Anda di halaman 1dari 8

PASIEN DIABETES : PENGETAHUAN DAN PERSEPSI MEREKA TENTANG KESEHATAN MULUT

Aziza H. Eldarrat (Libyan J Med 2011)

ABSTRAK

TUJUAN: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) menilai pengetahuan dan kesadaran pasien diabetes mengenai resiko penyakit sistemik di rongga mulut sebagai komplikasi terkait diabetes, (2) menilai sikap dalam menjaga kesehatan mulut melalui kebersihan mulut yang baik dan pemeriksaan gigi secara teratur, dan (3) menilai sejauh mana kesadaran dan untuk menentukan bagaimana pasien menjadi sadar. METODE: Dua ratus kuesioner didistribusikan untuk menilai tujuan utama penelitian. Hanya kuesioner yang lengkap yang digunakan dalam analisis data penelitian. HASIL: Sebagian besar peserta menderita diabetes tipe 2 (58%). Kesadaran pasien diabetes terhadap peningkatan resiko penyakit mulut lebih rendah dibandingkan dengan kesadaran mereka terhadap penyakit sistemik. Sikap mereka dalam menjaga kesehatan mulut yang baik juga tidak sesuai dengan standar yang diinginkan. Dari seluruh peserta, 50% menggosok gigi mereka sekali sehari dan 66% tidak pernah menggunakan dental floss. Ditinjau dari sumber kesadaran peserta, 37% belajar dari dokter gigi dan 45% melalui sumber media lainnya. KESIMPULAN: Pasien diabetes memiliki sedikit pengetahuan tentang peningkatan resiko terkena penyakit mulut. Dalam rangka mempromosikan kesehatan mulut yang baik dan untuk mengurangi resiko penyakit mulut, tenaga kesehatan baik di bidang kedokteran gigi dan kedokteran perlu bertanggung jawab mengembangkan program untuk mendidik masyarakat tentang manifestasi diabetes pada mulut dan komplikasinya pada kesehatan mulut. KATA KUNCI: diabetes, kesehatan mulut; penyakit periodontal, pemeliharaan kebersihan rongga mulut; penyakit mulut; komplikasi diabetes

Diabetes mellitus meningkat seperti yang dikhawatirkan seluruh dunia, yang barubaru ini dinyatakan sebagai penyakit epidemi oleh World Health Organization (WHO). Jumlah kasus diabetes diperkirakan telah meningkat dari 30 juta pada tahun 1985 menjadi 135 juta pada tahun 1995, dan diproyeksikan meningkat menjadi 366 juta pada tahun 2030 (1). Prevalensi diabetes melitus di Uni Emirat Arab, negara di mana penelitian ini dilakukan, adalah 350.000 kasus pada tahun 2000 dan diperkirakan meningkat menjadi 684.000 pada tahun 2030 (1). Selain komplikasi yang sering timbul sebagai akibat dari penyakit ini, pasien diabetes yang tidak hati-hati mengendalikan kadar glukosa darah mereka akan berada pada resiko tinggi mengalami komplikasi sistemik dan mulut. Manifestasi kronis yang paling sering adalah penyakit makrovaskular dan termasuk arteri koroner, pembuluh darah perifer, dan

penyakit serebrovaskular. Selain itu, komplikasi mikrovaskuler bermanifestasi sebagai retinopati, neuropati, dan nefropati. Contoh komplikasi akut adalah diabetes ketoasidosis, hiperglikemia hiperosmolar, serta infeksi akut lainnya (2). Dampak pada mulut, diabetes bermanifestas dalam beberapa cara. Diabetes melitus tidak terkontrol untuk jangka waktu lama, misalnya, mempengaruhi kelenjar ludah seperti menimbulkan xerostomia atau sialosis (3-7). Bila air liur tidak cukup diproduksi untuk memberisihkan rongga mulut, plak dan debris menumpuk jauh lebih cepat daripada normal. Hal tersebut menjadi faktor dalam peningkatan resiko karies gigi yang sering dijumpai pada pasien yang memeriksakan giginya (8, 9). Selain itu, periodontitis adalah manifestasi oral DM yang paling banyak dijumpai. Bahkan beberapa penelitian telah memunculkan gagasan bahwa terdapat hubungan dua arah antara periodontitis dan diabetes mellitus (10, 11). Dalam satu penelitian, penderita diabetes dengan kadar glukosa darah tidak terkontrol menunjukkan tiga kali lebih rentan menderita periodontitis berat dibandingkan dengan mereka yang glukosa darahnya normal (12). Sebuah studi baru-baru ini oleh Allen et al. menilai pengetahuan dari 101 pasien diabetes mengenai resiko mereka terkena penyakit periodontal, sikap mereka terhadap kesehatan mulut, dan hubungan kesehatan mulut dengan kualitas hidup mereka. Para peneliti menemukan bahwa hanya 33% dari peserta menyadari peningkatan resiko terkena penyakit periodontal (13). Demikian pula, Eldarrat (14) menemukan bahwa kesadaran pasien diabetes mengenai peningkatan resiko untuk menderita penyakit mulut lebih rendah dibandingkan dengan kesadaran tentang penyakit sistemik dan hubungan yang signifikan ditemukan antara kontrol glukosa darah dan infeksi mulut. Selanjutnya, Moore et al. (15) menilai sikap, perilaku, dan pengetahuan tentang kesehatan mulut peserta dengan diabetes tipe 1 dan menemukan bahwa sebagian besar peserta tidak menyadari komplikasi kesehatan mulut akibat diabetes mellitus dan kebutuhan akan perawatan pencegahan. Meskipun diakui di seluruh dunia akan bahaya diabetes melitus, kesadaran dan sikap pasien diabetes terhadap resiko tinggi untuk penyakit mulut belum sepenuhnya ditangani. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) menilai pengetahuan dan kesadaran pasien diabetes mengenai resiko penyakit sistemik dan penyakit di mulut sebagai komplikasi yang terkait dengan diabetes, (2) untuk menilai sikap dalam menjaga kesehatan mulut yang baik melalui kebersihan mulut yang tepat dan pemeriksaan gigi teratur, dan (3) menilai sejauh mana kesadaran, untuk menentukan bagaimana menjadi sadar.

METODE Dalam penelitian ini, kuesioner sebelumnya digunakan sebelumnya (oleh Eldarrat) (14) untuk menilai tujuan utama penelitian. Pertanyaan kuesioner dipilih dengan teliti dari laporan relevan yang diterbitkan dalam jurnal internasional. Pertanyaan-pertanyaan kuesioner terkait dengan, kewarganegaraan peserta, usia dan jenis kelamin, jenis dan durasi diabetes, dan kesadaran mereka akan penyakit sistemik dan mulut sebagai komplikasi yang terkait dengan diabetes. Kuesioner juga mencakup pertanyaan untuk menilai sikap peserta dalam menjaga kesehatan mulut yang baik. Berbagai format respon yang digunakan dalam

kuesioner seperti 'ya', 'tidak,' 'Aku tidak tahu,' melingkari nama penyakit yang mereka sadari sebagai komplikasi diabetes, atau mengisi ruang kosong. Penelitian pertama dilakukan pada 20 sukarelawan diabetes untuk menilai respon dari peserta terhadap kuesioner sebelum melakukan studi. Dua ratus kuesioner dan formulir persetujuan didistribusikan kepada pasien diabetes rawat jalan di klinik diabetes Rumah Sakit Rashid, salah satu rumah sakit pemerintah terbesar di Dubai, Uni Emirat Arab. Sebuah lembar informasi yang menjelaskan perlunya dilakukan penelitian dan prosedur untuk menanggapi kuesioner diletakkan tertutup sebagai sampul. Peserta dikonfirmasi sebagai pasien diabetes melitus yang bisa membaca dan menulis dan bebas dari cacat jiwa. Data dikumpulkan selama periode 8 minggu. Tidak satu pun dari peserta menolak untuk berpartisipasi dengan menjawab pertanyaan kuesioner. Namun, kuesioner dengan jawaban yang belum selesai dikeluarkan dan Sebanyak 100 kuesioner yang dimasukkan pada suatu Excel spreadsheet dan dimasukkan ke Paket statistik Sosial (SPSS) versi Ilmu 13 (SPSS Inc, Chicago, IL, USA) untuk analisis data statistik.

HASIL Pasien diabetes yang berpartisipasi dalam survei ini adalah 10% warga negara Uni Emirat Arab (UEA) dan 90% non-warga negara UEA, di antaranya 50% adalah laki-laki dan 50% adalah perempuan. Rata-rata usia peserta adalah 47 tahun. Dari peserta, 36% adalah perokok. Delapan puluh tujuh persen dari peserta memiliki rahang bergigi dan 13% yang memiliki rahang tidak bergigi. Dari peserta yang memiliki rahang tidak bergigi, 34% hanya memakai gigi palsu lengkap. Rata-rata dari durasi diabetes peserta adalah 15 tahun. Persentase pengetahuan peserta mengenai tipe diabetes mereka ditunjukkan pada Gambar. 1. Seperti ditunjukkan pada gambar dari peserta, 58% memiliki diabetes tipe 2, 26% memiliki tipe 1, dan 16% tidak tahu apa jenis diabetes yang mereka miliki.

Mengenai pengetahuan dan kesadaran pasien diabetes tentang komplikasi sistemik dan mulut dikaitkan dengan diabetes, dalam survei ini persentase peserta yang menyadari resiko mereka meningkat untuk penyakit mata (85%), penyakit jantung (75%), penyakit ginjal (90%), penyakit periodontal (60%), karies gigi (54%), dan infeksi jamur mulut (42%). Tujuh puluh tujuh persen dari peserta menderita mulut kering. Dari jumlah tersebut, 60% tidak menyadari konsekuensi serius dari mulut kering pada kesehatan mulut mereka. Pengetahuan peserta tentang tanda-tanda penyakit periodontal ditunjukkan pada Gambar. 2. Seperti dapat dilihat pada Gambar. 2, mayoritas peserta (70%) sadar bahwa perdarahan selama menyikat merupakan tanda penyakit gingiva, sementara 63% menyadari bahwa ginggiva yang membengkak berwarna merah merupakan tanda penyakit gusi, dan 19% menyadari bahwa rasa sakit dari gingiva merupakan tanda penyakit periodontal. Gambar 3 menunjukkan sikap pasien diabetes terhadap penggunaan sikat gigi untuk perawatan mulut sendiri. Seperti yang ditunjukkan pada grafik, 19% dari responden tidak menggunakan sikat setiap hari, 31% disikat dua kali sehari, dan angka responden yang lebih tinggi secara signifikan (50%) disikat sekali sehari. Gambar 4 adalah rincian dari sikap responden terhadap penggunaan dental floss sebagai bagian perawatan mulut sendiri. Sebagian besar (66%) tidak pernah menggunakan dental floss 11% dilaporkan menggunakan dental floss sekali sehari dan 23% tidak menggunakan dental floss sebagai kebiasaan sehari-hari. Kuesioner juga menunjukkan persentase yang relatif rendah (40%) untuk kunjungan tahunan ke klinik gigi . Hanya 14 % yang dilaporkan memeriksakan gigi secara rutin. Dalam hal menjawab pertanyaan apakah mereka ingin mempertahankan gigi yang goyang, 24% peserta mengatakan mereka lebih memilih pencabutan gigi dan 16% menyetujui untuk pencabutan gigi anterior. Keputusan yang dibuat oleh dokter gigi dalam pertimbangannya untuk mencabut gigi depan yang goyang disetujui oleh 70% responden. Dalam hal mengambil keputusan untuk pencabutan gigi goyang, 34,2% menyetujui keputusan dokter gigi. Faktor waktu dan biaya tidak terlalu mempengaruhi persetujuan untuk pencabutan, baik gigi depan maupun belakang (masing-masing 4,2% dan 7,1%). Sebagai sumber pengetahuan peserta dan kewaspadaan terhadap pengingkatan resiko penyakit mulut, 37% peserta menerima informasi dari dokter gigi, 4% dari dental hygienists, dan 45% dari sumber lain seperti acara televisi, internet, majalah dan teman.

PEMBAHASAN Peningkatan kejadian diabetes akhir-akhir ini tidak hanya disebabkan oleh genetik, tetapi juga lingkungan sebagai akibat dari kebiasaan atau gaya hidup. Prevalensi diabetes di seluruh dunia telah meningkat secara luas. Telah diungkapkan oleh WHO bahwa diperkirakan akan ada 366 juta menderita diabetes pada tahun 2030, pada penelitian ini lebih dari setengah jumlah peserta (58%) menderita Diabetes Mellitus tipe 2, 26% menderita tipe 1 dan 16 % tidak mengetahui tipe diabetes yang dideritanya. Data yang ditampilkan dalam penelitian ini menyatakan temuan penting: data memperlihatkan dengan jelas bahwa penderita diabetes memilki pengetahuan lebih banyak tentang komplikasi sistemik diabetes dibandingkan komplikasi pada mulut dan gigi. Persentase peserta yang peduli dengan peningkatan resiko pada mata sebesar 85%, penyakit jantung 75%, penyakit ginjal 90%, penyakit periodontal 60%, karies 54% dan infeksi jamur pada mulut 42%. Temuan serupa dilaporkan oleh beberapa peneliti yang menilai pengetahuan pasien mengenai peningkatan ririko penyakit periodontal, perilaku mereka terhadap kesehatan mulut dan kualitas hidup mereka yang berhubungan dengan kesehatan mulut. Peneliti menemukan bahwa 98% peserta peduli terhadap peningkatan resiko terjadinya penyakit mata, 84% untuk penyakit jantung, 94% untuk penyakit ginjal dan 32% untuk penyakit periodontal. Temuan penting lain dari penelitian ini adalah pengetahuan pasien diabetes terhadap peningkatan resiko mereka terhadap penyakit mulut seperti penyakit periodontal,karies gigi dan infeksi jamur akibat kekeringan mulut sangatlah kurang. Lebih dari 70% peserta menderita drty mouth dan tidak mengerti tentang dampak buruk dari xerostomia terhadap kesehatan mulut mereka. Telah diketahui bahwa penurunan aliran saliva yang signifikan sehingga menyebabkan xerostomia adalah manifestasi ral yang paling sering terjadi pada diabetes. Adalah sangat penting untuk memberi informasi dan membuat pasien diabetes peduli terhadap manfaat saliva. Fungsi saliva yang dapat mencuci dan memberisihkan

rongga mulut diketahui dapat mencegah akumulasi plak dan kotoran, yang dapat menjadi factor yang berkontribusi pada peningkatan resiko penyakit perioodontaldan karies gigi pada penderita diabetes (8,9). Di samping itu saliva memiliki aktivitas antimikroba yang ketika terganggu dan ketika kadar glukosa darah maupun saliva tinggi, dapat memungkinkan pertumbuhan organisme Candida (16). Selain itu, penderita diabetes sebaiknya diberi

informasi dan diedukasi tentang pentingnya menjaga kelembaban rongga mulut dengan merangsang aliran saliva dan sering minum air putih. Penelitian ini juga menunjukkan adanya temuan penting bahwa pasien diabetes mempunyai pengetahuan yang kurang antara kesehatan gigi dan kesehatan tubuh. Pada penelitian sekarang ini, peserta dengan rahang yang tak bergigi menggunakan gigi tiruan lengkap, di samping itu, sebagian besar peserta yang tidak menggunakan gigi tiruan yang memakan makanan lunak yang mudah dikunyah dan ditelan. Peserta ini mendapatkan keuntungan dari memakan makanan yang sehat, tetapi terdapat konsekuensi negatif pada kontrol glikemik, keadaan kesehatan secara umum dan kualitas hidup. Penelitian ini menunjukkan hubungan yang signifikan antara status kesehatan gigi pada penderita diabetes yang kebanyakan memiliki skor kontrol metabolik yang rendah. Pada pasein ini cara merawat gigi dan perawatan kebersihan mulut juga rendah, setengah dari jumlah peserta menggosok gigi sekali sehari, 31% dua kali sehari, 19% tidak menggosok gigi setiap hari, sebagai tambahan lebih dari setengah peserta tidak pernah menggunakan dental floss untuk memberisihkan sela-sela gigi. Hasil yang sama juga pernah dilaporkan oleh beberapa pemeriksa yang menemukan bahwa dari 299 peserta hanya 29% yang menggosok gigi dua kali sehari (17). Data penelitian ini menunjukkan 40% peserta tidak pernah berkunjung ke klinik gigi dalam beberapa tahu terakhir, alas an utama mereka datang ke klinik gigi beberapa tahun terakhir adalah untuk mendapatkan perawatan dari masalah giginya. Hanya 14% yang datang untuk periksa rutin. Ini menunjukkan bahwa perilaku kesehatan mulut peserta sangat rendah dibandingkan penemuan dari survey yang lain. Hanya 14% yang melakukan periksa gigi rutin, dibandingkan dengan 37,47,dan 59% survey yang telah dilakukan di Inggris (13,17,18). Hasil dari survei ini menunjukkan bahwa informasi mengenai peningkatan resiko penyakit mulut karena diabetes diberikan oleh dokter gigi, dental hygienis, acara televisi, majalah dan teman. Adalah sangat penting bagi ahli gigi professional untuk meningkatkan kepedulian pasien diabetes terhadap meningkatnya resiko penyakit mulut dan pengaruh kesehatan mulut terhadap kesehatan tubuh pada umumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat kepedulian pasien diabetes terhadap peningkatan resiko penyakit mulut dan gigi dan perilaku mereka dalam menjaga kesehatan resiko secara signifikan

mempengaruhi kualitas hidup. Deteksi dan perawatan dini karies gigi, penyakit periodontal,

dan penyakit mulut lainnya akan memberi keuntungan besar untuk melindungi pasien diabetes dari komplikasi oral yang parah yang berhubungan dengan diabetes. Pada kenyataannya, salah satu tujuan kesehatan nasional USA pada tahun 2010 yaitu untuk meningkatkan 71% pasien diabetes untuk melakukan cek up . Lebih lanjut, dibutuhkan dokter gigi dan pemerintahan yang berhubungan untuk mensosialisasikan hubungan antara diabetes dan kesehatan mulut untuk menghindari komplikasi gigi yang berbahaya dan pengobatan yang mahal. KESIMPULAN Dengan keterbatasan penelitian ini, data menunjukkan secara jelas bahwa penderita diabetes mempunyai pengetahuan yang lebih baik tentang peningkatan resiko pada komplikasi sistemik dibandingkan diabetes dan komplikasi gigi dan mulut. Dalam hal mempromosikan kesehatan mulut dan mengurangi mengurangi resiko penyakit mulut, petugas kesehatan gigi maupun kesehatan pada umumnya bertanggungjawab untuk meningkatkan program edukasi kepada masyarakat tentang manifestasi oral diabetes dan komplikasinya.

REFERENSI

1. Smyth S, Heron A. Diabetes and obesity: the twin epidemics. Nat Med. 2006; 12: 75-80. 2. Skamagas M, Breen TL, LeRoith D. Update on diabetes mellitus: prevention, treatment, and association with oral diseases. Oral Dis. 2008; 14: 105-14. 3. Sheppard IM. Oral manifestation of diabetes mellitus: a study of one hundred cases. J Am Dent Assoc. 1942; 29: 1188-92. 4. Lamey PJ, Darwazeh AM, Frier BM. Oral disorders associated with diabetes mellitus. Diabet Med. 1992; 9: 410-6. 5. Russotto SB. Asymptomatic parotid gland enlargement in diabetes mellitus. Oral Surg Oral Med Oral Pathol. 1981; 52: 594-8. 6. Murrah VA. Diabetes mellitus and associated oral manifestations: a review. J Oral Pathol. 1985; 14: 271-81. 7. Greenspan D. Xerostomia: diagnosis and management. Oncology. 1996; 10: 7-11. 8. Rees TD. The diabetic dental patient. Dent Clin North Am. 1994; 38: 447-63. 9. Finney LS, Finney MO, Gonzalez-Campoy JM. What the mouth has to say about diabetes. Careful examinations can avert serious complications. Postgrad Med. 1997; 102: 117-26. 10. Bartolucci EG, Parkes RB. Accelerated periodontal breakdown in uncontrolled diabetes. Pathogenesis and treatment. Oral Surg Oral Med Oral Pathol. 1981; 52: 387-90. 11. Ureles SD. Case report: a patient with severe periodontitis in conjunction with adult-onset diabetes. Compend Contin Educ Dent. 1983; 4: 522-8. 12. Li CL, Tsai ST, Chou P. Comparison of metabolic risk profiles between subjects with fasting and 2-hour plasma glucose impairment: the Kinmen Study. J Clin Epidemiol. 2002; 55: 19-24. 13. Allen EM, Ziada HM, OHalloran D, Clerehugh V, Allen PF. Attitudes, awareness and oral health-related quality of life in patients with diabetes. J Oral Rehabil. 2008; 35: 218-23. 14. Eldarrat A. Awareness and attitude of diabetic patients towards their increased risk for oral diseases. Oral Health Prev Dent (inpress). 15. Moore PA, Orchard T, Guggenheimer J, Weyant RJ. Diabetes and oral health promotion: a survey of disease prevention behaviors. JADA. 2000; 131: 1333-41. 16. Manfredi M, McCullough MJ, Vescovi P, Al-Kaarawi ZM, Porter SR. Update on diabetes mellitus and related oral diseases. Oral Dis. 2004; 10: 187-200. 17. Bakhshandeh S, Murtomaa H, Vehkalahti MM, Mofid R, Suomalainen K. Oral self-care and use of dental services among adults with diabetes mellitus. Oral Health Prev Dent. 2008; 6: 279-86. 18. Kelly M, Steele J, Nuttall N, Bradnock G, Morris J, Nunn J. Adult dental health survey: oral health in the United Kingdom.. London: TSO; 1998. p. 2000. 19. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Dental visits among dentate adults with diabetes - United States, 1999 and 2004. MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 2005; 54: 1181-83.

Anda mungkin juga menyukai