Anda di halaman 1dari 19

I.

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Laju pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang membawa dampak pada

peningkatan kemakmuran, dimana konsekuensinya adalah semakin bertambah cepatnya permintaan pangan serta perubahan bentuk dan kualitas pangan dari penghasil energi kepada produk-produk penghasil protein. Kebutuhan atas protein ini akan semakin meningkat seiring peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan, sedang di pihak lain penyediaan sumber protein di Indonesia masih belum mencukupi. Kedelai merupakan salah satu bahan makanan yang mempunyai potensi sebagai sumber utama protein. Sebagai sumber protein yang tidak mahal, kedelai telah lama dikenal dan digunakan dalam beragam produk makanan, seperti tahu, tempe dan kecap. Selain itu kedelai juga merupakan bahan baku industri yang penting terutama industri makanan ternak (Puslitbang Tanaman Pangan, 2005). Pemenuhan kebutuhan kedelai dalam negeri dilakukan dengan cara produksi domestik dan impor. Produksi kedelai domestik hanya mampu memasok sekitar 30 persen dari kebutuhan nasional (Depdag, 2007). Dalam kurun waktu 1975-1999, produksi kedelai nasional cenderung mengalami peningkatan walaupun terlihat berfluktuasi. Sementara itu produksi kedelai sejak tahun 2000-2003 cenderung menurun drastis, sedangkan produksi pada tahun 2004 hanya meningkat sekitar 1.07 persen dari tahun sebelumnya. Hal yang serupa juga terlihat dalam perkembangan luas areal panen, dimana luas panen sejak tahun 1974-1999, terlihat berfluktuasi dan cenderung mengalami peningkatan, sedangkan sejak tahun 2000-2004, cenderung mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan oleh penurunan harga riil kedelai dan adanya persaingan penggunaan lahan dengan palawija lainnya, seperti jagung yang memiliki harga riil yang lebih tinggi daripada kedelai dan juga pemeliharaannya lebih mudah. Selain itu hal yang juga merupakan penyebab turunnya areal panen kedelai secara drastis dalam periode 2000-2004, adalah dari segi persaingan harga pasar, dimana harga kedelai impor jauh lebih murah daripada kedelai lokal, menyebabkan arus impor semakin deras dan berimplikasi pada menurunnya harga kedelai lokal, sehingga petani tidak bergairah untuk menanam kedelai. Sementara itu jumlah penduduk terus mengalami peningkatan, dan ditambah juga dengan semakin banyaknya industri pengolahan berbahan baku kedelai, seperti industri tahu, kecap, tempe, tauco

dan lain-lain mengakibatkan permintaan terhadap kedelai tidak bisa terpenuhi oleh produksi domestik (Puslitbang Tanaman Pangan, 2005). Impor kedelai merupakan jalan pintas untuk memasok kekurangan dalam negeri, kerena dalam beberapa hal harganya lebih rendah dan kualitasnya lebih baik. Sesuai kesepakatan dengan IMF, sejak tahun 1998-2003 pemerintah membebaskan bea masuk kedelai (BM nol persen) dan pada tahun 2004 tarif tersebut ditingkatkan menjadi sepuluh persen (Deptan, 2005). Tarif ini masih tergolong rendah sehingga relatif merugikan petani, karena harga komoditi cenderung melemah, namun di sisi lain diharapkan juga bisa memacu petani untuk mengusahakan pertanaman kedelai secara efisien dan menerapkan teknologi tepat guna. Dengan melihat alasan-alasan di atas, maka sangat diperlukan suatu kajian atau penelitian yang membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan impor kedelai Indonesia, sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang berperan penting dalam produksi dan impor, juga mengetahui hal-hal apa saja yang seharusnya dilakukan untuk meningkatkan produksi kedelai negeri dan bagaimana membatasi impor kedelai ke Indonesia.

1.2

Rumusan dan Batasan Masalah Permintaan kedelai relatif tinggi untuk berbagai kebutuhan domestik, seperti untuk konsumsi

manusia, industri bahan olahan pangan maupun pakan ternak. Agar permintaan dalam negeri dapat terpenuhi, pemenuhan kedelai dalam negeri dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan produksi domestik dan impor. Hal ini berarti Indonesia memiliki ketergantungan impor kedelai yang cukup tinggi dikarenakan jumlah kedelai yang diimpor lebih banyak daripada produksi dalam negeri. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas mengenai: Faktor-faktor ysng terdiri dari produksi, harga kedelai lokal, harga kedelai dunia, dan nilai tukar rupiah terhadapa dollar Amerika dan tarif impor 10 persen yang mempengaruhi volume impor kedelai di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini secara umum adalah : 1. Menganaisis faktor-faktor apa saja yang berpengaruh signifikan terhadap volume impor kedelai. 2. Menganalisis faktor yang paling berpengaruh terhadap volume impor kedelai Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh seluruh stakeholder dalam mempertahankan dan memajukan produksi kedelai nasional, serta mengurangi ketergantungan impor kedelai. Dalam hal ini stakeholder yang terkait diantaranya mencakup tiga pihak yaitu pemerintah sebagai pengambil kebijakan, pelaku ekonomi (produsen, konsumen), dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai data dasar (bench mark data) bagi penelitian selanjutnya yang terkait dalam bidang ini.

II.

LANDASAN TEORI

2.1

Kajian Teori

2.1.1 Komoditas Kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang kita kenal sekarang (Glycine max (L) Merril). Di Indonesia, kedelai dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau. Kedelai juga merupakan tanaman semak semusim, tingginya 20-60cm. Batang tanaman

kacang-kacangan ini bersegi, berwarna hijau keputih-putihan. Daunnya segitiga majemuk, berbentuk bulat telur, ujung daun tumpul dan tepi daun rata. Bunganya majemuk, berbentuk tandan, berwarna ungu atau kuning keputihan. Buah kedelai berbentuk polong, seperti kacang, bertangkai pendek pipih. Buah mudanya berwarna hijau dan tuanya berwarna kuning. Tanaman ini tidak cocok ditanam pada lahan yang yang baru dibuka, karena pertumbuhannya dapat terkena racun dari kandungan alumunium terlarut. Tanaman ini banyak ditanam di sawah sehabis panen padi sebagai palawija yang dapat memperbaiki keadaan tanah. Tanaman kedelai mempunyai dua periode tumbuh, yaitu periode vegetatif dan periode produktif. Tanaman kedelai tumbuh subur di daerah tropis, pada tempat terbuka dan tidak terlindung oleh tanaman liar, karena kedelai menghendaki hawa yang cukup panas. Kadar keasaman tanah yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman kedelai pada pH 5,0-7,0. Tanah dengan pH yang lebih besar dari 7,0 akan mengakibatkan klorosis, yaitu tanaman akan menjadi kerdil dan daunnya menguning. Pada tanah dengan pH kurang dari 5,0 akan mengakibatkan keracunan pada tanaman kedelai. Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 50-500m diatas permukaan laut dengan suhu optimal antara 25-27C dan rata-rata curah hujan tidak kurang dari 2000mm per tahun. Tanaman ini membutuhkan penyinaran yang penuh, minimal 10 jam perhari dengan kelembaban rata-rata 65 persen. Pertumbuhan kedelai optimal diperoleh pada penanaman musim kering, asalkan kelembaban tanah cukup terjamin. Tanaman kedelai ini sangat responsif terhadap pupuk, terutama pada tanah yang miskin unsur hara. Kedelai memerlukan pospat dalam jumlah banyak untuk merangsang perkembangan akar agar tanaman tahan terhadap kekeringan, mempercepat masa panen dan meningkatkan kandungan gizi kedelai.

2.1.1 Pengertian Impor Impor adalah pemasukan barang dan jasa yang dibeli oleh penduduk suatu negara dari penduduk negara lain yang berakibat timbulnya arus keluar mata uang asing dari dalam negeri (Badan Pusat Statistik). Impor ditentukan oleh kesanggupan atau kemampuan dalam menghasilkan barang-barang yang bersaing dengan buatan luar negeri. Yang berarti nilai impor tergantung dari nilai tingkat pendapatan nasional negara tersebut. Makin tinggi pendapatan nasional, semakin rendah menghasilkan barang-barang tersebut, maka impor pun semakin tinggi. Sebagai akibatnya banyak kebocoran dalam pendapatan nasonal. Perubahan nilai impor di Indonesia sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi sosial politik, pertahanan dan keamanan, inflasi, kurs valuta asing serta tingkat pendapatan dalam negeri yang diperoleh dari sektor-sektor yang mampu memberikan pemasukan selain perdagangan internasional. Besarnya nilai impor Indonesia antara lain ditentukan oleh kemampuan Indonesia dalam mengolah dan memanfaatkan sumber yang ada dan juga tingginya permintaan impor dalam negeri. 2.1.2 Nilai Tukar Rupiah Kurs merupakan perbandingan antara nilai tukar mata uang suatu negara dengan negara lain. Perdagangan yang dilakukan antara dua negara tidaklah semudah yang dilakukan dalam suatu negara, karena harus memakai dua mata uang yang berbeda misalnya antara Indonesia dan Amerika Serikat, pengimpor Amerika harus memberli rupiah untuk membeli barang-barang dari Indonesia. Sebaliknya pengimpor Indonesia harus membeli dollar amerika untuk menyelesaikan pembayaran terhadap barang yang dibelinya di Amerika. Nilai tukar adalah nilai mata uang suatu negara diukur dari nilai satu unit mata uang terhadap mata uang negara lain. Apabila kondisi ekonomi suatu negara mengalami perubahan, maka biasanya diikuti oleh perubahan nilai tukar secara subtansional. Masalah mata uang muncul saat suatu negara mengadakan transaksi dengan negara lain, dimana masing-masing negara menggunakan mata uang berbeda. Jadi nilai tukar merupakan harga yang harus dibayar oleh mata uang suatunegara untuk memperoleh mata uang negara lain. Nilai tukar mata uang asing memainkan peranan sentral dalam hubungan perdagangan internasional, karena kurs memungkinkan dapat membandingkan harga barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu Negara. Hal ini juga dijelaskan oleh Salvatore (1999) bahwa dalam melakukan transaksi perdagangan antar Negara, mereka menggunakan mata uang asing bukan

mata uang negara, mereka membutuhkan mata uang standar seperti US$ untuk bertransaksi. Apabila mata uang domestik terapresiasi terhadap mata uang asing maka harga impor bagi penduduk domestik menjadi lebih murah, tetapi apabila nilai mata uang domestic terdepresiasi maka nilai mata uang asing menjadi lebih mahal yang mengakibatkan ekspornya bagi pihak luar negeri menjadi lebih murah. 2.1.3 Tarif Impor Perdagangan internasional dapat memaksimalkan output dunia dan keuntungan bagi setiap negara yang terlibat didalamnya. Namun, hampir setiap negara masih menerapkan berbagai bentuk hambatan terhadap berlangsungnya perdagangan internasional. Bentuk hambatan perdagangan yang menonjol adalah tarif. Tarif adalah pajak atau cukai yang dikenakan untuk suatu komoditi yang diperdagangkan lintas batas teritorial dan digunakan sebagai sumber penerimaan pemerintah. Ditinjau dari aspek asal komoditi, ada dua macam tarif, yaitu tarif impor dan tarif ekspor. Tarif impor adalah pajak yang dikenakan untuk setiap komoditi yang diimpor dari negara lain dan tarif ekspor adalah pajak untuk suatu komoditi yang diekspor. Apabila ditinjau dari mekanisme penghitungannya, ada beberapa jenis tarif, yaitu tarif spesifik, tarif ad-valorem dan tarif gabungan. Tarif spesifik adalah tarif yang dikenakan sebagai beban tetap unit barang yang diimpor (misalnya saja, pungutan Rp 1.000.000 untuk setiap ton kedelai). Tarif ad-valorem adalah pajak yang dikenakan berdasarkan angka persentase tertentu dari nilai barang-barang yang diimpor (misalnya, Indonesia memungut tarif 10 persen atas total nilai impor kedelai). Dan yang terakhir, tarif gabungan adalah gabungan dari tarif spesifik dan tarif ad-valorem, disamping mengenakan pungutan dalam jumlah tertentu, juga memungut sekian persen lagi. 2.1.4 Kebijakan Tarif Impor Kedelai Indonesia Upaya pemerintah dalam memenuhi kebutuhan bahan baku industri merupakan awal munculnya kebijakan impor kedelai di Indonesia pada pertengahan dasawarsa 1980-an. Selain melakukan impor kedelai, untuk memenuhi permintaan di dalam negeri, pemerintah juga terus mengupayakan untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri. Hal ini tentunya untuk mengurangi ketergantungan terhadap kedelai impor, karena dengan meningkatnya produksi

kedelai dalam negeri dapat digunakan sebagai impor substitution (pengganti kedelai impor) dalam industri yang menggunakan kedelai sebagai bahan baku produksi. Tingkat tarif bea masuk kedelai impor perlu diterapkan agar dapat memberikan tingkat proteksi yang diperlukan untuk melindungi produsen kedelai di dalam negeri. Tarif yang digunakan untuk kedelai impor adalah tarif ad-valorem, yang dimulai pada tahun 1974. Tahun 1974 sampai 1982 tarif impor kedelai sebesar 30 persen. Pada tahun 1983 sampai tahun 1993 tarif impor kedelai diturunkan menjadi 10 persen dan kemudian menjadi 5 persen pada tahun 1994 sampai 1996. Pada tahun 1997 tarif impor kedelai dihapuskan sampai tahun 2003. Selanjutnya pada tahun 2004 menjadi 5 persen dan tahun 2005 sampai 2010 ditetapkan menjadi 10 persen. Namun, kenaikan harga impor kedelai yang sangat tajam pada tahun 2008 membuat pemerintah merevisi kembali persentase tarif yang telah ditetapkan. Tertanggal 18 Januari 2008, tarif impor kedelai dibebaskan.

2.2

Penelitian Terkait Penelitian yang dlakukan oleh Rika Purnamasari (2006) melakukan penelitian untuk

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan impor kedelai di Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dan diketahui bahwa jumlah impor kedelai Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh harga kedelai internasional, jumlah produksi kedelai, konsumsi kedelai,dan jumlah populasi penduduk. Jumlah impor kedelai responsif terhadap perubahan jumlah produksi kedelai, dan jumlah konsumsi kedelai nasional, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Popy Anggasari (2008) melakukan penelitian untuk menganalisis perkembangan produksi, konsumsi dan impor kedelai serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume impr kedelai di Indooesia. Dengan menggunakan metode analisis regresi linear berganda OLS diketahui bahwa volum impr kedelai secara nyata dipengaruhi oleh harga kedelai domestik, harga kedelai luar negeri, niai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan dummy tarif impr sebesar 10 persen.

2.3

Kerangka Pikir

Produksi Kedelai Indonesia Harga kedelai lokal Impor Kedelai Indoneia

Harga kedelai dunia

Nilai Tukar Rupiah Terhadap $US Dummy Tarif Impor 10%

2.4 Hipotesis Berdasarkan studi penelitian terdahulu maka dalam penelitian ini akan diajukan beberapa hipotesis, diantaranya : Impor kedelai Indonesia dipengaruhi oleh produksi kedelai, dimana hubungan keduanya negatif. Jika terjadi kenaikan produksi kedelai nasional maka impor kedelai akan menurun. Harga kedelai lokal dengan volume impor beras Indonesia berhubungan positif. Bila terjadi kenaikan harga kedelai di tingkat produsen maka permintaan impor kedelai akan meningkat. Harga kedelai dunia dengan volume impor beras Indonesia berhubungan negatif. Bila terjadi kenaikan harga kedelai di tingkat produsen maka permintaan impor kedelai akan menurun. Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mempunyai hubungan yang negatif terhadap volume impor kedelai. Depresiasi Rupiah terhadap Dollar Amerika menyebabkan harga kedelai domestik lebih kompetitif dibanding dengan harga kedelai impor, sehingga menurunkan insentif untuk mengimpor kedelai. Dummy tarif impor sebesar 10 persen mempunyai hubungan yang negatif terhadap volume impor kedelai. Penetapan tarif impor akan menyebabkan penurunan volume impor kedelai.

2.5 Definisi Operasional 1. Kedelai yang dimaksud dalam penelitian ini tidak dipisahkan jenisnya menjadi kedelai warna hitam, coklat, putih, kuning karena proporsi terbesar adalah warna kuning. 2. Volume impor kedelai Indonesia adalah jumlah seluruh impor kedelai yang dipasarkan di pasar domestik setiap tahun, tidak termasuk impor ilegal, dan dinyatakan dalam satuan ton. 3. Produksi kacang kedelai nasional adalah total produksi kacang kedelai yang dihasilkan oleh produsen (petani) dalam negeri Indonesia pada periode tertentu dalam satuan ton. 4. Harga kedelai lokal adalah harga kedelai di tingkat produsen yang dinyatakan dalam satuan Rupiah per kilogram 5. Harga kacang kedelai dunia adalah harga kacang kedelai di Pasar Internasional (Pasar Rotterdam) dalam Dollar Amerika per kilogram.. 6. Nilai tukar mata uang adalah perbandingan dari perubahan mata uang Amerika terhadap mata uang negara lain, dinyatakan dalam satuan Rupiah per Dollar Amerika. 7. Tarif Impor adalah tarif yang ditetapkan oleh pemerintah terhadap kedelai, yakni tarif advalorem, dinyatakan dalam satuan persen.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di wilayah Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor kedelai di Indonesia (Y) periode 1991-2010. Faktor-faktor yang dianggap berpengaruh yaitu produksi kedelai nasional (X1), harga kedelai lokal (X2), harga kedelai dunia (X3), nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (X4), dan dummy tarif impor 10 persen (X5). 3.2 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dengan rentang waktu (data time series) dari tahun 1991 sampai dengan tahun 2010. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari instansi terkait, yaitu Badan Pusat Statistik, Departemen Keuangan dan Food and Agriculture Organization (FAO). Data yang digunakan antara lain jumlah impor kedelai, produksi kedelai dalam negeri, harga kedelai lokal, harga kedelai dunia, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, dan dummy tarif impor 10 persen. 3.3 Metode Analisis Analisis terhadap data dilakukan secara kuantitatif, untuk menentukan variabel-variabel independen (variabel bebas) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (variabel terikat) secara bersama-sama maupun secara parisal. Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan alat bantu software SPSS 16,0. Adapun bentuk model yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: Yi = 0 + 1Xi1 + 1Xi2 + 1Xi3 + 1Xi4 + 1Xi5 + i Dimana: Yi 0 ik Xi1 Xi2 = Volume impor kedelai (ton) = Konstanta (intercept) = Slope (k = 1,2,3,4,5) = Produksi kedelai Indonesia (ton) = Harga kedelai lokal (Rp/Kg)

Xi3 Xi4 Xi5 i

= Harga kedelai dunia (US$/Kg) = Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (Rp/US$) = Dummy tarif impor 10 persen = Koefisien error

Uji Asumsi Klasik Untuk menghasilkan suatu model persaaan yang baik, maka hasil analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik dapat dilakukan dengan melakukan uji sebagai berikut: a. Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Data yang terdistibusi normal menunjukkan bahwa tidak terdapat nilai ekstrem yang nantinya dapat mengganggu hasil data penelitian. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal/mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas data maka dilakukan analisis statistik yang salah satunya dapat dilihat melalui uji Kolmogorov-Smirnov. Dalam uji ini terdapat nilai asymp. sig (2-tailed) yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Jika nilai asymp. sig. (2-tailed) lebih besar dari nilai pada taraf signifikansi 0,05 maka dapat dikatakan bahwa data terdisribusi normal. Namun sebaliknya apabila nilai asymp. sig (2-tailed) 0,05 maka dapat dikatakan bahwa data tidak terdistribusi normal. b. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang terjadi homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Secara grafik, heteroskedastisitas daat dilihat dengan melihat plot antara i dengan , jika menunjukkan pola acak maka tidak terdapat heteroskedastisitas atau asumsi kesamaan varians (homoskedastisitas) terpenuhi. c. Uji Multikolonearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelssi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen-nya. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikoliniearitas didalam model ini adalah dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai VIF < 10, maka

dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

d. Uji Autokorelasi Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi pada model regresi.. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan: 1. DW berada diantara du dan 4- du.berarti tidak ada autokorelasi di dalam model. 2. DW berada diantara dL dan du, atau berada di antara 4- du dan 4- dL, berarti tidak ada kesimpulan.

Pengujian Hipotesis a. Uji Simultan (Uji F) Uji F digunakan untuk menguji signifikansi model secara keseluruhan. Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah kesemua variabel independen yang dianalisis secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap variable dependen. Jika menurut hasil uji F, hasil yang didapatkan memilki nilai sig. < (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa kesemua variabel independen secara bersama-sama dan simultan mempengaruhi variabel dependen. Hipotesis H0 : 1 = 2 = 3 = 4 = 5 = 0 (tidak ada variabel independent yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen). H1 : Minimal ada satu variabel independent yang berpengaruh signifikan terhadap variable dependen). b. Uji Parsial (Uji t) Uji t digunakan untuk menguji signifikansi model secara parsial. Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen yang dianalisis secara parsial memiliki pengaruh terhadap variable dependen. Jika menurut hasil uji t, hasil yang didapatkan memilki nilai sig. < (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa bahwa variabel independen tersebut secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis

H0 : i = 0 (variabel independent tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen). H1 : i 0 variabel independent berpengaruh signifikan terhadap variable dependen Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi atau uji R2 digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinansi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Pemilihan Model Terbaik Secara teoritis, untuk mendapatkan model terbaik dari variabel-variabel yang diteliti digunakan metode eliminasi backward. Eliminasi backward adalah salah satu prosedur pemilihan model terbaik dalam regresi dengan eliminasi variabel bebas yang membangun model secara bertahap. Langkah-langkahnya sebagai berikut: a. b. c. Memasukkan semua variabel bebas ke dalam persamaan. Menghitung nilai F parsial untuk masing-masing variabel bebas dan mengujinya. Membandingkan nilai F parsial dengan F tabel pada atertentu, jika F parsial terkecil lebih kecil dari F tabel maka variabel tersebut dikeluarkan dari persamaan. d. Menyusun kembali persamaan tanpa mengikutsertakan variabel yang telah dikeluarkan dari model. Kemudian, ulangi langkah b. e. Proses pengurangan variabel berhenti jika tidak ada lagi nilai F parsial < F tabel, yang berarti telah diperoleh model persamaan terbaik.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Regresi Berganda Analisis regresi dilakukan untuk mempelajari faktor-faktor yang memengaruhi impor kacang kedelai nasional sebagai variabel tak bebas dengan faktor produksi kedelai nasional (X1), harga kedelai lokal (X2), harga kedelai dunia (X3), nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (X4), dan dummy tarif impor 10 persen (X5) sebagai variabel bebas. Untuk mendapatkan faktor yang secara statistik berarti (signifikan) mempengaruhi impor kacang kedelai dipergunakan metode backward, yaitu semua variabel bebas diikutsertakan dalam model regresi kemudian dilakukan analisis. Faktor-faktor yang tidak signifikan memengaruhi impor kacang kedelai nasional, dilihat dari koefisien faktor tersebut dalam model regresi yang diperoleh, dikeluarkan satu persatu hingga diperoleh model terbaik. Tabel 4.1. Hasil Metode Backward Model Summarye Adjusted R Square Std. Error of the Estimate .760 172301.67086 .762 171500.55645 .733 181567.98119 .708 189964.04278

Model 1 2 3 4

R R Square a .907 .823 b .901 .812 c .881 .775 d .860 .739

Durbin-Watson

2.421

a. Predictors: (Constant), dummy tarif, produksi, harga dunia, kurs, harga lokal b. Predictors: (Constant), produksi, harga dunia, kurs, harga lokal c. Predictors: (Constant), harga dunia, kurs, harga lokal d. Predictors: (Constant), harga dunia, harga lokal e. Dependent Variable: impor Dengan metode backward diperoleh model persamaan impor kacang kedelai nasional periode 1991-2006. Model terbaik diperoleh setelah mengeluarkan faktor tarif impor kedelai 10 persen (X5) dari model pertama, faktor produksi kedelai nasional (X1) dari model kedua, dan faktor nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (X4) dari model ketiga karena ketiga faktor tersebut terbukti tidak signifikan mempengaruhi impor kacang kedelai nasional.

Tabel 4.2. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Model Terbaik Coefficients Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B 4 (Constant) Harga Lokal Harga Dunia 939730.980 .216 -1989.853 Std. Error 141173.265 .034 689.896 1.187 -.540 Beta 6.657 6.335 -2.884 .000 .000 .010 t Sig.

Berdasarkan nilai koefisien regresi pada tabel diatas, maka dapat disusun persamaan regresi model terbaik sebagai berikut: Impor Kedelai (Y) = 9397306,980 + 0,216 (Harga Lokal) - 1989,853 (Harga Dunia) Interpretasi: a. Jika harga produsen mengalami kenaikan Rp. 1/kg maka akan menyebabkan kenaikan sebesar 0,216 ton pada volume impor kedelai dimana faktor lain konstan. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan harga lokal kedelai akan menimbulkan permintaan terhadap kedelai impor akan meningkat yang disebabkan harga lokal lebih mahal dibandingkan harga impor. b. Jika harga dunia mengalami kenaikan 1 US$/kg maka akan menyebabkan penurunan volume impor kedelai sebesar 1989,853 ton. Hal ini berarti bahwa permintaan terhadap impor kedelai akan berkurang saat harga kedelai dunia mengalami kenaikan.

Tabel 4.3. Uji Simultan ANOVAe Model 4 Regression Residual Total Sum of Squares 1.735E12 6.135E11 2.349E12 df 2 17 19 Mean Square 8.677E11 3.609E10 F 24.045 Sig. .000d

a. Predictors: (Constant), harga dunia, harga lokal b. Dependent Variable: impor Dari hasil perhitungan analisis regresi model terbaik dapat diketahui bahwa secara bersama-sama variabel independen yaitu harga lokal dan harga dunia berpengaruh terhadap variabel dependen. Hal ini dibuktikan dari hasil nilai signifikan sebesar 0,000 yang berarti nilai signifikannya lebih kecil dari taraf yang ditentukan, yaitu sebesar 0,050. Dan artinya model

tersebut dapat digunakan untuk memprediksi volume impor kedelai nasional. Pada uji t. (tabel 4.2) dengan taraf signifikansi sebesar 5% ( = 0,05) diperoleh bahwa kedua variabel berpegaruh signifikan terhadap volume imper kedelai. Dari tabel 4.1 model summary diperoleh R2 untuk model terbaik sebesar 0,739, sehinnga dapat dinyatakan bahwa variasi volume impor kedelai mampu dijelaskan oleh varibel independen (harga kedelai tingkat produsen dan harga dunia) sebesar 73,9%, dan sisanya dipengaruhi faktor lain. Kemudian untuk mengetahui pengaruh faktor independen tersebut secara lebih baik digunakan adjusted R2, yaitu R2 yang sudah disesuaikan dengan derajat bebasnya. Pada model terbaik ini, nilai adj. R2 sebesar 0,708 berarti bahwa sebesar 70,8% variasi volume impor kedelai mampu dijelaskan oleh faktor harga produsen dan harga dunia, sedangkan 29,2% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini. Selain itu, diperoleh juga bahwa antara varibel independen (harga kedelai tingkat produsen dan harga dunia) dengan volume impor kedelai Indonesia berkorelasi kuat yaitu sebesar 86%. Uji Asumsi Klasik Untuk menghasilkan suatu model persaaan yang baik, maka hasil analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik. Uji asumsi klasik ini dilakukan terhadap model terbaik guna mengetahuin apakah model terbaik tersebut telah memenuhi asumsi klasik. a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji nrmalitas yang digunakan adalah uji One-Sample Kolmogorov Smirnov. Tabel 4.4. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardiz ed Residual N 20 a,b Normal Parameters Mean .0000000 Std. Deviation 179687.9954 2808 Most Extreme Absolute .150 Differences Positive .119 Negative -.150 Kolmogorov-Smirnov Z .672 Asymp. Sig. (2-tailed) .757 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Tabel output di atas menunjukkan bahwa data berdistribus normal. Dari nilai signifikansi juga terlihat bahwa nilai signifikansi = 0,757 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa kenormalan sudah terpenuhi. b. Uji heteroskedasitas Berikut ini adalah hasil pengujian heterokedastisitas dengan menggunakan metode grafik, dapat dilihat pada gambar berikut: asumsi

Dari hasil pengolahan data dengan SPSS, jelas terelihat bahwa pola yang terbentuk acak, sehingga asumsi tidak terjadinya heteroskedastisitas terpenuhi. c. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas Model (Constant) harga_dunia hargaprodusen .438 .438 2.284 2.284 Collinearity Statistics Tolerance VIF

Dari hasil pengolahan data pada tabel menunjukkan tidak ada variable independen (harga kedelai pada tingkat produsen dan harga dunia) yang memiliki nilai VIF lebih dari 5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonearitas antara variabe independen dalam model regresi. Dan model regresi layak dipakai untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap volume impor kedelai. d. Uji Autokorelasi Pengujian Durbin-watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut 1,54 < DW < 2,46 , maka tidak terdapat autkorelasi 1,10 < DW < 1,54 atau 2,46 < DW < 2,90 maka tidak dapat disimpulkan DW < 1,10 atau DW > 2,90, makan terjadi autokorelasi

Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS (lihat pada tabel 4.1) diperoleh nilai DW sebesar 2,421. Nilai tersebut berada diantara 1,54 < DW < 2,46 sehingga dapat diartikan bahwa tidak ada autokorelasi atau dengan kata lain gangguan estimasi suatu observasi tidak berkorelasi secara serius dengan gangguan estimasi dari observasi yang lain.

V.

PENUTUP

Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab empat terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan berkaitan dengan pengaruh produksi kedelai, harga kedelai lokal, harga kedelai dunia, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan tarif impor 10 persen terhadap harga saham baik secara simultan maupun secara parsial pada volume impor kedelai Indonesia selama tahun 1991 sampai 2010. Dari lima faktor yang diduga berpengaruh terhadap impor kedelai Indonesia periode 1991 2010, dengan taraf signifikansi 5% diperoleh dua faktor pada model terbaik yang berpengaruh signifikan. Dimana faktor harga kedelai lokal (produsen) merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh. Faktor harga kedelai lokal (produsen) berpengaruh positif terhadap impor kedelai, setiap kenaikan harga lokal satu rupiah per kilogram akan meningkatkan volume impor kedelai sebesar 0,216 ton dengan asumsi faktor lain tetap. Faktor harga kedelai dunia berpengaruh negaitif terhadap impor kedelai, setiap kenaikan harga dunia satu dollar Amerika per kilogram akan menurunkan volume impor kedelai sebesar 21989,853 ton dengan asumsi faktor lain tetap.

Anda mungkin juga menyukai