Anda di halaman 1dari 10

Tujuan Melakukan pengukuran penguatan (gain) antena Mengetahui pengaruh elemen elemen antena terhadap penguatan antenna Memahami

i karakteristik directional dan half power beamwidth antena Menggambarkan diagram polar pola radiasi horisontal dan vertikal untuk antena dari hasil pengukuran yang didapat Dari diagram polar yang telah diplot, dapat menghitung sidelobe attenuation dan front-to-back ratio dari antena

Alat alat yang digunakan 1 Signal Generator 1 Measuring Receiver 2 Antenna Dipole 1 Antenna under test (antenna TV VHF-Yagi Uda 9 elemen) 1 Antenna Rotater 1 Macthing pad (75 1 Konektor BNC N 1 Konektor male male BNC 1 Konektor female female BNC 2 Kable RF 50 (2,5 m) 2 Tiang penyangga 50 )

Pendahuluan Penguatan (Gain) Antenna Penguatan (Gain) antenna diukur dengan membandingkan terhadap sebuah antena standar. Dalam prakteknya antena standar yang digunakan adalah antena dipole /2. Jadi dalam hal ini pengukuran gain yang sebenarnya adalah membandingkan penguatan antena yang diukur / diuji (under test antenna) dengan penguatan antena standar yang diketahui sebesar 2,15dB. Penguatan G adalah,

G=

= W1 = daya yang diterima dengan antena yang diuji W2 = daya yang diterima dengan antena refrensi /2 V1 = tegangan yang diterima dengan antena yang diuji V2 = tegangan yang diterima dengan antena refrensi /2

Dengan,

Secara teori, dengan menganggap kedua antena match dan antena /2 tanpa rugi daya (loss less), gain G0 pada sumber isotropis adalah G0 = 1,64 G = 2,15 dB Pengukuran harus dilakukan pada kedua antena antena berada dalam posisi yang baik. Untuk pengukuran pola radiasi biasanya antena yang diukur (antena under test) dipasang sebagai antena penerima. Antena pemancar dipasang tetap pada satu posisi, sedangkan antena yang diukur diputar 360 pada sumbu vertikal. Diagram pola horisontal diukur dengan memutar sumbu antena yang diukur dengan kedua antena berada dalam posisi horisontal. Sedangkan untuk mengukur diagram pola radiasi vertikal dilakukan hal yang sama dengan kedua antena berada dalam posisi vertikal. Level level sinyal yang diukur dimasukkan (diplot) pada koordinat polar. Half power beamwidth, diperoleh dari diagram pada titik -3 dB. Skala untuk laval sinyal adalah logaritmis, karena range level sinyal bervariasi sampai dengan harga yang sangat tinggi. Parameter parameter lain seperti side-lobe dan front-to-backratio dapat dengan mudah pula dibaca pada diagram polar. Gambar 1 memperihatkan contoh diagram polar tipikal sebuah antena

Gambar 1. Diagram polar antena

Pengukuran Gain Antena

Gambar 2. Diagram pengukuran gain antena

Prosedur Percobaan Pada pebgukuran gain antenna dalam percobaan ini, antenna dipole pertama digunakan sebagai antena pemancar, sedangkan antena dipole kedua digunakan sebagai antena standar (refrensi) yang berfungsi sebagai pembanding (dianggap sebagai antena standar dengan gain = 2,15dB). Antena yang diukur (under test) adalah antena TV VHF. Antena YAGI UDA ARRAY 9 elemen, yang bekerja pada rentangan frekuensi 174 MHz sampai 230 MHz. 1. Mengukur level tegangan yang diterima oleh antena dipole kedua Tentukan panjang kedua antena dipole (/2) pada frekuensi 200 MHz dan tentukan jarak antara antena dipole 1 (pemancar) dan antena dipole 2 (penerima). Susunlah diagram pengukuran seperti gambar dibawah pada posisi horisontal. Atur posisi kedua antena jarak garis lurus. Jarak feeder antena 1 dan antena 2 yang gunakan refrensi untuk pengujian berikutnya.

Signal Generator

Kontrol

Rotator

Measuring Receiver

Gambar 3. Diagram pengukuran gain antena 2. Hubungkan terlebih dahulu output singnal generator dengan memasang antena dipole yang telah ditentukan panjang gelombangnya. Kemudian Onkan Signal Generator pada frekuensi 202 MHz dan level RF out pada 80dBV. Kemudian matikan RF output (OFF) 3. Beri catu daya pada Measuring Receiver sebesar 11,5 V (perhatikan polaritas positif dan negatifnya). Atur Measuring Receiver sebagai berikut : RF ATT : ON

UNITS FREQ.

: dBV : 202 MHz

4. Hidupkan RF output (ON) pada Signal Generator. 5. Atur (dengan memutar rotator) arah antena kedua (penerima) tepat menghadap antena pertama (antena pemancar), sehingga input level Measuring Receiver menunjukkan nilai maksimum dan atur frekuensi Signal Generator seperti pada tabel. Catat nilai ini sebagai nilai E1 pada tabel 1. 6. Switch RF output pada pemancar (Signal Generator) OFF. 7. Gantilah antena kedua dengan antena under test (antena Yagi). Ulangi langkah 5. Catat nilai ini sebagai E2 pada tabel 1. 8. Hitunglah Gain antena yang diuji. G = E2 - E1 + 2,15 dB

Tabel 1 Frekuensi (MHz) 174 181 188 195 202 209 216 223 230 E1 (dBV) 50,3 49,1 46,3 45,6 51,1 51,6 52,1 52,0 46,9 E2 (dBV) 40,1 42,7 50,3 52,1 56,2 55,9 57,3 58,2 53,6 G (dB) -8,05 -4,25 6,15 8,65 7,25 7,05 7,35 8,35 8,85

Pengukuran Pola Radiasi Antena Prosedur Percobaan : A. Pola radiasi Horisontal 1. Susunlah diagram pengukuran seperti gambar dibawah

..

Signal Generator

Kontrol

Rotator

Measuring Receiver

Gambar 4. Diagram pengukuran 2. Pasanglah antena dipole pertama pada pemancar, sedangkan antena kedua adalah antena Yagi sebagai antena yang diukur pada bagian penerima. Kedua antena dipasang pada posisi horisontal 3. Atur Signal Generator (berfungsi sebagai pemancar), RF out pada 80dBV dan frekuensi 200 MHz. Nilai frekuensi ini adalah frekuensi kerja kerja antena yang sudah diset 4. Matikan RF output dari Signal Generator 5. Hidupkan Measuring Receiver (berfungsi sebagai penerima), atur RF ATT : ON, UNITS : dBV/m dan frekuensi 20 MHz. 6. Atur RF output Signal Generator ON 7. Pada bagian penerima, arahkan dengan tepat antena penerima ke antena pemancar sampai level meter Measuring Receiver ,menunjukkan harga maksimum. Aturlah posisi ini rotator control berada pada posisi 0 (nol) derajat. Catatlah nilai maksimum ini pada tabel A. 8. Putarlah antena penerima (rotator kontrol) searah dengan jarum jam setiap 0 sampai 360. Catatlah harga level pada meter pada Tabel 2.

Tabel 2 Sudut 0o 10o 20o 30o 40o 50o 60o 70o 80o 90o Level 64,2 63,2 62,9 61,3 59,1 54,8 46,9 36,7 36,6 42,2 Sudut 100o 110o 120o 130o 140o 150o 160o 170o 180o Level 51,2 54,5 54,0 50,4 55,8 51,0 50,8 49,5 49,2 Sudut 190o 200o 210o 220o 230o 240o 250o 260o 270o Level 48,6 48,7 51,0 47,8 40,9 45,5 47,2 49,8 53,3 Sudut 280o 290o 300o 310o 320o 330o 340o 350o 360o Level 55,3 60,4 63,1 63,5 63,9 64,0 64,1 64,3 64,5

B. Pola Radiasi Vertikal 9. Ubah posisi kedua antena (pemancar dan penerima) pada posisi vertikal 10. Ulangi langkah 3 sampai langkah 8. Catat hasilnya pada tabel 3.

Tabel 3 Sudut 0o 10o 20o 30o 40o 50o 60o 70o 80o 90o Level 63,1 62,7 62,6 62,8 63,2 64,1 64,0 63,5 62,8 62,5 Sudut 100o 110o 120o 130o 140o 150o 160o 170o 180o Level 61,8 61,7 58,7 57,9 54,6 50,5 41,0 49,5 51,4 Sudut 190o 200o 210o 220o 230o 240o 250o 260o 270o Level 51,3 51,7 49,5 50,0 50,7 51,3 56,4 58,3 58,2 Sudut 280o 290o 300o 310o 320o 330o 340o 350o 360o Level 59,0 52,7 54,3 54,6 57,3 57,9 58,6 59,7 61,1

Pengaruh elemen elemen pada antena Array (Yagi-Uda) Prosedur Percobaan 11. Atur kembali antena pada posii horisontal dengan frekuensi 202 MHz dan susunlah diagram pengukuran seperti langkah 7. Ulangi langkah 7. 12. Pada langkah berikut, lepas elemen satu persatu sesuai dengan nomor elemen.
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Catatlah data pengukuran seperti pada tabel 4.

Tabel 4. No Elemen Yang Dilepas 1 12 123 1234 12345 123456 123456 8 123456 89 c. Pola Radiasi Horisontal Antena Folded Dipole 13. Gantilah antena uji dengan antena folded dipole dan atur kedua antena pada posisi horisontal. 14. Ulangi langkah 3 sampai 8. Catat hasilnya pada tabel 5. Tabel 5 Sudut 0o 10o 20o 30o 40o 50o 60o 70o 80o 90o Level 52,8 52,2 52,0 51,7 50,4 48,0 45,3 43,8 39,4 38,5 Sudut 100o 110o 120o 130o 140o 150o 160o 170o 180o Level 40,7 42,7 44,2 47,3 49,4 50,2 51,1 52,4 52,5 Sudut 190o 200o 210o 220o 230o 240o 250o 260o 270o Level 52,1 51,4 48,2 46,9 45,3 43,1 42,7 40,8 43,1 Sudut 280o 290o 300o 310o 320o 330o 340o 350o 360o Level 43,7 45,5 47,1 47,5 51,8 51,9 52,2 52,4 52,8 Level (dBV) 57,2 54,7 54,0 53,6 53,4 52,9 52,6 51,9

D. Pola Radiasi Horisontal Antena Folded Dipole dan Reflektor 15. pasang kedua elemen reflektor antena penerima seperti pada gambar berikut.

16. Ulangi langkah 3 sampai 8. Catat hasilnya pada tabel 6 Tabel 6 Sudut 0o 10o 20o 30o 40o 50o 60o 70o 80o 90o Level 53,4 52,5 50,4 48,5 45,6 43,6 40,6 37,9 36,3 35,3 Sudut 100o 110o 120o 130o 140o 150o 160o 170o 180o Level 39,0 42,6 46,1 47,0 47,1 46,0 44,5 40,5 39,1 Sudut 190o 200o 210o 220o 230o 240o 250o 260o 270o Level 34,5 39,4 41,3 43,1 44,5 43,0 41,7 38,0 39,4 Sudut 280o 290o 300o 310o 320o 330o 340o 350o 360o Level 40,1 41,7 48,3 51,6 53,3 54,3 54,4 54,5 54,6

Dari hasil hasil yang telah diperoleh pada tabel A sampai D, plot nilai- nilai tersebut pada koordinat polar yang tersedia. Tentukan nilai nilai half-power beamwidth, attenuasi sidelobe dan front-to-back ratio. Bandingkan hasil hasil tersebut satu sama lain

Pengukuran Isolasi Silang (cross isolation) Pada pengukuran antena Yagi, pola radiasi horisontal (tabel A) dan polla radiasi vertikal (tabel B) pada posisi 0, catat nilai pola radiasi horisontal merupakan nilai E1 dan pola radiasi vertikal merupakan nilai E2. Hitung niali cross isolation, EC1 = E1 E2.

Apa yang dimaksud dengan isolasi silang? 64,2 63,1 = 1,1 dBV , pengukuran isolasi silang ( cross isolation ) pada posisi 0

Analisis Data Tabel 1. Rumus Gain antenna : G = E2 - E1 + 2,15 dB dalam table 1 sudah mendapatkan nilai E1 dan E2 bersarkan frekuensinya : 40,1 dBV 50,3 dBV + 2,15 dB = -8,05 dB untuk frekuensi 174 MHz. 42,7 dBV 49,1 dBV + 2,15 dB = -4,25 dB untuk frekuensi 181 MHz. 50,3 dBV 46,3 dBV + 2,15 dB = 6,15 dB untuk frekuensi 188 MHz. 52,1 dBV 45,6 dBV + 2,15 dB = 8,65 dB untuk frekuensi 195 MHz. 56,2 dBV 51,1 dBV + 2,15 dB = 7,25dB untuk frekuensi 202 MHz. 55,9 dBV 51,6 dBV + 2,15 dB = 7,05 dB untuk frekuensi 209 MHz. 57,3 dBV 52,1 dBV + 2,15 dB = 7,35 dB untuk frekuensi 216 MHz. 58,2 dBV 52,0 dBV + 2,15 dB = 8,35 dB untuk frekuensi 223 MHz. 53,6 dBV 46,9 dBV + 2,15 dB = 8,85 dB untuk frekuensi 230 MHz. Apabila nilai frekuensi semakin besar maka nilain Gain antenna semakin besar.

Tabel 2

Kesimpulan Tabel 1 Jika nilai Frekuensinya semakin tinggi makan nilai Gain semakinnya besar , dari praktikum yang kita lakukan ternyata jarak mempengaruhi besar level dari E1 dan E2 tersebut. (dalam table 1 kita menggunakan jarak sebesar 4,3 m).

Tabel 2 Semakin besar sudut dari rotasi antena penerima atau semakin jauh jarak dari feeder antenna penerima terhadap antenna pemancar maka akan berpengaruh pada besarnya Level dari antenna penerima itu sendiri.(pola radiasi Horisontal)

Tabel 3 Semakin besar sudut dari rotasi antena penerima atau semakin jauh jarak dari feeder antenna penerima terhadap antenna pemancar maka akan berpengaruh pada besarnya Level dari antenna penerima itu sendiri. Untuk nilai level tersebut tidak jauh beda dengan pola radiasi Horisontal. (pola radiasi Vertikal) Tabel 4 Dalam praktikum tersebut , Apabila elemen elemen pada antenna array ( Yagi Uda) di lepas secara satu persatu nilai Level dari antenna penerima tersebut semakin kecil , (dengan frekuensi 202 MHz.)

Tabel 5 dan table 6 Dalam praktikum pola radiasi horizontal antenna folded dipola , nilai level dari sudut 0 adalah 52,8 jika dari praktikum pola radiasi horizontal antenna folded dipole mengunakan reflector nilai level dari sudut 0 adalah. 53,4 , maka pola radiasi horizontal antenna folded dipole menggunakan reflector karena mudah diterima terhadap antenna pemancar dan itu sangat berpengaruh terhadapa level tersebut.

Anda mungkin juga menyukai