Anda di halaman 1dari 5

BAB I Pendahuluan Tidur merupakan suatu proses fisiologi komplek yang terdiri dari stage 14 disebut nonrapid eye

movement sleep (NREM) dan stage 5 disebut rapid eye movement sleep (REM). Lebih dari separuh tidur total adalah stage NREM sedangkan 20 35% adalah stage REM. Beberapa tahun terakhir banyak penelitian yang mempelajari fisiologi tidur dan gangguan gangguan tidur, seperti obstructive sleep apnea (OSA) dan central sleep apnea (CSA). Ternyata 95% gangguan napas saat tidur adalah obstruksi saluran napas atas dan 5% adalah gangguan sistem saraf pusat.1,4 Gangguan pernapasan saat tidur dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. OSA adalah keadaan apnea atau penghentian aliran udara selama 10 detik sehingga menyebabkan 2-4% penurunan saturasi oksigen dan hipopnea atau penurunan aliran udara paling sedikit 30-50% sehingga menyebabkan penurunan saturasi oksigen, ada sumbatan total atau sebagian jalan nafas atas yang terjadi secara berulang pada saat tidur sehingga menyebabkan pasien terbangun saat tidur atau terjadi peralihan ke tahap tidur yang lebih awal. (Craig A Hukins. Obstructive sleep apnea management update review: Neuropsychiatric
Disease and Treatment 2006:2(3) 30926)

Kecurigaan adanya OSAS ditandai dengan ditemukannya mendengkur (snoring) pada anak. Faktor risiko OSAS pada anak sangat berbeda dengan orang dewasa.4 Pada dewasa, obesitas merupakan faktor risiko utama terjadinya OSAS, sedangkan pada anak meskipun merupakan factor risiko tetapi bukan merupakan yang utama.

BAB Tinjauan Pustaka 2.1 Epidemiologi Prevalensi OSA di negara maju diperkirakan mencapai 2-4% pada pria dan 1-2% pada wanita. Kejadian OSAS tidak berhubungan dengan jenis kelamin, pada dewasa laki-laki lebih sering dibandingkan perempuan yaitu sekita 8:1. Prevalensi OSA lebih rendah lagi pada wanita sebelum masa menopause dan wanita menopause yang mendapat terapi hormonal. OSAS lebih sering terjadi pada orang dewasa disbanding anak-anak. Sekitar 7-9% anak-anak pra sekolah dan anak-anak usia sekolah mendengkur karena kebiasaan. Gangguan pernafasan selama tidur didapat sekitar 0,7-10,13% dari anak-anak berusia 4-5 tahun. Kejadian OSAS terjadi pada semua umur termasuk neonatus. Insiden tertinggi terjadi antara umur 3-6 tahun karena pada masa ini sering terjadi hipertrofi tonsil dan adenoid. Selain itu dapat juga diakibatkan kelainan struktur kraniofasial seperti pada sindrom Pierre Robin dan Down. (Saragih) 2.2 Patogenesis Faring adalah struktur yang sangat lentur. Pada saat inspirasi, otot-otot dilator faring berkontraksi 50 mili-detik sebelum kontraksi otot pernafasan sehingga lumen faring tidak kolaps akibat tekanan intrafaring yang negatif oleh karena kontraksi otot dinding dada dan diafragma. Pada waktu tidur aktivitas otot dilator faring relatif relaksasi sehingga ada kecenderungan lumen faring menyempit pada saat inspirasi. Hal ini terjadi hanya pada sebagian orang, terutama berhubungan dengan ukuran faring dan faktor-faktor yang menjadikan faring lebih sempit atau menutup pada waktu tidur. Faktor yang paling berperan adalah obesitas, pembesaran tonsil, posisi relatif rahang atas dan bawah. Suara mendengkur timbul akibat turbulensi aliran udara pada saluran nafas atas akibat sumbatan. Tempat terjadinya sumbatan biasanya di basis lidah atau palatum. Sumbatan terjadi akibat kegagalan otot-otot dilator saluran nafas atas menstabilkan jalan nafas pada waktu tidur di mana otot-otot faring berelaksasi, lidah dan palatum jatuh ke belakang sehingga terjadi obstruksi.

Obstructive Sleep Apnoea (OSA) ditandai dengan kolaps berulang dari saluran nafas atas baik komplet atau parsial selama tidur. Akibatnya aliran udara pernafasan berkurang (hipopnea) atau terhenti (apnea) sehingga terjadi desaturasi oksigen (hipoksemia) dan penderita berkali-kali terjaga (arousal). Kadang-kadang penderita benar-benar terbangun pada saat apnea di mana mereka merasa tercekik. Lebih sering penderita tidak sampai terbangun tetapi terjadi partial arousal yang berulang, berakibat pada berkurangnya tidur dalam atau tidur gelombang lambat. Keadaan ini menyebabkan penderita mengantuk pada siang hari, kurang perhatian, konsentrasi dan ingatan terganggu. (saragih) Patogenesis OSAS pada anak belum banyak diketahui, biasanya terjadi jika didapatkan gangguan antara faktor yang mempertahankan patensi saluran nafas dan komponen jalan nafas bagian atas (misalnya ukuran anatomis) yang menyebabkan kolapsnya jalan nafas. Faktor-faktor yang memelihara patensi saluran nafas adalah respons pusat ventilasi terhadap hipoksia, hiperkapnia, dan sumbatan jalan nafas; efek pusat rangsangan dalam meningkatkan tonus neuromuskular jalan nafas bagian atas; dan efek dari keadaan tidur dan terbangun.(Bambang) 2.3 Faktor Risiko Faktor Risiko Faktor risiko terjadinya OSAS pada anak antara lain sebagai akibat hipertrofi adenoid dan tonsil, dispro-porsi kraniofasial, obesitas. 1-4 Hipertrofi adenoid dan tonsil merupakan keadaan yang paling sering menyebabkan OSAS pada anak. Ukuran adenoid dan tonsil tidak berbanding lurus dengan berat ringannya OSAS. Terdapat anak dengan hipertrofi adenoid yang cukup besar, namun OSAS yang terjadi masih ringan, anak lain dengan pembesaran adenoid ringan

menunjukkan gejala OSAS yang cukup berat. Hipertrofi adenoid dan tonsil dapat juga menyebabkan penyulit pada anak dengan kelainan dasar tulang. Walaupun pada sebagian besar anak OSAS membaik setelah dilakukan adenotonsilektomi, namun sebagian kecil akan menetap setelah dioperasi. Pada suatu penelitian sebagian kecil anak dengan OSAS yang telah berhasil diatasi dengan operasi adenotonsilektomi kemudian mengalami rekurensi gejalanya selama masa remaja. 2,3 Anak dengan anomali kraniofasial yang mengalami penyempitan struktur saluran nafas yang nyata (mikrognasi dan midface hypoplasia) akan mengalami OSAS. Pada anak dengan disproporsi kraniofasial dapat menyebabkan sumbatan saluran nafas meskipun tanpa disertai hipertrofi adenoid. 1,4,10 Salah satu penyebab OSAS yang lain adalah obesitas. Pada dewasa obesitas merupakan penyebab utama OSAS sedangkan pada anak obesitas bukan sebagai penyebab utama. Mekanisme terjadinya OSAS pada obesitas karena terdapat penyempitan saluran

nafas bagian atas akibat penimbunan jaringan lemak di dalam otot dan jaringan lunak di sekitar saluran nafas, maupun kompresi eksternal leher dan rahang. 2,4,11,12 Penentuan obesitas dapat dilakukan dengan cara menghitung body mass index (BMI) dan pengukuran lingkar leher. Untuk penentuan OSAS, yang lebih berperan adalah lingkar leher dibandingkan dengan BMI. 12 Telah diketahui bahwa lingkar leher yang besar atau obesitas pada daerah atas berhubungan dengan peningkatan penyakit kardiovaskular, demikian pula diduga berhubungan dengan mendengkur dan OSAS. Diduga bahwa penumpukan lemak pada daerah leher dapat membuat saluran nafas atas menjadi

Anda mungkin juga menyukai