Anda di halaman 1dari 23

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Deskripsi Sistem Inspeksi merupakan tahapan yang penting dalam suatu sistem produksi. Proses

inspeksi bertujuan untuk menjaga kepuasan konsumen (produk-produk cacat tidak sampai ke tangan konsumen). Sistem terotomasi yang dirancang adalah sebuah sistem untuk menginspeksi (memeriksa) isi dan kemasan minuman dalam botol. Botol minuman yang tidak sesuai standar (cacat) akan dipisahkan agar tidak menyatu dengan produk lain yang sesuai standar. Kriteria standar yang dimaksud di sini meliputi tinggi isi minuman, kelengkapan komponen botol minuman (tutup botol dan label), dan barcode yang tertera di label (letak dan isi barcode). Botol minuman yang sudah sesuai standar akan diteruskan ke proses selanjutnya yaitu packaging dalam batch, sedangkan botol minuman yang cacat akan dialihkan ke konveyor lain untuk dikumpulkan ke tempat produk-produk cacat dan selanjutnya akan diproses lebih lanjut. Botol minuman yang diinspeksi memiliki diameter alas sebesar 6 cm dengan tinggi 22 cm. Tinggi isi minuman dalam botol 18.5 cm. Isi bersih minuman 500 ml. Pada botol minuman yang diproduksi terdapat lekukan dibadan botol diposisi tingi 13cm dari alas dan dengan diameter 1 cm. Semua komponen botol harus lengkap (tutup botol dan label) dan barcode sudah terdapat di label. Sistem inspeksi ini adalah sistem inspeksi terakhir sebelum di packing dalam kardus (batch) sehingga produk-produk yang tidak sesuai dengan kriteria diatas maka akan di reject. 1.2. Ukuran Kinerja Sistem a. Output yang dihasilkan Sistem ini dapat membedakan dan memisahkan antara botol minuman yang sesuai dengan standar dan botol minuman yang cacat. Botol minuman yang sesuai standar adalah botol yang memiliki tinggi isi minuman 18.5 cm dengan rentang toleransi tertentu (tidak boleh terlalu penuh atau terlalu kurang), label merk terpasang pada badan botol, tutup sudah terpasang, dan barcode sudah benar (baik letak maupun kombinasi batang barcode). Botol yang tidak sesuai

dengan standar atau cacat adalah botol yang tinggi isi minuman tidak sesuai dengan standar (tinggi standar yaitu 18,5cm), botol yang tidak memiliki tutup botol, botol yang tidak terdapat label dan tidak terdapat barcode. b. Kemampuan inspeksi Sistem otomasi inspeksi minuman dalam botol berbasis komputer ini mampu menginspeksi kecacatan pada botol. Tipe cacat yang dapat diinspeksi pada sistem otomasi ini antara lain : Tidak terdapat tutup pada botol

Gambar 1. Tipe cacat 1 Tidak ada label pada botol

Gambar 2. Tipe cacat 2

Tidak ada barcode pada label

Gambar 3. Tipe cacat 3 Minuman belum terisi penuh / terlalu penuh

Gambar 4. Tipe cacat 4 Sistem inspeksi ini akan memisahkan botol-botol cacat tersebut dari botol-botol lain yang tidak cacat. Sistem otomasi ini dapat menginspeksi 100% botol cacat sesuai dengan spesifikasi cacat yang ada diatas. Artinya 100% botol yang lulus inspeksi adalah botol yang tidak cacat. c. Kapasitas produksi Sistem otomasi ini memiliki kemampuan inspeksi sebesar 3500 botol/jam. Maksudnya adalah sistem otomasi ini mampu menginspeksi botol minuman sebesar 3500 botol dalam satu jam, baik yang cacat maupun yang tidak cacat (akumulatif keseluruhan)

BAB II PERANCANGAN

2.1.

Elemen-elemen Sistem dan Fungsinya a. Konveyor Konveyor yang digunakan pada sistem otomasi inspeksi minuman dalam botol ini adalah jenis flat chain conveyor. Flat chain conveyor dalam sistem otomasi ini digunakan untuk membawa botol minuman, mulai dari membawa botol minuman menuju proses inspeksi, membawa botol minuman yang cacat, serta membawa botol minuman yang tidak cacat ke proses selanjutnya yaitu packaging. Ada 2 konveyor yang digunakan dalam sistem otomasi ini yaitu konveyor 1 yang membawa botol mulai dari masuk inspeksi sampai membawa produk yang lolos inspeksi, konveyor 2 membawa produk yang cacat. Arah konveyor 1 tegak lurus terhadap konveyor 2. Lebar konveyor 8 cm dan pada konveyor terdapat besi penyangga botol. Penyangga botol berbentuk silinder dengan diameter 1cm dan diletakkan disisi kanan dan kiri pada konveyor. Penyangga tersebut diletakkan pada tinggi 13 cm dari atas alas konveyor. Pembuatan penyangga dimaksudkan untuk menjaga kestabilan botol (agar botol tidak jatuh). Apabila dilihat dari desain kemasan botolnya terdapat lekukan yang mendukung penyangga ini dapat diterapkan.

Gambar 5. Alur proses inspeksi b. Komputer Gambaran sederhana sistem perangkat keras komputer :

Gambar 6. Sistem Perangkat Keras Komputer Sederhana Mikroprosesor (P) adalah jantung dari sistem komputer. Selain mikroprosesor ada beberapa unit-unit tambahan seperti: memory, input dan output. Memory terdiri dari ROM (Read Only Memory) dan RAM (Random Access Memory). ROM berisi data dan instruksi yang sifatnya hanya bisa dibaca oleh mikroprosesor. RAM adalah memory yang bisa dibaca maupun bisa ditulisi (diganti). RAM berisi data dan kode instruksi bagi mikroprosesor. Sifat dari RAM apabila listrik mati, maka data atau kode instruksi yang ada padanya akan hilang sedang pada ROM walaupun listrik mati, data di dalamnya tidak akan hilang. Dalam sistem ini, komputer digunakan sebagai controller dari seluruh sistem. Komputer akan menerima input dari sensor, lalu komputer juga akan menghitung jumlah produk yang cacat sesuai dengan jenis cacatnya, jumlah produk yang sesuai standar dan juga jumlah keseluruhan botol yang sudah diinspeksi. Kemudian akan disimpan di memori dan hasil tersebut akan ditampilkan ke monitor. Fungsinya sebagai sistem kendali juga untuk mengkonversi input dari sensor menjadi gerakan mekanik pada actuator (selonoid), menyalakan lampu, dan menggerakkan konveyor 2. Jenis kecacatan pada botol yang dihitung oleh komputer hanya empat jenis kecacatan pada botol. Kecacatan pada botol yang pertama adalah botol tidak

memiliki tutup. Kedua, botol tidak ada label. Ketiga, botol tidak ada barcode. Keempat, tinggi minuman tidak sesuai dengan standar. Kemampuan komputer untuk menghitung jumlah kecacatan pada botol dalam sistem ini adalah setiap komputer akan mulai menghitung dari angka nol dan setelah mesin tersebut mati dan ketika dihidupkan akan menghitung mulai dari angka nol lagi. Tetapi data yang sebelumnya sudah tersimpan di memori. c. Alat pendorong botol minuman yang reject. Pada sistem ini alat pendorong botol minuman yang cacat yang digunakan adalah solenoid. Solenoid di sini berfungsi untuk mendorong botol minuman yang cacat ke konveyor 2. Prinsip kerja dari solenoid yaitu katup listrik yang mempunyai koil sebagai penggeraknya dimana ketika koil mendapat supply tegangan maka koil tersebut akan berubah menjadi medan magnet sehingga menggerakan plunger pada bagian dalamnya ketika plunger berpindah posisi maka pada lubang keluaran dari solenoid akan keluar udara bertekanan yang berasal dari supply (service unit), pada umumnya solenoid ini mempunyai tegangan kerja 100/200 V AC namun ada juga yang mempunyai tegangan kerja DC.

Gambar 7. Solenoid Berikut keterangan gambar Solenoid: 1. Valve Body 2. Terminal masukan (Inlet Port) 3. Terminal keluaran (Outlet Port)

4. Terminal slot power suplai tegangan 5. Kumparan gulungan (koil) 6. Spring 7. Plunger 8. Lubang / exhaust d. Monitor Monitor adalah alat output yang berupa display yang digunakan untuk menunjukkan secara langsung pemrosesan yang oleh komputer yang sedang terjadi secara real-time. Dalam sistem otomasi ini monitor berfungsi untuk menampilkan data dan video inspeksi. Data yang dimaksud adalah jumlah botol yang telah diinspeksi, jumlah produk yang cacat karena botol tidak memiliki tutup botol, botol tidak memiliki label, botol tidak ada barcode di label, dan tinggi minuman botol yang tidak sesuai dengan standar, serta jumlah produk yang sudah sesuai standar. Video yang dimaksud adalah video yang terekam dari sensor. Monitor ini membantu operator untuk menghitung jumlah cacat, yang sesuai standar dan mengawasi aliran inspeksi.
Hari/Tanggal : Selasa, 27 Nov 2012 Waktu : 13.43 Jumlah cacat tipe 1 =2 Jumlah cacat tipe 2 =Jumlah cacat tipe 3 =1 Jumlah cacat tipe 4 =1 Jumlah botol sesuai standar = 130 Jumlah produk yang telah diinspeksi = 134

Gambar 8. Contoh tampilan monitor e. Vision sensor

Vision sensor dapat menganalisis beberapa fitur sekaligus, seperti keberadaan tutup botol, keberadaan label botol, keberadaan barcode dan level ketinggian minuman dalam botol. Vision sensor terdiri dari lensa, cahaya, kamera, sebuah prosesor, dan software meliputi pemrograman dan algoritma gambar yang digunakan untuk mengontrol, menganalisa dan memonitor pemeriksaan. Sensor vison memberikan pemeriksaan yang akurat dengan biaya rendah.

(www.ia.omron.com) Gambar 9. Vision Sensor Fungsi dari sensor vision dalam sistem ini adalah untuk mendeteksi kecacatan pada botol minuman yaitu keberadaan tutup botol, keberadaan label botol, keberadaan barcode dan level ketinggian minuman dalam botol, serta memverifikasi bahwa botol sudah sesuai dengan standar. f. Lampu Lampu berfungsi sebagai indikator adanya bahwa sensor vision bekerja atau tidak. Lampu akan menyala saat sensor menganalisis benda (bekerja) sedangkan lampu akan mati jika sensor tidak menganalisis benda. Selain itu lampu digunakan sebagai indikator produk cacat atau produk yang tidak cacat. Lampu ini menandakan telah terjadinya inspeksi. Ada dua lampu yang terdapat dalam sistem ini yaitu merah dan hijau. Lampu merah berfungsi sebagai indikator/penanda produk yang cacat dan lampu hijau berfungsi sebagai indikator/penanda untuk produk yang tidak cacat. Lampu diletakkan disamping monitor. g. Power Supply

Sumber tenaga (power supply) dalam sistem otomasi ini adalah listrik. Listrik berfungsi untuk menjalankan proses pada sistem ini, untuk menjalankan motor, sebagai power supply untuk komputer, untuk menjalankan semua elemennya sehingga proses dapat berjalan. 2.2. Skenario Cara Kerja Sistem Proses inspeksi merupakan proses yang dilakukan sebelum minuman dalam botol akan di kemas dalam kardus. Botol minuman yang telah diberi tutup, label dan diisi akan masuk ke proses inspeksi. Proses inspeksi telah dilakukan secara otomasi. Botol minuman dibawa dengan menggunakan konveyor. Pada inspeksi ini diasumsikan bahwa posisi botol yang melewati sensor tidak berubah/posisi sudah tetap (botol tidak bergeser atu berputar) Saat botol minuman melalui vision sensor, maka vision sensor akan menganalisis seluruh bagian botol serta memeriksa kelengkapan botol. Apabila sensor vision mendeteksi kecacatan pada botol, yaitu botol tidak memiliki tutup botol, botol tidak memiliki label, botol tidak ada barcode di label, dan tinggi minuman botol yang tidak sesuai dengan standar, maka sensor vision akan menghasilkan output 1. Output tersebut kemudian akan diteruskan ke solenoid, konveyor 2, dan ke lampu. Batang solenoid akan mendorong botol tersebut menuju konveyor 2 dan konveyor 2 tersebut akan beroperasi dan lampu akan menyala merah. Apabila sensor vision tidak mendeteksi kecacatan atau memverifikasi bahwa botol tersebut sudah sesuai standar, maka sensor vision akan menghasilkan output 0. Output tersebut akan diteruskan ke lampu sehingga lampu akan menyala hijau. Output sensor vision juga akan diteruskan ke counter, dimana counter tersebut berfungsi untuk menjumlahkan jumlah botol yang sesuai standar, jumlah botol cacat karena tidak memiliki tutup botol, botol tidak memiliki label, botol tidak ada barcode di label, dan tinggi minuman botol yang tidak sesuai dengan standar, dan jumlah botol yang telah diinspeksi. Output dari counter akan tertampil di monitor. Dalam sistem otomasi ini juga monitor akan menerima output secara langsung dari sensor vision berupa gambaran produk yang tertangkap oleh kamera sensor vision. Proses inspeksi ini akan kembali ke tahap awal yaitu saat sensor vision bekerja pada produk-produk selanjutnya. Selama proses inspeksi ini berlangsung konveyor 1 tetap berjalan, sedangkan konveyor 2 hanya akan berjalan/beroperasi ketika menerima input 1 dari sensor vision.

Konveyor 2 akan beroperasi selama 5 detik jika tidak mendapatkan input lagi. Apabila ada produk cacat lagi saat konveyor 2 masih beroperasi (waktu kurang dari 5 detik) maka konveyor tersebut akan menghitung waktu konveyor 2 beroperasi dari produk terakhir dari produk yang cacat. Sistem inspeksi ini menggunakan komputer sebagai sistem kendalinya. Sistem konputer akan menerima input dari sensor vision dan akan diteruskan ke solenoid, lampu, dan konveyor 2.
Sensor vision Komputer Solenoid Lampu Konveyor 2 Monitor

Gambar 10.Input dan Output Sistem Komputer

Diagram Alir Proses Inspeksi Botol Minuman secara Otomasi dengan Sistem Kendali Komputer

2.3.

Kondisi Interupsi

Beberapa kondisi interupsi yang terjadi dalam sistem: a. Ketika listrik mati sehingga semua sistem tidak bisa berjalan. b. Ketika solenoid macet maka akan menghambat jalannya proses inspeksi (botol-botol tidak dapat melewati daerah inspeksi karena terhalang batang solenoid). Jika hal ini tidak ditangani secara langsung dan cepat, batang solenoid akan patah, atau sistem solenoid akan rusak, konveyor pun akan rusak karena gaya gesek dengan produk semakin besar (botol-botol yang masuk daerah inspeksi akan terus masuk). c. Ketika konveyor 2 tidak berjalan/tidak beroperasi. Sistem masih berjalan sampai batas tertentu sampai beban yang harus didorong solenoid melebihi kemampuan daya dorong dari solenoidnya. Pada kondisi tersebut dapat menyebabkan botol yang cacat masuk ke jalur botol yang sesuai standar. Jadi proses inspeksi ini menjadi tidak akurat. d. Ketika sensor vision tidak menyala (tidak bekerja sesuai dengan fungsinya) sehingga sensor tidak dapat membedakan produk yang cacat dan produk yang tidak cacat. Akibatnya produk yang cacat bisa lolos dan dijual dipasaran, konsumen akan menerima produk yang cacat dan menyebabkan kerugian bagi konsumen karena mendapatkan produk yang cacat.

BAB III ANALISIS

3.1. Analisis Pemilihan Elemen Sistem 1. Konveyor Pada sistem otomasi ini menggunakan konveyor jenis flat chain conveyor karena karakteristik dari flat chain conveyor dapat dibentuk radius atau belokan, tidak hanya lurus saja. Flat chain conveyor mampu membawa benda-benda yang tidak terlalu berat dan bentuknya pasti/tidak berubah-ubah dan permukaannya datar. Botol yang di inspeksi tidak terlalu berat, bentuknya sudah pasti, dan permukaannya datar sehingga konveyor yang dipakai yaitu flat chain conveyor sesuai dengan kebutuhan sistem. Konveyor yang dipilih yaitu flat chain conveyor bermaksud untuk menjaga keseimbangan botol agar lebih stabil dan tidak jatuh. 2. Komputer Pada sistem ini menggunakan sistem komputer sebagai controller dikarenakan dari segi harga tidak terlalu mahal dan harga komputer sampai sekarang semakin murah. Sistem komputer lebih mudah untuk diubah atau dikembangkan dengan cara mengubah atau mengembangkan program yang sudah ada jika ada tambahan atau pengembangan terhadap sistem otomasi inspeksi minuman dalam botol. Sistem otomasi inspeksi minuman dalam botol memerlukan display untuk menampilkan gambaran/pencitraan yang dialami oleh proses. Pencitraan tersebut dibutuhkan supaya pengawas mudah memahami proses inspeksi tersebut apakah proses inspeksi tersebut sudah benar dengan melihat dan memahami gambar yang tertampil dalam layar monitor. Sistem otomasi inspeksi minuman dalam botol juga membutuhkan register yang terdapat dalam sistem komputer untuk menyimpan data sementara. Data tersebut disimpan dulu sementara sebelum dikeluarkan ke display/monitor. Jumlah produk yang cacat karena botol tidak memiliki tutup botol, botol tidak memiliki label, botol tidak ada barcode di label, dan tinggi minuman botol yang tidak

sesuai dengan standar, jumlah produk yang tidak cacat, dan jumlah produk yang sudah diinspeksi dapat disimpan sementara dalam register. Jadi jika suatu saat perusahaan ingin melihat ukuran produksinya, data jumlah tersebut bisa diambil/dilihat karena disimpan dalam register. Hal itu berguna untuk mengamati performansi produksi perusahaan. Sistem komputer bersifat realtime artinya cepat tanggap terhadap inputan 3. Solenoid Solenoid digunakan dalam sistem otomasi inspeksi minuman dalam botol berbasis komputer karena biaya yang dibutuhkan murah dikarenakan bentuknya yang ringkas/sederhana/simple. Solenoid menghasilkan gerakan linier sehingga sesuai dengan kebutuhan sistem inspeksi minuman dalam botol berbasis komputer yaitu untuk mendorong botol dengan gerakan linier secara horizontal kearah konveyor 2 (konveyor untuk produk yang cacat). 4. Monitor Monitor digunakan untuk menampilkan video, jumlah produk cacat karena botol tidak memiliki tutup botol, botol tidak memiliki label, botol tidak ada barcode di label, dan tinggi minuman botol yang tidak sesuai dengan standar, jumlah produk yang lolos cacat, dan jumlah produk yang sudah di inspeksi. Monitor juga dapat mempermudah pengawas/operator dalam mengawasi aliran inspeksi, kemudahan dalam pengawasan ini membuat pengawas/operator cepat dalam menanggapi dan mengatasi sistem otomasi ini ketika sistem memiliki masalah / mengalami keadaan interupsi. 5. Sensor vision Sensor vision memiliki kemampuan yang mampu menganalisis beberapa fitur sekaligus, diantaranya tinggi isi minuman, kelengkapan komponen botol minuman yaitu tutup botol dan label, barcode yang tertera di label (letak dan isi barcode). Hanya cukup satu sensor vision bisa menginspeksi keadaan botol secara keseluruhan. Selain itu, sensor vision mudah untuk pencitraan/display. Sensor vision dapat merekam, menganalisa pemeriksaan, dan hasil pemeriksaan oleh sensor vision akurat, serta biaya sensor vision juga murah.

6. Lampu Berdasarkan fungsi dari sistem otomasi inspeksi minuman dalam botol yaitu untuk inspeksi, dengan adanya lampu kita bisa melihat produk yang lewat di daerah inspeksi merupakan produk yang cacat atau tidak, tanpa melihat display. Jadi, bisa membantu pengawas atau operator dalam mengawasi proses inspeksi. 7. Power Supply Power supply yang digunakan dalam sistem ini adalah listrik karena tersedia secara luas dan harga terjangkau. Listrik juga dapat dengan mudah diubah ke dalam bentuk energi alternatif lain. Dalam hal ini energi alternatif yang dimaksud adalah energi gerak, yaitu untuk mnggerakan motor konveyor dan solenoid, dan energi cahaya, yaitu untuk menyalakan lampu 3.2. Analisis kinerja sistem Sistem otomasi inspeksi minuman dalam botol mampu meginspeksi produk dengan jumlah 3500 unit/jam. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan konveyor yang memiliki kecepatan 15 detik/meter. Dengan kecepatan 15 detik/meter maka mampu menginspeksi 3840 botol/jam (sudah melebihi dari kapasitas produksi). Perhitungan pencapaian kapasitas produksi tampak seperti dibawah ini : Diameter botol = 6cm Dalam 1 meter (100cm) maka akan botol yang akan lewat sebanyak 100cm/6cm = 16 botol/15detik (16 botol dalam 15 detik) Jika dalam 1 jam berarti dapat menginspeksi 16 botol / 15 detik x 3600 detik = 3840 botol/jam. Konveyor akan mati jika terjadi kondisi interupsi dimana kondisi interupsi itu akan menyebabkan produk yang cacat lolos ke tempat yang tidak cacat. Hal itu dilakukan untuk memenuhi ukuran kinerja bahwa 100% botol yang lolos inspeksi adalah botol yang tidak cacat, maka dilakukan cara seperti hal yang sudah disebutkan sebelumnya yaitu mematikan konveyor jika terjadi kondisi interupsi. Selain itu, agar 100% botol yang lolos inspeksi adalah botol yang tidak cacat, maka dibuat penyangga setinggi 13 cm dari atas alas konveyor untuk menjaga kestabilan botol/tidak jatuh dan tidak bergeser (botol dalam kondisi tetap), dan

diameter penyangga tersebut sebesar 1cm dan penyangga tersebut diletakkan dilekukan yang terdapat dibotol. Hal itu dimaksudkan agar produk yang di inspeksi tidak terjatuh dan tidak bergeser. Jika produk yang akan di inspeksi terjatuh maka sensor vision tidak dapat mendeteksi dan menyebabkan botol tersebut lolos dari inspeksi padahal belum tentu botol tersebut tidak cacat dan akan menuju ke proses selanjutnya yaitu packaging. Cara tersebut digunakan untuk memenuhi kinerja sistem ini yaitu 100% botol yang lolos inspeksi adalah botol yang tidak cacat.

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan 1. Inspeksi merupakan tahapan yang penting dalam sebuah sistem produksi karena proses inspeksi berkaitan untuk memperhatikan dan mempertahankan kualitas produk yang akan dikirimkan atau dipasarkan ke konsumen. Aspek yang harus diperhatikan adalah pentingnya display produk yang sesuai standar yang akan mempengaruhi konsumen membeli produk atau tidak. Display yang sesuai standar yaitu botol memiliki tutup botol, botol memiliki label, barcode tertera di label, dan tinggi isi minuman botol yang sesuai dengan standar. 2. Sistem otomasi ini berfungsi untuk menginspeksi minuman dalam botol. 3. Sistem otomasi inspeksi minuman dalam botol yang penulis rancang menggunakan komputer sebagai controller untuk mengendalikan keseluruhan sistem. 4. Sistem otomasi inspeksi minuman dalam botol berbasis komputer ini dapat menginspeksi kecacatan pada minuman dalam botol. Cacat yang dapat diinspeksi dalam sistem otomasi ini ada empat jenis yaitu botol tidak memiliki tutup botol, botol tidak memiliki label, barcode tidak tertera di label, dan tinggi minuman botol yang tidak sesuai dengan standar. 5. Pada sistem ini menggunakan satu input dan empat output. Input berupa sensor vision dan output berupa solenoid, lampu, konveyor 2, dan monitor.
Sensor vision Komputer Solenoid Lampu Konveyor 2 Monitor

6. Sistem otomasi ini memberikan kemudahan bagi operator dan perusahaan dalam hal pendokumentasian data seperti jumlah minuman yang cacat sesuai dengan jenis cacatnya dan jumlah minuman sesuai standar. Karena jumlah cacat dan jumlah sesuai standar tertampil dimoniotor dan tersimpan dalam memori di komputer.

7. Elemen-elemen yang digunakan dalam sistem inspeksi ini adalah konveyor, komputer, alat pendorong minuman yang cacat, monitor, sensor vision, lampu, power supply. 8. Beberapa kondisi interupsi yang terjadi dalam sistem: a. Ketika listrik mati sehingga semua sistem tidak bisa berjalan. b. Ketika solenoid macet maka akan menghambat jalannya proses inspeksi (botol-botol tidak dapat melewati daerah inspeksi karena terhalang batang solenoid). Jika hal ini tidak ditangani secara langsung dan cepat, batang solenoid akan patah, atau sistem solenoid akan rusak, konveyor pun akan rusak karena gaya gesek dengan produk semakin besar (botol-botol yang masuk daerah inspeksi akan terus masuk). c. Ketika konveyor 2 tidak berjalan/tidak beroperasi. Sistem masih berjalan sampai batas tertentu sampai beban yang harus didorong solenoid melebihi kemampuan daya dorong dari solenoidnya. Pada kondisi tersebut dapat menyebabkan botol yang cacat masuk ke jalur botol yang sesuai standar. Jadi proses inspeksi ini menjadi tidak akurat. d. Ketika sensor vision tidak menyala (tidak bekerja sesuai dengan fungsinya) sehingga sensor tidak dapat membedakan produk yang cacat dan produk yang tidak cacat. Akibatnya produk yang cacat bisa lolos dan dijual dipasaran, konsumen akan menerima produk yang cacat dan menyebabkan kerugian bagi konsumen karena mendapatkan produk yang cacat. 9. Sistem otomasi ini masih memiliki banyak kekurangan yaitu masih belum bisa mendeteksi secara detail jenis kecacatan yang lain. Padahal masih banyak jenis kecacatan lainnya yang dapat membuat konsumen tidak membeli produk. 4.2. Saran Pengembangan 1. Saran pengembangan dari inspeksi yang sudah ada yaitu inspeksi yang hanya bisa menginspeksi empat jenis cacat diantaranya : botol tidak memiliki tutup botol, botol tidak memiliki label, barcode tidak tertera di label, dan tinggi minuman botol yang tidak sesuai dengan standar. Padahal masih ada beberapa jenis kecacatan yang lainnya, misalnya :

a. Tutup tidak terpasang dengan benar. Karena akan mengakibatkan minuman mudah tumpah saat packaging dan akan bisa terkontaminasi oleh bakteri. b. Keberadaan cincin tutup botol dan cincin tutup botol tidak terpasang dengan benar, misal : miring. Tidak adanya cincin tutup pada botol atau cincin tutup botol tidak terpasang dengan benar maka tutup botol tidak terkunci dan mengakibatkan mudah tumpah saat di packaging. c. Kesesuaian tanggal kadaluarsa pada botol. Ketika konsumen membeli barang maka konsumen akan melihat tanggal kadaluarsa, jika terjadi kesalahan pada pencantuman tanggal kadaluarsa, misal: menggunakan tanggal kadaluarsa yang sudah lama ataupun tanggal kadaluarsa yang lebih cepat, konsumen berpikir akan membei barang tersebut atau tidak. d. Kesesuaian barcode dengan produk. Jika barcode yang tertera di botol tersebut salah,akan terjadi kesalahan merk dagang atau salah menginspeksi dikarenakan salah informasi dari barcode. e. Keberadaan benda padat dalam minuman. Minuman terlihat terkontaminasi oleh barang lain, sehingga konsumen tidak akan membeli produk tersebut karena merasa tidak hiegenis dan tidak aman untuk diminum f. Kondisi botol yang rusak (bentuk botol tidak sempurna). Tampilan botol yang tidak sempurna membuat konsumen tidak akan membeli produk karena dianggap kondisi botol yang rusak akan mengakibatkan isi minuman ikut rusak. g. Label yang berwarna kusam Konsumen bisa menganggap bahwa produk tersebut adalah produk lama sehingga konsumen tidak mau membeli. 2. Pada sistem otomasi ini semua jenis cacat didorong ke tempat yang sama (konveyor yang sama). Jadi disarankan bahwa tempat untuk cacat (konveyor untuk produk cacat) dibedakan. Jadi, dikategorikan menjadi empat kategori sesuai dengan jenis cacat sehingga produk cacat tersebut bisa secara langsung mendapatkan penanganan yang sesuai dengan jenis cacatnya.

Pengkategorian tersebut dilakukan dengan cara menambah empat solenoid, untuk mendorong produk yang cacat. Empat konveyor, digunakan untuk jalur produk cacat sesuai dengan jenisnya. Empat sensor, untuk mendeteksi jenis cacat yang berbeda. Menambah barcode scanning untuk mendeteksi kesesuaian barcode yang tertera dibotol dengan produknya. Dalam sistem otomasi yang sudah ada dilihat bahwa semua jenis cacat masuk kedalam satu jalur yang sama sehingga menyulitkan penanganan untuk produk yang cacat. Produk tersebut harus dipisahkan dahulu secara manual oleh operator baru mendapatkan penanganan yang sesuai dengan jenis cacatnya. Jika dilakukan pengembangan dengan memisahkan produk cacat sesuai dengan jenisnya dan dalam tempat (konveyor) yang berbeda maka akan mempermudah operator untuk melakukan penanganan yang tepat pada benda cacat sesuai dengan tipe cacat produk tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Omron.FQ Vision Sensor Beyond Simplicity.www.ia.omron.com Tim Asisten 2012. Modul Sistem Pengendalian Berbasis Komputer. Yogyakarta ; Laboratorium Elektronika Industri FTI UAJY.

Anda mungkin juga menyukai