Anda di halaman 1dari 20

Visum et Repertum No: 04/VR/2001 Halaman 1 dari 5

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR Makassar, 20 Februari 2001

Pro. JUSTITIA Visum et Repertum No. 04/VR/2001 Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dokter Gery, Sp.F dari Bagian Ilmu Kedokteran Kehakiman Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, menerangkan bahwa berhubung dengan surat permintaan Visum et Repertum dari Kepala Kepolisian Sektor Kota Tamalate Makassar tertanggal dua puluh Sembilan Januari tahun dua ribu satu No.Pol.B/25/I/2001/Res yang ditandatangani oleh Kanit Resintel Jaharuddin SE, Iptu NRP.65060078-------------------------------------------------------------------------------------------------------Saya pada tanggal tiga puluh Januari tahun dua ribu satu, mulai pukul sepuluh sampai pukul dua belas waktu Indonesia bagian tengah, dibantu oleh beberapa dokter muda Anti, Rio, Lisa, dan Ferdinand di kamar bedah mayat Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, telah melakukan bedah mayat atas satu mayat laki-laki yang ditunjuk oleh polisi, dimana mayat tanpa segel ini merupakan salah satu diantara dua mayat yang terdapat dalam kamar bedah mayat tersebut--Penunjukkan ini sesuai dengan permintaan Visum et Repertum dari polisi tersebut diatas yang yang menerangkan bahwa, mayat laki-laki ini : Nama : Mr.X --------------------------------------------------------------------------------------------------Umur : 36 tahun --------------------------------------------------------------------------------------------Pekerjaan : Karyawan Farmasi -------------------------------------------------------------------------------Alamat : Jln. BTN T Blok D4/8, Makassar ------------------------------------------------------------Warga Negara : Indonesia -------------------------------------------------------------------------------------------Agama : Islam -------------------------------------------------------------------------------------------------Menurut keterangan pihak kepolisian, mayat tersebut ditemukan di rumahnya (di kamar mandi) pada hari senin tanggal dua puluh sembilan Januari dua ribu satu pukul dua puluh lewat sepuluh menit waktu Indonesia bagian Tengah, dengan persangkaan tidak dicantumkan --------Pada pemeriksaan, kami dapatkan : -----------------------------------------------------------------------------I. PEMERIKSAAN LUAR ---------------------------------------------------------------------------------1. Mayat laki-laki telah berada di atas meja bedah mayat RS. Bayangkara ditutupi sarung warna dasar merah bermotif batik, sarung warna dasar hijau bermotif kotak-kotak coklat dan biru putih. Mayat memakai baju kaos putih polos, celana pendek warna hijau bermotif coklat dan kuning, celana dalam warna krem merek JT man. Terdapat t ali di leher tali nilon berwarna biru panjang seratus dua puluh sembilan sentimeter dengan diameter tiga sentimeter ----------------------------------------------------------------------------------2. Rambut kepala berwarna hitam, ikal, mudah lepas, panjang tujuh koma lima sentimeter, alis mata hitam tebal, panjang satu koma delapan sentimeter, bulu mata hitam panjang nol koma enam sentimeter, kumis tidak ada, rambut ketiak hitam mudah tercabut, panjang tiga koma lima sentimeter, bulu dada sepanjang dua sentimeter, rambut kemaluan hitam panjang empat koma lima sentimeter --------------------------------------------

Visum et Repertum No: 04/VR/2001 Halaman 2 dari 5

3. Warna kulit kuning langsat, umur kira-kira tiga puluh enam tahun, panjang badan seratus tujuh puluh tiga sentimeter, berat badan tidak diukur, gizi cukup, kira-kira termasuk bangsa Indonesia -------------------------------------------------------------------------------4. Kaku mayat ada, mudah dilawan, lebam mayat pada kedua kaki, pembusukkan belum ada (Mayat disimpan dalam kamar pendingin)--------------------------------------------------------5. Mata kanan dan kiri : kelopak mata kanan tertutup, bola mata tidak menonjol selaput bening mata (kornea) keruh, selaput putih (sklera) keruh, selaput konjungtiva tidak ada bintik-bintik perdarahan, kelopak mata kiri terbuka kurang lebih nol koma lima sentimeter, bola mata tidak menonjol, selaput bening mata (kornea) keruh, selaput putih (sklera) keruh, selaput konjungtiva tidak ada bintik-bintik perdarahan -------------------------6. Hidung : Bentuk luar tidak ada kelainan, sekat hidung tidak ada kelainan --------------------7. Telinga : Tidak ada kelainan ------------------------------------------------------------------------------8. Mulut : Bibir coklat kehitaman, lubang mulut tidak ada kelainan, tidak ada kelainan cairan mulut/darah, gusi dan gigi-geligi tidak ada kelainan, lidah tergigit panjangnya sejajar daerah bibir ------------------------------------------------------------------------------------------9. Kemaluan : Laki-laki disunat, panjang penis delapan sentimeter, lingkaran empat sentimeter, buah zakar diameter dua puluh empat sentimeter, ada tanda-tanda pembusukan --------------------------------------------------------------------------------------------------10. Lubang pelepasan (anus) : tidak ada kelainan, tidak terdapat kotoran ------------------------11. Luka-luka pada kulit : ---------------------------------------------------------------------------------------a. Kulit kepala : tidak ada perlukaan --------------------------------------------------------------------b. Kulit muka : berwarna lebih gelap daripada warna kulit badan -------------------------------c. Kulit leher : banyak luka gigitan serangga dengan diameter satu sampai dua sentimeter, terdapat alur tali dengan lebar satu sentimeter yang berjalan horizontal di depan leher dengan jarak empat koma lima sentimeter dari telinga kanan dan empat sentimeter dari telinga kiri. Alur menghilang di bagian belakang leher sepanjang sebelas sentimeter --------------------------------------------------------------------------------------d. Kulit dada : terdapat luka-luka gigitan serangga dengan diameter satu sampai dua sentimeter dengan dasar merah tepi putih --------------------------------------------------------e. Kulit pinggang dan perut : banyak luka gigitan serangga --------------------------------------f. Kulit punggung : tidak ada perlukaan ---------------------------------------------------------------g. Kulit anggota gerak : ------------------------------------------------------------------------------------ Ekstremitas atas -----------------------------------------------------------------------------------Tampak luka-luka gigitan serangga pada kedua tangan menyebar kecil-kecil, diameter sekitar nol koma lima sentimeter dengan dasar putih (lebih banyak di daerah bahu). Punggung tangan kanan lecet pada jari ketiga ukuran enam kali satu koma lima sentimeter dengan luka-luka gigitan serangga dan ditemukan tandatanda pembusukkan. Punggung tangan kiri tampak luka lecet pada setiap jari terutama pada jari kelima ukuran satu kali tiga sentimeter . Ujung-ujung jati pucat (sianosis) -------------------------------------------------------------------------------------------------- Ekstremitas bawah --------------------------------------------------------------------------------Luka-luka gigitan serangga menyebar bentuk bulatan dasar merah tepi putih, setengahnya sudah membentuk luka gigitan serangga yang berdiameter kurang lebih satu sampai dua sentimeter terutama pada kedua paha. Lebam (sianosis),

Visum et Repertum No: 04/VR/2001 Halaman 3 dari 5

pada punggung kaki kiri area cekungan dari jari ketiga menyerong ke atas medial punggung kaki berakhir dengan luka lecet ukuran satu koma lima kali satu sentimeter. Memar pada tungkai kiri ukuran empat kali dua sentimeter berjarak sepuluh sentimeter dari lutut kiri--------------------------------------------------------------------12. Tulang-tulang : tidak ada patah tulang -----------------------------------------------------------------II. PEMERIKSAAN DALAM -------------------------------------------------------------------------------13. Lemak di bawah kulit dada setebal satu koma lima sentimeter, kulit perut setebal dua sentimeter, otot-otot daging cukup, tulang rawan iga adan tulang iga tidak ada patah tulang ----------------------------------------------------------------------------------------------------------14. Kantung jantung : bagian yang tidak ditutupi paru-paru bagian atas empat sentimeter bagian bawah sembilan sentimeter, jaringan lemak sedikit, perlengketan tidak ada, cairan dalam kantung jantung sebanyak tujuh milliliter warna merah -------------------------15. a. Jantung : Ukuran dua belas koma lima kali dua belas kali tiga sentimeter, berwarna merah keunguan, ada bercak kemerahan di bilik kanan yang tidak hilang dengan pencucian, tampak perlemakan, perabaan kenyal, tebal otot bilik kiri satu sentimeter sedangkan tebal otot bilik kanan satu koma lima sentimeter, oto-otot papillaris tidak ada kelainan, chorda tendinea tidak ada kelainan, berat jantung tiga ratus tiga puluh gram.--b. Katup-katup jantung : tidak ada kelainan-----------------------------------------------------------c. Nadi aorta : tidak ada kelainan, nadi koronaria: tidak ada kelainan--------------------------16. a. Lidah: tidak ada kelainan-------------------------------------------------------------------------------b. Tonsil : tidak ada kelainan------------------------------------------------------------------------------c. Selaput lendir kerongkongan : tidak ada kelainan------------------------------------------------d. Tulang lidah : tidak ada patah tulang----------------------------------------------------------------e. Tulang rawan gondok : tidak ada patah tulang----------------------------------------------------f. Tulang cincin tenggorokan : tidak ada patah tulang,terdapat resapan darah pada daerah atas kiri------------------------------------------------------------------------------------------------17. a. Cairan rongga paru: jernih, tidak ada perdarahan------------------------------------------------b. Selaput rongga kedua paru terdapat perlengketan pada seluruh bagian paru------dengan dinding toraks bagian belakang----------------------------------------------------------------18. a. Paru-paru kiri : ukuran dua puluh satu kali lima belas kali tiga sentimeter, berat tiga ratus sepuluh gram, warna merah kecoklatan, perabaan seperti spons, terdapat bintikbintik kehitaman (antakosis) di permukaan dan menyebar----------------------------------------Mikroskopik : kesan kongesti paru-----------------------------------------------------------------------b. Paru-paru kanan : Ukuran dua puluh tiga kali tujuh belas kali tiga koma lima sentimeter, berat empat ratus gram, warna merah kecoklatan, perabaan seperti spons, terdapat bintik-bintik kehitaman (antrakosis) di permukaan dan menyebar----------------Mikroskopik : kesan kongesti paru----------------------------------------------------------------------19. a. Hati : Ukuran dua puluh sembilan kali dua puluh dua kali empat sentimeter, berat seribu tiga ratus sepuluh gram, permukaan licin, rata berwarna merah kecoklatan, perabaan kenyal, pinggir tajam, penampang tidak ada kelainan---------------------------------Mikroskopis : Tidak tampak kelainan tertentu---------------------------------------------------------b. Kandung empedu : cairan berwarna hijau kekuningan------------------------------------------c. Rongga perut : tidak ada kelainan---------------------------------------------------------------------

Visum et Repertum No: 04/VR/2001 Halaman 4 dari 5

20. Limpa : Ukuran empat belas kali sembilan kali dua sentimeter, warna ungu kemerahan, permukaan licin, pinggir tumpul, perabaan kenyal, penampang tidak ada kelainan--------Mikroskopik : tidak ada kelainan tertentu---------------------------------------------------------------21. Lambung : berisi cairan berwarna coklat, ukuran tiga puluh kali enam belas koma lima kali nol koma lima, berat tiga ratus delapan puluh gram, penampang tidak ada kelainan-22. Usus dua belas jari : tidak ada kelainan, terdapat tanda pembusukan------------------------23. Usus halus : tidak ada kelainan, terdapat tanda pembusukan-----------------------------------24. Usus besar : tidak ada kelainan, terdapat tanda pembusukan-----------------------------------25. a. ginjal kanan : ukuran sepuluh kali sembilan kali satu koma lima sentimeter, berat seratus enam puluh lima gram, warna merah tua, permukaan licin, rata, perabaan kenyal, penampang tidak ada kelainan----------------------------------------------------------------Mikroskopik: Kesan : sclerosis glomeruli global------------------------------------------------------b. Ginjal kiri : ukuran tiga belas kali delapan kali satu koma lima sentimeter, berat seratus sepuluh gram, warna merah tua, permukaan licin, rata, perabaan kenyal, penampang tidak ada kelainan---------------------------------------------------------------------------Mikroskopik: Kesan : sclerosis glomeruli global------------------------------------------------------26. Tulang panggul : tidak ada patah tulang---------------------------------------------------------------27. Tulang leher dan tulang belakang: tidak ada patah tulang-----------------------------------------28. Tulang tengkorak : tidak ada patah tulang-------------------------------------------------------------29. a. Selaput otak keras : tidak tampak kelainan tertentu----------------------------------------------b. Selaput otak lunak :tidak tampak kelainan tertentu-----------------------------------------------30. a. Otak besar : Ukuran dua puluh lima kali dua puluh empat kali lima sentimeter, berat seribu seratus lima puluh lima gram, penampang tidak ada kelainan--------------------------Mikroskopis:tidak tampak kelainan tertentu------------------------------------------------------------b. Otak kecil : Ukuran enam koma lima kali lima belas kali tiga sentimeter, berat seratus delapan puluh gram, penampang tidak ada kelainan-----------------------------------------------Mikroskopis: tidak tampak kelainan tertentu----------------------------------------------------------31. Pemeriksaan Toksikologi: Pemeriksaan dari Puslabfor Polri No.Pol: R/90/II/2001/Lab., Kesimpulan: tidak ditemukan adanya insektisida gol. Karbamat, organofosfat, organoklorid, piretroid, obat-obat tidur, dan alkohol------------------------------------------------III. RINGKASAN---------------------------------------------------------------------------------------------------Telah dilakukan bedah mayat pada tanggal tiga puluh januari tahun dua ribu satu, mulai pukul sepuluh sampai pukul dua belas waktu Indonesia bagian tengah, di kamar bedah mayat Rumah Sakit Bhayangkara Makassar atas satu mayat laki-laki yang menurut keterangan polisi bernama Mr.X, umur tiga puluh enam tahun, alamat Jln. BTN T Blok D4/8, Makassar, dengan penjelasan mayat tersebut ditemukan di rumahnya (kamar mandi) pada hari Senin tanggal dua puluh sembilan bulan Januari tahun dua ribu satu pukul dua lewat sepuluh menit waktu Indonesia bagian tengah, dengan persangkaan tidak dicantumkan.-------------------------------------Mayat laki-laki telah berada di atas meja bedah mayat RS. Bayangkara ditutupi sarung warna dasar merah bermotif batik, sarung warna dasar hijau bermotif kotak-kotak coklat dan biru putih. Mayat memakai baju kaos putih polos, celana pendek warna hijau bermotif coklat dan kuning, celana dalam warna krem merek JT man. Terdapat tali di leher tali nilon berwarna biru panjang seratus dua puluh sembilan sentimeter cm dengan diameter tiga sentimeter. Kaku mayat ada, mudah dilawan, lebam mayat pada kedua kaki, pembusukkan belum ada ( Mayat disimpan dalam kamar pendingin ). Terdapat luka - luka gigitan serangga dengan diameter satu

Visum et Repertum No: 04/VR/2001 Halaman 5 dari 5

sampai dua sentimeter dengan dasar merah tepi putih pada kulit leher, kulit dada, pinggang dan perut. Kemaluan ada tanda-tanda pembusukan. Pada pemeriksaan dalam usus dua belas jari, usus besar, dan usus halus terdapat tanda pembusukan.---------------------------------------------------Pada kulit leher terdapat alur tali dengan lebar satu sentimeter yang berjalan horizontal di depan leher dengan jarak empat koma lima sentimeter dari telinga kanan dan empat sentimeter dari telinga kiri. Alur menghilang di bagian belakang leher sepanjang sebelas sentimeter. Pemeriksaan dalam tulang cincin tenggorokan terdapat resapan darah pada daerah atas kiri. Kulit muka berwarna lebih gelap. Bibir coklat kehitaman. Ujung-ujung jari pucat (sianosis). Lidah tergigit panjangnya sejajar daerah bibir. Pada pemeriksaan dalam terdapat gambaran kongesti paru dan bercak kemerahan di bilik kanan yang tidak hilang dengan pencucian. Pada paru-paru kiri dan kanan terdapat bintik-bintik kehitaman (antakosis) di permukaan dan menyebar.----------IV. KESIMPULAN ------------------------------------------------------------------------------------------------

Berdasarkan surat permintaan Visum et Repertum dari dari Kepala Kepolisian Sektor Kota Tamalate Makassar tertanggal dua puluh Sembilan Januari tahun dua ribu satu No.Pol.B/25/I/2001/Res yang di tanda tangani oleh Kanit Resintel Jaharuddin SE, Iptu NRP.65060078, telah dilakukan bedah mayat pada mayat laki-laki yang menurut penyidik bernama Mr.X, umur tiga puluh enam tahun, warga negara Indonesia, pekerjaan pegawai farmasi, alamat Jln. BTN T Blok D4/8, Makassar, yang ditemukan meninggal di rumahnya (kamar mandi) pada hari Senin tanggal dua puluh sembilan bulan Januari tahun dua ribu satu pukul dua lewat sepuluh menit waktu Indonesia bagian tengah, dengan persangkaan tidak dicantumkan.------------------------------Dari pemeriksaan, saya berkesimpulan bahwa kematian orang ini disebabkan oleh karena kegagalan pernapasan (asfiksia) yang disebabkan oleh penekanan keras pada saluran napas--V. PENUTUP------------------------------------------------------------------------------------------------------

Demikianlah Visum et Repertum ini dibuat dengan penguraian sejujur-jujurnya dan dengan menggunakan pengetahuan saya sebaik-baiknya, serta mengingat sumpah pada saat menerima jabatan. -----------------------------------------------------------------------------------------------------Makassar, 20 Februari 2001

Dr. Gery, Sp.F

BAB II RESUME KASUS

Pro. JUSTITIA Visum et Repertum No. 04/VR/2001 Surat permintaan visum Surat permintaan Visum et Repertum dari Kepala Kepolisian Sektor Kota Tamalate Makassar tertanggal dua puluh Sembilan Januari tahun dua ribu satu No.Pol.B/25/I/2001/Res yang ditanda tangani oleh Kanit Resintel Jaharuddin SE, Iptu NRP.65060078 Tim Kedokteran Forensik Dokter Gery, Sp.F dari Bagian Ilmu Kedokteran Kehakiman Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar dibantu oleh beberapa dokter muda Anti, Rio, Lisa, dan Ferdinand. Waktu dan tempat pemeriksaan bedah mayat (otopsi) Tanggal tiga puluh Januari tahun dua ribu satu, mulai pukul sepuluh sampai pukul dua belas waktu Indonesia bagian tengah, di kamar bedah mayat Rumah Sakit Bhayangkara Makassar Identitas Korban Mayat laki-laki yang menurut polisi bernama Mr.X, umur tiga puluh enam tahun, alamat Jalan BTN T Blok D4/8, Makassar, ditemukan meninggal di rumahnya (di kamar mandi) pada hari senin tanggal dua puluh sembilan januari dua ribu satu pukul dua puluh lewat sepuluh menit waktu Indonesia bagian Tengah. Keterangan temuan korban Pemeriksaan Luar Pada pemeriksaan luar didapatkan, rambut kepala berwarna hitam, ikal, Warna kulit kuning langsat, panjang badan seratus tujuh puluh tiga sentimeter, berat badan tidak diukur, gizi cukup, kira-kira termasuk bangsa Indonesia. Kaku mayat ada, mudah dilawan, lebam mayat pada kedua kaki, pembusukkan belum ada (Mayat disimpan dalam kamar pendingin). Pada kulit leher terdapat alur tali dengan lebar satu sentimeter yang berjalan horizontal di depan leher dengan jarak empat koma lima sentimeter dari telinga kanan dan empat sentimeter dari telinga kiri. Alur menghilang di bagian belakang

leher sepanjang sebelas sentimeter. Bibir coklat kehitaman. Ujung-ujung jari pucat (sianosis). Lidah tergigit panjangnya sejajar daerah bibir. Pemeriksaaan Dalam Pemeriksaan dalam tulang cincin tenggorokan terdapat resapan darah pada daerah atas kiri. Pada pemeriksaan dalam paru terdapat gambaran kongesti paru dan bercak kemerahan di bilik kanan yang tidak hilang dengan pencucian. Pada paru-paru kiri dan kanan terdapat bintik-bintik kehitaman (antakosis) di permukaan dan menyebar.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA PENGGANTUNGAN ( HANGING )

1.

DEFINISI DAN ETIOLOGI Hanging atau penggantungan didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi

konstriksi dari leher akibat kekuatan yang dihasilkan dari penggantungan oleh berat tubuh. Umumnya melibatkan tali yang erat, tapi hal ini tidaklah perlu. Penggantungan yang terjadi akibat kecelakaan bisa saja tidak terdapat tali. Meskipun penggantungan merupakan bentuk dari jeratan tali, pada beberapa kasus konstriksi dari leher terjadi akibat eratnya jeratan tali bukan oleh berat badan yang tergantung. Pada beberapa kasus yang jarang, jeratan tali dipererat oleh berat tubuh yang tergantung oleh individu dalam keadaan tegak lurus. Kekuatan tambahan juga kadang dibutuhkan untuk mengeratkan tali. Penggantungan biasanya ditemukan dengan posisi korban lurus tergantung, dengan kaki tidak menginjak lantai, tetapi saat ini tidak perlu lagi karena beberapa korban menggantung diri mereka dalam posisi duduk, dimana gantungan diikat pada pegangan pintu, atau pada sesuatu dengan ketinggian yang sama, dibandingkan pada cabang pohon atau kayu, dll. Penggantungan melibatkan adanya gerakan terayun-ayun yang mengakibatkan kematian secara langsung akibat adanya tekanan yang tibatiba pada arteri di leher. Jika jatuh dari tempat yang tinggi, mungkin saja dapat mematahkan tulang servikal. Hukum gantung mengakibatkan kematian oleh karena patahnya tulang servikal yang merupakan kombinasi dari puntiran tali, dijatuhkan dan berat dari kriminal. Penggantungan dapat terjadi pada beberapa kondisi berikut :

1. Bunuh diri Penggantungan merupakan metode yang paling umum digunakan pada kasus bunuh diri. Alat-alat yang dibutuhkan untuk bunuh diri dengan penggantungan sangatlah mudah diperoleh, dibandingkan dengan senjata api atau racun. Penggantungan total tidak diperlukan, dan untuk alasan penggantungan biasanya ditemukan di kalangan narapidana. Jenis dari penggantungan bisa saja penggantungan total atau

penggantungan partial di mana lebih ditekankan pada jeratan yang erat oleh diri sendiri menggunakan tali dan hanya sebagian dari berat tubuh yang terlibat. Cara ini bergantung dari kesadaran korban di mana terjadi restriksi dari aliran darah arteri ketika terjerat. Di Kanada, penggantungan merupakan cara yang paling umum untuk bunuh

diri, di AS penggantungan merupakan kedua yang sering dilakukan setelah senjata api. Di Inggris, dimana senjata api lebih sulit diperoleh maka pada 2001 penggantungan merupakan cara yang paling sering digunakan pada pria, sedang pada wanita merupakan cara kedua setelah meracuni diri sendiri. Alasan bunuh diri pun bervariasi mulai dari kemarahan pada orang tua ( broken home ), ditinggalkan oleh yang dicintai, keinginan untuk menyusul orang yang dicintai, gangguan psikiatri, obat-obatan, antisosial, dan lain-lain. 2. Gangguan Psikiatri Gangguan psikiatri biasanya meliputi skizofrenia, biasanya ditemukan lebih banyak dibanding pada kasus umum. Bunuh diri dilakukan pada saat korban sedang tidak dalam perawatan rumah sakit. Dengan kekerasan misalnya dengan melompat dari kereta atau dari sebuah gedung, gantung diri yang biasa digunakan. Bunuh diri susah diprediksi dikarenakan korban hanya memberikan sedikit tanda-tanda, dan mungkin saja korban menunjukkan perbaikan klinis. 3. Kecelakaan. Suatu penelitian di Skotlandia menunjukkan bahwa kejadian penggantungan akibat kecelakaan lebih banyak ditemukan pada anak-anak utamanya pada umur antara 6-12 tahun, tidak ditemukan alasan untuk bunuh diri karena pada usia itu belum ada tilikan dari anak untuk bunuh diri. Hal ini terjadi akibat kurangnya pengawasan dari orang tua. Meskipun tidak menutup kemungkinan hal ini dapat terjadi pada orang dewasa. 4. Pembunuhan (Suicide Hanging) Sering ditemukan kejadian penggantungan tetapi bukan kasus bunuh diri, namun kejadian diatur sedemikian rupa hingga menyerupai kasus penggantungan bunuh diri. Banyak alasan yang menyebabkan pembunuhan terjadi mulai dari masalah sosial, masalah ekonomi, hingga masalah hubungan sosial. 5. Hukum Gantung (Judisial Hanging)

MORFOLOGI Kematian akibat penggantungan sangat bervariasi dan kontroversi, kecuali pada kematian akibat hukum gantung. Pada hukum gantung, jarak jatuh paling tidak sama dengan tinggi dari korban dan penggantungan sempurna. Pada kasus ini mekanisme kematian efektif akibat terpenggalnya kepala, dengan putusnya hubungan antara kepala dengan leher dan badan, patahnya tulang belakang servikal atas dan tertariknya medula spinalis. Trauma langsung pada medula spinalis dapat atau mungkin dapat jadi penyebab kematian pada

gantung bunuh diri. Pada kasus penjeratan, ataukah tersedak, penggunaan alat atau tali, ataupun asfiksia (mis: kejadian tertekannya leher anak akibat tertindih suatu objek yang berat), teori yang muncul dapat bermacam-macam yaitu ; Obstruksi vena. Menuju ke arah stagnasi pada otak, hipoksia dan kehilangan kesadaran, dimana akhirnya terjadi relaksasi otot dan akhirnya obstruksi aliran darah arteri dan juga jalan napas. Spasme pada arteri akibat adanya tekanan pada carotid, menuju ke arah lambatnya aliran darah ke otak dan akhirnya kolaps. Reflek vagal disebabkan dari adanya tekanan pada carotid dan peningkatan tonus parasimpatis. Dari hal-hal tadi dapat ditemukan temuan-temuan bermakna pada kematian akibat penggantungan seperti : 1. Jeratan pada leher Jeratan dapat menggunakan tali, kabel ataupun ikat pinggang yang paling umum. Tali dapat diikat beberapa kali atau hanya dilingkarkan pada sekeliling leher. 2. Jeratan pada bagian tubuh lainnya Adanya ikatan pada daerah tubuh lainnya tidak berarti merupakan kasus pembunuhan atau kematian autoerotic. Pergelangan tangan dapat diikat di belakang, biasanya ikatan macam ini mudah untuk dilepaskan. 3. Tanda- tanda kompresi 4. Wajah Dapat dilihat adanya tanda-tanda sianosis akibat dari kongesti vena dan terhambatnya aliran carotid. Sebaliknya wajah pucat terjadi jika terdapat blokade total dari arteri. Yang paling sering adalah ditemukannya kongesti dan edema pada konjungtiva. Adanya darah kering yang mungkin terdapat pada sudut mulut dan telinga. Lidah terjulur keluar. 5. Peteki Penyebaran peteki biasanya pada mata dan pada kulit wajah dan sekitar leher diatas sisi yang terdapat jeratan. Peteki pada kelopak mata ditemukan sekitar 27% kasus, pada konjungtiva sekitar 33% kasus. Ditemukan pada kedua sisi sekitar18%. Peteki merupakan tanda bahwa korban masih hidup pada saat penggantungan terjadi.

Tanda lain yang biasa ditemukan pada penggantungan : 1. Gantung Diri

Jumlah lilitan dapat hanya satu kali, semakin banyak lilitan dugaan bunuh diri semakin besar Simpul alat penjerat biasanya simpul hidup; letak alat penjerta terhadap leher berjalan serong. Ini dapat diketahui dari ukuran alat penjerat terhadap dagu, telinga kanan dan kiri serta batas rambut bagian belakang.

Letak simpul dapat di belakang atas kiri, belakang atas kanan, depan atas kiri dan depan atas kanan atau tepat di garis pertengahan bagian depan. Biasanya meninggalkan tanda terputus, naik ke puncak titik penggantungan. Namun, jika menggunakan simpul yang kecil, titik puncak ini mungkin tidak ada.

Jejas jerat berupa luka lecet tekan akibat alat penjerat, yang berwarna merah coklat dengan perabaan seperti perkamen, dan sering dijumpai adanya vesikel pada tepi jejas tersebut, dan tidak jarang jejas jerat membentuk cetakan yang sesuai permukaan alat jerat

Bila permukaan alat jerat luas, muka korban tampak sembab, mata menonjol, wajah merah kebiruan dan lidah serta air liur dapat keluar tergantung letak alat penjerat Bila permukaan alat penjerat kecil, maka korban tampak pucat, tidak ada penonjolan mata. Pada keadaan tertentu tidak ditemukan tanda-tanda mati lemas, dalam hal ini mekanisme kematian adalah refleks vagal. Jika lidah terjepit diantara gigi, tanda gigi sering ditemukan pada lidah. Pada beberapa kasus, ini dapat memberi indikasi yang bermanfaat pada kecurigaan gantungan pada saat hidup dan memberi penilaian termasuk kemungkinan kecurigaan penggantungan tubuh post mortem. Penampilan oral yang dicurigakan pada kematian kekerasan akibat asphyxia yaitu penemuan gigi yang berwarna merah muda.

Umumnya tidak ditemukan patah tulang lidah, patah tulang lidah dapat terjadi bila alat penjerat di bagian samping depan menonjol dan menekan tulang lidah. Walaupun jarang, dinding arteri carotis dapat cedera karena traksi

2. Pembunuhan Selain tanda asfiksia, dapat ditemukan luka-luka pada tubuh korban, situasi TKP tidak beraturan, dan adanya tanda-tanda perlawanan Leher korban seringkali mendapat trauma sehingga tampak luka-luka di daerah tersebut, dan tidak jarang tampak adanya luka lecet tekan berbentuk bulan sabit yang

berasal dari tangan pelaku; memar hebat dapat ditemukan pada jaringan jaringan otot dan alat-alat di dalam leher, tulang lidah dan tawan gondok dapat patah. Pembunuhan menggunakan lasso merupakan contoh yang baik. Makin jauh jarak antara kaki korban dengan lantai makin kuat dugaan pembunuhan, demikian juga makin dekat jarak antara simpul dan tiang tumpuan untuk menggantung.

3. Hukum gantung Letak simpul tepat pada bagian belakang tengah Dapat terjadi dislokasi atau fraktur dari vertebra yang disertai putusnya medulla spinalis; hal ini disebabkan oeh karena lantai di mana terhukum berdiri secara tiba-tiba terbuka, sehingga korban jatuh ke dalam dan tersentak dengan kuat.

4. Kecelakaan Mati tergantung sewaktu bermain umumnya pada anak-anak dan tidak membutuhkan penyidikan yang sulit karena biasanya kasusnya sangat jelas. Kematian saat melampiaskan nafsu seksual yang menyimpang memerlukan

pemeriksaan teliti dalam menguraikan tali-tali yang dipakai, yang seringkali diikatkan pada banyak tempat, ikatan pada daerah genitalia, lengan, tungkai, leher, dan mulut; kematian terjadi karena ikatannya terlalu kuat sehingga leher terjerat. Pada autoerotic hanging, tidak jarang ditemukan gambar dan benda-benda porno, kondom, dan korban umumnya pria yang tidak jarang memakai pakaian wanita. 2. PATOFISIOLOGI :

Penyebab kematian pada hanging adalah sbb

1. Asphyxia, yaitu kurangnya atau bahkan tidak adanya O2 dan CO2 pada darah dan jaringan keadaan dimana sel gagal untuk dapat melangsungkan metabolism secara efisien ) , dimana dalam kedadaan ini oksigen gagal untuk masuk ke dalam sirkulasi darah. 2. Vagal Reflex, yang terjadi akibat rangsangan ringan/ luka pada reseptor saraf yang merupakan afferent daripada reflex vagus. Inhibisi vagal sering diikuti oleh fibrilasi ventrikel, inhibisi fatal pada jantung dan pusat pernapasan, kemudian bisa terjadi syok death. Pada kasus hanging, didapatkan memar disekitar otot thyro-hyoid.

3. Pada batang otak, terjadi kerusakan medulla oblongata/medulla spinalis oleh karena patahnya tulang leher pada orang yang dihukum mati ( dihukum gantung ). Hal ini dapat disebabkan karena pada pelaksanaan hukum gantung, lantai dimana korban berdiri akan terbuka secara tiba tiba, sehingga korban akan jatuh dan tersentak dengan kuat. Fraktur dan dislokasi vertebra servikalis akan menekan medulla oblongata dan mengakibatkan terhentinya pernapasan. 4. Obstruksi vena otak, terjadi karena sumbatan vena jugularis interna menyebabkan kongesti pada pembuluh darah otak dan mengakibatkan kegagalan sirkulasi. Obstruksi vena menyebabkan edema serebral dan kemudian iskemik serebral serta hilangnya kesadaran. Pada obstruksi vena terjadi relaksasi dari tonus otot dan pernapasan. Wajah akan bengkak dan sianosis. Tanda tanda yang dapat ditemukan pada hanging : 1. Adanya jejas jerat yang sebenarnya luka lecet akibat dari alat penjerat yang digunakan, jejas tersebut berwarna merah coklat dengan perabaan seperti perkamen ( kertas berwana coklat ), dan juga sering dijumpai adanya vesikel vesikel yang terdapat pada tepi jejas jerat tersebut, dan tidak jarang jejas jerat membentuk cetakan yang sesuai dengan bentuk permukaan dari alat penjerat. 2. Bila alat penjerat mempunyai permukaan yang luas, berarti tekanan yang ditimbulkan tidak terlalu besar tetapi dapat menekan pembuluh balik, maka pada muka korban akan tampak kelihatan sembab, mata menonjol ( oleh karena bendungan pada kepala, dimana vena vena terhambat, sedangkan arteri tidak terhambat ), wajah berwarna merah kebiruan , dan lidah terjulur serta air liur dapat keluar tergantung dari letak alat penjerat.Apabila alat penjerat tepat pada cartilago thyroid, maka lidah akan terjulur. 3. Bila permukaan alat penjerat kecil, yang berarti tekanan yang ditimbulkan besar dan dapat menekan pembuluh balik maupun pembuluh nadi, maka korban akan tampak pucat, dan tidak ada penonjolan dari mata. 4. Bintik perdarahan konjungtiva, yang terjadi karena pecahnya vena oleh bendungan dan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah akibat asfiksia. 5. Adanya lebam mayat dan bintik bintik perdarahan terutama pada bagian ujung dari ekstremitas ( pada jari jari ). Hal ini sangat tergantung dari lamanya korban berada dalam posisi tergantung. 6. Keluarnya air mani, feses dan urine oleh karena kontraksi otot polos pada saat stadium konvulsi. kemudian akhirnya obstruksi arteri

7. Terdapat lebam mayat pada genitalia externa.

Pada kematian yang terjadi karena adanya penekanan pada daerah leher dan pada obstruksi saluran pernafasan, dapat ditemukan tanda tanda sebagai berikut : a. Sianosis, dapat dengan mudah terlihat pada daerah ujung jari dan pada bibir dimana terdapat pembuluh darah kapiler, Sianosis ini dianggap bermakna apabila pemeriksaan dilakukan kurang dari 24 jam. b. Kongesti atau pembendungan yang sistemik dan kongesti pada peru paru yang disertai dengan dilatasi jantung kanan. c. Edema pulmonum atau pembengkakan paru paru. d. Perdarahan berbintik ( Tardieus spot / petechial haemorrhages ), keadaan ini mudah dilihat pada tempat dimana struktur jaringannya longgar, seperti pada kelopak mata dan selaput biji mata, epiglottis dan jaringan sekitarnya, permukaan jantung dan paru paru. Terjadinya perdarahan bintik/ petekie, akibat dari terjadinya perubahan permeabilitas kapiler sebagai akibat langsung dari hipoksia dan karena terjadinya peningkatan tekanan intrakapiler, sehingga kapiler pecah dan terjadilah petekie. e. Perdarahan pharynx, perdarahan submukosa yang luas pada pharynx terutama pada bagian dorsal dari cricoid. Perdarahan tersebut dimungkinkan oleh karena plexus vena pada daerah ini dindingnya tipis, sehingga apabila terjadi kongesti hebat, pembuluh tersebut akan pecah, yang akan menyebabkan terjadinya perdarahan.

3. Perbedaan Usia

Beda gantung diri dan pembunuhan Penggantungan Bunuh Diri Lebih sering terjadi pada remaja dan dewasa Bentuk miring berupa lingkaran terputus Penggantungan Pembunuhan Tidak mengenal batasan usia

Jejas Jerat

Lingkaran tidak terputus, mendatar, letak di tengah leher Simpul tali lebih dari satu dan terikat kuat

Simpul Tali

Biasanya satu simpul pada bagian samping leher. Simpul biasanya simpul hidup Korban mempunyai riwayat bunuh diri dengan cara lain Tidak terdapat luka yang menyebabkan kematian dan

Riwayat Korban cedera

Korban tidak mempunyai riwayat upaya bunuh diri Terdapat luka-luka yang mengarah ke pembunuhan

tidak terdapat tanda-tanda perlawanan Racun Dapat ditemukan racun dalam lambung korban, seperti arsen, sublimat, korosif. Rasa nyeri mendorong korban melakukan Tidak dalam keadaan terikat Tempat kejadian mudah ditemukan Jika tempat kejadian merupakan tempat yang tertutup, atau didapatkan ruangan dengan pintu terkunci makan dugaan bunih diri adalah kuat Jika lingkar tali dapat keluar melewati kepala, maka dicurigain bunuh diri Dapat terdapat racun berupa opium, kalium sianida. Racun ini tidak menyebabkan efek kemauan bunuh diri Tangan terikat mengarah k kasus pembunuhan Korban biasa digantung di tempat yang sulit ditemukan Bila sebaliknya ditemukan terkunci dari luar maka penggantungan biasanya kasus pembunuhan Jika lingkar tali tidak dapat keluar melewati kepala, maka dicurigai peristiwa pembunuhan

Tangan Kemudahan Tempat kejadian

Lingkar tali

4. No 1.

Perbedaan Gantung Postmortem dan Antemortem Penggantungan Antemortem Tanda jejas jerat berupa lingkaran terputus (non continous) dan letaknya pada leher bagian atas Simpul tali biasanya tunggal, terdapat pada sisi leher Ekimosis tampak jelas pada salah satu sisi dari jejas penjeratan. Lebam mayat tampak diatas jejas jerat dan pada tungkai bawah Pada kulit ditempat jejas penjeratan teraba seperti kertas perkamen yaitu tanda parchmentisasiSianosis pada wajah, bibir, telinga, dll Sianosis pada wajah, bibir, telinga, dll sangat jelas terlihat terutama jika kematian karena asfiksia Wajah membengkak dan mata mengalami kongesti dan agak menonjol, disertai dengan gambaran pembuluh darah vena yang jelas pada bagian kening dan dahi Lidah bisa terjulur atau tidak sama sekali Penggantungan Postmortem Tanda jejas jerat biasanya berbentuk utuh (continous), agak sirkuler dan letaknya pada bagian leher tidak begitu tinggi Simpul tali lebih dari satu biasanya lebih dari satu, diikatkan dengan kuat dan diletakan pada bagian depan leher Ekimosis pada salah satu sisi jejas penjeratan tidak ada atau tidak jelas. Lebam mayat terdapat pada bagian tubuh yang menggantung sesuai dengan posisi mayat setelah meninggal Tanda parchmentisasi tidak ada atau tidak jelas

2.

3.

4.

5.

Sianosis pada bagian wajah, bibir, telinga, dll, tergantung dari penyebab kematian Tanda-tanda pada wajah dan mata tidak terdapat, kecuali jika penyebab kematian adalah pencekikan (strangulasi) atau sufokasi Lidah tidak terjulur kecuali pada kasus pencekikan

6.

7.

8.

9.

Ereksi penis disertai dengan keluarnya cairan sperma sering terjadi pada korban pria. Demikian juga sering ditemukan keluarnya feses Air liur ditemukan menetes dari sudut mulut, dengan arah yang vertikal menuju dada. Hal ini merupakan pertanda pasti penggantungan antemortem

Ereksi penis dan cairan sperma tidak ada. Pengeluaran feses juga tidak ada

Air liur tidak ditemukan yang menetes pada kasus selain kasus penggantungan

5. Pemeriksaan Luar dan Dalam pada Posisi Gantung Pada pemeriksaan luar hasil gantung diri didapatkan: 1. Tanda Penjeratan Pada Leher a. Tanda penjeratan jelas dan dalam. Semakin kecil tali maka tanda penjeratan semakin jelas dan dalam b. Bentuk jeratan berjalan miring. Bentuk jeratan pada kasus gantung diri cenderung

berjalan kiring (oblique) pada bagian depan leher, dimulai pada leher bagian atas antara kartilago tiroid dengan dagu, lalu berjalan miring sejajar dengan garis rahang bawah menuju belakang telinga c. Tanda penjeratan berwarna coklat gelap dan kulit tampak kering, keras dan mengkilat d. Pada tempat dimana terdapat simpul tali yaitu pada kulit bagian bawah telinga, tampak daerah segitiga pada kulit dibawah telinga e. Pinggiran jejas jerat berbatas tegas dan tidak terdapat tanda-tanda abrasi f. Jumlah tanda penjeratanTerkadang pada leher terlihat dua buah atau lebih bekas penjeratan. Hal ini menujukan bahwa tali dijeratkan ke leher sebanyak dua kali 2. Kedalaman Bekas JeratanKedalaman bekas jeratan menujukan lamanya tubuh tergantung 3. Tanda-tanda AsfiksiaTanda-tanda umum asfiksia diantaranya adalah sianosis, kongesti vena dan edema. Pada kasus penggantungan tanda-tanda asfiksia berupa mata menonjol keluar, perdarahan berupa petekia pada bagian wajah dan subkonjungtiva. Jika

didapatkan lidah terjulur maka menunjukan adanya penekanan pada bagian bawah leher yaitu bagian bawah kartilago thyroida.

4. Lebam Mayat. Jika penggantungan setelah kematian berlangsung lama maka lebam mayat terlihat pada bagian tubuh bawah, anggota badan distal serta alat genitalia distal 5. Sekresi Urin dan Feses. Sekresi urin dan feses terjadi pada fase apneu pada kejadian asfiksia. Pada stadium apneu pusat pernapasan mengalami depresi sehingga gerak napas menjadi sangat lemah dan berhenti. Penderita menjadi tidak sadar dan karena kontrol spingter fungsi eksresi hilang akibat kerusakan otak maka terjadi pengeluaran urin dan feses. Pada pemeriksaan dalam akibat peristiwa gantung diri didapatkan : 1. Lapisan dalam dan bagian tengah pembuluh darah mengalami laserasi ataupun ruptur. 2. Tanda-tanda AsfiksiaTanda-tanda asfiksia yang didapatkan pada pemeriksaan dalam korban gantung diri diantaranya adalah terdapat bintik perdarahan pada pelebaran pembuluh darah, kongesti pada bagian atas yaitu daerah kepala, leher dan otak, kemudian didapatkan darah lebih gelap dan encer akibat kadar CO2 yang meninggi. 3. Terdapat resapan darah pada jaringan dibawah kulit dan otot 4. Terdapat memar atau ruptur pada beberapa keadaan. Kerusakan otot ini lebih banyak terjadi pada kasus pengantungan yang disertai dengan tindak kekerasan 5. Mungkin terdapat patah tulang hyoid atau kartilago cricoids 6. Fraktur 2 buah tulang vertebra servikalis bagian atas. Fraktur ini seringkali terjadi pada korban hukum gantung dimana korban tergantung secara penuh dan tertitis jauh dari lantai.

PEMBAHASAN

Dari referensi tanda-tanda yang dapat ditemukan pada pemeriksaan luar kasus penggantungan adalah sebagai berikut: 1. Adanya jejas jerat yang sebenarnya luka lecet akibat dari alat penjerat yang digunakan, jejas tersebut berwarna merah coklat dengan perabaan seperti perkamen ( kertas berwana coklat ), dan juga sering dijumpai adanya vesikel vesikel yang terdapat pada tepi jejas jerat tersebut, dan tidak jarang jejas jerat membentuk cetakan yang sesuai dengan bentuk permukaan dari alat penjerat. 2. Bila alat penjerat mempunyai permukaan yang luas, berarti tekanan yang ditimbulkan tidak terlalu besar tetapi dapat menekan pembuluh balik, maka pada muka korban akan tampak kelihatan sembab, mata menonjol ( oleh karena bendungan pada kepala, dimana vena vena terhambat, sedangkan arteri tidak terhambat ), wajah berwarna merah kebiruan , dan lidah terjulur serta air liur dapat keluar tergantung dari letak alat penjerat.Apabila alat penjerat tepat pada cartilago thyroid, maka lidah akan terjulur. 3. Bila permukaan alat penjerat kecil, yang berarti tekanan yang ditimbulkan besar dan dapat menekan pembuluh balik maupun pembuluh nadi, maka korban akan tampak pucat, dan tidak ada penonjolan dari mata. 4. Bintik perdarahan konjungtiva, yang terjadi karena pecahnya vena oleh bendungan dan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah akibat asfiksia. 5. Adanya lebam mayat dan bintik bintik perdarahan terutama pada bagian ujung dari ekstremitas ( pada jari jari ). Hal ini sangat tergantung dari lamanya korban berada dalam posisi tergantung. 6. Keluarnya air mani, feses dan urine oleh karena kontraksi otot polos pada saat stadium konvulsi. 7. Terdapat lebam mayat pada genitalia externa. 8. Sianosis, dapat dengan mudah terlihat pada daerah ujung jari dan pada bibir dimana terdapat pembuluh darah kapiler, Sianosis ini dianggap bermakna apabila pemeriksaan dilakukan kurang dari 24 jam.

Kelainan yang umum ditemukan pada pembedahan jenasah korban mati akibat asfiksia adalah sebagai berikut: 1. Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer karena fibrinolisin dalam darah yang meningkat pasca mati.

2. Busa halus di saluran pernapasan 3. Pembendungan sirkulasi pada seluruh organ tubuh, sehingga organ dalam tumbuh tampak lebih gelap dan lebih berat dan pada pengirisan tampak banyak darah. 4. Petekie (Tardieus spot) pada mukosa organ dalam : pericardium, pleura viseralis paru, kelenjar tiroid, kelenjar timus, pielum ginjal. 5. Edema paru sering terjadi pada kematian yang berhubungan dengan hipoksia. 6. Kelainan-kelainan lain yang berhubungan dengan kekerasan,seperti resapan darah pada luka, fraktur tulang lidah, fraktur laring langsung dan tidak langsung, perdarahan faring terutama bagian krikoid (pleksus vena submukosa dengan dinding tipis).

Bila dibandingkan dengan tanda-tanda yang biasa muncul pada kasus penggantungan dengan hasil pemeriksaan luar pada korban Mr.X, didapatkan kaku mayat ada, mudah dilawan, lebam mayat pada kedua kaki, pembusukkan belum ada (Mayat disimpan dalam kamar pendingin)., ujung-ujung jari sianosis. Pada kulit leher terdapat alur tali dengan lebar satu sentimeter yang berjalan horizontal di depan leher dengan jarak empat koma lima sentimeter dari telinga kanan dan empat sentimeter dari telinga kiri. Alur menghilang di bagian belakang leher sepanjang sebelas sentimeter. Pada pemeriksaandalam tulang cincin tenggorokan terdapat resapan darah pada daerah atas kiri yang menunjukkan tanda intravital. Pada pemeriksaan dalam paru terdapat gambaran kongesti paru dan bercak kemerahan di bilik kanan yang tidak hilang dengan pencucian. Dari pemeriksaan luar dan dalam dapat disimpulkan didapatkan tanda-tanda yang sesuai dengan penggantungan yang dijelaskan dari referensi. Maka saya berkesimpulan penyebab kematian pada Mr.X adalah kegagalan pernapasan (asfiksia) akibat terhalangnya jalan napas akibat penggantungan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Skhrum J. Michael MD, Ramsay A. David, MB, ChB; Forensic Pathology of Trauma, Common Problems for The Pathologist : Tontowa, New Jersey: 2007. Page : 81-107. 2. Richard Jones; Hanging, Available at: http://www.ehresources.co.uk/. Accessed on: January 12nd, 2011. 3. Ernoehazy William Jr, MD, FACEP ; Hanging and Strangulation, Available at:

http://www.emedicine/hanging/forensic. Accessed on: January 12nd, 2011. 4. Idries AM. Penggantungan. In: Idries AM, editor. Pedoman ilmu kedokteran forensik. Edisi 1. Jakarta: Binarupa Aksara; 1997. p202-207. 5. Jones R, editor. Hanging [monograph on the internet]. Inggris: Ehresources.co.uk;

[cited 2011 Jan 13]. Available from: http://www.forensicmed.co.uk 6. Chadha PV. Kematian Akibat Asfiksia. Dalam Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi kelima. Penerbit:Widya Medika. 7. Mansjoer A, Suprohaita dkk. Asfiksia, Tenggelam, dan Keracunan. Dalam Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Jilid kedua. Penerbit:Media Aeskulapius. FK-UI. 2000. 8. Shephered R. Simpsons forensic medicine. 12th ed. London: Blackwell Publishing; 2003. 9. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Buku kedua, Tentang Kejahatan. Available at: http://www.wirantaprawira.de/law/criminal/kuhp/index3.html. Accessed on: Februari 30th, 2008.

Anda mungkin juga menyukai