Anda di halaman 1dari 95

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Posted on Juli 16, 2008 by kuliahbidan TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir (3).

2.2 Epidemiologi Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosioekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram (4). BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan
(1,2)

. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu

daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% (2,3). 2.3 Etiologi Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR (3). (1) Faktor ibu

a. Penyakit Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain b. Komplikasi pada kehamilan. Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm. c. Usia Ibu dan paritas Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia <> d. Faktor kebiasaan ibu Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika. (2) Faktor Janin Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom. (3) Faktor Lingkungan Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosioekonomi dan paparan zat-zat racun (4,7). 2.4 Komplikasi Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain (8): Hipotermia Hipoglikemia

Gangguan cairan dan elektrolit Hiperbilirubinemia Sindroma gawat nafas Paten duktus arteriosus Infeksi Perdarahan intraventrikuler Apnea of Prematurity Anemia Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) antara lain (3,8): Gangguan perkembangan Gangguan pertumbuhan Gangguan penglihatan (Retinopati) Gangguan pendengaran Penyakit paru kronis Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit Kenaikan frekuensi kelainan bawaan 2.5 Diagnosis

Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka waktu <> dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
(8)

2.5.1 Anamnesis Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR (3): Umur ibu Riwayat hari pertama haid terakir Riwayat persalinan sebelumnya Paritas, jarak kelahiran sebelumnya Kenaikan berat badan selama hamil Aktivitas Penyakit yang diderita selama hamil Obat-obatan yang diminum selama hamil 2.5.2 Pemeriksaan Fisik Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain (3): Berat badan <> Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan). 2.5.3 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain (3): Pemeriksaan skor ballard Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan <> 2.6 Penatalaksanaan/ terapi 2.6.1 Medikamentosa Pemberian vitamin K1 (3): Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu) 2.6.2 Diatetik Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama (6):

Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu. Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut (3): a. Berat lahir 1750 2500 gram - Bayi Sehat Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu. Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum. - Bayi Sakit Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat. Apabila bayi memerlukan cairan intravena: Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu.

Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung : o Berikan cairan IV dan ASI menurut umur o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak. b. Berat lahir 1500-1749 gram - Bayi Sehat Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung. - Bayi Sakit Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan IV secara perlahan. Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum. Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung. c. Berat lahir 1250-1499 gram - Bayi Sehat Beri ASI peras melalui pipa lambung Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung. - Bayi Sakit Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama. Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan intravena secara perlahan.

Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung. d. Berat lahir <>tidak tergantung kondisi) Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian cairan intravena secara perlahan. Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung. 2.6.3 Suportif Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal (3): Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin Ukur suhu tubuh dengan berkala

Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah : Jaga dan pantau patensi jalan nafas Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia) Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui. 2.7 Pemantauan (Monitoring) 2.7.1 Pemantauan saat dirawat a. Terapi Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu b. Tumbuh kembang Pantau berat badan bayi secara periodik Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk bayi dengan berat lair 1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500> Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari : - Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari

- Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari - Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari - Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu. 2.7.2 Pemantauan setelah pulang Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut (3,4): Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan. Hitung umur koreksi Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala. Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST) Awasi adanya kelainan bawaan 2.8 Pencegahan Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan (3): 1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu

2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik 3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun) 4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/bayi-berat-lahir-rendah-bblr/

PERMASALAHAN BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

Aug 19, '07 4:20 PM for everyone

PERMASALAHAN

A PENDAHULUAH Berat bayi saat lahir :

1. indikator kesehatan maternal 2. prediktor pertumbuhan bayi 3. daya tahan hidup bayi
BBLR : semua bayi dengan BBL < 2500 gr Resiko kesakitan, resiko kematian cukup tinggi oleh karena :

1. gangguan pertumbuhan 2. imaturitas organ


Insiden BBLR : 15,5 17 % dari kelahiran hidup 95 % di negara sedang berkembang 30 40 %

disebabkan KMK Penyebab utama kematian

1. afiksia 2. sindroma gangguan pernapasan 3. infeksi 4. komplikasi hipotermia


BBLR terdiri dari 2 kategori

1. BKB UK < 37 minggu : makin kecil umur kehamilan makin kurang perkembangan organ2 2. KMK BB lahir < BB lahir umur kehamilan tetentu : < persentil 10 dari berat spesifik
berdasarkan umur kehamilan BBLR dapat di klasifikasikan sbb berdasarkan BB lahir : 1. BBLR : BBL < 2500 gr 2. BBLSR : BB 1000 1500 gr 3. BBLASR : BB < 1000 gr Berdasarkan umur kehamilan :

1. kurang bulan / pretem / prematur UK < 37 mgg 2. cukup bulan / full term / Aterm UK 37 42 mgg 3. lebih bulasn atau post term / serotinus UK > 42 mgg.
Penyebab faktor janin gawat janin kehamilan multipel kelainan kromosom infeksi faktor plasenta previa

plasenta previa abrupsio plasenta difungsi plasenta faktor lahir inkompetensi serviks faktor ibu polihidramnion Infeksi Hipertensi Penyakit kronis ( jantung, ginjal dsb) Malnutrisi, anemia Perokok, alkohol, norkotika Dan banyak faktor lain

B. KEMUNGKINAN PENYAKIT PADA BBLR o bayi prematur

gangguan pernapasan idiopatik oleh karena : surfaktan kurang sehingga olveoli colaps, imaturitas organ paru pnemonia aspirasi perdarahan intraventrikuler fibrosi pada retina hiperbilirubin o Bayi KMK aspirasi meconeum pneumotorak kadar Hb. Meningkat ol : hipoksi kronis dalam uterus hipoglikemia afiksia, perdarahan baru masif hipotermia infeksi sepsis

C. PENATALAKSANAAN PROBLEM PADA BBLR YAITU :

bentuk tubuh

1. permukaan tubuh relatif lebih luas sehingga BBLR banyak kehilangan panas dan cairan
melalui kulit]

2. prinsip pencegahan hipotermia


tunda memandikan bayi pakai minyak kelapa tempatkan pada inkubator atau cfies hangat perhatika status cairan bila perlu pasang infus bungkus bayi dengan slimut metode kanguru bila pwerlu O2

3. Nutrisi 1. minum pada bayi prematur


pada 2 jam I. beri asi (coba Dex . 5 %) untuk cegah turunnya BB > 10 % asi diberiakn dengan pipet / sendok sedikit2 susu yang mengandung lemak (mudah cernak) frekuensi pemberian 3 jam sekali

2. pada bayi KMK


refleks hisap sdh. Membaik enzim pencernaan > aktif cadangan glikogen sedikit mudah hipoglikemia pemberian cairan parenteral terus s/d enteral tercukupi

D. TEKNI PEMBERIAN MINUM PADA BBLR miring kekanan duduk, kepela dan bahu 30 derajat Kehangatan bayi cukup Perhatikan K/U bayi : biru, perut kembung, gangguan nafas Pengamatan setelah minum Minum sedikit2 penambahan susu tidak > 5 cc Setelah minum letakan bayi posisi duduk

E. PEMANTAUAN

1. Muntah : penyebabnya regurgitasi (belum menerima formula. Tindakan kurangi


pemberian formula

2. Distensi : tertelan udara yang berlebihan. Tindakan puasakan K/P pasang NGT,
observasi F. MASALAH MASALAH YANG TERJADI PADA PREMATUR mudah kehilangan panas, mudah dehidrasi (betuk tubuh) mudah kedinginan lemak subcutan masih tipis perdarahan otak : sestim syaraf otak belum matang (pmb. Darah rapuh) hiperbilirubinnemia : sestimenzim hati belum sempurna sering terjadi serangan apneu : karena adanya sumbatan secret pada jalan nafas (reflek sehingga mudah terjadi aspirasi pneumonia) RDS (Respratory Distress Syndroma) yang ditandai dengan sianosi, tangisan, merintih, sesak nafas Adanya rektrasi dada saat bernafas, RDS timbul beberapa jam setelah lahir/timbul segera setelah lahir dan keadaan semakin buruk. Penyakit ini diderita terutamu pada bayi U.K < 34 mgg. Hal ini karena surfaktan belum cukup terbentuk G. FAKTOR RESIKO YANG BERKAITAN DENGA PERSALINAN PREMATUR riwayat partus prematur / abortus, factor saosial seperti social ekonomi, usia ibu (< 20 atau > 40 tahun), ibu pencandu rokok, narkotik, alcohol, penyakit infeksi pada ibu, kehamilan ganda H. DYSMATUR/SMAL FOR DATE/SMAL FOR GESTASIONAL/KMK Adalah bayi lahir dengan BBL < BB seharusnya untuk masa kehamilan, hal ini karena mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan KM K Karatekristik : o o Bentuk tubuh sama dengan premature, untuk itu memiliki persoalan pada keseimbangan tubuh dan cadangan makanan kurang Fungsi organ tubuh : bayi inim emiliki sifat/fungsi organ sesuaia dengan umur kehamilannya jadi miskipun BB rendah tetapi fungsi organ tubuhny sudah matang

Etiologi

Penyebab bayi dismatur sering tidak diketahui pasti, tetapi kemungkinan : Kelainan kromosom Infeksi intra uterin seperti toxoplasma, rubella Penyakit ibu yang mengganggunutrisi janin?mengganggu sirkulasi uteroplasenta al : preeklamsi, hipertensi, DM, gangguan ginjal

I.

ASUHAN KEPERAWATAN ATAU KEBIDINAN Pengkajian Pada anamnesa : Masa gestasi < sembilan bulan BBL < 2500 gr Pemeriksaan fisik : keadaan umum : baik, lemah, tangisan kuat/lemah, merintih TTV : suhu normal (36,5 C 37,5 CC RR (40 60 X/menit) N (120 160 X/menit) Luas pemukaan tubuh relatif > BB-nya Jaringan lemak subcutan Reflek : hisap / menelan serta reflek lainnya koordinasinya baik / kurang Bati dalam keadaan stabil / keadaan patologisnya teratasi/belum

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan termoregulasi B/D pusat pengaturan tubuh belum sempurna 2. gangguan pernapasan B/D imaturasi organ paru 3. resiko hipotermi/hipoglikemia B/D cadangan lemak bawah kulit kurang 4. cemas keluarga B/D kurang pengetahuan perawatan BBLR
K. PREMATUR MURNI Adalah neonatus dengan usia kehamilan < 37 mmg BB sesuai usia kehamilan, desebut juga neonatus preterm/BBLR

L. KARAKTERISTIK : TANDA TANDA

1. BB < 2500 gr, PB < 45 cm, lingkar kepala < 33 cm, lingkaran dada < 30 cm 2. masa gestasi < 37 mmg. Gerakan kurang aktif, otot masih hipotinus 3. kepala > besar dari badan, rambut tipis, halus, UUB satural lebar 4. telingan elastis, dqaun telinga menetes pada kepala 5. pernapasan belum teratur dan sering mengalami apneu 6. putting susu belum terbentuk dengan sempurna 7. kulit tipis transpara, lanugo banyak terutama si dahi, pelipis dan lengan 8. lemak subcutan kurang 9. genetalia belu sempurna : pada laki2 testis belum turun, pada wanita labia mayora belum
terbentuk

10. reflek hisap dan menelan serta reflek batuk masih lemaH
Disusun Oleh : Jovanrius Dac'hi Nim : 05 . 096

http://jovandc.multiply.com/journal/item/4

12 Januari 2008
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN BBLR 1. Definisi BBLR adalah bayi baru lahir dengan BB 2500 gram/ lebih rendah (WHO 1961) Klasifikasi BBLR Prematuritas murni Masa Gestasi kurang dari 37 minggu dan Bbnya sesuai dengan masa gestasi. Dismaturitas

BB bayi yang kurang dari BB seharusnya, tidak sesuai dengan masa gestasinya. 2. Etiologi a. Faktor ibu Faktor penyakit (toksemia gravidarum, trauma fisik dll) Faktor usia Keadaan sosial b. Faktor janin Hydroamnion Kehamilan multiple/ganda Kelainan kromosom c. Faktor Lingkungan Tempat tinggal didataran tinggi Radiasi Zat-zat beracun 3. Patofisiologi? 4. Gejala Klinis BB <> Pb <> Lingkar dada <>

Lingkar kepala <> 5. Pem. Penunjang Analisa gas darah 6. Komplikasi RDS Aspiksia 7. Penatalaksanaan medis Pemberian vitamin K Pemberian O2 8. Askep Pengkajian Tanda-tanda anatomis Kulit keriput, tipis, penuh lanugo pada dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak jaringan sedikit (tipis). Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari Pada bayi laki-laki testis belum turun. Pada bayi perempuan labia mayora lebih menonjol. Tanda fisiologis Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar bayi tidak menangis, bayi lebih banyak tidur dan lebih malas. Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi.

Penyebabnya adalah : o Pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna. o Kurangnya lemak pada jaringan subcutan akibatnya mempercepat terjadinya perubahan suhu. o Kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas berkurang. 9. Diagnosa Keperawatan 1. Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neuromuskuler. 2. Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu tubuh dan berkurangnya lemak sub cutan didalam tubuh. 3. Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi). 4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna). 5. Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi. 6. Kecemasan orang tua b.d situasi krisis, kurang pengetahuan. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN No. Diagnosa Keperawatan Perencanaan

Tujuan
1. Tidak efektifnya Pola nafas efektif . pola nafas b.d imaturitas fungsi Kriteria Hasil : paru dn neuro RR 30-60 x/mnt muscular Sianosis (-) Sesak (-) Ronchi (-) Whezing (-) 1. Observasi pola Nafas. 2. Observasi frekuensi dan bunyi nafas 3. Observasi adanya sianosis. 4. Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah. 5. Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi. 6. Beri O2 sesuai program dokter 7. Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2.

8. Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien. 9. Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya. Observasi tanda-tanda vital. Tempatkan bayi pada incubator. Awasi dan atur control temperature dalam incubator sesuai kebutuhan. Monitor tanda-tanda Hipertermi. Hindari bayi dari pengaruh yang dapat menurunkan suhu tubuh. Ganti pakaian setiap basah. Observasi adanya sianosis. Kaji tanda-tanda infeksi. Isolasi bayi dengan bayi lain Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi. Gunakan masker setiap kontak dengan bayi. Tidak ada tanda-tanda infeksi. Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi. Pastikan semua perawatan yang kontak dengan bayi dalam keadaan bersih/steril. Kolaborasi dengan dokter. Berikan antibiotic sesuai program. Observasi intake dan output. Observasi reflek hisap dan menelan. Beri minum sesuai program Pasang NGT bila reflek menghisap dan menelan tidak ada.

Tidak efektifnya Suhu tubuh termoregulasi kembali normal. b.d imaturitas control dan Kriteria Hasil : pengatur suhu Suhu 36-37 C. dan berkurangnya lemak subcutan Kulit hangat. didalam tubuh. Sianosis (-) Ekstremitas hangat.

3.

Resiko infeksi b.d Infeksi tidak defisiensi terjadi. pertahanan Kriteria Hasil : tubuh (imunologi) Suhu 36-37 C

Leukosit 5.000 10.000

4.

Resiko gangguan Nutrisi terpenuhi nutrisi kurang setelah dari kebutuhan Kriteria hasil : b.d ketidakmampuan mencerna nutrisi Reflek hisap dan menelan baik (Imaturitas saluran cerna)

Muntah (-) Kembung (-) BAB lancar Berat badan meningkat 15 gr/hr

Monitor tanda-tanda intoleransi terhadap nutrisi parenteral. Kaji kesiapan untuk pemberian nutrisi enteral Kaji kesiapan ibu untuk menyusu. Timbang BB setiap hari.

Turgor elastis. Resiko gangguan Gangguan integritas kulit integritas kulit b.d tipisnya tidak terjadi jaringan kulit, Kriteria hasil : imobilisasi. Suhu 36,5-37 C Tidak ada lecet atau kemerahan pada kulit. Tanda-tanda infeksi (-)

Observasi vital sign. Observasi tekstur dan warna kulit. Lakukan tindakan secara aseptic dan antiseptic. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi. Jaga kebersihan kulit bayi. Ganti pakaian setiap basah. Jaga kebersihan tempat tidur. Lakukan mobilisasi tiap 2 jam. Monitor suhu dalam incubator. Kaji tingkat pengetahuan orang tua Beri penjelasan tentang keadaan bayinya. Libatkan keluarga dalam perawatan bayinya. Berikan support dan reinforcement atas apa yang dapat dicapai oleh orang tua. Latih orang tua tentang cara-cara perawatan bayi dirumah sebelum bayi pulang.

6.

Kecemasan orang Cemas berkurang tua b.d kurang Kriteria hasil : pengetahuan orang tua dan Orang tua tampak kondisi krisis. tenang Orang tua tidak bertanya-tanya lagi. Orang tua berpartisipasi dalam proses perawatan.

Diposkan oleh Ncithea hari : Sabtu, Januari 12, 2008 http://askep.blogspot.com/2008/01/asuhan-keperawatan.html

What is BBLR? BBLR atau Bayi berat lahir rendah ialah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Sedangkan berat lahir ialah, berat yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Penyebab terbanyak BBLR ialah kelahiran prematur. Faktor yang mempengaruhi a.l faktor ibu [umur ibu dan paritas[angka melahirkan]], faktor plasenta [penyakit vaskular, kehamilan kembar] serta faktor janin sendiri. Gimana penanganannya? Secara supportif : 1. Jaga dan pantau kehangatan 2. Jaga dan pantau jalan nafas 3. Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit 4. Bila terjadi penyulit, segera kelola sesuai dengan penyulit yang timbul [misal hipotermia, kejang, gangguan pernapasan, hiperbilirubinemia, etc] 5. Berikan edukasi pada ibu serta keluarga well, bayi tadi kan beratnya cuman 1000 g [very2 small... beneran ukuran tubuh sebotol], trus lihat perbandingannya dengan sesama BBLR [bayi yang disampingnya itu BBLR juga tapi dengan berat 2000 gram], jauh banget yahhh... padahal incu-mate nya itu juga sama2 BBLR lhoh. Apalagi klo dibandingin ma bayi yang berat lahirnya normal [3000 gram an gitu], David n Goliath... Bayi ini sempet jelek, sempet apneu gitu [gangguan napas], but finally... he recover well... cuman ditempatin di incubator aja, bahkan tanpa selang infus]. Look at the baby, kulitnya dah merah semua [tanda klo perfusi darahnya bagus], i bet he can survive!]. Banzai baby boy!!... *** Tapi kemaren gw juga punya sad story. Sebenere dalam incubator diatas kemaren tuh ada 3 bayi, see the picture above, yang kiri tuh sebenere punya kembaran [cowok,2100 gram], tapi somehow kemaren langsung jelek, kulitnya jaundice [hiperbilirubinemia], sempet keluar darah dari hidung, n sempet apneu [of coz lah... darahnya nyumbat saluran nafas], telapak kakinya udah biru gitu, walau detak jantungnya amsih lumayan kuat Jam 10, langsung gw masukin ICU. Edukasi bentar ma keluarga n prepared them that this baby seems wont survive. Sampe diICU langsung mu di RJP [plus langsung injeksi Meylon ma DExa],pas mu di-kompresi, eh keluar

darah dari mulut dan hidung, Stress ulcer-kah?? langsung deh di-suction [darahnya dihisap], tapi tetep aja ngalir. Akhire nyoba pasang NGT, dipasang NGT pun cuman isa ngalir bentar. AKhire suction mulu, keluar darah banyak banget [kesian banget deh baby-na ini...], definitely, apneu-nya karena kesumbat ma stool cell ini... Akhire kita nyoba pertahanin baby ini dengan bagging-suction-n injeksi obat. Bolak-balik gw instruksi epinefrin ma dexa. bayi ini semangat hidupnya tinggi juga lhoh, kadang Heart rate-nya udah 20 [normalnya 100 an gtu], dan kita udah hopeless, eh tiba2 naik lagi ajdi 70-80. Tapi tetep aja dia ga mau nafas spontan. Dan kadang klo dirangsang sentuhan, dia mau gerak. Dan anehnya Sp O2 [saturasi pertukaran Oksigen] dia isa 98-100% [gw curiga alatnya yang error hehe] Gw tungguin ampe jam 2 siang trus gw pulang [jam kerjanya ampe jam 2], dan bayi itu masih bertahan hidup [mbak perawatnya yang capek mbagging euy]. Trus malemnya kebetulan gw jaga lagi, trus gw mampir ICU [pengen liat the baby]. Eh... innalillahi.. Baby-nya akhirnya passed away jam 3 siang. Hu hu hu hu... Poor baby... sampe sekarang gw ga tau apa penyebabnya... internal bleedingnya itu lhoh... dunno... Pffuhhh... http://luluch.blogspot.com/2007/06/bblr-bayi-berat-lahir-rendah.html

ASUHAN KEPERAWATAN BBLR OLEH : IIP ARIF BUDIMAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian perinatal neonatal karena masih banyak bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir rendah. (Mochtar, 1998 ). Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby ( bayi dengan berat lahir rendah = BBLR ), karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gr pada waktu lahir bukan bayi premature. Menurut data angka kaejadian BBLR di Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1986 adalah 24 %. Angka kematian perinatal di rumah sakit dan tahun yang sama adalah 70 % dan 73 % dari seluruh kematian di sebabkan oleh BBLR ( Prawirohardjo, 2005 ) Melihat dari kejadian terdahulu BBLR sudah seharusnya menjadi perhatian yang mutlak terhadap para ibu yang mengalamai kehamilan yang beresiko karena dilihat dari frekuensi BBLR di Negara maju berkisar antara 3,6 10,8 %, di Negara berkembang berkisar antara 10 43 %.

Dapat di dibandingkan dengan rasio antara Negara maju dan Negara berkembang adalah 1 : 4 ( Mochtar, 1998 ). Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental. Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadangkadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah, dan gangguan lainnya. Tabel.1 Jumlah kelahiran di Rumah Sakit Kardinah per tahun 2008 sampai dengan bulan September 2008 Jumlah Kelahiran Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Jumlah Hidup 201 218 266 685 Mati 4 7 8 19 Jumlah 704 Sumber : Data MedRec RSUD Kardinah Tegal Tahun 2008 Tabel. 2 Jumlah bayi yang di rawat di ruang Peristi per 3 bulan sampai bulan September 2008 Kasus Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Jumlah Asfiksia 3 7 13 23 BBLR 32 30 36 98 BBLSR 2 8 10 20 Kelainan kongenital 1 - - Kelainan Mongolisme 2 - - Kejang - - - Kelainan Lain - 2 - 2 Jumlah 143 Sumber : Data MedRec RSUD Kardinah Tegal Tahun 2008 Berdasarkan latar belakang di atas maka diambilah salah satu kasus untuk pembuatan Asuhan Keperawatan pada By. Y. dengan BBLSR dengan diagnosa Asfiksia di Ruang Perinatologi (Dahlia) RSUD Kardinah Kota Tegal Tahun 2008. 1.1 TUJUAN PENULISAN Adapun yang menjadi tujuan penulisan adalah: 1. Untuk mengetahui pengertian BBLSR dengan kasus asfiksia. 2. Untuk mengetahui penyebab BBLSR dengan kasus asfiksia. 3. Untuk mengetahui komplikasi yang ditimbulkan oleh BBLSR pada Neonatus dan juga perjalanan penyakit tersebut. 4. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan dan perawatan pada bayi BBLSR dengan asfiksia. 5. Untuk memenuhi tugas praktek Program Profesi Ners Stase Keperawatan Maternitas. 1.2 MANFAAT PENULISAN Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa dalam penetalaksanaan bayi BBLSR dengan asfiksia pada Neonatus. 2. Sebagai sumber referensi untuk kemajuan perkembangan ilmu Keperawatan, khususnya Keperawatan bayi baru lahir. I.3 METODE PENULISAN Metode Penulisan yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Observasi, yaitu mengamati secara langsung keadaan klien melalui pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. 2. Wawancara, Yaitu merupakan cara pengumpulan data melalui komunikasi secara lisan baik langsung dengan klien maupun dengan keluarga klien. 3. Dokumentasi, yaitu dengan membaca dan mempelajari status klien, baik data perawatan, buku laporan yang ada diruangan. 4. Studi literatur, yaitu mengambil referensi dari berbagai literatur guna mendapatkan keterangan dan dasar teoritis yang berkenaan dengan kasus atau masalah yang timbul. BAB II TINJAUAN TEORITIS A. PENGERTIAN Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah ( WHO, 1961 ). Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr sampai dengan 2499 gr. Menurut Hanifa Wiknjosastro (2002) asfiksia neonatorum didefinisikan sebagai keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan dimana saat bayi lahir mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2 (Markum, 2000). Asfiksia adalah kurangnya oksigen dalam darah dan meningkatnya kadar karbon dioksida dalam darah serta jaringan (Kamus saku kep. Edisi 22). Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Medicine and linux.com). B. Etiologi BBLR dan Asfiksia 1. Etiologi BBLR a. Faktor ibu (resti). b. faktor penyakit (toksimia gravidarum, trauma fisik). c. faktor usia : < 20 tahun. d. faktor ibu : riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan ante partum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma dan lain-lain. e. Faktor janin : cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini. f. Keadaan sosial ekonomi yang rendah. g. Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan, merokok.

2. Etiologi Asfiksia Etiologi secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir, penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari : 1. Faktor Ibu a. Hipoksia ibu Oksigenasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi selama anestesi, penyakit jantung sianosis, gagal pernafasan, keracunan karbon monoksida, tekanan darah ibu yang rendah. b. Gangguan aliran darah uterus Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan pada : Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat. Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan. Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain. 2. Faktor plasenta Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. .Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya: Plasenta tipis Plasenta kecil Plasenta tak menempel Solusio plasenta Perdarahan plasenta 3. Faktor fetus Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pcmbuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir dan lain-lain. 4. Faktor Neonatus Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi karena : Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial. Kelainan konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika atresia / stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain. 5. Faktor persalinan Partus lama Partus tindakan (Medicine and linux.com DAN Pediatric.com) C. PATOFISIOLOGI Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi Primary gasping yang kemudian akan berlanjut

dengan pernafasan. Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah. Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya (Medicine and linux.com) D. KLASIFIKASI KLINIK NILAI APGAR DAN BBLR : 1. Klasifikasi Asfiksia a. Asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3) Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali. Karena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus bikarbonat 7,5% dengan dosis 2,4 ml per kg berat badan, dan cairan glucose 40%1-2 ml/kg berat badan, diberikan via vena umbilikalis. b. Asfiksia sedang (APGAR 4-6) Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas kembali. c. Bayi normal atau asfiksia ringan ( nilai APGAR 7-9). d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10 Asfiksia berat dengan henti jantung, dengan keadaan bunyi jantung menghilang setelah lahir, pemeriksaan fisik yang lain sama dengan asfiksia berat. Pediatric.com 2. Klasifikasi BBLR Primaturitas murni. a. Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan masa gestasi. b. Dismaturitas. c. BB bayi yang kurang dari berat badan seharusnya, tidak sesuai dengan masa gestasinya. d. BBLR dibedakan menjadi : BBLR : berat badan lahir 1800-2500 gram BBLSR : berat badan lahir < 1500 gram BBLER : berat badan lahir ekstra rendah < 1000 gr

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 ). 2. Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot dan reflek). 3. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi. 4. Pengkajian spesifik/ 5. Pemeriksaan fungsi paru/ 6. Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler/ (Pediatric.com) F. MANIFESTASI KLINIS Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan tanda: - DJJ lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur - Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala - Apnea - Pucat - Sianosis - Penurunan terhadap stimulus. (Medicine and linux.com) G. PENATALAKSANAAN KLINIS 1. Tindakan Umum a. Bersihkan jalan nafas. Kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah mengalir, bila perlu digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari saluran nafas yang lebih dalam.Saluran nafas atas dibersihkan dari lendir dan cairan amnion dengan pengisap lendir, tindakan ini dilakukan dengan hati- hati tidak perlu tergesa- gesa atau kasar. Penghisapan yang dilakukan dengan ceroboh akan timbul penyulit seperti: spasme laring, kolap paru, kerusakan sel mukosa jalan nafas. Pada asfiksia berat dilakukan resusitasi kardiopulmonal. b. Rangsang reflek pernafasan. Dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan tanda achiles. Bayi yang tidak memperlihatkan usaha bernafas selama 20 detik setelah lahir dianggap telah menderita depresi pernafasan. Dalam hal ini rangsangan terhadap bayi harus segera dilakukan. Pengaliran O2 yang cepat kedalam mukosa hidung dapat pula merangsang reflek pernafasan yang sensitive dalam mukosa hidung dan faring. Bila cara ini tidak berhasil dapat dilakukan dengan memberikan rangsangan nyeri dengan memukul kedua telapak kaki bayi. c. Mempertahankan suhu tubuh. Pertahankan suhu tubuh agar bayi tidak kedinginan, karena hal ini akan memperburuk keadaan asfiksia.Bayi baru lahir secara relative banyak kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh akan mempertinggi metabolisme sel sehingga kebutuhabn oksigen meningkat. Perlu diperhatikan agar bayi mendapat lingkungan yang hangat segera setelah lahir. Jangan biarkan bayi kedinginan (membungkus bayi dengan kain kering dan hangat), Badan bayi harus dalam keadaan kering, jangan memandikan bayi dengan air dingin, gunakan minyak atau baby oil untuk membersihkan tubuh bayi. Kepala ditutup dengan kain atau topi kepala yang terbuat dari plastik (Medicine and linux.com DAN Pediatric.com).

2. Tindakan khusus a. Asfiksia berat Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal. dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2 yang diberikan tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan message jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum 80 100 x/menit. b. Asfiksia sedang/ringan Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60 detik. Bila gagal lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi ektensi maksimal beri O2 1-2 1/mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atasbawah secara teratur 20 x/menit Penghisapan cairan lambung untuk mencegah regurgitasi (Medicine and linux.com). H. THERAPI CAIRAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA 1. Tujuan Pemberian Cairan untuk Bayi Baru Lahir dengan asfiksia a. Mengembalikan dan mempertahankanKeseimbangan airan b. Memberikan obat obatan c. Memberikan nutrisi parenteral 2. Keuntungan dan kerugian therapy Cairan Keuntungan : a. Efek therapy segera tercapai karena penghantaran obat ketempat target berlangsung cepat b. Absorbsi total, memungkinkan dosis obat lebih tepat dan therapy lebih dapat diandalkan c. Kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek therapy dapat dipertahankan maupun dimodifikasi d. Ras sakit dan iritasi obat- obat tertentu jika diberikan intramuscular dan subkutan dapat dihindari e. Sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorpsi dengan rute lain karena molekul yang besar, iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus gastrointestinal. Kerugian : 1. Resiko toksisitas/anapilaktik dan sensitivitas tinggi 2. Komplikasi tambahan dapat timbul : Kontaminasi mikroba melalui sirkulasi Iritasi vaskuler ( spt phlebitis ) Inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan. 3. Peran Perawat terhadap Therapi Cairan pada bayi baru lahir dengan asfiksia 1. Memastikan tidak ada kesalahan maupun kontaminasi cairan infuse maupun kemasannya. 2. Memastikan cairan infuse diberikan secara benar (pasien, jenis cairan, dosis, cara pemberian dan waktu pemberian) 3. Memeriksa kepatenan tempat insersi 4. Monitor daerah insersi terhadap kelainan 5. Mengatur kecepatan tetesan sesuai dengan program 6. Monitor kondisi dan reaksi pasien BAB III TINJAUAN KASUS PENGKAJIAN

1. Pengumpulan Data a. Identitas klien Nama : By. Y Usia : 7 hari Jenis Kelamin : Perempuan Ruang/kamar : Peristi/Dahlia No. Reg : 407221 Diagnosa medik : BBLSR dengan Asfiksia Berat Dr. penanggung jawab : dr. S Sp A Tanggal masuk : 5-12-2008 Pukul 07.15 WIB Tanggal pengkajian : 13-12-2008 Pukul 08.00 WIB Apgar skor : 3 (Asfiksia Berat) b. Identitas penanggung jawab Nama : Tn. A Umur : 35 tahun Pekerjaan : Wiraswasta Pendidikan : SMA Hub dengan klien : Anak Alamat rumah : Pecabean RT 04/01 Kec. Pangkah Kab. Tegal Masalah utama : Sesak nafas Riwayat Penyakit Sekarang : Pada saat dikaji tanggal 13 Desember 2008 Jam 08.00 Wib, bayi tampak sesak nafas dengan respirasi 76 x/menit. Sesak berkurang jika posisi bayi semi ekstensi dan terpasang O2 Sungkup 5 liter/menit ditandai dengan menurunnya retraksi rongga dada dan sesak tampak bertambah dengan posisi bayi fleksi ditandai dengan peningkatan PCH. Riwayat Penyakit Dahulu : Bayi lahir pada 5 12 2008 Pukul 07.15 WIB di Ruang Mawar RSUD Kardinah Tegal melalui persalinan spontan dengan gravidarum II, APGAR SCORE pada menit pertama 3, menit ke 5 nilainya 3 dan pada menit ke 10 nilainya 3, berat badan 1400 gram, panjang badan 38 cm dan air ketuban berwarna jernih. Dan ibu klien mengatakan riwayat kehamilan dan persalinan anak pertama prematur. Riwayat penyakit keluarga : Keluarga klien mengatakan bahwa keluarganya tidak mempunyai penyakit infeksi menular (Misalnya TB), penyakit kardiovaskuler (Hipertensi), dan penyakit keturunan (DM/Asma). Riwayat kehamilan persalinan sebelumnya adalah prematur dan tidak ada riwayat kehamilan gemeli (Kembar). Genogram Riwayat Psikologis : Keluarga klien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya, ekspresi wajah ayahnya tampak cemas, dan bertanya-tanya mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk bayinya di ruang perawatan. Data Sosial Ekonomi : Kepala keluarga adalah ayah klien, sekaligus penangung jawab perekonomian, keputusan diambil oleh ayah dan ibu klien secara musyawarah.

A. PENGKAJIAN FISIK : 1 Keadaan umum Keadaan umum : Klien tampak lemah Lingkar kepala : 26 cm Lingkar Dada : 28 cm Lingkar Perut : 25 cm Panjang Badan : 38 cm Berat badan lahir : 1400 gr BB saat dikaji : 1200 gr Lingkar lengan atas : 5 cm 2 Vital Sign P : 138 x/menit RR : 76 x/menit T : 39,1 0C 3 Kepala Bentuk kepala normochepal, rambut tipis lurus dengan warna rambut hitam, tidak terdapat benjolan, tidak ada lesi, keadaan sutura sagitalis datar, tidak ada nyeri tekan, terdapat lanugo disekitar wajah. 4 Mata Bentuk mata simetris, tidak terdapat kotoran, bulu mata belum tumbuh, sklera tidak ikterik. 5 Telinga Bentuk simetris, tidak terdapat serumen, tidak terdapat benjolan dan lesi, tulang telinga lunak, tulang kartilago tidak mudah membalik/lambat, terdapat lanugo 6 Hidung Bentuk hidung normal, PCH positif, terpasang O2 sungkup 5 liter/menit, terpasang NGT, keadaan hidung bersih, tidat terdapat polip dan benjolan. 7 Mulut Bentuk bibir simetris, tidak terdapat labio palato skizis, tidak terdapat stomatitis, mukosa bibir tampak pucat dan terdapat jamur sisa sisa pemberian PASI. 8 Dada Bentuk dada cekung, bersih, terdapat retraksi (pada dinding epigastrium), RR 76x/menit, suara nafas Vesikuler, Cor BJ I BJ II terdengar jelas, tidak terdapat bunyi jantung tambahan (BJ III), tidak terdapat kardiomegali, palpasi nadi radialis brakhialis dan karotis teraba lemah dan ireguler. 9 Punggung Keadaan punggung bersih, terdapat banyak lanugo, tidak terdapat tanda-tanda dekubitus/ infeksi. 10 Abdomen Bentuk abdomen datar, BU 10 x/menit, lingkar perut 25 cm, tidak terdapat hepatomegali, turgor kulit kurang elastis ditandai dengan kulit kembali ke bentuk semula lebih dari 2 detik. 11 Umbilikus Tidak ada kelainan dan tanda-tanda infeksi tali pusat, warna merah muda, bau tidak ada, tali pusat sudah terlepas. 12 Genitalia Labia mayor belum menutupi labia minor, Anus paten ditandai dengan bayi sudah BAB, mekoniun sudah keluar dan warna terlihat hitam dan konsistensi lembek.

13 Integumen Struktur kulit halus dan tipis, merah pucat (Pale Pink), lapisan lemak tipis pada jaringan kulit, keriput, tidak ada ruam merah (Skin rash). Lanugo tersebar diseluruh permukaan tubuh. 14 Tonus Otot Gerakan bayi kurang aktif, bayi bergerak apabila diberi rangsangan. 15 Ekstrimitas Atas : Bentuk simetris, jari-jari tangan lengkap, akral dingin tidak terdapat benjolan dan lesi. Bawah : Bentuk simetris, jari-jari kaki lengkap, akral dingin, terpasang IVFD D5 NS Mikro drip di kaki sebelah kanan dengan 10 tetes/menit, tidak terdapat benjolan dan lesi. Udema Sianosis 16 Refleks Moro : Moro ada ditandai dengan cara dikejutkan secara tiba-tiba dengan respon bayi terkejut tapi lemah (sedikit merespon) Menggenggam : Refleks genggam positif tetapi lemah ditandai dengan respon bayi menggenggam telunjuk pengkaji tetapi lemah. Menghisap : Menghisap lemah ditandai dengan bayi mau menghisap dot tetapi daya hisap masih lemah. Rooting : Rooting positif tapi masih lemah ditandai dengan kepala bayi mengikuti stimulus yang di tempelkan yang disentuhkan di daerah bibir bawah dagu hanya tetapi bayi hanya mengikuti setengah dari stimulus tersebut. Babynski : Refleks babinsky positif ditandai dengan semua jari hiper ekstensi dengan jempol kaki dorsi pleksi ketika diberikan stimulus dengan menggunakan ujung bolpoint pada telapak kaki. 17 Therapy Efotax 2 x 100 mg Antibiotik iv Gentamicine 3 x 5 mg Antibiotik iv Aminophiline 3 x 5 mg Bronkodilator iv Dexamethasone 3 x 1/3 ampul Kortikosteroid iv Sanmol 2 x 0.2 cc Antipiretik parenteral Sorbital 30 mg Antikompulsif iv (Jika perlu) IVFD D5 NS Mikro drip 9 tts/menit iv 18 Laboratorium WBC 10.0 103/mm3 4.0/11.0 103/mm3 HGB 13,3 g/dl 11.0/18.8 g/dl HCT 36,9 % 35.0/55.0 % PLT 235 103/mm3 150/400 103/mm3 MPV 107 Fl 6.0/10.0 Fl B. DATA IBU Nama : Ny. Y Usia : 32 tahun Pekerjaan : IRT Pendidikan : SMA Status Kehamilan : G2 P2 A0 usia kehamilan 29 minggu

HPHT : 10 Mei 2008 HPL : 17 Februari 2009 Riwayat Persalinan : Persalinan spontan, P2 A0 Riwayat Kesehatan : Kehamilan prematur kurang bulan Lama Persalinan : 8 jam 45 menit, Kala I : 7 jam, Kala II : 15 Menit, Kala III 30 menit, kala IV 1jam setelah plasenta lahir. Riwayat ANC : Trimester 1 : 1 kali di bidan Trimester 2 : 1 kali Trimester 3 (usia kehamilan 7 bulan ): 2 kali di bidan Obat obatan : Obat warung Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Masa Nifas dahulu No Jk Umur Usia kehamilan Penolong BBL Nifas Masalah Ket 1. 2 hari 28 minggu Bidan 1200 gr Normal 40 hari BBLSR Meninggal 2. 7 hari 29 minggu Bidan 1400 gr Normal BBLSR Hidup Riwayat menstruasi ibu : Haid pertama : 12 tahun Siklus : 28 hari teratur Volume/banyaknya : 2 x ganti balutan Lama haid : 5 hari C. ANALISA DATA No Data Fokus Etiologi Masalah 1 Ds: Do: Bayi tampak sesak nafas RR 76 x/Menit Terlihat retraksi pada dinding epigastrium PCH + Terpasang O2 sungkup (5 liter / menit) Ujung ekstrimitas teraba dingin BBLSR Imaturitas sistem pernafasan Usaha nafas bayi tidak maksimal (A.S : 3) CO2 meningkat (Hiperkapneu) Gangguan pertukaran gas GG. Pertukaran O2 2 Ds: Do: S : 39,1 0C/Anal Leukosit 10. 103/mm3

Struktur kulit halus dan tipis Bayi di simpan dalam inkubator Imaturitas jaringan lemak pada subkutan Mekanisme penguapan panas (E,R,K,K) Gangguan suhu tubuh (Hipertermi) GG. Thermoregulasi : Hypertermi 3 Ds : Do : NGT terpasang IVFD D5 NS Mikro drip 10tts/menit PASI 12x 5 7,5 cc/hari Refleks hisap lemah dan menelan lemah BB lahir 1400 gr BB saat dikaji 1200 gr Imaturitas sistim pencernaan Motilitas usus rendah Daya mencerna dan mengabsorpsi makanan berkurang Pengosongan lambung bertambah Distensi abdomen Kerja otot spingter kardio esophagus berkurang Intake nutrisi kurang dari kebutuhan Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh 4 Ds : Keluarga klien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya Do : Ekspresi wajah ayahnya tampak cemas Ayah klien sering bertanya-tanya mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk bayinya di ruang perawatan. BBLSR Hospitalisasi Perawatan ekstra di ruang perinatologi Bonding Attachment tidak terjadi Koping keluarga in efektif

Cemas Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua 5 Ds Do: Terpasang NGT IVFD D5 NS Mikro drip10tts/menit di ekstrimitas bawah dextra S : 39,1 0 C Oedem pada ektremitas bawah dextra yang terpasang infus Leukosit 10. 103/mm3 Imaturitas sistem imunologi Rendahnya kadar Ig G ( gammaglobulin ) Penurunan antibodi dan daya tahan fagositosis belum matur Invasi bakteri kuman patogen,selang infus/NGT Resiko tinggi terjadi infeksi Resiko tinggi terjadi infeksi D. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan 2. Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi 3. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan 4. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi 5. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi E. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan 2. Gangguan Thermoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi 3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan 4. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi 5. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi F. NURSING CARE PLANNING (NCP) Nama : By. Y No Medrek : 407221 Umur : 7 hari Dx Medis : BBLSR + Asfiksia No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional 1 Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Asfiksia. Ditandai dengan : Ds: Do: Bayi tampak sesak RR 76 x/Menit

Terlihat retraksi pada dinding epigastrium PCH + Terpasang O2 sungkup (5 liter / menit) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan gangguan pertukaran O2 kembali normal dengan kriteria hasil : Nafas spontan O2 tidak terpasang PCH negatif Frekuensi nafas normal 30 60 x/menit. Sianosis negatif. 1. Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi 2. Therapi O2 sesuai kebutuhan 3. Monitor irama, kedalaman frekuensi pernafasan bayi 4. Monitor saturasi O2 tiap 2 jam 5. Kolaborasi pemberian obat bronchodilator sesuai kebutuhan 1. Posisi kepala sedikit ekstensi bertujuan untuk membuka jalan nafas dan mempermudah pengaliran O2 atau oksigenasi 2. Suplai O2 diberikan bertujuan untuk mempertahankan kadar O2 dalam jaringan. 3. Mengetahui perubahan yang terjadi apakah pernafasan dalam batas normal atau terjadi gangguan. 4. Saturasi O2 dilakukan bertujuan untuk mengetahui kadar O2 dalam jaringan apakah dalam batas normal atau terjadi gangguan. 5. Obat bronkodilator berfungsi untuk membantu menurunkan sesak. 2 Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi Ditandai dengan : Ds: Do: S : 39,1 0C/Anal Kadar leukosit 10. 103/mm3 Struktur kulit halus dan tipis Bayi di simpan dalam inkubator Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan suhu tubuh bayi dalam batas normal kriteria hasil : Suhu tubuh dalam batas normal 36.50 C 37.50C Bayi tidak rewel Bayi bisa tidur Kadar leukosit dalam batas normal 4.0 11.0 103/mm3 Sekresi keringat tidak nampak. 1. Atur suhu inkubator sesuai dengan keadaan bayi. 2. Observasi TTV 3. Kompres bayi dengan kasa yang telah dibasahi dengan air hangat.

4. Kolaborasi pemberian obat antipiretik 1. Pengaturan suhu inkubator bertujuan untuk mencegah bayi hipertermi dan menurunkan suhu bayi. 2. Observasi TTV ditegakan untuk mengetahui apakah bayi mengalami gangguan atau masih dalam keadaan batas normal. 3. Kompres air hangat adalah mempercepat penurunan suhu bayi. 4. Pemberian antipiretik berfungsi untuk menurunkan suhu tubuh 3 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan Ditandai dengan : Ds : Do : NGT terpasang IVFD D5 NS Mikro drip 10 tts/menit. PASI 12x 5 7,5 cc/hari Refleks hisap lemah dan menelan lemah BB lahir : 1400 gr BB saat dikaji : 1200 gr Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kebutuhan cairan dan elektrolit dapat terpenuhi dengan kriteria : Turgor kulit elastis Tidak terjadi penurunan BB Produksi urine 1 -2 ml / kg BB / jam. Retensi cairan normal 1. Kaji reflek hisap dan menelan bayi 2. Timbang BB / hari dengan timbangan yang sama 3. Beri ASI atau PASI tiap 2 jam jika tidak terjadi retensi 4. Lakukan Oral hygiene 5. Kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan 1. Reflek hisap dan menellan pada bayi menandakan bayi sudah dapat di berikan asupan peroral 2. Status nutrisi teridentifikasi 3. ASI PASI sebagai nutrisi utama pada bayi 4. Mencegah terjadinya kebasian sisa makanan dan terjadinya pertumbuhan jamur 5. Keseimbangan cairan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan 4 Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan tidak terjadinya Bonding Attachment. Ditandai dengan : Ds : Keluarga klien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya Do : Ekspresi wajah ayahnya tampak cemas Ayah klien terus bertanya-tanya mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk bayinya di ruang perawatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapakan orang tua tidak cemas lagi dengan kriteria :

Orang tua tampak tenang Orang tua kooperatif Tidak bertanya-tanya tentang keadaan penyakit anaknya Orang tua suadah bertemu dengan bayinya. 1. Kaji tingkat kecemasan keluarga klien 2. kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita bayinya 3. Beri penjelasan tentang keadaan bayinya 4. Beri waktu keluarga untuk mengungkapkan perasaannya 1. Mengetahui derajat kecemasan yang diderita oleh keluarga dan memudahkan dalam memberikan intervensi 2. Memudahkan perawat untuk melakukan komunikasi terapeutik dalam proses keperawatan 3. Menambah pengetahuan dengan memberikan informasi tentang keadaan yang dialami oleh bayi 4. Mengetahui tigkat kecemasan yang dialami oleh keluarga. 5 Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi Terpasang NGT IVFD 10 tetes/menit Kadar leukosit 10.103/mm3 S : 39,1 0 C Oedem pada ektremitas yang terpasang alat tindakan medis Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam infeksi tidak terjadi dengan kriteria : Tidak terjadi tanda-tanda infeksi Kadar leukosit dalam batas normal 4.0 11.0 103/mm3 Suhu dalam batas normal 36,5o C 37,5 o C 1. Kaji tanda tanda infeksi 2. Observasi TTV 3. Perawatan NGT 4. Perwatan IVFD 5. Kolaborasi pemberian antibiotik 1. Tanda-tanda infeksi diantaranya dolor, kalor, rubor, tumor dan fungsio laesa. 2. Untuk mengetahui keadaan umum bayi apakah terjadi gangguan atau dalam batas-batas normal 3. Mencegah infeksi 4. Mencegah infeksi 5. Antibiotik berfungsi untuk mematikan invasi bakteri penyebab infeksi
http://icoel.wordpress.com/askep-anak-2/askep-anak/asuhan-keperawatan-bblr/

Sekilas Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


March 5, 2009

Kapan seorang bayi dikatakan bayi berat lahir rendah (BBLR)? Angka kejadian BBLR di Indonesia berkisar 9-30% bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. Hingga saat ini BBLR masih merupakan masalah di seluruh dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir. Angka kejadian BBLR di Indonesia berkisar 9-30% bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. Hingga saat ini BBLR masih merupakan masalah di seluruh dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir. Sebanyak 25% bayi baru lahir dengan BBLR meninggal dan 50% meninggal saat bayi. Mengapa? BBLR rentan terhadap kekurangan nutrisi, infeksi, dan keterlambatan perkembangan saraf. Ada 2 tipe BBLR 1. Prematur yaitu bayi yang lahir lebih awal dari waktunya (kehamilan < 37 minggu) 2. Bayi kecil masa kehamilan (KMK) yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi memiliki berat badan kurang Apa penyebab BBLR? Sesuai dengan tipenya, BBLR tipe KMK disebabkan oleh : Ibu hamil yang kekurangan nutrisi Ibu memiliki hipertensi, preeklamsi, atau anemia Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu Malaria kronik, penyakit kronik Ibu hamil merokok Sedangkan BBLR tipe prematur disebabkan oleh Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan kembar Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya, Cervical imcompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak mampu menahan berat bayi dalam rahim) Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum hemorrhage) Ibu hamil yang sedang sakit Kebanyakan tidak diketahui penyebabnya. Bilamana BBLR perlu dirawat di rumah sakit? berat badannya kurang dari 1800 gram usia kehamilan kurang dari 34 minggu sulit minum sakit Permasalahan Bayi Prematur Risiko yang dapat Terjadi 1. Jangka Pendek

* Hipotermia. Hipotermia (suhu bayi 37,5C) dapat meningkatkan metabolisme, dan menyebabkan dehidrasi. * Hipoglikemia (Kadar Gula darah kurang dari normal) * Paru belum berkembang (bayi menjadi sesak napas) * Gangguan Pencernaan (mudah kembung karena fungsi usus belum cukup baik) * Mudah terkena infeksi (Sistem imunitas bayi belum matang) * Anemia (bayi kelihatan pucat oleh karena kadar hemoglobin darah rendah) * Mudah kuning * Perdarahan otak * Gangguan jantung 2. Jangka panjang * Gangguan pertumbuhan * Gangguan perkembangan * Gangguan penglihatan (retinopati akibat prematur) * Gangguan pendengaran * Penyakit paru kronik Semakin muda usia kehamilan semakin besar risiko jangka pendek dan jangka panjang tersebut terjadi. Perawatan bayi prematur di rumah 1. Utamakan pemberian ASI ASI mempunyai keuntungan yaitu kadar protein tinggi, laktalbumin, zat kekebalan tubuh, lipase dan asam lemak esensial, laktosa, dan oligosakarida. ASI mempunyai faktor pertumbuhan usus, oligosakarida untuk memacu motilitas usus, dan perlindungan terhadap penyakit. Dari segi psikologik ASI meningkatkan ikatan antara ibu dan anak. Formula standar untuk BBLR menyerupai ASI tetapi kekurangan antibodi dan faktor pertumbuhan. Formula prematur mempunyai kandungan kalori, protein, dan mineral yang lebih tinggi dibanding formula untuk bayi cukup bulan. Bayi kecil juga rentan kekurangan nutrisi, fungsi organnya belum matang, kebutuhan nutrisinya besar, dan mudah sakit hingga pemberian nutrisi yang tepat penting untuk tumbuh kembang optimal. 2. Hindarkan suhu tubuh yang rendah (hipotermia) dengan cara: * Metode Kangguru. Metode yang tepat dalam merawat BBLR, yakni dengan kangaroo mother care atau metode kanguru. Metode kanguru adalah perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya. Caranya: Bayi diletakkan dalam dekapan ibu dengan kulit menyentuh kulit, posisi bayi tegak, kepala miring ke kiri atau ke kanan. Keunggulan metode ini: bayi mendapatkan sumber panas alami (36-37o C) terus menerus langsung dari kulit ibu, mendapatkan kehangatan udara dalam kantung/baju ibu, serta ASI menjadi lancar. Dekapan Anda adalah energi bagi si kecil. Pada bayi berat badan lahir sangat rendah (kurang dari 1000 g) metode kanguru ditunda sampai usia 2 minggu, atau sampai keadaan si bayi stabil. Kriteria bayi kecil yang dapat menggunakan metode ini: o Bayi sehat

o Berat lahir antara 1500-2500 g, o Suhu tubuh stabil (36,5 37,5o C), o Bayi dapat menetek, o Grafik berat badan cenderung naik. * Bayi dibungkus kain hangat dan kepalanya diberi topi. * Bayi kecil atau bayi sakit diletakkan di ruang hangat (tidak kurang dari 25o C). * Pastikan tangan selalu hangat saat memegang bayi. * Bila popok atau kain basah, harus selalu diganti. 3. Hindarkan kontak terhadap orang/lingkungan yang berisiko tinggi 4. Cuci tangan sebelum memegang bayi 5. Pakailah masker bila kondisi badan sakit sebelum memegang bayi 6. Lakukan pemijatan bayi secara rutin (tanyakan dokter tentang caranya) 7. Hubungi dokter atau bawa ke rumah sakit bila terdapat tanda kurang baik, misalnya: bayi malas minum, napas cepat, badan panas, bertambah kuning, dan bila ada kejang source: http://www.anakku.net
http://bidansherly.wordpress.com/2009/03/05/sekilas-bayi-berat-lahir-rendah-bblr-2/

BERAT BADAN LAHIR RENDAH TAK SELALU DIRAWAT DI RS


Keputusan dirawat atau tidak tergantung pada kondisi bayi,
termasuk kematangan organ-organ tubuhnya.

Kriteria bayi berat badan lahir rendah (BBLR), menurut dr.


Keumala Pringgardani, SpA, adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram. Penetapan angka tersebut berkaitan dengan pertumbuhan janin yang sesuai dengan masa gestasi (usia kehamilan yang normal ) "Umumnya bayi yang normal beratnya badannya telah mencapai 2500 gram pada usia kehamilan sekitar 38 minggu," ujar spesialis anak dari Klinik Fertilitas dan Menopause SamMarie, Jakarta ini. Usia kehamilan yang normal sendiri berkisar antara 38-42 minggu. BBLR sendiri bisa dibagi menjadi bayi dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu dengan berat lahir 100-1500 gram dan berat badan lahir amat sangatrendah (BBLASR) yaitu dengan berat lahir kurang 1000 gram. Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. "Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu

seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang." TAK HARUS SELALU DIRAWAT Menurut Spesialis Anak yang memiliki minat khusus pada bidang perinatologi ini, kasus bayi dengan BBLR tidak selalu membutuhkan perawatan di rumah sakit dalam jangka waktu yang lama, hal ini tergantung pada kondisi bayi itu sendiri. Bila fungsi organ-organ tubuhnya baik dan tidak terdapat gangguan seperti gangguan pernapasan dan bayi dapat mengisap dengan baik, maka bayi bisa dibawa pulang. "Contohnya, bayi cukup bulan dengan berat kurang dari 2.500 gram, walau beratnya kurang tapi organ-organ tubuhnya sudah matang. Kalau dia aktif mengisap susu dengan baik dan tidak mengalami gangguan pernapasan biasanya tak perlu perawatan di rumah sakit," ujar Keumala. Namun, lain halnya dengan kasus bayi prematur. Akibat ketidakmatangan organ-organ tubuhnya terutama organ paru-paru dan jantung, bayi pun menghadapi risiko ketidakmampuan bertahan dan beradaptasi terhadap lingkungan yang sangat besar. Padahal kedua organ ini sangat menentukan kehidupan awal bayi. Bayi kembar pun termasuk bayi berisiko tinggi. Bila BB-nya cukup dan organ-organ tubuhnya matang tentu tak perlu perawatan khusus. Namun jika kurang dari itu, tentunya mereka perlu dimonitor di rumah sakit. Patut diketahui, bayi BBLR sering tidak memperlihatkan tanda-tanda gangguan secara jelas "Makanya banyak orang tua yang tidak tahu kalau bayinya sakit karena bayi tampak tenang, enggak rewel atau sering menangis dan bayi banyak tidurnya. Padahal, bayi yang tidak menangis atau kelihatan tenang malah berbahaya karena sedang dalam keadaan sakit." PENANGANAN DI RS Cara penanganan bayi BBLR di rumah sakit, sekali lagi, tergantung kondisi masing-masing. Namun, sebagai gambaran, setelah dilahirkaan bayi dengan BBLR akan segera diperiksa fungsi organ-organ tubuhnya terutama paru-paru dan jantung. Sebelum mencapai berat yang cukup, bayi BBLR biasanya memerlukan perawatan intensif dalam inkubator. Salah satu penyebabnya, bayi bertubuh kecil sangat sensitif terhadap perubahan suhu. Oleh sebab itulah, ia perlu masuk kotak kaca yang bisa diatur kestabilan suhunya. "Kulit bayi-bayi kecil masih tipis sehingga dari tubuhnya mudah terjadi penguapan panas. Kalau penguapan panasnya berlebihan, bayi akan mengalami hipotermi atau temperatur badannya turun sangat rendah sehingga ia sangat mudah kehabisan tenaga." Pemberian alat bantu pernapasan juga dilakukan bila terdapat indikasi. Untuk indikasi ringan, bayi hanya akan diberi oksigen. Sebaliknya jika berat dapai sampai diberi ventilator atau alat bantu pernapasan. Infus juga akan diberikan untuk masukan cairan dan obatobatan bila diperlukan. Bayi-bayi kecil biasanya belum mampu mengisap dengan baik karena itu pemberian minumnya berupa ASI atau susu formula khusus untuk BBLR bila ASI ibu belum keluar dilakukan melalui pipa lambung dan diberikan secara bertahap sampai jumlah kebutuhannya terpenuhi. "Asi merupakan makanan utama dan terbaik untuk BBLR."

Menurut Keumala, tidak ada patokan pasti untuk lama perawatan bayi BBLR di rumah sakit. Bayi dengan berat 1.000 gram, misalnya, memerlukan perawatan saksama dan bertahap sehingga bisa satu bulan lebih harus berada dalam inkubator. Jadi, lama perawatan lebih ditentukan oleh kemampuan bayi beradaptasi dengan lingkungan, seperti tidak ada lagi gangguan pernapasan, suhu tubuh telah stabil dan bayi sudah punya refleks isap dan menelan yang baik. "Sebelum pulang, bayi sudah harus mampu minum sendiri dengan botol maupun dengan puting susu ibu. Selain itu kenaikan berat badannya telah berkisar 10-30 gram/hari dan suhu tubuh tetap normal di ruangan biasa. Bayi juga tidak menderita gangguan pernapasan lagi dan tidak membutuhkan oksigen serta obat-obatan yang diberikan melalui pembuluh darah atau infus," jelas Keumala. PERAWATAN DI RUMAH Yang paling penting, orang tua terutama ibu secara fisik dan psikologis mesti mampu dan siap merawat bayinya di rumah. Kuasai cara memberi ASI dengan benar, cara memandikan, merawat tali pusat, mengganti popok, memberi ASI dan PASI, juga menjaga kebersihan dan lingkungan yang optimal untuk tumbuh kembang bayi. "Ibu harus percaya diri dan berani merawat bayinya sendiri, karena dari situlah akan terjadi kontak untuk menciptakan bonding antara ibu dan bayi." Berikut beberapa hal yang menurut Keumala perlu diperhatikan orang tua saat merawat bayi BBLR di rumah: * Perhatikan suhu Bayi kecil sangat rentan terhadap perubahan suhu. Jadi sebaiknya ruangan dijaga agar tetap hangat. Jangan lupa beri bayi selimut. Tapi selimut di sini bukan berarti bedong yang diikat sedemikian rupa sehingga membuat bayi tidak bisa bergerak, lo. Cara membedong seperti itu tidak disarankan karena malah akan mengganggu motorik bayi," ujar Keumala. * Beri minum dengan porsi kecil tapi sering Tujuannya agar ia dapat memperoleh asupan yang cukup dan aman. "Penyerapan lambung bayi-bayi kecil ada yang toleransinya sudah baik ada juga yang masih lambat. Inilah gunanya memberi porsi kecil tapi sering. Biasanya, setiap 1 - 2 jam sekali bayi perlu diberi susu." * Pemberian Imunisasi Pemberian imunisasi dapat diberikan sesuai dengan jadwal imunisasi pada bayi yang lahir cukup bulan kecuali jika bayi masih dalam perawatan imunisasi diberikan setelah bayi pulang. * Lakukan banyak sentuhan Salah satu yang bisa diterapkan adalah metode kanguru. Dengan cara ini, bayi sebisa dan sesering mungkin dibuat bersentuhan langsung dengan kulit ibu. Manfaatnya banyak sekali. Yang paling utama secara psikologis menjalin kasih sayang antara bayi dan orang tua.

Kegunaan lain: bisa mengurangi depresi dan ketegangan, sehingga bayi merasa aman dan terlindungi, membuat bayi dapat tidur dengan lelap, mengurangi rasa sakit, meningkatkan volume air susu ibu dan meningkatkan berat badan bayi. "Jadi kalau bisa bayi dibawa kemana-mana seperti anak kanguru yang selalu menempel pada induknya. Yang menggendong enggak harus selalu ibu, kok, ayah juga bisa." * Beri Vitamin Biasanya vitamin diberikan untuk membantu pertumbuhan yang optimal pada bayi. Saran Keumala, jika kondisi bayi terlihat memburuk seperti tidak mau minum, suara menangis yang lemah sesak, terlihat lemah, BAB terganggu dan suhu tubuhnya tinggi sebaiknya segera diperiksakan kembali ke dokter atau segera dibawa ke rumah sakit terdekat.

HARUS DIRAWAT, BILA...

Menurut Keumala ada beberapa kasus bayi baru lahir yang tidak boleh segera dibawa
pulang ke rumah, seperti:

* Gangguan pernapasan. Salah satu sebabnya bayi menelan air ketuban sehingga masuk
ke dalam paru-paru dan mengganggu pernapasannya. Ini tidak hanya dialami bayi BBLR saja tapi juga bayi cukup bulan. Khusus bayi prematur, umumnya gangguan pernapasannya berkaitan dengan organ paru-paru yang belum matang.

* Kasus-kasus berat seperti pendarahan otak, kelainan jantung, hipoglikemia (kadar gula
rendah) dan lainnya.

* Infeksi. Bayi bisa terkena infeksi saat di jalan lahir atau tertular infeksi ibu melalui
plasenta.

* Kejang saat dilahirkan. Biasanya bayi akan dipantau dalam 1 X 24 jam untuk dicari
penyebabnya. Misal apa karena ada infeksi sebelum lahir (prenatal), atau karena pendarahan intrakrania, atau karena vitamin B6 yang dikonsumsi ibu.

* Apneu periodik (henti napas), kerap terjadi pada bayi BBLR karena prematuritas.
Organ paru-paru dan susunan saraf pusat yang belum sempurna mengakibatkan kadangkadang bayi berhenti bernapas. Hal ini tentu memerlukan pemantauan dengan saksama.

* Ikterus atau kuning. Jika terjadi di hari pertama dapat dipastikan ada kelainan pada
bayi, seperti ketidaksesuaian golongan darah ibu dan bayi. Bila kuning terjadi setelah 5-7 hari sesudah bayi dilahirkan biasanya karena karena fungsi hati yang belum matang sehingga bayi belum bisa mengeluarkan bilirubin. Inilah yang disebut dengan kuning fisiologis.

* Muntah, biasanya ada suatu kelainan di pencernaan bayi yang mungkin juga
memerlukan tindakan bedah.

* Diatenis abdomen, kelainan yang berkaitan dengan usus bayi. * Gangguan elektrolit/gangguan sirkulasi dalam tubuh.
Faras Handayani. Foto: Dok. nakita

http://www.tabloid-nakita.com/artikel.php3?edisi=05237&rubrik=bayi

BBLR by IKE KOSWARA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah kasus dengan judul Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR ) tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terkait yang telah banyak membantu penulis dalam pembuatan makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari masih ada kekurangan dan kelemahan dari penulis, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman yang sifatnya membangundemi kesempurnaan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, Februari 2009

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada mereka dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masa depan. BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil), gangguan sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2005). Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi seperti yang telah disebutkan diatas. Bidan dan perawat adalah bagian dari pemberi pelayanan yang ikut berperan penting dalam memberikan perawatan pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Perkembangan bayi dengan BBLR yang dirawat di RS ini sangat tergantung pada ketepatan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.Oleh karena itu penulis tertarik membahas tentang kasus BBLR pada bayi NY. F yang akan penulis bahas pada BAB berikutnya. 1.2. TUJUAN 1. Tujuan Umum Untuk mendapatkan gambaran umum tentang asuhan kebidanan pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) 2. Tujuan Khusus Dengan pembuatan makalah ini maka mahasiswa mampu: a. Mengkaji perubahan-perubahan yang terjadi pada bayi dengan kasus BBLR. b. Menetapkan intervensi kebidanan yang dapat dilakukan pada bayi dengan kasus BBLR. c. Mengevaluasi keberhasilan tindakan yang telah dilakukan pada bayi dengan kasus BBLR

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1. PENGERTIAN Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). (Sarwono Prawirohardjo, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2004) Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi (berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir). (Pelatihan PONED Komponen Neonatal, 2004) WHO (1961) mengganti istilah premature dengan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bukan bayi premature. 2.2. ETIOLOGI BBLR dapat disebabkan karena: Persalinan kurang bulan / premature Bayi lahir pada umur kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu. Pada umumnya bayi kurang bulan disebabkan tidak mampunya uterus menahan janin, gangguan selama kehamilan, lepasnya plasenta lebih cepat daripada waktunya atau rangsangan yang memudahkan terjadinya kontraksi uterus sebelum cukup bulan. Bayi lahir kurang bulan mempunyai organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup diluar rahim. Semakin muda umur kehamilan, fungsi organ tubuh semakin kurang sempurna dan prognosisnya semakin kurang baik. Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit atau komplikasi akibat kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang (prematur). Bayi lahir kecil untuk masa kehamilan Bayi lahir kecil untuk masa kehamilannya karena ada hambatan pertumbuhan saat dalam kandungan (janin tumbuh lambat). Retardasi pertumbuhan intrauterine berhubungan dengan keaadaan yang mengganggu sirkulasi dan efisiensi plasenta dengan pertumbuhan dan

perkembangan janin atau dengan keadaan umum dan gizi ibu. Keadaan ini mengakibatkan kurangnya oksigen dan nutrisi secara kronik dalam waktu yang lama untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Kematangan fungsi organ tergantung pada usia kehamilan walaupun berat lahirnya kecil. Beberapa faktor predisposisi: Faktor ibu adalah umur, jumlah paritas, penyakit kehamilan, gizi kurang atau malnutrisi, trauma, kelelahan, merokok, kehamilan yang tidak diinginkan, peminum alkohol, bekerja berat masa hamil, obat-obatan. Faktor plasenta seperti insufisiensi atau disfungsi placenta, peyakit vaskuler, kehamilan ganda, plasenta previa dan solusio plasenta. Faktor janin adalah kelainan bawaan, infeksi, factor genetic atau kromosam Radiasi Bahan toksik Bayi berat lahir rendah mungkin premature (kurang bulan), mungkin juga cukup bulan (dismatur). Beberapa penyakit yang berhubungan dengan prematuritas: 1. Sindrom gangguan pernafasan idiopatik (penyakit membrane hialin) 2. Pneumonia aspirasi, karena refleks menelan dan batuk belum sempurna 3. Perdarahan spontan dalam ventrikel otak lateral, akibat anoksia otak (erat kaitannya dengan gangguan pernapasan). 4. Hiperbilirubinemia, karena fungsi hati belum matang. 5. Hipotermia

Beberapa penyakit yang berhubungan dengan dismaturitas: 1. Sindrom aspirasi mekonium 2. Hipoglikemia, karena cadangan glukosa rendah 3. Hiperbilirubinemia 4. Hipotermia 2.3. DIAGNOSTIK Anamnesis: Umur ibu Penyakit persalinan sebelumnya Jumlah paritas, jarak kelahiran sebelumnya Kenaikan berat badan selama hamil Aktivitas Penyakit yang diderita selama hamil Obat-obatan yang diminum selama hamil Pemeriksaan fisik Berat lahir kurang 2500 gram

Untuk BBLR kurang bulan: Tanda prematuritas: tulang rawan telinga belum terbentuk masih terdapat lanugo refleks-refleks masih lemah alat kelamin luar : pada perempuan labium mayus belum menutup labium minus. Pada laki-laki belum terjadi penurunan testis dan kulit testis rata (rugae testis belum terbentuk) Untuk BBLR kecil untuk masa kehamilan: Tanda janin tumbuh lambat: tidak dijumpai tanda prematuritas seperti tersebut diatas kulit keriput kuku lebih panjang Komplikasi BBLR Hipotermi Hipoglikemia Ikterus/ hiperbilirubinemia Masalah pemberian minum Infeksi atau curiga sepsis Sindroma aspirasi mekoneum Perdarahan intra cranial 2.4. PENANGANAN 1. Mempertahankan suhu dengan ketat BBLR mudah dan cepat mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang relative lebih luas dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak di bawah kulit, dan kekurangan lemak coklat (brown fat). 2. Mencegah infeksi dengan ketat BBLR sangat rentan akan infeksi, ini disebabkan oleh karena daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relative belum sanggup membentuk entibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik. Oleh karena itu, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi, termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi. 3. Pengawasan nutrisi/ASI Pada BBLR refleks isap, telan dan batuk belum sempurna, sehingga pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase kurang, disamping itu kebutuhan protein 3-5 gram/hari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari), agar berat badan bertambah sebaik-baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.

4. Penimbangan ketat Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi / nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.

2.5. PEMANTAUAN (MONITORING) 1. Kenaikan BB dan pemberian minum setelah umur 7 hari Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama. Bayi berat lahir >1500 gram dapat kehilangan BB sampai 10% dari berat lahir. Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari kecuali apabila terjadi komplikasi. Setelah berat lahir tercapai kembali, kenaikan berat badan selama 3 bulan seharusnya: 150-200 gram seminggu untuk bayi <1500 gram (misalnya 20-30 gram/hari) 200-250 gram seminggu untuk bayi 1500-2500 gram (misalnya 30-35 gram/hari) Bila bayi sudah mendapat ASI secara penuh (pada semua kategori berat) dan telah berusia lebih dari 7 hari: Tingkatkan jumlah ASI dengan 20ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180ml/kg/hari. Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan kenaikan berat badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180ml/kg/hari. Apabila kenaikan berat tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI sampai 200ml/kg/hari. 2. Tanda kecukupan pemberian ASI Kencing minimal 6 kali dalam 24 jam Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI BB bayi naik

3. Pemulangan penderita Bayi suhu stabil Toleransi minum per oral baik, diutamakan pemberian ASI. Bila tidak bisa diberikan ASI dengan cara menetek dapat diberikan dengan alternative cara pemberian minum yang lain. Ibu sanggup merawat BBLR di rumah

BAB III PENUTUP 3.1. KESIMPULAN Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil), gangguan sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang. 3.2. SARAN Diharapkan setelah dirawat bayi dapat: Berat badan naik mencapai normal, daya hisap kuat, tidak terjadi infeksi dan hipotermi, maupun resiko infeksi. Kepada bidan dan perawat diharapkan dapat meningkatkan proses keperawatan pada BBLR dengan mempertahankan teknik aseptic dalam setiap melakukan tindakan. Kepada mahasiwa diharapkan dapat menganalisis dan menegakkan diagnosa kebidanan sesuai dengan prioritas masalah yang ada, menetapkan intervensi dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan pada BBLR.
http://bidan2009.blogspot.com/2009/02/bblr-by-ike-koswara.html

Bayi Berat Badan Lahir Rendah

>> Saturday, February 09, 2008


DEFINISI Bayi berat badan lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua

bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants ( BBLR). Berdasarkan pengertian di atas maka bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan: 1. Prematuritas murni. Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan ( NKBSMK). 2. Dismaturitas. Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga: Neonatus Kurang Bulan - Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK). Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NCB-KMK ), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NLB- KMK ). ETIOLOGI 1. Faktor Ibu. a. Penyakit Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya: perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut. b. Usia ibu Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < style="font-weight: bold;">PATOFISIOLOGI Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia. Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada

saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.

MANIFESTASI KLINIS 1. Fisik. - bayi kecil - pergerakan kurang dan masih lemah - kepala lebih besar dari pada badan - berat badan < style="font-weight: bold;">KOMPLIKASI 1. Sindroma distress respiratori idiopatik Terjadi pada 10% bayi kurang bulan. Nampak konsolidasi paru progresif akibat kurangnya surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan di alveoli dan mencegah kolaps. Pada waktu atau segera setelah lahir bayi akan mengalami : a) rintihan waktu inspirasi b) napas cuping hidung c) kecepatan respirasi leih dari 70/ menit d) tarikan waktu inspirasi pada sternum ( tulang dada ) Nampak gambaran sinar- X dada yang khas bronkogrm udara dan pemeriksaan gas darah menunjukkan : a) kadar oksigen arteri menurun b) konsentrasi CO2 meningkat c) asidosis metabolic Pengobatan dengan oksigen yang dilembabkan, antibiotika, bikarbonas intravena dan makanan intravena. Mungkin diperlukan tekanan jalan positif berkelanjutan menggunakan pipa endotrakea. Akhirnya dibutuhkan pernapasan buatan bila timbul gagal napas dengan pernapasan tekanan positif berkelanjutan. 2. Takipnea selintas pada bayi baru lahir Paru sebagian bayi kurang bulan dan bahkan bayi cukup bulan teteap edematous untuk beberapa jam setelah lahir dan menyebabkan takipnea. Keadaan ini tidak berbahaya, biasanya tidak akan menyebabkan tanda- tanda distress respirasi lain dan membaik kembali 12-24 jam setelah lahir. Perdarahan intraventrikular terjadi pada bayi kurang bulan yang biasanya lahir normal. Perdarahan intraventrikular dihubungkan dengan sindroma distress respiratori idiopatik dan

nampaknya berhubungan dengan hipoksia pada sindroma distress respirasi idiopatik. Bayi lemas dan mengalami serangan apnea. 3. Fibroplasias retrolental Oksigen konsentrasi tinggi pada daerah arteri berakibat pertumbuhan jaringan serat atau fibrosa di belakang lensa dan pelepasan retina yang menyebabkan kebutaan.hal ini dapat dihindari dengan menggunakan konsentrasi oksigen di bawah 40% ( kecuali bayi yang membutuhkan lebih dari 40 % ). Sebagian besar incubator mempunyai control untuk mencegah konsentrasi oksigen naik melebihi 40% tetapi lebih baik menggunakan pemantau oksigan perkutan yang saat ini mudah didapat untuk memantau tekanan oksigen arteri bayi. 4. Serangan apnea Serangan apnea disebabkan ketidakmampuan fungsional pusat pernapasan atau ada hubungannya dengan hipoglikemia atau perdarahan intracranial. Irama pernapasan bayi tak teratur dan diselingi periode apnea. Dengan menggunakan pemantau apneadan memberikan oksigen pada bayi dengan pemompaan segera bila timbul apnea sebagian besar bayi akan dapat bertahan dai serangan apnea, meskipun apnea ini mungkin berlanjut selama beberapa hari atau minggu. Perangsang pernapasan seperti aminofilin mungkin bermanfaat. 5. Enterokolitis nekrotik Keadaan ini timbul terutama pada bayi kurang bulan dengan riwayat asfiksia. Dapat juga terjadi setelah transfuse tukar. Gejalanya : kembung, muntah, keluar darah dari rectum dan berak cair, syok usus dan usus mungkin mengalami perforasi. Pengobatan diberikan pengobatan gentamisin intravena, kanamisin oral. Hentikan minuman oral dan berikan pemberian makanan intravena. Mungkin diperlukan pembedahan

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ). 2. Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal /perinatal). 3. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau hemolisis berlebihan). 4. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari. 5. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga. 6. Pemantauan elektrolit ( Na, K, CI) : biasanya dalam batas normal pada awalnya. 7. Pemeriksaan Analisa gas darah.

PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterina serta menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultra sonografi. 2. Memeriksa kadar gula darah (true glukose) dengan dextrostix atau laboratorium kalau hipoglikemia perlu diatasi. 3. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya. 4. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK. 5. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi mekonium. 6. Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan dan bila frekwensi lebih dari 60x/ menit dibuat foto thorax.

PENATALAKSANAAN Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi. 1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat badan , 2 kg adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat celcius. Bila inkubator tidak ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat dipertahankan. 2. Nutrisi Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah,sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama,sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahanlahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/ hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cckg BB/ hari. 3. Menghindari infeksi Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah,kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan anti bodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.

PENGKAJIAN 1. Aktivitas/ istirahat Bayi sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama tidur sehari rata-rata 20 jam. 2. Pernafasan Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran cesaria atau persentasi bokong. Pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari dada dan abdomen, perhatikan adanya sekret yang mengganggu pernafasan, mengorok, pernafasan cuping hidung. 3. Makanan/ cairan Berat badan rata-rata 2500 4000 gram ; kurang dari 2500 gr menunjukkan kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus diberi infus. Beri minum dengan tetes ASI/ sonde karena refleks menelan BBLR belum sempurna,kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120 - 150m1/kg BB/ hari. 4. Berat badan Kurang dari 2500 gram 5. Suhu BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan. 6. Integumen Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan kering.

DIAGNOSA KEPERAWATAN Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.

INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Tidak Efektifnya Termoregulasi Pada bayi lahir dengan berat badan bayi rendah dapat terjadi termoregulasi yang tidak efektif hal ini dapat disebabkan karena jaringan lemak pada subkutan yang kurang, sistem termoregulasi yang imatur, masalah tersebut dapat dilakukan tindakan keperawatan dengan cara mempertahankan temperatur pada aksila (36,5-37,2 derajat Celsius) dengan cara mengkaji temperatur pada aksila tiap 1-4 jam, mempertahankan suhu lingkungan yang netral, mempertahankan suhu bayi ke dalam inkubator, mempertahankan kestabilan kebutuhan oksigen dengan mengkaji status respiratori. 2. Intoleransi Aktivitas

Intoleransi aktivitas ini dapat disebabkan karena prematuritas serta sistem susunan syaraf yang imatur, masalah ini dapat diatasi dengan cara mempertahankan kestabilan oksigen dengan melakukan monitoring pada nadi, mengkondisikan lingkungan yang nyaman, menyediakan monitoring jantung dan paru, mengurangi stimulasi dengan mengkaji selama aktivitas. 3. Resiko Tinggi Gangguan Integritas Kulit Masalah ini dapat disebabkan karena adanya faktor mekanik, adanya imaturitas pada kulit dan adanya imobilitas, masalah ini dapat dilakukan tindakan keperawatan dengan mengkaji kulit dan membran mukosa tiap 2-4 jam, mengatur posisi tiap 2-4 jam, menghindari penggunaan lotion, krem atau powder yang berlebih. 4. Resiko Tinggi Infeksi Resiko tinggi infeksi dapat disebabkan karena sistem imunitas yang masih imatur atau prosedur invasif, masalah ini dapat diatasi dengan mengkaji tanda vital tiap 1-2 jam, mempertahankan lingkungan dalam suhu normal, memperthankan prinsip aseptik sebelum kontak dengan pasien. Cara Perawatan Bayi dalam Inkubator Merupakan cara memberikan perawatan pada bayi dengan dimasukkan ke dalam alat yang berfungsi membantu terciptanya suatu lingkungan yang cukup dengan suhu yang normal. Dalam pelaksanaan perawatan di dalam inkubator terdapat dua cara yaitu dengan cara tertutup dan terbuka. Inkubator tertutup: 1. Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka dalam keadaan tertentu seperti apnea, dan apabila membuka incubator usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen harus selalu disediakan. 2. Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung. 3. Bayi harus keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk memudahkan observasi. 4. Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh. 5. Pengaturan oksigen selalu diobservasi. 6. Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu 27 derajat celcius. Inkubator terbuka: 1. Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian perawatan pada bayi. 2. Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu normal dan kehangatan. 3. Membungkus dengan selimut hangat. 4. Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah aliran udara. 5. Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala. 6. Pengaturan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan sesuai dengan ketentuan di bawah ini.

KESIMPULAN

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500gr. BUR dapat dibagi 2 golongan yaitu prematuritas murni dan dismaturitas. Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah sering mengalami masalah sukar bernafas, sukar dalam pemberian minum ,ikterus berat dan infeksi.Bayi juga rentan mengalami hipotermi jika tidak dalam incubator. Bayi ini memerlukan perawatan khusus. Bila fasilitas tempat bayi dilahirkan tidak memadai untuk perawatan bayi, maka bayi harus segera dirujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas khusus untuk bayi yang lahir dengan berat badan rendah. Selama perjalanan ke tempat rujukan pastikan bahwa bayi terjaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lembut,kering,selimuti dan pakai topi untuk menghindari kehilangan panas. Prognosis BBLR akan baik bila ditangani dengan cepat dan perawatan yang intensif.

Referensi 1. Anonim. 2006. Bayi Berat Lahir Rendah (On-Line). Terdapat pada : http://www.keluargasehat.com/keluarga-ibuisi 2. Ennis, Sharon Axton. 2003. Pediatric Nursing Care Plans. 2nd Edition. Pearson Education. New Jersey 3. Faras Handayani. 2006. Berat Badan Lahir Rendah Tak Selalu Dirawat Di Rs (On-Line). Terdapat pada : http://www.tabloid-nakita.com/artikel 4. Hidayat, Alimul A.2005. Pengantar ilmu keperawatan anak 1. Penerbit Salemba Medica: Jakarta 5. Nelson. 1999. Ilmu Kesehatan Anak I. EGC. Jakarta 6. Sitohang, Nur Asnah. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah. USU Repository2006 7. Sowden, Betz Cicilia. 2002. Keperawatan Pediatric. EGC. Jakarta 8. Speirs, al.1993. Ilmu Kesehatan anak Untuk Perawat. IKIP Semarang Press.Semarang 9. Whaley's and Wong. 1996. Clinic Manual of Pediatric Nursing. 4th Edition. Mosby Company 10. Zulhaida Lubis. 2003. Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi Yang Dilahirkan (On-Line). Terdapat pada : http://tumoutou.net/702_07134/zulhaida_lubis.htm DEFINISI Bayi berat badan lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants ( BBLR). Berdasarkan pengertian di atas maka bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan: 1. Prematuritas murni. Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan ( NKBSMK). 2. Dismaturitas.

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga: Neonatus Kurang Bulan - Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK). Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NCB-KMK ), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NLB- KMK ). ETIOLOGI 1. Faktor Ibu. a. Penyakit Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya: perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut. b. Usia ibu Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < style="font-weight: bold;">PATOFISIOLOGI Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia. Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.

MANIFESTASI KLINIS

1. Fisik. - bayi kecil - pergerakan kurang dan masih lemah - kepala lebih besar dari pada badan - berat badan < style="font-weight: bold;">KOMPLIKASI 1. Sindroma distress respiratori idiopatik Terjadi pada 10% bayi kurang bulan. Nampak konsolidasi paru progresif akibat kurangnya surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan di alveoli dan mencegah kolaps. Pada waktu atau segera setelah lahir bayi akan mengalami : a) rintihan waktu inspirasi b) napas cuping hidung c) kecepatan respirasi leih dari 70/ menit d) tarikan waktu inspirasi pada sternum ( tulang dada ) Nampak gambaran sinar- X dada yang khas bronkogrm udara dan pemeriksaan gas darah menunjukkan : a) kadar oksigen arteri menurun b) konsentrasi CO2 meningkat c) asidosis metabolic Pengobatan dengan oksigen yang dilembabkan, antibiotika, bikarbonas intravena dan makanan intravena. Mungkin diperlukan tekanan jalan positif berkelanjutan menggunakan pipa endotrakea. Akhirnya dibutuhkan pernapasan buatan bila timbul gagal napas dengan pernapasan tekanan positif berkelanjutan. 2. Takipnea selintas pada bayi baru lahir Paru sebagian bayi kurang bulan dan bahkan bayi cukup bulan teteap edematous untuk beberapa jam setelah lahir dan menyebabkan takipnea. Keadaan ini tidak berbahaya, biasanya tidak akan menyebabkan tanda- tanda distress respirasi lain dan membaik kembali 12-24 jam setelah lahir. Perdarahan intraventrikular terjadi pada bayi kurang bulan yang biasanya lahir normal. Perdarahan intraventrikular dihubungkan dengan sindroma distress respiratori idiopatik dan nampaknya berhubungan dengan hipoksia pada sindroma distress respirasi idiopatik. Bayi lemas dan mengalami serangan apnea. 3. Fibroplasias retrolental Oksigen konsentrasi tinggi pada daerah arteri berakibat pertumbuhan jaringan serat atau fibrosa di belakang lensa dan pelepasan retina yang menyebabkan kebutaan.hal ini dapat dihindari dengan menggunakan konsentrasi oksigen di bawah 40% ( kecuali bayi yang membutuhkan lebih dari 40 % ). Sebagian besar incubator mempunyai control untuk mencegah konsentrasi oksigen naik melebihi 40% tetapi lebih baik menggunakan pemantau oksigan perkutan yang saat ini

mudah didapat untuk memantau tekanan oksigen arteri bayi. 4. Serangan apnea Serangan apnea disebabkan ketidakmampuan fungsional pusat pernapasan atau ada hubungannya dengan hipoglikemia atau perdarahan intracranial. Irama pernapasan bayi tak teratur dan diselingi periode apnea. Dengan menggunakan pemantau apneadan memberikan oksigen pada bayi dengan pemompaan segera bila timbul apnea sebagian besar bayi akan dapat bertahan dai serangan apnea, meskipun apnea ini mungkin berlanjut selama beberapa hari atau minggu. Perangsang pernapasan seperti aminofilin mungkin bermanfaat. 5. Enterokolitis nekrotik Keadaan ini timbul terutama pada bayi kurang bulan dengan riwayat asfiksia. Dapat juga terjadi setelah transfuse tukar. Gejalanya : kembung, muntah, keluar darah dari rectum dan berak cair, syok usus dan usus mungkin mengalami perforasi. Pengobatan diberikan pengobatan gentamisin intravena, kanamisin oral. Hentikan minuman oral dan berikan pemberian makanan intravena. Mungkin diperlukan pembedahan

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ). 2. Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal /perinatal). 3. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau hemolisis berlebihan). 4. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari. 5. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga. 6. Pemantauan elektrolit ( Na, K, CI) : biasanya dalam batas normal pada awalnya. 7. Pemeriksaan Analisa gas darah.

PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterina serta menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultra sonografi. 2. Memeriksa kadar gula darah (true glukose) dengan dextrostix atau laboratorium kalau hipoglikemia perlu diatasi. 3. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya. 4. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK. 5. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi mekonium. 6. Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan dan bila frekwensi lebih dari 60x/ menit

dibuat foto thorax.

PENATALAKSANAAN Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi. 1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat badan , 2 kg adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat celcius. Bila inkubator tidak ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat dipertahankan. 2. Nutrisi Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah,sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama,sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahanlahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/ hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cckg BB/ hari. 3. Menghindari infeksi Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah,kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan anti bodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.

PENGKAJIAN 1. Aktivitas/ istirahat Bayi sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama tidur sehari rata-rata 20 jam. 2. Pernafasan Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran cesaria atau persentasi bokong. Pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari dada dan abdomen,

perhatikan adanya sekret yang mengganggu pernafasan, mengorok, pernafasan cuping hidung. 3. Makanan/ cairan Berat badan rata-rata 2500 4000 gram ; kurang dari 2500 gr menunjukkan kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus diberi infus. Beri minum dengan tetes ASI/ sonde karena refleks menelan BBLR belum sempurna,kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120 - 150m1/kg BB/ hari. 4. Berat badan Kurang dari 2500 gram 5. Suhu BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan. 6. Integumen Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan kering.

DIAGNOSA KEPERAWATAN Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.

INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Tidak Efektifnya Termoregulasi Pada bayi lahir dengan berat badan bayi rendah dapat terjadi termoregulasi yang tidak efektif hal ini dapat disebabkan karena jaringan lemak pada subkutan yang kurang, sistem termoregulasi yang imatur, masalah tersebut dapat dilakukan tindakan keperawatan dengan cara mempertahankan temperatur pada aksila (36,5-37,2 derajat Celsius) dengan cara mengkaji temperatur pada aksila tiap 1-4 jam, mempertahankan suhu lingkungan yang netral, mempertahankan suhu bayi ke dalam inkubator, mempertahankan kestabilan kebutuhan oksigen dengan mengkaji status respiratori. 2. Intoleransi Aktivitas Intoleransi aktivitas ini dapat disebabkan karena prematuritas serta sistem susunan syaraf yang imatur, masalah ini dapat diatasi dengan cara mempertahankan kestabilan oksigen dengan melakukan monitoring pada nadi, mengkondisikan lingkungan yang nyaman, menyediakan monitoring jantung dan paru, mengurangi stimulasi dengan mengkaji selama aktivitas. 3. Resiko Tinggi Gangguan Integritas Kulit Masalah ini dapat disebabkan karena adanya faktor mekanik, adanya imaturitas pada kulit dan adanya imobilitas, masalah ini dapat dilakukan tindakan keperawatan dengan mengkaji kulit dan membran mukosa tiap 2-4 jam, mengatur posisi tiap 2-4 jam, menghindari penggunaan lotion, krem atau powder yang berlebih.

4. Resiko Tinggi Infeksi Resiko tinggi infeksi dapat disebabkan karena sistem imunitas yang masih imatur atau prosedur invasif, masalah ini dapat diatasi dengan mengkaji tanda vital tiap 1-2 jam, mempertahankan lingkungan dalam suhu normal, memperthankan prinsip aseptik sebelum kontak dengan pasien. Cara Perawatan Bayi dalam Inkubator Merupakan cara memberikan perawatan pada bayi dengan dimasukkan ke dalam alat yang berfungsi membantu terciptanya suatu lingkungan yang cukup dengan suhu yang normal. Dalam pelaksanaan perawatan di dalam inkubator terdapat dua cara yaitu dengan cara tertutup dan terbuka. Inkubator tertutup: 1. Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka dalam keadaan tertentu seperti apnea, dan apabila membuka incubator usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen harus selalu disediakan. 2. Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung. 3. Bayi harus keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk memudahkan observasi. 4. Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh. 5. Pengaturan oksigen selalu diobservasi. 6. Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu 27 derajat celcius. Inkubator terbuka: 1. Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian perawatan pada bayi. 2. Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu normal dan kehangatan. 3. Membungkus dengan selimut hangat. 4. Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah aliran udara. 5. Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala. 6. Pengaturan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan sesuai dengan ketentuan di bawah ini.

KESIMPULAN Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500gr. BUR dapat dibagi 2 golongan yaitu prematuritas murni dan dismaturitas. Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah sering mengalami masalah sukar bernafas, sukar dalam pemberian minum ,ikterus berat dan infeksi.Bayi juga rentan mengalami hipotermi jika tidak dalam incubator. Bayi ini memerlukan perawatan khusus. Bila fasilitas tempat bayi dilahirkan tidak memadai untuk perawatan bayi, maka bayi harus segera dirujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas khusus untuk bayi yang lahir dengan berat badan rendah. Selama perjalanan ke tempat rujukan pastikan bahwa bayi terjaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lembut,kering,selimuti dan pakai topi untuk menghindari kehilangan panas. Prognosis BBLR akan baik bila ditangani dengan cepat dan perawatan yang intensif.

Referensi 1. Anonim. 2006. Bayi Berat Lahir Rendah (On-Line). Terdapat pada : http://www.keluargasehat.com/keluarga-ibuisi 2. Ennis, Sharon Axton. 2003. Pediatric Nursing Care Plans. 2nd Edition. Pearson Education. New Jersey 3. Faras Handayani. 2006. Berat Badan Lahir Rendah Tak Selalu Dirawat Di Rs (On-Line). Terdapat pada : http://www.tabloid-nakita.com/artikel 4. Hidayat, Alimul A.2005. Pengantar ilmu keperawatan anak 1. Penerbit Salemba Medica: Jakarta 5. Nelson. 1999. Ilmu Kesehatan Anak I. EGC. Jakarta 6. Sitohang, Nur Asnah. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah. USU Repository2006 7. Sowden, Betz Cicilia. 2002. Keperawatan Pediatric. EGC. Jakarta 8. Speirs, al.1993. Ilmu Kesehatan anak Untuk Perawat. IKIP Semarang Press.Semarang 9. Whaley's and Wong. 1996. Clinic Manual of Pediatric Nursing. 4th Edition. Mosby Company 10. Zulhaida Lubis. 2003. Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi Yang Dilahirkan (On-Line). Terdapat pada : http://tumoutou.net/702_07134/zulhaida_lubis.htm DEFINISI Bayi berat badan lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants ( BBLR). Berdasarkan pengertian di atas maka bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan: 1. Prematuritas murni. Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan ( NKBSMK). 2. Dismaturitas. Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga: Neonatus Kurang Bulan - Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK). Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NCB-KMK ), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NLB- KMK ). ETIOLOGI 1. Faktor Ibu. a. Penyakit Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya: perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut.

b. Usia ibu Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < style="font-weight: bold;">PATOFISIOLOGI Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia. Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.

MANIFESTASI KLINIS 1. Fisik. - bayi kecil - pergerakan kurang dan masih lemah - kepala lebih besar dari pada badan - berat badan < style="font-weight: bold;">KOMPLIKASI 1. Sindroma distress respiratori idiopatik Terjadi pada 10% bayi kurang bulan. Nampak konsolidasi paru progresif akibat kurangnya surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan di alveoli dan mencegah kolaps. Pada waktu

atau segera setelah lahir bayi akan mengalami : a) rintihan waktu inspirasi b) napas cuping hidung c) kecepatan respirasi leih dari 70/ menit d) tarikan waktu inspirasi pada sternum ( tulang dada ) Nampak gambaran sinar- X dada yang khas bronkogrm udara dan pemeriksaan gas darah menunjukkan : a) kadar oksigen arteri menurun b) konsentrasi CO2 meningkat c) asidosis metabolic Pengobatan dengan oksigen yang dilembabkan, antibiotika, bikarbonas intravena dan makanan intravena. Mungkin diperlukan tekanan jalan positif berkelanjutan menggunakan pipa endotrakea. Akhirnya dibutuhkan pernapasan buatan bila timbul gagal napas dengan pernapasan tekanan positif berkelanjutan. 2. Takipnea selintas pada bayi baru lahir Paru sebagian bayi kurang bulan dan bahkan bayi cukup bulan teteap edematous untuk beberapa jam setelah lahir dan menyebabkan takipnea. Keadaan ini tidak berbahaya, biasanya tidak akan menyebabkan tanda- tanda distress respirasi lain dan membaik kembali 12-24 jam setelah lahir. Perdarahan intraventrikular terjadi pada bayi kurang bulan yang biasanya lahir normal. Perdarahan intraventrikular dihubungkan dengan sindroma distress respiratori idiopatik dan nampaknya berhubungan dengan hipoksia pada sindroma distress respirasi idiopatik. Bayi lemas dan mengalami serangan apnea. 3. Fibroplasias retrolental Oksigen konsentrasi tinggi pada daerah arteri berakibat pertumbuhan jaringan serat atau fibrosa di belakang lensa dan pelepasan retina yang menyebabkan kebutaan.hal ini dapat dihindari dengan menggunakan konsentrasi oksigen di bawah 40% ( kecuali bayi yang membutuhkan lebih dari 40 % ). Sebagian besar incubator mempunyai control untuk mencegah konsentrasi oksigen naik melebihi 40% tetapi lebih baik menggunakan pemantau oksigan perkutan yang saat ini mudah didapat untuk memantau tekanan oksigen arteri bayi. 4. Serangan apnea Serangan apnea disebabkan ketidakmampuan fungsional pusat pernapasan atau ada hubungannya dengan hipoglikemia atau perdarahan intracranial. Irama pernapasan bayi tak teratur dan diselingi periode apnea. Dengan menggunakan pemantau apneadan memberikan oksigen pada bayi dengan pemompaan segera bila timbul apnea sebagian besar bayi akan dapat bertahan dai serangan apnea, meskipun apnea ini mungkin berlanjut selama beberapa hari atau minggu. Perangsang pernapasan seperti aminofilin mungkin bermanfaat.

5. Enterokolitis nekrotik Keadaan ini timbul terutama pada bayi kurang bulan dengan riwayat asfiksia. Dapat juga terjadi setelah transfuse tukar. Gejalanya : kembung, muntah, keluar darah dari rectum dan berak cair, syok usus dan usus mungkin mengalami perforasi. Pengobatan diberikan pengobatan gentamisin intravena, kanamisin oral. Hentikan minuman oral dan berikan pemberian makanan intravena. Mungkin diperlukan pembedahan

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ). 2. Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal /perinatal). 3. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau hemolisis berlebihan). 4. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari. 5. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga. 6. Pemantauan elektrolit ( Na, K, CI) : biasanya dalam batas normal pada awalnya. 7. Pemeriksaan Analisa gas darah.

PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterina serta menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultra sonografi. 2. Memeriksa kadar gula darah (true glukose) dengan dextrostix atau laboratorium kalau hipoglikemia perlu diatasi. 3. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya. 4. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK. 5. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi mekonium. 6. Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan dan bila frekwensi lebih dari 60x/ menit dibuat foto thorax.

PENATALAKSANAAN Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi. 1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR

Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat badan , 2 kg adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat celcius. Bila inkubator tidak ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat dipertahankan. 2. Nutrisi Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah,sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama,sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahanlahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/ hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cckg BB/ hari. 3. Menghindari infeksi Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah,kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan anti bodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.

PENGKAJIAN 1. Aktivitas/ istirahat Bayi sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama tidur sehari rata-rata 20 jam. 2. Pernafasan Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran cesaria atau persentasi bokong. Pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari dada dan abdomen, perhatikan adanya sekret yang mengganggu pernafasan, mengorok, pernafasan cuping hidung. 3. Makanan/ cairan Berat badan rata-rata 2500 4000 gram ; kurang dari 2500 gr menunjukkan kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus diberi infus. Beri minum dengan tetes ASI/ sonde karena refleks menelan BBLR belum sempurna,kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120 - 150m1/kg BB/ hari. 4. Berat badan Kurang dari 2500 gram

5. Suhu BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan. 6. Integumen Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan kering.

DIAGNOSA KEPERAWATAN Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.

INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Tidak Efektifnya Termoregulasi Pada bayi lahir dengan berat badan bayi rendah dapat terjadi termoregulasi yang tidak efektif hal ini dapat disebabkan karena jaringan lemak pada subkutan yang kurang, sistem termoregulasi yang imatur, masalah tersebut dapat dilakukan tindakan keperawatan dengan cara mempertahankan temperatur pada aksila (36,5-37,2 derajat Celsius) dengan cara mengkaji temperatur pada aksila tiap 1-4 jam, mempertahankan suhu lingkungan yang netral, mempertahankan suhu bayi ke dalam inkubator, mempertahankan kestabilan kebutuhan oksigen dengan mengkaji status respiratori. 2. Intoleransi Aktivitas Intoleransi aktivitas ini dapat disebabkan karena prematuritas serta sistem susunan syaraf yang imatur, masalah ini dapat diatasi dengan cara mempertahankan kestabilan oksigen dengan melakukan monitoring pada nadi, mengkondisikan lingkungan yang nyaman, menyediakan monitoring jantung dan paru, mengurangi stimulasi dengan mengkaji selama aktivitas. 3. Resiko Tinggi Gangguan Integritas Kulit Masalah ini dapat disebabkan karena adanya faktor mekanik, adanya imaturitas pada kulit dan adanya imobilitas, masalah ini dapat dilakukan tindakan keperawatan dengan mengkaji kulit dan membran mukosa tiap 2-4 jam, mengatur posisi tiap 2-4 jam, menghindari penggunaan lotion, krem atau powder yang berlebih. 4. Resiko Tinggi Infeksi Resiko tinggi infeksi dapat disebabkan karena sistem imunitas yang masih imatur atau prosedur invasif, masalah ini dapat diatasi dengan mengkaji tanda vital tiap 1-2 jam, mempertahankan lingkungan dalam suhu normal, memperthankan prinsip aseptik sebelum kontak dengan pasien. Cara Perawatan Bayi dalam Inkubator Merupakan cara memberikan perawatan pada bayi dengan dimasukkan ke dalam alat yang berfungsi membantu terciptanya suatu lingkungan yang cukup dengan suhu yang normal. Dalam pelaksanaan perawatan di dalam inkubator terdapat dua cara yaitu dengan cara tertutup dan

terbuka. Inkubator tertutup: 1. Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka dalam keadaan tertentu seperti apnea, dan apabila membuka incubator usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen harus selalu disediakan. 2. Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung. 3. Bayi harus keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk memudahkan observasi. 4. Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh. 5. Pengaturan oksigen selalu diobservasi. 6. Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu 27 derajat celcius. Inkubator terbuka: 1. Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian perawatan pada bayi. 2. Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu normal dan kehangatan. 3. Membungkus dengan selimut hangat. 4. Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah aliran udara. 5. Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala. 6. Pengaturan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan sesuai dengan ketentuan di bawah ini.

KESIMPULAN Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500gr. BUR dapat dibagi 2 golongan yaitu prematuritas murni dan dismaturitas. Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah sering mengalami masalah sukar bernafas, sukar dalam pemberian minum ,ikterus berat dan infeksi.Bayi juga rentan mengalami hipotermi jika tidak dalam incubator. Bayi ini memerlukan perawatan khusus. Bila fasilitas tempat bayi dilahirkan tidak memadai untuk perawatan bayi, maka bayi harus segera dirujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas khusus untuk bayi yang lahir dengan berat badan rendah. Selama perjalanan ke tempat rujukan pastikan bahwa bayi terjaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lembut,kering,selimuti dan pakai topi untuk menghindari kehilangan panas. Prognosis BBLR akan baik bila ditangani dengan cepat dan perawatan yang intensif.

Referensi 1. Anonim. 2006. Bayi Berat Lahir Rendah (On-Line). Terdapat pada : http://www.keluargasehat.com/keluarga-ibuisi 2. Ennis, Sharon Axton. 2003. Pediatric Nursing Care Plans. 2nd Edition. Pearson Education. New Jersey 3. Faras Handayani. 2006. Berat Badan Lahir Rendah Tak Selalu Dirawat Di Rs (On-Line). Terdapat pada : http://www.tabloid-nakita.com/artikel 4. Hidayat, Alimul A.2005. Pengantar ilmu keperawatan anak 1. Penerbit Salemba Medica:

Jakarta 5. Nelson. 1999. Ilmu Kesehatan Anak I. EGC. Jakarta 6. Sitohang, Nur Asnah. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah. USU Repository2006 7. Sowden, Betz Cicilia. 2002. Keperawatan Pediatric. EGC. Jakarta 8. Speirs, al.1993. Ilmu Kesehatan anak Untuk Perawat. IKIP Semarang Press.Semarang 9. Whaley's and Wong. 1996. Clinic Manual of Pediatric Nursing. 4th Edition. Mosby Company 10. Zulhaida Lubis. 2003. Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi Yang Dilahirkan (On-Line). Terdapat pada : http://tumoutou.net/702_07134/zulhaida_lubis.htm
http://ahmadalfikri.blogspot.com/2008/02/berat-badan-lahir-rendah.html

Salam sahabat

TUMBUH KEMBANG ANAK


Posted on May 5, 2007. Filed under: artikel ilmiah | A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Dalam ilmu kesehatan anak istilah pertumbuhan dan perkembangan menyangkut semua aspek kemajuan yang dicapai oleh jazad manusia dari konsepsi sampai dewasa.Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam aspek fisis akibat multiplikasi sel dan bertambahnya jumlah zat interseluler. Oleh karena itu pertumbuhan dapat diukur dalam sentimeter atau incih dan dalam kilogram atau pound. Selain itu dapat pula diukur dalam keseimbangan metabolik, yaitu retensi kalsium dan nitrogen oleh badan. Perkembangan digunakan untuk menunjukkan bertambahnya keterampilan dan fungsi kompleks. Seseorang berkembang dalam pengaturan neuromoskuler, berkembang dalam mempergunakan tangan kanannya dan terbentuk pula kepribadiannya. Maturasi dan diferensiasi sering dipergunakan sebagai sinonim untuk perkembangan. Pertumbuhan fisis, sebagai pertumbuhan badan sebagai keseluruhan, Kroman menganjurkan 2 macam pemeriksaan pada anak, yaitu:
1. Pemeriksaan kesehatan medis (medical health examination) 2. Pemeriksaan kesehatan perkembangan (development health examination).

Pemeriksaan yang disebut pertama di atas menilai kondisi anak dari ada tidaknya penyakit, pemeriksaan yang disebut kedua dimaksudkan untuk menilai pertumbuhan fisis dan kedewasaannya dalam mental dan emosi. Walaupun pertumbuhan berlangsung terus secara tetap dari masa konsenpsi sampai dewasa, namun terjadi fluktuasi dalam kecepatan tumbuh seorang anak. Percepatan tumbuh yang mencapai maksimum terjadi pada akhir masa janin dan kemudian menurun terus sampai melewati masa bayi, kemudian timbul percepatan tumbuh lagi pada masa adolesensi yang kemudian menurun dan berhenti setelah mencapai umur dewasa.Puncak pertumbuhan panjang pada masa janin terjadi kira-kira pada akhir trimester kedua kehamilan,

puncak pertambahan berat terjadi pada saat sebelum lahir. Fase percepatan pada masa adolesensi terjadi sebaliknya, yaitu berlangsung lebih dini dan berat badan relatif lebih besar daripada tinggi badan. Beberapa jaringan badan hanya mengikuti satu daripada kedua percepatan tumbuh tersebut, sedang lainnya mengikuti suatu bentuk tersendiri. Misalnya jaringan otak cepat tumbuh pada masa percepatan tumbuh janin (siklus pertama) dan tidak tumbuh lagi sebelum percepatan tumbuh pada masa adolesensi (siklus kedua) dimulai. Pada saat lahir besar otak kira-kira hanya 5% daripada berat dewasa. Kira-kira 50% dari pertumbuhan otak terjadi pada tahun pertama kehidupan, 20% terjadi pada tahun kedua. Kerusakan otak pada masa bayi mempunyai arti yang penting demikian pula lingkaran kepala pada masa ini merupakan kemajuannya. Sebaliknya pertumbuhan alat kelamin pada 10 tahun pertama agak lambat, tetapi menjadi cepat pada 10 tahun berikutnya. Pertumbuhan organ ini sangat pesat sesudah seluruh pertumbuhan badan berakhir. Jaringan limfoid tumbuh cepat pada masa bayi dan anak, kemudian menurun pada masa pubertas dan akhirnya mengalami involusi. Termasuk dalam jenis ialah tonsil, adenoid, timus, limpa, kelenjar getah bening dan jaringan limfe di usus.Masa pertumbuhan sebelum dewasa1. Pranatal (0-280 hari)a. Masa embrio (trimester pertama kehidupan prenatal) Diferensiasi berlangsung cepat, terbentuk sistem dan alat-alat dalam tubuh.b. Masa fetus dini (trimester kedua kehidupan prenatal)Terjadi percepatan pertumbuhan. Pembentukan jasad manusia sempurna dan alat tubuh telah terbentuk serta mulai berfungsi. Pada akhir masa ini panjang janin 70% dari pada panjang pada saat dilahirkan, berat badannya hanya 20% daripadanya, karena jaringan lemak subkutan belum terbentuk.c. Masa fetus akhirBertambahnya masa tubuh dengan cepat. Berat badan fetus dari 700 g pada akhir trimester kedua bertambah dengan kecepatan kirakira 200 g/minggu sampai pertengahan trimester ketiga untuk mencapai kira-kira 3.0003.500 g.2. Masa neonatal (0-4 minggu sesudah lahir)Penyesuaian sirkulasi dengan keadaan lingkungan, mulai bernafas dan fungsi alat tubuh lainnya. Berat badan dapat turun sampai 10% pada minggu pertama kehidupan yang dicapai lagi pada hari ke14.3. Masa bayi (tahun pertama dan kedua kehidupan)a. Umur 1 bulan 1 tahunPertumbuhan dan perkembangan yang cepat, fungsi alat tubuh bertambah, terutama sistim saraf.b. Umur 1 tahun 2 tahunPertumbuhan menurun, kemajuan dalam berjalan dan aktifitas motorik serta pengaturan fungsi ekskresi4. Masa prasekolah (umur 2 -6 tahun)Pertumbuhan melambat, aktifitas jasmani bertambah, kordinasi fungsi dan mekanisme motorik bertambah, cepat menangkap pelajaran.5. Masa sekolah (wanita 6-10 tahun, pria 6-12 tahun)Pertumbuhan tetap, keterampilan dan proses intelektuil berkembang.6. Masa adolesensi (wanita 10-18 tahun, pria 12-20 tahun)Perubahan dari masa anak ke masa dewasa. Percepatan pertumbuhan tinggi dan berat badan, timbulnya ciri kelamin sekunder, memerlukan kepercayaan diri sendiri dan kebebasan, perkembangan fungsi alat kelamin.1. Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan AnakDapat dibagi dalam 2 bagian.
1. Faktor heredokonstitusionil 2. Faktor lingkungan (pranatal dan pascanatal)

a. Faktor heredokonstusionilGen yang terdapat di dalam nukleus dari telur yang dibuahi pada masa embrio mempunyai sifat tersendiri pada tiap individu. Manifestasi hasil perbedaan antara gen ini dikenal sebagai hereditas. DNA yang membentuk gen

mempunyai peranan penting dalam transmisi sifat-sifat herediter. Timbulnya kelainan familial, kelainan khusus tertentu, tipe tertentu dan dwarfism adalah akibat transmisi gen yang abnormal. Haruslah diingat bahwa beberapa anak bertubuh kecil karena konstitusi genetiknya dan bukan karena gangguan endokrin atau gizi. Peranan genetik pada sifat perkembangan mental masih merupakan hal yang diperdebatkan. Memang hereditas tidak dapat disangsikan lagi mempunyai peranan yang besar tapi pengaruh lingkungan terhadap organisme tersebut tidak dapat diabaikan. Pada saat sekarang para ahli psikologi anak berpendapat bahwa hereditas lebih banyak mempengaruhi inteligensi dibandingkan dengan lingkungan.Sifat-sifat emosionil seperti perasaan takut, kemauan dan temperamen lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan dibandingkan dengan hereditas.1. Jenis kelaminPada umur tertentu pria dan wanita sangat berbeda dalam ukuran besar, kecepatan tumbuh, proporsi jasmani dan lain-lainnya sehingga memerlukan ukuran-ukuran normal tersendiri. Wanita menjadi dewasa lebih dini, yaitu mulai adolesensi pada umur 10 tahun, pria mulai pada umur 12 tahun.2. Ras atau bangsaOleh beberapa ahli antropologi disebutkan bahwa ras kuning mempunyai tendensi lebih pendek dibandingkan dengan ras kulit putih. Perbedaan antar bangsa tampak juga bila kita bandingkan orang Skandinavia yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang Italia.3. KeluargaTidak jarang dijumpai dalam suatu keluarga terdapat anggota keluarga yang pendek anggota keluarga lainnya tinggi.4. UmurKecepatan tumbuh yang paling besar ditemukan pada masa fetus, masa bayi dan masa adolesensi.b. Faktor lingkungan1. Faktor prenatal.a). Gizi (defisiensi vitamin, jodium dan lain-lain).Dengan menghilangkan vitamin tertentu dari dalam makanan binatang yang sedang hamil, Warkany menemukan kelainan pada anak binatang tersebut. Jenis kelainan tersebut dapat diduga sebelumnya dengan menghilangkan vitamin tertentu. Telah dibuktikan pula bahwa kurang makanan selama kehamilan dapat meningkatkan angka kelahiran mati dan kematian neonatal. Diketahui pula bahwa pada ibu dengan keadaan gizi jelek tidak dapat terjadi konsepsi. Hal ini disinggung pula oleh Warkany dengan mengatakan The most serious congenital malformation is never to be conceived at all.b). Mekanis (pita amniotik, ektopia, posisi fetus yang abnormal, trauma, oligohidroamnion).Faktor mekanis seperti posisi fetus yang abnormal dan oligohidroamnion dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti clubfoot, mikrognatia dan kaki bengkok. Kelainan ini tidak terlalu berat karena mungkin terjadi pada masa kehidupan intrauterine akhir. Implantasi ovum yang salah, yang juga dianggap faktor mekanis dapat mengganggu gizi embrio dan berakibat gangguan pertumbuhan.c). Toksin kimia (propiltiourasil, aminopterin, obat kontrasepsi dan lain-lain).Telah lama diketahui bahwa obat-obatan tersebut dapat menimbulkan kelainan seperti misalnya palatoskizis, hidrosefalus, distosis kranial.d). Endokrin (diabetes mellitus pada ibu, hormon yang dimakan, umur tua dan lain-lain).Bayi yang lahir dari ibu yang menderita diabetes mellitus sering menunjukkan kelainan berupa makrosomia, kardiomegali dan hiperplasia adrenal. Hiperplasi pulau Langherhans akan mengakibatkan hipoglikemia. Umur rata-rata ibu yang melahirkan anak mongoloid dan kelainan lain umumnya lebih tinggi dibandingkan umur ibu yang melahirkan anak normal. Ini mungkin disebabkan oleh kelainan beberapa endokrin dalam tubuh ibu yang meningkat pada umur lanjut, walaupun faktor lain yang bukan endokrin juga ikut berperan.e). Radiasi (sinar Rontgen, radium dan lain-lain).Pemakaian radium dan sinar Rontgen yang tidak mengikuti aturan dapat mengakibatkan kelainan pada fetus. Contoh kelainan yang pernah dilaporkan

ialah mikrosefali. Spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak. Kelainan yang ditemukan akibat radiasi bom atom di Hiroshima pada fetus ialah mikrosefali, retardsai mental, kelainan kongenital mata dan jantung.f). Infeksi (trimester I: rubella dan mungkin penyakit lain, trimester II dan berikutnya: toksoplasmosis, histoplasmosis, sifilis dan lain-lain).Rubela (German measles) dan mungkin pula infeksi virus atau bakteri lainnya yang diderita oleh ibu pada waktu hamil muda dapat mengakibatkan kelainan pada fetus seperti katarak, bisu-tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan kongenital jantung. Kongenital merupakan contoh infeksi yang dapat menyerang fetus intrauterin hingga terjadi gangguan pertumbuhan fisik dan mental. Toksoplasmosis pranatal dapat mengakibatkan makrosefali kongenital atau mikrosefali dan retinitis.g). Imunitas (eritroblastosis fetalis, kernicterus)Keadaan ini timbul atas dasar adanya perbedaan golongan darah antara fetus dan ibu, sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah bayi yang kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah bayi yang akan mengakibatkan hemolisis. Akibat penghancuran sel darah merah bayi akan timbul anemia dan hiperbilirubinemia. Jaringan otak sangat peka terhadap hiperbilirubinemia ini dan dapat terjadi kerusakan.g). Anoksia embrio (gangguan fungsu plasenta)Keadaan anoksia pada embrio dapat mengakibatkan pertumbuhannya terganggu.b. Faktor Pascanatal1. Gizi (masukan makanan kualitatif dan kuantitatif).Termasuk dalam hal ini bahan pembangun tubuh yaitu protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin.2. Penyakit (penyakit kronis dan kelainan kongenital).Beberapa penyakit kronis seperti glumerulonefritis kronik, tuberkulosis paru dan penyakit sesak dapat mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani. Hal yang sama juga dapat terjadi pada penderita kelainan jantung bawaan.3. Keadaan sosialekonomi.Hal ini memegang peranan penting dalam pertumbuhan anak, jelas dapat terlihat ukuran bayi yang lahir dari golongan orang tua dengan keadaan sosial-ekonomi yang kurang, yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi dari keluarga dengan sosialekonomi yang cukup.4. Musim.Di negeri yang mempunyai 4 musim terdapat perbedaan kecepatan tumbuh berat badan dan tinggi. Pertambahan tinggi terbesar pada musim semi dan paling rendah pada musim gugur. Sebaliknya penambahan berat badan terbesar terjadi pada musim gugur dan terkecil pada musim semi.5. Lainlain.Banyak faktor lain yang ikut berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, antara lain pengawasan medis, perbaikan sanitasi, pendidikan, faktor psikologis dan lain-lain. B. Tinjauan Umum Tentang BBLR BBLR ialah bayi yang baru lahir dengan berat badan saat lahir < 2500 g. Istilah BBLR digunakan oleh WHO untuk mengganti istilah bayi prematur.Untuk mendapatkan keseragaman, pada kongres European Perinatal Medicine II di London tahun 1970, diusulkan definisi sebagai berikut. 1. Bayi kurang bulan ialah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari).2. Bayi cukup bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 sampai empat puluh dua minggu (259 sampai 293 hari)3. Bayi lebih bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih)Dengan pengertian tersebut, maka bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan.1. Prematuritas murniBayi dengan kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai untuk masa kehamilan itu

atau biasa disebut dengan neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKBSMK).2. DismaturitasBayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk kehamilan itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK). Berarti bayi mengalami gangguan intra uterine dan merupakan bayi yang kecil masa kehamilan (KMK).

Status sosial ekonomi rendah Berat lahir rendah

Diet tidak sehatObesitas,Merokokstress

Penyakit jantung koroner

Source: Whincup (1997) Diab 40:319.Gambar 1. BBLR dan Penyakit Usia Dewasa serta Penjelasan Faktor confounding Uraian gambar 1 menjelaskan dampak dari status sosial ekonomi yang rendah, bermuara pada ketersediaan pangan yang terbatas, intake makanan yang tidak seimbang, sehingga berbagai penyakit yang terkait dengan pola makan juga mulai muncul. Disamping itu interaksi sosial budaya memaksa bapak untuk mengikuti kebiasaan masyarakat setempat, misalnya merokok. Hal juga sosial ekonomi yang rendah memicu tingkat stress yang tinggi, sehingga selain penyakit infeksi yang mudah menyerang pada masyarakat miskin, penyakit degeneratif pun (jantung koroner) dengan mudah ditemukan pada golongan masyarakat tersebut. Berbagai riset juga telah memaparkan bukti ilmiah tentang rendahnya sosial ekonomi dengan meningkatnya angka BBLR.Anak yang meninggal 0-1 bulan 50% ialah anak yang prematur. Ada hubungan antara berat badan lahir dengan mortalitas, lebih berat kemungkinan hidupnya (Arkhanda, 1986). A.B. Saifuddin (2000), menjelaskan beberapa prinsip dasar tentang BBLR. Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 g ( sampai dengan 2499 g). Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam 3 kelompok.
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 g. 2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir 1000-1500 g (<1500 g). 3. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1000 g

Bayi Berat Lahir Rendah dipengaruhi dari beberapa faktor.1. Faktor-faktor yang berkaitan dengan ibu seperti: umur ibu, umur kehamilan, paritas, berat badan dan tinggi badan, status gizi (nutrisi), anemia, kebiasaan minum alkohol dan merokok, penyakitpenyakit keadaan tertentu waktu hamil (misalnya anemia, perdarahan dan lain-lain), jarak kehamilan, kehamilan ganda, riwayat abortus (Rochjati, et al, 1986).2. Faktor

janin meliputi kehamilan kembar dan kelainan bawaan3. Faktor bayi seperti jenis kelamin dan ras.4. Faktor lingkungan seperti: pendidikan dan pengetahuan ibu, pekerjaan, dan status sosial ekonomi dan budaya.5. Pelayanan kesehatan (antenatal care).Data yang ada saat ini memperlihatkan bahwa status kesehatan anak di Indonesia masih merupakan masalah. Angka kematian bayi masih tinggi yaitu sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup, angka kematian balita, 58 perseribu, serta angka kematian ibu 307 per seribu kelahiran hidup (UNDP, 2001 dalam Fatmawati, 2006)Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor risiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi. Angka BBLR di Indonesia nampak bervariasi. Dari beberapa studi kejadian BBLR pada tahun 1984 sebesar 14.6% di daerah pedesaan dan 17.5% di Rumah Sakit, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1% -17,2 %, secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI 1991 angka BBLR sekitar 7,5 %. (S.Titik, dkk. 1996)Rosso, (1980) dalam Bonnie (2000), menjelaskan bahwa malnutrisii pada ibu ditemukan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan fungsi plasenta yang normal. Hal ini tercermin dengan rendahnya bobot plasenta, ukuran plasenta yang kecil dan kandungan DNA yang tereduksi. Plasenta yang terpengaruh juga mengurangi massa dan permukaan filli.
Status gizi buruk Menurunnya volume darah Peningkatan Kardiac Out put yang tidak memadai

Menurunnya aliran darah Plasenta


Mengecilnyas ukuran plasenta Menurunnya transfer nutrisi Terhambatnya pertumbuhan janin

Sumber : Bonnie, S. Worthington, 2000.Gambar 2: Mekanisme Postulat yang berpengaruh terhadap Retardasi Pertumbuhan Janin dari aspek kekurangan gizi ibu Phase pertumbuhan dalam rahim terbagi ke alam 3 phase. Phase 1. Hyperplasia (peningkatan jumlah sel), hal ini terjadi pada trimester 1, dengan pembelahan sel yang memerlukan protein dan mikronutrien. Phase 2. Hyperplasia dan hypertrophy (pembesaran sel), terjadi pada trimester 2. Terjadi pembelahan sel dan pembesaran sel, nutrisi yang dibutuhkan adalah protein, mikronutrien dan kalori. Pada phase 3 terjadi hypertrophy, yang terjadi pada trimester 3 dengan pembesaran sel yang membutuhkan kalori (Budi Subianto, 2004).

http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/05/05/tumbuh-kembang-anak/

Kapan seorang bayi dikatakan bayi berat lahir rendah (BBLR)? Angka kejadian BBLR di Indonesia berkisar 9-30% bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. Hingga saat ini BBLR masih merupakan masalah di seluruh dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir. Angka kejadian BBLR di Indonesia berkisar 9-30% bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. Hingga saat ini BBLR masih merupakan masalah di seluruh dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir. Sebanyak 25% bayi baru lahir dengan BBLR meninggal dan 50% meninggal saat bayi. Mengapa? BBLR rentan terhadap kekurangan nutrisi, infeksi, dan keterlambatan perkembangan saraf. Ada 2 tipe BBLR 1. Prematur yaitu bayi yang lahir lebih awal dari waktunya (kehamilan < 37 minggu) 2. Bayi kecil masa kehamilan (KMK) yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi memiliki berat badan kurang Apa penyebab BBLR? Sesuai dengan tipenya, BBLR tipe KMK disebabkan oleh : Ibu hamil yang kekurangan nutrisi Ibu memiliki hipertensi, preeklamsi, atau anemia Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu Malaria kronik, penyakit kronik Ibu hamil merokok Sedangkan BBLR tipe prematur disebabkan oleh Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan kembar Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya, Cervical imcompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak mampu menahan berat bayi dalam rahim) Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum hemorrhage) Ibu hamil yang sedang sakit Kebanyakan tidak diketahui penyebabnya. Bilamana BBLR perlu dirawat di rumah sakit? berat badannya kurang dari 1800 gram usia kehamilan kurang dari 34 minggu sulit minum sakit

Permasalahan Bayi Prematur Risiko yang dapat Terjadi 1. Jangka Pendek

Hipotermia. Hipotermia (suhu bayi <36,5C) akan menyebabkan bayi kehilangan energi, pernapasannya terganggu, bayi menjadi sakit bahkan meninggal. Hipertermia (suhu bayi >37,5C) dapat meningkatkan metabolisme, dan menyebabkan dehidrasi. Hipoglikemia (Kadar Gula darah kurang dari normal) Paru belum berkembang (bayi menjadi sesak napas) Gangguan Pencernaan (mudah kembung karena fungsi usus belum cukup baik) Mudah terkena infeksi (Sistem imunitas bayi belum matang) Anemia (bayi kelihatan pucat oleh karena kadar hemoglobin darah rendah) Mudah kuning Perdarahan otak Gangguan jantung 2. Jangka panjang

Gangguan pertumbuhan Gangguan perkembangan Gangguan penglihatan (retinopati akibat prematur) Gangguan pendengaran Penyakit paru kronik Semakin muda usia kehamilan semakin besar risiko jangka pendek dan jangka panjang tersebut terjadi.

Bersambung yach.........:go. caberawit.82 4 May 2009, 04:04 AM Perawatan bayi prematur di rumah 1. Utamakan pemberian ASI ASI mempunyai keuntungan yaitu kadar protein tinggi, laktalbumin, zat kekebalan tubuh, lipase dan asam lemak esensial, laktosa, dan oligosakarida. ASI mempunyai faktor pertumbuhan usus, oligosakarida untuk memacu motilitas usus, dan perlindungan terhadap penyakit. Dari segi

psikologik ASI meningkatkan ikatan antara ibu dan anak. Formula standar untuk BBLR menyerupai ASI tetapi kekurangan antibodi dan faktor pertumbuhan. Formula prematur mempunyai kandungan kalori, protein, dan mineral yang lebih tinggi dibanding formula untuk bayi cukup bulan. Bayi kecil juga rentan kekurangan nutrisi, fungsi organnya belum matang, kebutuhan nutrisinya besar, dan mudah sakit hingga pemberian nutrisi yang tepat penting untuk tumbuh kembang optimal. 2. Hindarkan suhu tubuh yang rendah (hipotermia) dengan cara:

Metode Kangguru. Metode yang tepat dalam merawat BBLR, yakni dengan kangaroo mother care atau metode kanguru. Metode kanguru adalah perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya. Caranya: Bayi diletakkan dalam dekapan ibu dengan kulit menyentuh kulit, posisi bayi tegak, kepala miring ke kiri atau ke kanan. Keunggulan metode ini: bayi mendapatkan sumber panas alami (36-37o C) terus menerus langsung dari kulit ibu, mendapatkan kehangatan udara dalam kantung/baju ibu, serta ASI menjadi lancar. Dekapan Anda adalah energi bagi si kecil. Pada bayi berat badan lahir sangat rendah (kurang dari 1000 g) metode kanguru ditunda sampai usia 2 minggu, atau sampai keadaan si bayi stabil. Kriteria bayi kecil yang dapat menggunakan metode ini: Bayi sehat Berat lahir antara 1500-2500 g, Suhu tubuh stabil (36,5 - 37,5o C), Bayi dapat menetek, Grafik berat badan cenderung naik.

Bayi dibungkus kain hangat dan kepalanya diberi topi. Bayi kecil atau bayi sakit diletakkan di ruang hangat (tidak kurang dari 25o C). Pastikan tangan selalu hangat saat memegang bayi. Bila popok atau kain basah, harus selalu diganti. 3. Hindarkan kontak terhadap orang/lingkungan yang berisiko tinggi 4. Cuci tangan sebelum memegang bayi 5. Pakailah masker bila kondisi badan sakit sebelum memegang bayi 6. Lakukan pemijatan bayi secara rutin (tanyakan dokter tentang caranya) 7. Hubungi dokter atau bawa ke rumah sakit bila terdapat tanda kurang baik, misalnya: bayi malas minum, napas cepat, badan panas, bertambah kuning, dan bila ada kejang

Bagaimana Memonitor BBLR?

Si kecil yang Anda nantikan kini sudah pulang, namun mengingat ia tergolong BBLR, ada beberapa catatan penting menyangkut tumbuh kembang buah hati Anda. Apa yang mesti Anda lakukan? Monitor pertumbuhan bayi (berat badan, panjang badan, lingkar kepala) secara berkala. Bayi biasanya akan kehilangan 1-2% berat badan setiap hari, selama 7-10 hari Kumulatif kehilangan berat badan berkisar 10% Berat akan kembali ke kondisi semula 10-14 hari, kecuali bila ada komplikasi. Penyebab turunnya berat badan kedinginan anemia kekurangan nutrisi Monitor perkembangan bayi. Pemeriksaan khusus: mata, USG kepala, telinga, dan darah bila ada anemia. Agar Bayi Lahir Dengan Berat Badan Ideal 1. Sebaiknya sebelum hamil, konsultasikan terlebih dahulu pada dokter tentang faktorfaktor penyakit yang mengganggu kehamilan, termasuk berat badan Anda kurang atau lebih. 2. Turuti advis dokter tentang berat badan bulan per bulan. Tanyakan diet yang cocok dengan kondisi Anda. 3. Rajin kontrol ke dokter, jika dokter jeli dan Anda rajin kontrol serta tidak memiliki penyulit selama kehamilan, maka berat bayi akan normal. 4. Jika Anda memiliki faktor kesehatan yang dapat menimbulkan resiko BBLR, seperti diabetes melitus, dan lain sebagainya maka rutinlah mengkonsultasikannya ke dokter. Dengan pantauan medis yang baik, resiko bayi lahir dengan berat rendah akan dapat diatasi. 5. Hindari penyebabnya seperti rokok, minuman keras dan obat-obatan.
http://webforum.plasa.com/archive/index.php/t-92138.html

Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah


maharani on August-4-09 (No Ratings Yet) Loading ...

Setiap pasangan suami-istri tentu mendambakan bayi mereka lahir normal, yaitu berat lahir antara 2.500-4.000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat. Namun, ada kalanya keinginan tersebut tidak terwujud, misalnya bayi lahir kurang bulan atau bayi berat lahir rendah (BBLR). Kenyataan ini sebetulnya jangan menjadikan orang tua patah semangat, karena kemajuan teknologi kedokteran dan didukung kemauan keras orang tua yang memiliki BBLR, maka bayi itu dapat bertahan hidup. Tulisan ini dimaksudkan untuk memberi informasi, edukasi kepada masyarakat awam dalam rangka. Hari Anak Nasional dan Ulang Tahun Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. BBLR dibedakan menjadi dua bagian: pertama, BBL sangat rendah bila kahir berat lahir kurang dari 1.500 gram, dan kedua, BBLR bila berat lahir antara 1.501-2.499 gram Penyebab BBLR sangatlah multifaktorial, antara lain asupan gizi ibu sangat kurang pada masa kehamilan, gangguan pertumbuhan dalam kandungan (janin tumbuh lambat), faktor plasenta, infeksi, kelainan rahim ibu, trauma, dan lainnya. Pada saat persalinan, BBLR mempunyai risiko kurang menyenangka, yaitu asfiksia atau gagal untuk bernapas secara spontan dan teratur saat atau beberapa menit setelah lahir. Hal itu diakibatkan faktor paru yang belum matang. Risiko lainnya adalah hiportemia (suhu tubuh 6,5 167 C). Karena itu, perhatian dan pelayanan atau perawatan BBLR dimulai sejak lahir dan sebaiknya persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan dan dilakukan di puskesmas, rumah sakit, atau rumah sakit bersalin) Perawatan BBLR Prinsip penting dalam perawatan BBLR setelah lahir adalah mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, pemberian minum, dan pencegahan infeksi. Bayi dengan BBLR juga sangat rentan terjadinya hiportemia, karena tipisnya cadangan lemak di bawah kulit dan masih belum matangnya pusat pengatur panas di otak. Untuk itu, BBLR harus selalu dijaga kehangatan tubuhnya.

Cara paling efektif mempertahankan suhu tubuh normal adalah sering memeluk dan menggendong bayi. Ada suatu cara yang disebut metode kangguru atau perawatan bayi lekat, yaitu bayi selalu didekap ibu atau orang lain dengan kontak langsung kulit bayi dengan kulit ibu atau pengasuhnya dengan cara selalu menggendongnya. Cara lain, bayi jangan segera dimandikan sebelum berusia enam jam sesudah lahir , bayi selalu diselimuti dan ditutup kepalanya, serta menggunakan lampu penghangat atau alat pemancar panas. Minum sangat diperlukan BBLR, selain untuk pertumbuhan juga harus ada cadangan kalori untuk mengejar ketinggalan beratnya. Minuman utama dan pertama adalah air susu ibu (ASI) yang sudah tidak diragukan lagi keuntungan atau kelebihannya. Disarankan bayi menyusu ASI ibunya sendiri, terutama untuk bayi prematur. ASI ibu memang paling cocok untuknya, karena di dalamnya terkandung kalori dan protein tinggi serat elektrolit minimal. Namun, refleks menghisap dan menelan BBLR biasanya masih sangat lemah, untuk itu diperlukan pemberian ASI peras yang disendokkan ke mulutnya atau bila sangat terpaksa dengan pipa lambung. Susu formula khusus BBLR bisa diberikan bila ASI tidak dapat diberikan karena berbagai sebab. Kekurangan minum pada BBLR akan mengakibatkan ikterus (bayi kuning) BBLR sangat rentan terhadap terjadinya infeksi sesudah lahir. Karena itu, tangan harus dicuci bersih sebelum dan sesudah memegang bayi, segera membersihkan bayi bila kencing atau buang air besar, tidak mengizinkan menjenguk bayi bila sedang menderita sakit, terutama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan pemberian imunisasi sesuai dengan jadwal. Untuk tumbuh, BBLR harus mendapat asupan nutrien berupa minuman mengandung karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin yang lebih dari bayi bukan BBLR. Penting dipertahikan agar zat tersebut betul-betul dapat digunakan hanya untuk tumbuh, tidak dipakai untuk melawan infeksi. Biasanya BBLR dapat mengejar ketinggalannya paling lambat dalam enam bulan pertama. Sumber IDAI.or.id
http://dr-anak.com/perawatan-bayi-berat-lahir-rendah.html

Bayi Lahir dengan Berat Rendah Masih Bisa Hidup Normal


By Republika Newsroom Rabu, 22 Juli 2009 pukul 13:35:00 Font Size A A A EMAIL PRINT Facebook

SCIENCEMUSEUM.ORG.UK

HANGAT: Bayi prematur membutuhkan kehangatan layaknya rahim ibu hingga usia yang mencukupi. Setiap pasangan suami-istri tentu mendambakan bayi mereka lahir normal, dengan berat lahir antara 2.500-4.000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan cacat bawaan yang berat. Namun, ada kalanya keinginan tersebut tidak terwujud, misalnya bayi lahir kurang bulan atau bayi berat lahir rendah (BBLR). "Kenyataan ini sebetulnya jangan menjadikan orang tua patah semangat, karena kemajuan teknologi kedokteran dan didukung kemauan keras orang tua yang memiliki BBLR, maka bayi itu dapat bertahan hidup," ujar Ketua Umum PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Badriul Hegar, dalam temu media menjelang Hari Anak Nasional dan Ulang Tahun IDAI ke-55, Rabu (22/7). Menurut Badriul, BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. BBLR dibedakan menjadi dua bagian: pertama, BBL sangat rendah bila berat lahir kurang dari 1.500 gram, dan kedua, BBLR bila berat lahir antara 1.501-2.499 gram. Penyebab BBLR, lanjut dia, sangatlah multifaktorial. "Antara lain asupan gizi ibu sangat kurang pada masa kehamilan, gangguan pertumbuhan dalam kandungan, faktor plasenta, infeksi, kelainan rahim ibu, dan trauma," jelasnya. Prinsip penting dalam perawatan BBLR, kata Badriul, setelah lahir adalah mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, pemberian minum, dan pencegahan infeksi. Bayi dengan BBLR juga sangat rentan terjadinya hiportemia, karena tipisnya cadangan lemak di bawah kulit dan masih belum matangnya pusat pengatur panas di otak. ''Untuk itu, BBLR harus selalu dijaga kehangatan tubuhnya,'' cetusnya. Badriul menambahkan, cara paling efektif mempertahankan suhu tubuh normal adalah sering memeluk dan menggendong bayi. Ada suatu cara yang disebut metode kangguru atau perawatan bayi lekat, yaitu bayi selalu didekap ibu atau orang lain dengan kontak langsung kulit bayi

dengan kulit ibu atau pengasuhnya dengan cara selalu menggendongnya. "Cara lain, bayi jangan segera dimandikan sebelum berusia enam jam sesudah lahir , bayi selalu diselimuti dan ditutup kepalanya, serta menggunakan lampu penghangat," imbuhnya. Minum, kata Badriul, sangat diperlukan BBLR. Selain untuk pertumbuhan juga harus ada cadangan kalori untuk mengejar ketinggalan beratnya. Minuman utama dan pertama adalah air susu ibu (ASI) yang sudah tidak diragukan lagi keuntungan atau kelebihannya. Disarankan bayi menyusu ASI ibunya sendiri, terutama untuk bayi prematur. "ASI ibu memang paling cocok untuknya, karena di dalamnya terkandung kalori dan protein tinggi serat elektrolit minimal," lanjutnya. Namun demikian, ujar Badriul, refleks menghisap dan menelan BBLR biasanya masih sangat lemah, untuk itu diperlukan pemberian ASI peras yang disendokkan ke mulutnya atau bila sangat terpaksa dengan pipa lambung. Susu formula khusus BBLR, lanjut dia, bisa diberikan bila ASI tidak dapat diberikan karena berbagai sebab. "Kekurangan minum pada BBLR akan mengakibatkan ikterus atau bayi kuning," tandasnya. eye/rif
http://www.republika.co.id/berita/64021/Bayi_Lahir_dengan_Berat_Rendah_Masih_Bisa_Hidup_Norm al

Rabu, 17 Desember 2008


Pengertian BBLR Pengertian BBLR BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram sampai dengan 2499 gram. (Abdul Bari Saifudin, 2002 : 376) BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gr (Farrer, Hellen, 1999) BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat antara 1500 2500 gram (Sarwono Prawrohardjo, 2002) Jenis BBLR

Menurut harapan hidupnya : o Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500 2500 gram o Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir <> o Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir <1000> (Sarwono, 2002 : 376) Menurut masa gestasinya : o Prematuritas murni : masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB SMK) o Dismaturitas : bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan intruterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK) Etiologi - Faktor ibu Gizi saat hamil yang kurang Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok) - Faktor kehamilan Hamil dengan hidramnion Hamil ganda

Perdarahan antepartum Komplikasi hamil : pre-eklamsi atau eklamsi, ketuban pecah - Faktor janin Cacat bawaan Infeksi dalam rahim - Faktor yang masih belum diketahui (IBG, Manuaba, 1998 : 326) Diagnosa dan Gejala Klinis Sebelum bayi lahir - Pada anamnese sering dijumpai adanya Riwayat abortus, partus prematurus dan lahir mati - Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan - Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut - Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya - Sering dijumpai kehamilan dengan oligradramnion gravidarum atau perdarahan anterpartum Setelah bayi lahir - Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin - Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu - Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterine

- Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya - (Rustam Mochtar, 1998 : 449) Penanganan - Mempertahankan suhu dengan ketat BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat o Bayi berat badan dibawah 2 kg 350 C o Bayi berat badan 2 kg 2,5 kg 340 C o Suhu incubator diturunkan 10 C setiap minggu sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu sekitar 24-270 C - Mencegah infeksi dengan ketat - BBLR sangat retan akan infeksi. Perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi - Pemberian O2 - Pemberian O2 untuk bayi ini harus dikendalikan dengan seksama konsentrasi yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan timbulnya kerusakan jaringan pada retina bayi sehingga menimbulkan kebutaan. Bisa diberikan melalui kateter hidung - Pengawasan nutrisi / ASI Reflek menelan BBLR belum sempurna. Oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat o Reflek hisap baik ASI jam setelah lahir

o Reflek hisap lemah ASI khusus dengan sonde

KARBON MONOKSIDA BERISIKO TERHADAP BAYI BERAT LAHIR RENDAH KARBON MONOKSIDA BERISIKO TERHADAP BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)? Pada pertengahan tahun 1970-an beberapa pakar melaporkan adanya tanda bahwa polusi udara mungkin lebih berbahaya di dapur rata-rata rumah dibanding di luar rumah yang dekat dengan jalan raya (Haryoto, 1995 : 50) . Adapun sumber polusi dalam rumah adalah pembakaran dalam rumah untuk keperluan memasak dan pemanas ruangan. Gas alam yang merupakan bahan bakar yang paling umum digunakan terutama menghasilkan nitrogen dioksida dan karbon monoksida bersama dengan produk pembakaran yang tidak berbahaya. Jika kayu dibakar dalam suatu perapian atau untuk memasak (yang dilakukan dibanyak negara), selain polutan tersebut akan ditambahkan lagi partikulat dan sejumlah besar hidrokarbon. Paparan karbon monoksida selama masa kehamilan mungkin berhubungan dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan mungkin mengurangi kemampuan mental anak (WHO, 1996) Apakah Carbon Monoksida itu ? CO adalah gas yang mudah terbakar,tidak berwarna dan tidak berbau. CO ada dimana mana di sekitar lingkungan kita, diproduksi oleh pembakaran yang tidak sempurna. Menurut Lioy dan Daisey (1987) Karbon Monoksida dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar fosil. Sedangkan menurut Manahan (1992) karbon monoksida adalah gas industri beracun yang diproduksi oleh pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar carbonous. Sumber karbon monoksida dari lingkungan diluar tempat kerja adalah pemanas ruangan, tungku perapian dan pembakaran mesin, batu bara, kayu bakar, juga dihasilkan dari dalam tubuh oleh katabolisme dari hemoglobin dan protein heme. Standar utama untuk udara ambien dari karbon monoksida adalah 9 ppm untuk rata-rata waktu 8 jam, dan 35 ppm untuk standar waktu 1 jam (Nebel dan Wright, 1993), sedangkan WHO merekomendasikan sebagai berikut, a.100 mg/m3 (87 ppm) selama 15 menit b. 60 mg/m3 (52 ppm) selama 30 menit a. 30 mg/m3 (26 ppm) selama 1 jam b. 10 mg/m3 (9 ppm) selama 8 jam Berdasarkan Fairbank North Star Borough Environmental Services (Tom Gosink, 1983) menggunakan kriteria sebagai berikut : a. Kualitas udara baik, kandungan CO kurang dari 9 ppm b. Kualitas udara sedang, kandungan CO 9 15 ppm

c. Kualitas udara buruk, kandungan CO lebih dari 15 ppm. Menurut WHO (1999) ada kesamaan antara asap rokok dengan asap dari bahan pembakaran biomassa. Pemakaian bahan bakar kayu dan arang untuk keperluan memasak di wilayah perkotaan maupun pedesaan secara rata-rata adalah 87,4 % dari total penggunaan bahan bakar pada tahun 1971 kemudian menjadi 70,9 % pada tahun 1990 (Depkes, 1997). Berdasarkan survei pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga di Jawa Tengah tahun 1999, pengeluaran rata-rata per Kapita untuk pembelian kayu bakar dan bahan bakar lain adalah Rp. 3.093. lebih tinggi dari pengeluaran untuk minyak tanah (Rp 1.093) dan LPG (Rp. 43). Di negara negara berkembang, masalah polusi udara dalam ruangan yang penting adalah polusi dalam rumah, dimana ada yang memasak dan atau membakar kayu untuk pemanasan tanpa cerobong asap yang memadai. Menurut Sumarwoto (2001), pengunaan bahan bakar biomassa (BBB) pada tingkat nasional sekitar 80 % jumlah rumah tangga menggunakan BBB yang terdiri atas kayu, residu pertanian, dan arang. Di daerah perdesaan lebih dari 90 % rumah tangga (BPS,1990). Pembakaran kayu bakar menghasilkan antara lain, CO, SO2, NOx, ammonia, HCL, hidrokarbon, antara lain formaldehide, benzene, dan benzo(a)pyrene yang merupakan karsinogen potensial dan partikulat (SPM=suspended particulate matter). SPM , hidrokarbon dan CO dihasilkan dalam kadar yang tinggi. Metabolisme dan Interaksi Biokimia Lebih kurang 80 % - 90 % dari jumlah CO yang diabsorbsi berikatan dengan hemoglobin, membentuk carboxyhemoglobin (HbCO). HbCO menyebabkan lepasnya ikatan oxyhemoglobin dan mereduksi kapasitas transport oksigen dalam darah. Afinitas ikatan karbon monoksida dan hemoglobin adalah 200 250 kali dari oksigen (WHO,1996), 200-300 kali (Kindwall,1994 ), 200 kali (James,1985). Karbon monoksida masuk kedalam aliran darah melalui paru-paru dan bereaksi dengan hemoglobin (Hb) dengan reaksi sebagai berikut : O2 + CO COHb + O2 (Manahan,1992) Carboxyhemoglobin beberapa kali lebih stabil dibandingkan dengan oxyhemoglobin sehingga reaksi ini mengakibatkan berkurangnya kapasitas darah untuk menyalurkan O2 kepada jaringan tubuh. Jika kita duduk di udara dengan kadar karbon monoksida 60 bpj selama 8 jam, maka kemampuan mengikat oksigen oleh darah itu turun sebanyak 15 % , sama dengan kehilangan darah sebanyak 0,5 liter (A. Tresna S,1991). Paparan dari karbon monoksida menghasilkan hypoxia pada jaringan. Hypoxia menyebabkan efek pada otak dan perkembangan janin. Efek pada sistem kardiovaskuler terjadi pada HbCO kurang dari 5 % ( WHO,1996). Efek Toksik Kombinasi dari penurunan kapasitas oksigen yang dibawa dalam darah, merusak pelepasan oksigen ke jaringan dan mempengaruhi proses oksidasi intraselular yang menyebabkan hypoxia jaringan merupakan proporsi antara HbCO jenuh dan kebutuhan oksigen. Otak, system cardiovascular, kelenturan otot skeletal, dan perkembangan janin adalah jaringan yang paling sensitive terhadap hypoxia (WHO, 1996). Dengan demikian toksik efek berhubungan dengan

fungsi neurobehavioural, kapasitas latihan cardiovascular, dan efek- efek pada pertumbuhan. Seorang peneliti menemukan bahwa, anjing yang terpapar 100 ppm karbon monoksida selama 5,75 jam/hari, selama 6 hari perminggu untuk waktu 11 minggu menunjukkan tidak ada perubahan elektroenchephalographic tetapi menunjukkan kegagalan psychomotor dan kerusakan cerebral corteal yang cenderung diikuti kerusakan jalan pembuluh darah (Kindwall, 1994). Lebih lanjut paparan karbon monoksida dapat mereduksi kapasitas penampilan aktifitas fisik pada level diatas 2,5 %. Orang dengan penyakit arteri coronary sangat sensitif terhadap karbon monoksida. Penurunan waktu pelatihan terhadap serangan anguna atau ischemia telah diamati pada HbCO level serendah 3 % dan peningkatan ventricular arrythmias pada HbCO level 6%. Menurut Manahan (1992) kadar 100 ppm menyebabkan pusing, sakit kepala dan kelelahan ; kadar 250 ppm menyebabkan kehilangan kesadaran ; dan kematian cepat pada 1000 ppm. Menurut Sodeman (1995), jaringan yang paling mudah mengalami kerusakan oleh gas CO adalah otak dan miokardium karena kedua jaringan ini mengkonsumsi oksigen paling banyak. Kelainan serebral atau miokardial yang sudah ada sebelumnya merupakan faktor predisposisi terjadinya akibat-akibat merugikan pada kadar yang tidak menimbulkan gangguan pada orang normal. Gejala sisa lanjut mencakup demielinasi yang fatal, disfungsi serebral permanen, neuropati perifer dan bebagai akibat terhadap sistem hantaran jantung. Gas CO juga memegang peranan penting sebagai penyebab aterosklerosis. Timbunan kolesterol dalam aorta pada kelinci semakin dipercepat oleh anoksia akibat menurunnya tekanan parsial O2 atau akibat sedikit meningkatnya gas CO dalam atmosfer. Anoksia akan meningkatkan permeabilitas dinding arteri terhadap protein serum kalau diukur dengan protein berlabel isotop. Paparan kronis terhadap gas CO kadar rendah dapat menimbulkan akibat yang bermakna pada pembuluh pembuluh arteri lewat keadaan hipoksia derajat ringan. Pasien yang sudah menderita penyakit koroner dengan angina pektoris mempunyai batas keamanan yang kecil sehingga peningkatan kadar COHb dapat mencetuskan serangan nyeri iskemik. Berikut pengaruh CO Hb ( dalam %) terhadap kesehatan : - < 1,0 :Tidak ada pengaruh - 1,0 2,0 :Penampilan agak tidak normal - 2,0 5,0 :Pengaruhnya terhadap sistem syaraf sentral, reaksi panca indra tidak normal, pandangan kabur. - 5,0 : Perubahan fungsi jantung - 10,0 -80,0 : Kepala pusing, mual, berkunang-kunang,pingsan,kesukaran bernafas,kematian (Sumber : Philip Kristanto ( 2002), Ekologi Industri.)

Persentase ekuilibrium COHb di dalam darah manusia yang mengalami kontak dengan CO pada konsentrasi kurang dari 100 ppm dapat ditentukan berdasarkan persamaan sebagai berikut : % COHb dalam darah = 0,16 x [konsentrasi CO diudara(ppm)] +0,5 Nilai 0,5 merupakan persentase normal COHb dalam darah. Berdasarkan rumus tersebut konsentrasi CO di udara dengan konsentrasi COHb di dalam darah dapat digambarkan sebagai berikut : - Konsentrasi CO di uadara 10 ppm= 2,1 % CO Hb di dalam darah - Konsentrasi CO di uadara 20 ppm= 3,7 % CO Hb di dalam darah - Konsentrasi CO di uadara 30 ppm= 5,3 % CO Hb di dalam darah - Konsentrasi CO di uadara 50 ppm= 8,5 % CO Hb di dalam darah - Konsentrasi CO di uadara 70 ppm= 11,7 % CO Hb di dalam darah (Sumber : Srikandi Fardiaz ( 1992),Polusi Udara dan Air.) Faktor-faktor yang Mempengaruhi BBLR Faktor faktor yang mempengaruhi BBLR (Mariyati Sukarni,1989 : 25) adalah : a. Status gizi ibu sebelum dan selama kehamilan b. Perioda gestasi paling sedikit 8 bulan, jarak paling ideal anatara 18 36 bulan, jika pernah terjadi komplikasi. c. Umur ibu, antara 20 35 tahun adalah umur-umur paling baik untuk kehamilan d. Jumlah kehamilan dimana paling ideal adalah kurang dari 4 e. Pemeriksaan kehamilan, paling sedikit 3 kali kunjungan. Kunjungan pertama segera setelah diketahui adanya kehamilan. Sedangkan menurut Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah tahun 2000, hal V, penyebab BBLR adalah akumulasi dari kurang energi protein, anemia kurang zat besi, tingkat pendidikan yang rendah, kurangnya pengetahuan tentang KB dan kawin muda atau hamil pada usia sebelum 20 tahun.

Penyebab lain yaitu Carbon Monoksida dan BBLR Penulis : I Dewa MW,Staf PL Dinkes Prop. Jateng
http://sophia.dagdigdug.com/archives/95

Anda mungkin juga menyukai