Anda di halaman 1dari 25

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Gonorrhoe adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini adalah penyakit menular seksual yang sangat umum dan dijumpai diseluruh penjuru dunia. Diperkirakan di Amerika Serikat terdapat lebih dari 3 juta kasus baru tiap tahunnya. Kejadian penyakit ini terutama tergantung pada banyaknya prostitusi dan kebebasan hubungan seksual diluar perkawinan di negara yang bersangkutan. 1,2 Kuman N. Gonorrhoeae paling mudah menginfeksi daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (imatur), misalnya pada vagina wanita sebelum pubertas. Umumnya penularan melalui hubungan kelamin, yaitu secara genito-genital, oro-genital atau ano-genital. Tetapi, disamping itu dapat juga terjadi secara manual melalui alat-alat, pakaian, handuk, termometer dan sebagainya. Oleh karena itu secara garis besar dikenal gonorrhoe genital dan

gonorrhea ekstra genital. 1,2,3

1.2 Etiologi Gonorrhoe merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Diplokokus gram negatif, berbentuk seperti biji kopi

berukuran 0,8 dan panjang 1,6, bersifat ahan asam, terlihat di dalam dan diluar

leukosit, tidak tahan diudara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu diatas 39oC dan tidak tahan zat disinfektan. Ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Sejak saat itu dikenal dengan nama gonokokkus, dan untuk menghargai penemunya diberi nama Neisseria gonorrhoeae.
2,3

Kuman ini mudah diwarnai dengan metilen blue alkalis dari Loeffler, dengan karbol-fuchsin yang dicairkan, dan dengan pironin (zat methil-pironim dari Pappenheim). Burdo menganjurkan agar-agar darah coklat yang dipanaskan sebagai medium pembiakan yang baik untuk gonokkokus. Gonokokkus adalah parasit yang tidak dapat hidup dalam segala macam keadaan, dan kuman ini hanya patogen terhadap manusia. Gonokokkus menyerang selaput mukosa, terutama yang

mempunyai epitel kuboid atau gepeng berlapis seperti epitel vagina wanita yang belum dewasa atau juga yang tua atau epitel uretra daerah anterior pria. 2 Secara morfologik gonokokkus ini terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pilli yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pilli serta bersifat nonvirulen. menimbulkan reaksi radang. 3 Pilli akan melekat pada mukosa epitel dan akan

1.3 Manifestasi Klinis Masa tunas N. Gonorrhoeae sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari,kadang-kadang lebih lama karena pengobatan diri sendiri tapi dengan

dosis yang tidak cukup atau gejala yang sangat samar sehingga tidak diperhatikan. Pada wanita, masa tunas sulit ditentukan karena pada umumnya asimptomatik. 1,3 Tempat masuk kuman pada uretra menimbulkan uretritis. Yang paling sering adalah uretritis akuta anterior dan dapat menjalar sehingga terjadi komplikasi. Komplikasi dapat berupa komplikasi lokal, yaitu tysonitis, parauretritis, littritis, dan cowperitis; kompliksai ascenden, yaitu prostatitis, vesikulitis, vas

deferenitis/fenikulitis, epididimitis, trigonitis, dan kompliksi desiminata. 1 Keluhan subjektif berupa rasa gatal, panas di bagian distal uretra sekitar orifisium uretra eksternum, disuria, polakisuria, kelauar duh tubuh dari ujung uretra yang kadang disertai darah, perasaan nyeri saat ereksi. Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum merah, edema dan ektropion. Tampak duh tubuh

mukopurulen dan dapat terjadi pembesaran kelanjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral. 1 Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dengan pria karena adanya perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin diantara keduanya. Pada wanita, baik akut maupun kronis, jarang ada keluhan subjektif dan hampir tidak ada keluhan objektif. Infeksi pada mulanya hanya mengenai serviks uteri. Dapat

asimptomatik, kadang-kadang keluhan berupa rasa nyeri pada pinggul bawah. Pada pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan sekret mukopurulen. Duh tubuh akan terlihat lebih banyak bila terjadi servisitis akut atau bila disertai vaginitis yang disertai Trichomoniasis1,3

1.4 Komplikasi 1.4.1 Komplikasi Genital Sering terjadi komplikasi pada Gonorrhoeae, dan keadaan ini tergantung jenis kelamin karena adanya perbedaan anatomi diantara keduanya. 1,3 A. Pada pria 1. Uretritis Yang paling sering adalah uretritis akuta anterior dan dapat menjalar ke proksimal, selanjutnya mengakibatkan komplikasi lokal, asenden dan diseminata. Keluhan subjektif berupa gatal, panas dibagian distal uretra disekitar orifisium uretra eksternum, yang kemudian disusul disuria, polakisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang kadang-kadang disertai darah, dan disertai perasaan nyeri pada waktu ereksi. Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum eritematosa, edematosa dan ektropion. Tampak pula duh tubuh yang mukopurulen, dan pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelanjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral. 2. Tysonitis

Kelenjar tyson adalah kelenjar yang menghasilkan smegma. Biasanya terjadi pada pasien yang tidak di sirkumsisi dan mempunyai preputium yang sangat panjang dengan higiene yang kurang baik. Diagnosis dibuat berdasarkan ditemukannya

butiran pus atau pembengkakan pada daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus ditekan akan menjadi abses dan merupakan sumber infeksi laten.

3.

Parauretritis

Sering terjadi pada orang yang memiliki orifisium uretra eksternum yang terbuka atau hipospadia. Infeksi pada duktus ditandai dengan butir pus pada kedua muara uretra. 4. Radang kelanjar littre (Litteritis) Tidak ada gejala khusus pada keadaan ini. Pada urine ditemukan benanga atau butir-butir. Bila salah sat tersumbat dapat terjadi abses folikular. Diagnosis

komplikasi ini ditegakkan dengan uretroskopi. 5. Infeksi pada kelenjar cowper (Cowperitis) Keadaan ini dapat menyebabkan abses. Keluhan berupa nyeri dan adanya

benjolan di daerah perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada waktu defekasi dan disuria. Jika tidak diobati, abses akan pecah melalui kulit perineum, uretra, atau rektum dan mengakibatkan proktitis. 6. Prostatitis akut Ditandai dengan perasaan tidak enek di daerah perinium dan suprapubik, malaise, demam, nyeri kencing sampai hematuria, spasme otot uretra sehingga terjadi retensi urine, tenesmus ani, sulit buang air besar, dan obstipasi. Pada pemeriksaan teraba pembesaran prostat dengan konsistensi kenyal, nyeri tekan dan adanya konsistensi yang kenyal, nyeri tekan, dan adanya fluktuasi bila telah teradi abses. Jika tidak diobati abses akan pecah, masuk ke uretra posterior atau kearah rektum dan mengakibatkan proktitis.

7. Gejala prostatitis kronik dan remitten atau menetap Terasa tidak enek diperinium bagian dalam dan rasa tidak enak bila dduduk terlalu lama. Pada pemeriksaan prostat teraba kenyal, berbentuk nodus, dan sedikit nyeri pada penekanan. Pemeriksaan dengan pengurutan prostat biasanya sulit

menemukan kuman gonokkokus. 8. Vesikulitis Adalah radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan duktus ejakulatorius, dapat timbul menyertai prostatitis akuta atau epididimitis akut. Gejala subjektif

menyerupai gejala prostatitis aku, yaitu demam, polakisuria, hematuria terminal, nyeri pada waktu ereksi atau ejakulasi dan sperma mengandung darah. Pada

pemeriksaan melalui rektumdapat diraba vesikula seminalis yang bengkak dan keras seperti sosis, memanjang di atas prostat. Adakalanya sulit menentukan batas kelenjar prostat yang membesar. 9. Vas deferenitis atau funikulitis Gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagian bawah pada sisi yang sama. 10. Epididimitis akut Biasanya terjadi unilateral dan setiap epididimitis biasanya disertai vas deferenitis. Keadaan yang dapat mempermudah timbulnya epididimitis ini adalah trauma pada uretra posterior yang disebabkan kesalahan pengelolaan pengobatan atau kelainan pasien sendiri. Epididimis dan vas deferens memengkak dan teraba panas,

juga testis, sehingga menyerupai hidrokel sekunder. Pada penekanan teraba sangat nyeri. Bila mengenai kedua epididimis dapat berakibat sterilitas. 11. Infeksi ascenden lainnya Pada uretra posterior dapat mengenai trigonum vesikae. Gejala dapat berupa poliuria, disuria terminal dan hematuria. B. Pada wanita Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dengan pria. Hal ini dikarenakan perbedaan anatomi dan fisiologi diantara keduanya. Pada wanita, baik akut maupun kronik, gejala subjektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah didapati kelainan objektif. Pada umumnya mereka datang kalau sudah ada

komplikasi. Sebagian besar penderita ditemukan pada waktu pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan keluarga berencana. 1. Uretritis Gejala utama adalah disuria, kadang-kadang poliuria. Pada pemeriksaan,

orifisium uretra eksternum tampak merah, edematosa dan ada sekret mukopurulen. 2. Parauretritis Kelenjar parauretra dapat terkena tetapi abses jarang terjadi. 3. Pembengkakan kelenjar Bartholini dan labium mayora Pembengkakan terjadi pada sisi yang terkena, merah dan nyeri tekan, terasa nyeri sekali bila pasien berjalan dan pasien sukar duduk. Abses dapat timbul dan pecah melalui mukosa atau kulit. Bila tidak diobati dapat rekurens atau menjadi kista.

4. Salpingitis Dapat bersifat akut, subakut, atau kronis. Ada beberapa faktor predisposisi

diantaranya masa peurpurium, setelah tindakan dilatasi dan kuretase, pemakaian IUD. Infeksi langsung terjadi dari serviks melalui tuba fallopi ke daerah salping dan ovum sehingga dapat menyebabkan penyakit radang panggul (PRP). Gejalanya berupa nyeri di daerah abdomen bawah, duh tubuh vagina, disuria dan menstruasi yang tidak teratur atau abnormal. Penyakit radang panggul yang asimptomatik atau simptomatik dapat menyebabkan jaringan parut pada tuba sehingga dapat menyebabkan infertilitas atau risiko kehamilan ektopik. Diagnosis banding yang perlu dipikirkan adalah kehamilan ektopik, apendiditis akuta, abortus septik, endometriosis, ileitis regional, dan diverkulitis. Penegakan diagnosis dilakukan dengan punksi cavum Dauglasi, kultur dan laparoskopi. 1.4.2 Komplikasi Ekstra Genital Selain mengenai alat-alat genital, gonorea juga dapat menyebabkan infeksi nongenital yang diantaranya: 3 1. Proktitis Pada pria maupun wanita umumnya asimptomatik. Pada wanita dapat terjadi karena kontaminasi dari vagina dan kadang karena hubungan genitoanal seperti pada homoseksual. Gejala seperti terbakar pada daerah anus dan pada pemeriksaan

tampak mukosa eritematosa, edematosa dan tertutup pus mukopurulen.

2. Orofaringitis Cara infeksi melalui kontak orogenital. Farningitis dan tinsilitis gonorrhoe lebih sering terjadi dibandingkan ginggivitis, stomatitis, atau laringitis. Gejala biasanya asimptomatik dan infeksi sangat sulit dibedakan dengan infeksi yang disebabkan oleh kuman lain. 3. Konjungtivitis Dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dengan ibu yang menderita servisitis gonorrhoe. Pada orang dewasa biasanya disebabkan penularan melalui tangan atau alat-alat. Keluhan berupa fotofobia, konjungtiva bengkak dan merah dan keluar eksudat mukopurulen. Bila tidak diobati dapat berakibat terjadinya ulkus kornea, panofthalmitis sampai dengan kebutaan. 4. Gonorrhoe Diseminata Terjadi sekitar 1% pada penderita yang asimptomatik, terutama pada wanita. Dapat berupa artritis (terutama monoarteritis), miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis dan dermatitis.

1.5 Pemeriksaan Penunjang Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang seperti 1,3 1. Sediaan langsung Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram akan ditemukan diplokokkus gram negatif, intraselulare dan ekstraselulare, leukosit PMN. Bahan duh tubuh

pada pria diambil dari daerah setelah fossa navikulare, sedangkan pada wanita diambil dari serviks, uretra, muara kelenjar bartholini dan rektum. 2. Kultur Perlu dilakukan untuk identifikasi. Dua macam media yang dapat digunakan diantaranya: a. Media pertumbuhan Misalnya Mc Leods chocolate agar, media Thayer Martin (selektif untuk mengisolasi gonokokkus), media Thayer Martin yang dimodifikasi. b. Media transpor Misalnya media Stuart dan media Transgrow (merupakan gabungan media transpor dan pertumbuhan yang selektif dan nutritif untuk

N.ghonorrhoeae dan N.meningitidis). 3. Tes definitif 1. 2. Tes oksidasi. Semua Nisseiria memberikan reaksi positif. Tes fermentasi. Kuman gonokokkus hanya meragikan glukosa.

4. Tes -laktamase Hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim -laktamase. 5. Tes thomson Dengan menampung urine pagi dalam dua gelas, tes ini digunakan untuk mengetahui sampai dimana sudah infeksi belangsung.

10

Pada sarana kesehatan diluar rumah sakit (puskesmas, klinik/praktek pribadi) pemeriksaan Gram sudah cukup memadai.

1.6 Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada Gonorrhoe terdiri dari penatalaksanaan medikamentosa dengan penatalaksanaan non-medikamentosa, dimana diantara keduannya terdapat keterkaitan dan tidak dapat dipisahkan untuk memberikan hasil pengobatan yang optimal. 1,3,4 A. Medikamentosa 1. Untuk daerah dengan insidensi galur N.gonorrhoeae penghasil penisilinase (PPNG) rendah, pilihan utama adalah pinisilin G prokain aqua 4,8 juta unit (im) + 1 gram probenisid. Obat lain yang dapat dipakai antara lain: a. Ampisilin 3,5gram + 1gram probenisid atau b. Amoksisilin 3gram + 1gram probenisid 2. Pilihan utama dan kedua adalah sifrofloksasin 500mg dan oploksasin 400mg. Berbagai regimen lain yang dapat diberikan adalah: a. Siprofloksasin 500mg /oral, atau b. Ofloksasin 400mg /oral, atau c. Seftriakson 250mg (im), atau d. Spektinomisin 2gram (im), dianjurkan jika dengan pengobatan pinisilin, ampisilin atau amoksisilin gagal atau alergi dengan pengobatan tersebut

11

serta terhadap penderita yang diduga juga tersangka sifilis, karena obat ini tidak menutupi gejala sifilis. Dikombinasikan dengan: a. Doksisiklin 2 x 100mg, selama 7 hari atau b. Tetrasiklin 4 x 500mg, selama 7 hari atau c. Eritromisin 4 x 500mg, selama 7 hari 3. Pada kasus gonorrhoe dengan komplikasi dapat diberikan salah satu obat dibawah ini: a. Siprofloksasin 500mg /hari per oral, selama 5 hari atau b. Ofloksasin 400mg /hari per oral, selama 5 hari atau c. Seftriakson 250mg /hari (im), selama 3 hari atau d. Kanamisin 2 gram/hari (im), selama 3 hari atau e. Spektinomisin 2gram/hari (im), selama 3 hari B. Nonmedikamentosa 1. Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan tentangan: a. Bahaya penyakit menular seksual (PMS) dan komplikasinya. b. Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan serta perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya, cara penular PMS dan cara menghindari infeksi PMS di masa mendatang c. Hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tidak dapat menghindarinya. 2. Pengobatan pada pasangan seksual tetapnya.

12

BAB II SIMULASI KASUS

2.1

Kasus Anamnesa Tn.Birka, usia 29 tahun, pekerjaan konsultan teknik perumahan, alamat Jalan Gatot Subroto No.10 Banjarmasin, datang ke klinik jam 09.00 pagi dengan keluhan badan panas. Sejak 3 hari yang lalu, badan terasa panas tidak karuan, turun bila diberi obat panas Paracetamol, kemudian naik lagi. Ketika buang air kecil, waktu keluarnya terasa nyeri seperti terbakar. Kemarin ada keluar cairan yang kental dan panas dari penis. Penderita sudah makan Amoksisilin yang 500 mg seperti anjuran teman, tetapi kencingnya tetap sakit. Penderita takut kalau-kalau sifilis karena dirinya memang

mempunyai riwayat berganti-ganti pasangan seksual tanpa menggunakan pelindung kondom. Pemeriksaan Fisik Tanda vital Kepala Thorax Abdomen Ekstremitas : TD = 120/80 mmHg, N = 88x/ , RR = 24x/ , T = 38,0oC : Dalam batas normal : Dalam batas normal : Dalam batas normal : Dalam batas normal

13

Genital

: Ada sekret purulen keluar dari meatus uretra eksterna dan penis nampak agak edema

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan sekret uretra dengan pewarnaan gram menunjukkan leukosit (+++) dan diplokukkus intraselluler gram negatif. Diagnosis Gonorrhoe

2.2

Tujuan pengobatan Pengobatan untuk kasus diatas terdiri dari dua bentuk pengobatan yang saling melengkapi dan harus dilakukan bersamaan, yaitu: 1,2,3 A. Medikamentosa 1. Pengobatan kausatif, dengan pemberian antibiotika untuk mengatasi kuman penyebab gonorrhoe. 2. Pengobatan simptomatik, dengan pemberian antipiretik, analgetik dan anti inflamasi untuk mengatasi keluhan badan panas, nyeri dan edema yang bersifat simptomatik sebagai penyerta terjadinya penyakit gonorrhoe. 3. Pengobatan yang sama pada pasangan seksual tetapnya. B. Nonmedikamentosa 1. Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan tentangan: a. Bahaya penyakit menular seksual (PMS) dan komplikasinya.

14

b. c.

Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan. Cara penular PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya.

d.

Hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tidak dapat menghindarinya, dan

e.

Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa mendatang

2. Informasi tersebut juga wajib diberikan pada pasangan seksual tetapnya.

2.3

Daftar kelompok obat beserta jenisnya yang berkhasiat untuk kasus diatas No 1 Kelompok Obat Antibiotik 2 Antipiretik, antiinflamasi analgetik dan Obat Pinisilin G prokain aqua 4,8 juta unit (im) + 1 gram probenisid Siprofloksasin 500mg (oral) Asam mefenamat Ibuprofen

2.4

Perbandingan kelompok obat tersebut menurut khasiat, keamanan dan kecocokkannya 4,5,6 Kelompok/ Jenis Obat Pinisilin benzetin Khasiat (Efek) Keamanan BSO (Efek Samping Obat) Mual, muntah, diare pada orang tertentu, reaksi hepersensitivitas (eritema, urtikaria, nefropati, anemia Kontraindikasi Pasien yang hipersensitif terhadap pinisilin dan derivatnya

G Antibiotik

15

hemolitik, gangguan fungsi hati, reaksi anafilaksis), reaksi nyeri dan peradangan steril ditempat suntikan, flebitis dan tromboflebitis (jika iv), perubahan biologik (abses pada tempat suntikan yang tidak steril atau gangguan flora usus), reaksi Jarisch-Herxheimer pada penderita sifilis Siprofloksasin Antibiotik Reaksi hepersensitivitas (eritema dan pruritus), gangguan saluran cerna (mual, anoreksia, dsb), gangguan sistem saraf (sakit kepala, vertigo dan insomnia. Efek yang lebih berat pada SSP jarang terjadi) Asam Antipiretik, Dispepsia, Mefenamat analgetik dan gangguan iritasi antiinflamasi non lambung, diare steroid hebat pada usia lanjut, reaksi hipersensitivitas (eritema, bronkokonstriksi, anemia hemolitik pernah dilaporkan) Ibuprofen Antipiretik, Gangguan saluran

Pasien yang hipersensitif terhadap siprofloksasin, wanita hamil dan anak yang belum balik

Pasien dengan gangguan ginjal, pasien yang hipersensitivitas terhadap asam mefenamat

Wanita hamil dan

16

Probenisid

analgetik dan cerna, eritema kulit, antiinflamasi non sakit kepala, steroid ambliopia yan reversibel, trombositopenia Antipirai Gangguan saluran cerna, nyeri kepala dan reaksi alergi

menyusui, pasien yang hipersensitivitas terhadap asam ibiprofen Pasien dengan hipersensitivitas terhadap probenisid, pasien diskrasia darah, gaut akut dan batu ginjal

2.5 a.

Pilihan dan Aternatif Obat yang Tepat Untuk Kasus Diatas 4,5,6,7 Antibiotik untuk Gonorrhoe Uraian Obat Pilihan Nama obat Penisilin G benzatin + Probenisid BSO (Generik, Paten, Generik: Penisilin G Kekuatan) benzatin Paten: Penadur-LA - Vial 0,3, 0,6, 1,2, 2,4 MU + Generik: Probenisid Paten: Probenid - 500mg tablet BSO yang diberikan Penisilin G benzatin 2,4 dan alasan IU vial + probenisid 500mg tablet Dosis Referensi 4,8 juta unit Penisilin G benzatin + 1 gram probenisid (singel dosis) Dosis dalam kasus 4,8 juta unit Penisilin G benzatin + 1 gram probenisid (singel dosis) sesuai referensi Frekuensi pemberian Singel dosis sesuai dan alasan referensi Cara pemberian dan Intramuskular. Obat Alternatif Seftriakson Generik: Siprofloksasin Paten: Ciplos - Tablet 250mg, 500mg, dan 750mg - Cairan infus 200mg/100ml

Siprofloksasin tablet

500mg

2 kali 250-750mg singel dosis 500mg singel dosis sesuai referensi Singel dosis sesuai referensi Oral sesuai referensi.

17

alasan

Diberikan karena penisilin yang diberikan secara intramuskular akan mengalami absorbsi yang lambat sehingga memperpanjang waktu kerjanya di tubuh ditambah probenisid untuk memperlambat waktu eksresinya dari tubuh Saat pemberian dan Ketika ditegakkan alasan diagnosa Lama pemberian 1 kali pemberian b. Analgetik, Antipiretik dan Antiinflamasi Uraian Obat Pilihan Nama obat Asam Mefenamat BSO (Generik, Paten, Generik: Asam Kekuatan) Mefenamat Paten: Mefinal - 250 mg kapsul - 500 mg kaplet - 500 mg tablet salut BSO yang diberikan dan alasan Dosis Referensi Dosis dalam kasus Frekuensi pemberian dan alasan Cara pemberian dan alasan Tablet salut 500mg 2-3 x 500mg 3 x 500 mg (kalau perlu) 3 kali sehari kalau

Diberikan karena penyerapannnya cukup baik melalui saluran cerna, kadar puncak dicapai setelah 1-2 jam setelah pemberian. Pemberiannya tidak boleh bersamaan dengan pemberian antasida karena akan menghambat absorbsi Ketika ditegakkan diagnosa 1 kali pemberian

Obat Alternatif Ibuprofen Generik: Ibuprofen Paten: Rufen -100mg, 200mg, 300mg, 400mg, 600mg, 800mg -200mg kapsul -100mg/2,5ml suspensi -40mh/ml drop Tablet 400mg 4 x 400mg 4 x 400mg (kalau perlu) 4 kali sehari kalau perlu

Oral karena absorbsinya Oral karena absorbsinya baik cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-2 jam Saat pemberian dan Sesudah makan untuk Sesudah makan untuk alasan menghindari iritasi mengurangi gejala-gejala lambung gastrointestinal Lama pemberian Kalau perlu saat demam, Kalau perlu saat demam, nyeri dan ketika bengkak nyeri dan ketika bengkak

18

di penisnya masih ada

di penisnya masih ada

2.6

Resep yang Benar dan Rasional Untuk Kasus di Atas Resep Pilihan
Dr.Anwar Fauzi SIP No. 02037/XVI/2008 Praktek Umum Alamat Rumah Komp.Permai Blok A No.24 Banjarbaru Telp. (0511) 478200 Alamat Praktek Apotik Intan Jl.A.Yani Km 34 Banjarbaru Telp. (0511) 475580 Hari praktek: Senin- Sabtu Jam praktek: 17.00-21.00 Wita Banjarbaru, 6 Februari 2008 R/ R/ R/ R/ R/ Penisilin G benzatin 2,4 Vial S imm Aquadest 25cc flas S imm Spuit 5cc S imm Probenisid 500mg tab S uc Asam mefenamat 500mg tab salut S prn 3dd tab 1 pc (febris,nyeri) No.II No.I No.I No.II No.X

Pro : Tn.Birka Umur : 29 tahun Alamat : Jalan Gatot Subroto No.10 Banjarmasin

Obat tidak boleh diganti tanpa sepengetahuan dokter Semoga lekas sembuh

19

Resep Alternatif
Dr.Anwar Fauzi SIP No. 02037/XVI/2008 Praktek Umum Alamat Rumah Komp.Permai Blok A No.24 Banjarbaru Telp. (0511) 478200 Alamat Praktek Apotik Intan Jl.A.Yani Km 34 Banjarbaru Telp. (0511) 475580 Hari praktek: Senin- Sabtu Jam praktek: 17.00-21.00 Wita Banjarbaru, 6 Februari 2008 R/ R/ Siprofloksasin 500mg tab S stt tab 1 Ibuprofen 400mg tab S prn 4dd tab 1 pc (febris,nyeri) No.I No.X

Pro : Tn.Birka Umur : 29 tahun Alamat : Jalan Gatot Subroto No.10 Banjarmasin

Obat tidak boleh diganti tanpa sepengetahuan dokter Semoga lekas sembuh

20

2.7 Pengendalian Obat Pada pasien dalam kasus tersebut di atas pengendalian obat dilakukan dengan cara memperhatikan dosis obat, lama pemberian serta efek samping dari obat yang digunakan. Dosis obat disesuaikan dengan referensi untuk orang dewasa karena pasien dalam kasus ini sudah berusia 29 tahun. Pengobatan pasien dalam kasus ini disesuaikan dengan penyakit serta gejala yang ditimbulkannya. Untuk pengobatan kausatif pada gonorrhoe seperti kasus tersebut pemberian Penisilin G sebagai antibiotik pilihan pertama masih efektif di Indonesia dengan perkiraan galur Penisillinase Producing Neisseria Gonorrhoea (PPNG) masih rendah. Pemberian dosis tunggal 4,8 juta unit cukup efektif bertahan dalam serum 2 sampai 3 minggu, jadi bersifat kerja lama. Penambahan probenisid dimaksudkan untuk memperlambat eksresi penisilin oleh ginjal dari tubuh. Namun, pemberian penisilin akan menutupi gejala sifilis dan makin banyak individu yang alergi terhadap penisilin dan derivatnya. Jika dengan pengobatan penisilin gagal atau atau alergi dengan

pengobatan tersebut, dipertimbangkan pemberian siprofloksasin karena cukup efektif untuk gonokokkus gram negatif dan sedikit menimbulkan reaksi hipersensitivitas. Selain itu, siprofloksasin juga efektif untuk gonokkkokus penghasil penisilase. 1,3,4,5 Untuk pengobatan simptomatis diberikan asam mefenamat atau ibuprofen dengan mempertimbangkan sifat analgetik, antipiretik dan antiinflamasinya yang efektif untuk mengurangi keluhan nyeri, panas dan mengurangi edem yang ada. Asam mefenamat bermanfaat untuk mengobati nyeri yang tidak spesifik seperti

21

keluhan pasien, demam dan adanya edema pada penis. Pemberian asam mefenamat dipertimbangkan hanya untuk 3 hari dan kalau timbul gejala simptomatis saja. Ini dikarenakan gejala simptom yang timbul dikarenakan adanya proses inflamasi oleh pilli dari Nisseria gonorrhoe, dengan pemberian antibiotik, kuman akan berkurang yang sebanding dengan berkurangnya gejala pada pasien sehingga dipertimbangkan pemberiannya kalau perlu saja. Alternatif dari asam mefenamat pada kasus ini adalah ibiprofen. Obat ini bersifat analgetik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat, tetapi efek antiinflamasi akan terlihat dengan dosis 1200-2400mg/hari. Selain itu, efek ibiprofen terhadap saluran cerna lebih kecil dibandingkan dengan preparat lainnya.
3,4,6

22

DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhana WI, Setiowulan A. (editor). Gonorrhoe dalam Kapita selekta kedokteran Jilid 2. Edisi 2. Jakarta: Media Aesculapius FKUI, 2000 2. Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadhi T. (editor). Radang dan beberapa penyakit lain pada alat genital wanita dalam Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1999 3. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S (editor). Gonorrohea dalam Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999 4. Ganiswara SG, Setiabudy R, Suyatna FD, et al. (editor). Farmakologi dan terapi. Edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995 5. Katzung BG. Antibiotik beta laktam dan penghambat sintesis dinding sel lainnya dalam Farmakologi dasar dan klinik Jilid 3. Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika, 2002 6. Katzung BG. Obat-obat antiinflamasi nonsteroid, obat-obat antireumatik pemodifikasi-penyakit, analgetik nonopioid dan obat-obat untuk pirai dalam Farmakologi dasar dan klinik Jilid 2. Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika, 2002 7. Anonimous. Diktat panduan kepaniteraan farmakologi dan terapi. Banjarbaru: Laboratorium Farmasi Fakultas Kedokteran Unlam, tanpa tahun

23

LAPORAN SIMULASI KASUS

GONORRHOE
Disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Mengikuti Ujian Ilmu Farmasi Kedokteran

Oleh :

Anwar Fauzi I1A002037

Pembimbing

dr.H.M.Bakhriansyah,M.Kes,M.Med.Ed

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEDOKTERAN BAGIAN FARMAKOLOGI/TERAPI BANJARBARU

24

2008

25

Anda mungkin juga menyukai