga dibekali buku-buku kesehatan. Follow up terhadap program ini dilakukan 3 bulan sekali, biasanya melalui telepon.

8. Upaya Kesehatan gigi masyarakat desa (UKGMD) Dilaksanakan di posyandu, oleh dokter gigi dan perawat gigi. Sasarannya terutama wanita usia subur dan anak-anak. Bila ditemukan masalah gigi dan mulut, maka tenaga kesehatan tersebut akan merujuk ke puskesmas atau pelayanan kesehatan lain. Sejauhi ini, program ini agak terhambat dikarenakan minimnya tenaga dokter gigi dan perawat gigi di puskesmas.

9. Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)

27

Kegiatan ini diperuntukkan untuk penyakit degeneratif. Di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji sendiri, terdapat di kelurahan Anduring yang dikelola oleh tiga kader, sebagai ketua, sekretaris, dan bendahara. Kegiatannya berupa pengukuran tekanan darah, pengukuran lingkar pinggul, kemudian diperiksa oleh dokter, bila perlu terdapat pemeriksaan lab seperti gula darah. Kendalanya, untuk kegiatan ini, dibutuhkan alat pemeriksaan seperti stik gula darah, sehingga masyarakat dibebankan tiga ribu rupiah untuk pelayanan. Tidak semua masyarakat bersedia/sanggup untuk membayar. 10. POD Untuk wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji dengan akses pelayanan kesehatan yang baik, POD tidak ada.

11. BATRA (Pengobatan Tradisional)

Pengobatan tradisional yang ada di wilayah kerja puskesmas Ambacang yaitu : tabib, Batra tulang, tukang panggur gigi, jamu gendong, batra urut pijat, batra bekam, batra ramuan, batra dengan pendekatan agama, batra paranormal. Telah dilakukan pelatihan pada Batra tulang dan batra bekam. Namun masih banyak batra yang belum mendapatkan pelatihan sehingga belum mendapatkan izin dari Dinas Kesehatan Kota Padang. No Jenis Batra Psr abcg 1 2 Tabib Batra tulang 0 1 Kelurahan Anduring 1 2 Lbk Lintah 0 2 Ampang 0 1 2x di psr abcg Frekwesi Pembinaan

28

Tukang gigi

panggur 0

4 5 6 7 8

Jamu gendong Batra urut pijat Batra becam Batra ramuan Batradg pendekatan agama Batra paranormal Jumlah

1 2 0 1 2

1 2 0 1 2

1 2 0 0 2

0 2 1 0 2 3x di ampang

0 7

1 11

0 7

0 6

Kendala:

- tenaga kesehatan minim dan waktu terbatas. - Belum ada sanksi yang tegas terhadap pelanggaran, hanya bisa diberikan

berupa pembinaan.

29

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan - kegiatan strategi untuk promosi kesehatan di Puskesmas Ambacang Kuranji sudah berjalan optimal baik dari segi advokasi, bina suasana, gerakan masyarakat, dan kemitraan. - dari 10 kegiatan yang harusnya ada pada promosi kesehatan, 9 terlaksana dan 1 lagi tidak dibutuhkan (pos obat desa). Sembilan program tersebut terlaksana dengan baik meskipun terdapat beberapa kekurangan berupa hasil yang tidak terlalu optimal. - untuk PuskesmasAmbacang Kuranji, terdapat tambahan program berupa pembinaan terhadap pengobatan tradisional (BATRA). masalah terbesar dari pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan di

PuskesmasAmbacang Kuranji adalah tenaga kerja yang kurang.

1.2.

Saran

1. Diperlukan analisis mendalam tentang pelaksanaan program promosi kesehatan ini baik dari segi program, pelaksanaan program, sasaran program, dan kerjasama lintas sektor dan lintas program. 2. Diharapkan Puskesmas terus menjalankan program rutin dan tambahan promosi kesehatan di wilayah kerja Ambacang sesuai dengan kebutuhan kelurahan supaya dapat mengubah perilaku masarakat dengan optimal dan sekaligus mengurangkan angka kesakitan dan kematian di wilayah kerjanya. 3. Dilakukan penambahan tenaga kesehatan untuk mencapai hasil yang optimal. 4. Dibutuhkan dana untuk menggerakkan para kader kesehatan.

30

DAFTAR PUSTAKA

Kepmenkes RI No. 1193/Menkes/SK/X/2004.2005. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan. Jakarta: Depkes RI. Kepmenkes RI No. 585/MENKES/SK/V/2007. 2008. Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Depkes RI. Kepmenkes RI No. 1114/Menkes/SK/VII/2005.2006. Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah. Jakarta. Depkes RI. Notoatmodjo,Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT.Rineka Cipta. Laporan Tahunan Puskesmas Ambacang Kuranji 2011.

31

Anda mungkin juga menyukai