Anda di halaman 1dari 12

AN INTRODUCTION TO CRITICAL THINKING By Steven B.

Schafersman (Saduran) Critical thinking merupakan pokok bahasan yang penting dalam pendidikan modern. Semua pendidik sangat tertarik dalam mengajar critical thinking kepada mahasiswanya. Banyak pengajar dan instruktur perlu mendapatkan informasi tentang: Strategi pengajaran ketrampilan critical thinking Di mana critical thinking diajarkan? Bagaimana mengidentifikasi wilayah dalam kuliah yang dapat disisipi materi critical thinking? Bagaimana mengembangkan soal-soal untuk menguji mahasiswa tentang ketrampilan critical thinking? Pada tulisan ini akan dibahas mengenai hal-hal tersebut. Apa Tujuan critical thinking? Meningkatkan ketrampilan berpikir Menyiapkan mahasiswa untuk terjun di masyarakat

We should be teaching students how to think. Instead we are teaching them what to think.
Clement and Lockheed, 1980. Cognitive Process Instruction.

Dalam pendidikan terjadi peristiwa kegiatan transfer tentang dua hal yang berbeda: 1) Materi/bahan ajar : What to think 2) Cara yang benar dalam memahami dan mengevaluasi bahan ajar: How to think Seringkali kita berhasil dalam transfer hal pertama, namun seringkali kita gagal dalam hal kedua. Untuk mendapatkan kemampuan hal kedua diperlukan kemampuan yang disebut critical thinking. Laporan Komisi Nasional Pendidikan di Amerika Serikat. Many 17-year olds do not possess the higher order intellectual skills we should expect of them. Nearly 40% cannot draw inferences from written materials; only one-fifth (20%) can write persuasive essay; and only one-third (30%) can solve a mathematics problem requiring several steps Mengapa sebagian besar dari kita, termasuk mahasiswanya, tidak pernah mengembangkan ketrampilan critical thinking?

Tujuan pendidikan: 1) Tujuan pendidikan pertama (what to think), terlalu dipusatkan kepada transfer pengetahuan dan kemampuan memiliki pengetahuan dasar, sehingga siswa hanya memiliki sisa waktu sedikit untuk hal-hal lain. 2) Tujuan pendidikan kedua (how to think) atau critical thinking hanya merupakan bagian sangat kecil. Pertimbangan o Ilmu pengetahuan cepat berkembang o Informasi semakin banyak Para pengajar dan penulis buku ajar, percaya bahwa mereka harus mencari cara untuk transfer informasi faktual sebanyak mungkin namun dalam waktu yang tersedia. o Buku ajar tumbuh makin besar o Akibatnya kurikulum makin padat o Mahasiswa diharapkan untuk mengingat-ingat dan belajar bahan ajar lebih banyak lagi o Memiliki fakta ilmiah dan informasi lebih didahulukan dari mempelajari metode ilmiah dan konsep-konsep o Tidak dapat dihindari lagi hal-hal mendasar yang mengikuti tugas-tugas transfer metode investigasi yang benar, pemahaman dan evaluasi semua data ilmiah, akan hilang dalam perjalanan. Padahal itu semua adalah critical thinking. Keadaan ini makin parah terjadi pada Pendidikan primer dan sekunder. Bahkan di Amerika Serikat terjadi penurunan kemampuan siswa dalam matematika dan sains dibandingkan dengan negara-negara industri lain. Bahkan siswa-siswa SMU berada pada tingkat paling rendah di antara negara-negara industri dalam mata pelajaran matematika dan sains. Hal ini berdampak pada terjadinya kelemahan dalam berpikir ilmiah dan critical thinking pada pendidikan tinggi. Nampak jelas apabila isi informasi dalam salah satu disiplin ilmu bertambah akan memerlukan waktu lebih lama untuk belajar metode dalam memiliki, memahami dan mengevaluasi informasi-informasi tersebut, bukan sebaliknya belajar informasi yang diajarkan ditambah dengan sekian banyaknya informasi baru yang kini belum diketahui, tetapi sudah pasti dikemudian hari akan diperlukan. Sejujurnya, merupakan hal yang kontra-prouktif jika hanya mengingat-ingat dan mempelajari fakta-fakta baru yang akhirnya fakta-fakta lain di kemudian hari akan menggeser fakta yang lama. Kini buku-buku sains misalnya mempertajam critical thinking dan scientific method. Mereka memusatkan pada pengajaran kepada siswa melalui cara yang seharusnya, agar memperoleh pengetahuan baru yang lebih diandalkan, bukan lagi memberikan fakta-fakta yang berlebihan. Kini dilakukan reformasi kurikulum dalam sains.

Kesepakatan: Orang berasumsi bahwa siswa yang masuk perguruan tinggi diharapkan telah menguasai semua keterampilan dasar tentang critical thinking, karena mereka sudah harus belajar pada saat pendidikan di tingkat dasar dan menengah. Desakan pengajaran critical thinking sebenarnya berasal dari komunitas bisnis agar masyarakat luas dapat menghadapi persaingan ekonomi global. Apakah yang dimaksudkan dengan critical thinking? 1. Critical thinking adalah pemikiran yang benar dalam pengetahuan yang relevan dan handal tentang dunia. 2. Critical thinking adalah pemikiran yang bersifat masuk akal, reflektif, bertanggung jawab dan penuh dengan keterampilan yang dipusatkan untuk memutuskan apa yang dipercayai atau dikerjakan. 3. Seorang yang mempunyai kemampuan critical thinking dapat mengajukan suatu pertanyaan yang cocok/sesuai, menyampaikan informasi yang relevan, dan dapat memilih informasi-informasi tersebut secara efisien dan kreatif, kemudian menalarkan informasi tersebut secara logis, dan sampai kapada kesimpulan yang dapat diandalkan dan dipercaya. 4. Critical thinking adalah pemikiran tingkat tinggi; pemikiran ini misalnya memberikan kemampuan seseorang dapat mengambil keputusan yang bertanggung jawab antara dua pilihan calon dalam percaturan politik, bertindak sebagai juri dalam pengadilan pada kasus pembunuhan, mengevaluasi kebutuhan masyarakat untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir, dan mengukur/mempertimbangkan dampak-dampaknya terhadap peningkatan suhu global. 5. Critical thinking bukanlah pemikiran tingkat rendah walaupun bersifat kritis dan berguna yang hanya cukup untuk survival perorangan saja. Kemampuan ini dimiliki sebagian besar orang. Misalnya dalam memutuskan menghentikan kendaraan di persimpangan jika lampu lalu lintas berubah menjadi warna merah. Contoh lain misalnya dalam kasus ketika menerima uang kembalian sesudah berbelanja diperlukan juga pemikiran tingkat rendah. Kedua contoh tersebut bukan critical thinking 6. Critical thinking dapat memberikan kemampuan pada seseorang sebagai warga yang baik yang bertanggung jawab dan berpartisipasi dalam masyarakat, bukan saja hanya sebagai konsumen dalam kepentingan masyarakat. 7. Critical thinking merupakan kemampuan yang dipelajari yang harus diajarkan. Seorang anak dilahirkan dengan kekuatan untuk berpikir kritis, tetapi mereka tidak dapat mengembangkan kemampuan tersebut secara alami, karena kemampuan ini di atas pemikiran untuk survival. Sebagian orang tidak mempelajarinya. 8. Dalam mengajarkan critical thinking diperlukan instruktur yang terlatih dan cukup pengetahuan. Mereka diperlukan untuk memberikan informasi dan ketrampilan yang benar. Mengapa para instruktur dalam mempelajari matematik dan sains mempunyai informasi dan ketrampilan tersebut?

9.

Critical thinking dapat dilukiskan sebagai metode ilmiah yang diaplikasikan oleh orang-orang biasa kepada kehidupan normal di dunia, karena dalam critical thinking berlangsung : Identifikasi masalah Perumusan hipotesis Pengumpulan data yang relevan melalui pencarian Pengujian dan evaluasi hipotesis Penarikan kesimpulan secara handal dan logis dari hasil uji hipotesis dan hasil. Semua keterampilan dalam metode ilmiah sangat sesuai dengan critical thinking karena critical thinking tidak lain metode ilmiah yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari, bukan secara khusus dipakai dalam penelitian. Bahkan tujuan critical thinking sama dengan tujuan metode ilmiah . Maka critical thinking tidak lain berpikir ilmiah. Oleh karena itu, orang yang berpendidikan tingkat sarjana harus mempunyai kemampuan critical thinking.

10. Critical thinking adalah kemampuan berpikir secara mandiri dan handal serta bertanggung jawab dalam membuat keputusan yang mengena pada kehidupan seseorang. 11. Critical thinking merupakan penyelidikan/investigasi secara kritis. Mereka yang berpikir kritis akan mengajukan pertanyaan, memberikan jawaban baru yang menantang keadaan status quo, menemukan informasi baru yang dapat dimanfaatkan untuk maksud baik maupun buruk, menanyai pemegang otoritas dan kepercayaan tradisional, menantang doktrin dan dogma yang diterima, dan seringkali berakhir dengan kepemilikan suatu kekuatan lebih besar dari jumlah mereka dalam masyarakat 12. Critical thinking memiliki banyak komponen. Kehidupan dapat dilukiskan sebagai rangkaian berbagai masalah yang berurutan yang setiap orang harus selesaikan sendiri. Critical thinking tidak lain adalah ketrampilan penyelesaian masalah (problem solving) yang menghasilkan suatu pengetahuan yang terpercaya. Manusia secara tetap selalu memproses informasi. Critical thinking merupakan praktek pemrosesan informasi tersebut dengan penuh keterampilan, akurat, dan dengan cara yang tertib yang mengarah kepada kesimpulan yang paling handal, logis, dan terpercaya. Kesimpulan yang ditarik dapat dipakai untuk mengambil keputusan mengenai kehidupan, perilaku seseorang, dan kegiatan dengan pengetahuan penuh tentang asumsi dan konsekuensi dari keputusan tersebut. Ciri-ciri seseorang dengan kemampuan critical thinking (Raymond S. Nickeron (1987). Memanfaatkan bukti (evidence) secara terampil dan utuh Mengorgnisasikan pikiran dan memanfaatkannya secara padat dan koheren

Mampu membedakan secara logis antara kesimpulan yang benar dan yang tidak benar Menunda pertimbangan mengambil keputusan jika tanpa bukti lengkap yang diperlukan. Memahami perbedaan antara penguraian alasan dengan rasionalisasi. Berupaya mengantisipasi konsekuensi yang mungkin timbul dari kegiatankegiatan alternatif. Mengerti ide tingkat-tingkat kepercayaan Mampu melihat kesamaan dan analogi yang tidak tampak pada permukaan Mampu belajar mandiri dan memiliki keinginan untuk bertindak konsisten. Mengaplikasikan teknik penyelesaian masalah di luar wilayah yang dipelajari Mampu membangun dari masalah-masalah informal yang disodorkan menjadi sesuatu yang dapat diselesaikan melalui teknik formal, misalnya matematika, untuk digunakan,. Dapat mencuplik argument verbal tentang ketidak-relevansian untuk diungkapkan dalam cara yang esensial Menanyai seseorang tentang pandangannya dan berupaya mengerti baik asumsi yang penting dalam pandangan tersebut, maupun implikasiimplikasi pandangan tersebut. Peka terhadap perbedaan antara validitas suatu kepercayaan dan intensitas keterikatannya. Perhatian terhadap fakta bahwa pemahaman seseorang selalu terbatas, sering jauh lebih dari yang seharusnya terhadap seorang dengan sikap yang tidak ingin tahu. Mengenal kemungkinan kekeliruan pendapat seseorang, probabilitas adanya bias dalam pendapat-pendapat tersebut, dan bahaya dalam pembobotan bukti-bukti menurut pilihan personal. Hubungan Critical Thinking dengan Metode Ilmiah Dengan teridentifikasinya critical thinking sebagai metode ilmiah, sangat beralasan untuk disimpulkan jika kuliah matematika dan sains merupakan tempat untuk mempelajari critical thinking dengan metode ilmiah. Sayangnya hal ini tidak selalu benar. Ilmuwan yang berkecimpung dalam sains yang baik, harus mempraktekkan critical thinking. Biasanya guru-guru sains mengajarkan hal tersebut, tetapi sedikit orang-orang biasa yang mempelajari metode ilmiah, bahkan juga mereka yang berhasil belajar sejumlah pelajaran sains di SMU dan akademi. Hal ini disebabkan, sebagaimana diuraikan di atas, bahwa sains di Amerika Serikat lebih sering kurang diajarkan sebagai disiplin ilmu berbasis fakta, daripada diajarkan sebagai cara mengerti atau cara-cara penemuan. Agaknya tidak masuk akal, jika terungkap pada pengkajian bahwa 3% dari populasi AS melek ilmu. Angka ini menunjukkan penurunan dari angka 5% yang diungkapkan 20 tahun yang lalu. Hal tersebut tidak berarti bahwa ilmu pengetahuan saja akan mengajarkan critical thinking kepada khalayak ramai. Sesungguhnya program critical

thinking hampir selalu dirancang oleh ilmuwan sosial dan diarahkan kepada perbaikan pemikiran masalah kemanusiaan dan pengkajian sosial, tetapi hal yang sama dapat diselesaikan dengan kuliah-kuliah matematika dan sains. Seyogyanya, kuliah-kuliah di Universitas memberikan critical thinking kepada mahasiswa di samping substansi disiplin ilmu yang diajarkan. Ada gunanya jika ditanyakan mengapa metode ilmiah yang kini dikenal dalam samaran critical thinking, begitu penting untuk pendidikan modern, sehingga beratus program dalam ribuan sekolah di seluruh negeri (AS) yang sangat berharga bagi perorangan dalam belajar dan mempraktekkannya. Alasannya yaitu karena metode ilmiah merupakan metode yang paling kuat yang pernah diciptakan manusia dalam memperoleh pengetahuan yang relevan dan handal atau dapat dipercaya. Sesungguhnya, hal tersebut merupakan satu-satunya cara manusia dalam memperoleh pengetahuan yang terpercaya (pengetahuan yang mempunyai probabilitas sangat tinggi). Nama lain untuk jenis pengetahuan ini yaitu kepercayaan yang diyakini benar (kepercayaan yang mungkin benar, karena diperoleh dan diyakini dengan metode yang dipercaya). Pemenang hadiah Nobel Sir Peter Medawar mengklim: In terms of fulfillment of declared intentions, science is incomparably the most successful enterprise human beings have ever engaged upon. Cara lain untuk menambah pengetahuan seperti mereka yang menggunakan wahyu, otoritas, keinsyafan moral dan artistik, spekulasi filosofi, pikiran penuh harapan dan keinginan dan jalan subyektif dan otoritas lain menurut sejarah telah menghasilkan pengetahuan yang tidak relevan dan tidak terpercaya, dan kini tidak lebih baik. Tetapi metode yang tidak ilmiah yang menemukan ilmu, walaupun dialami kegagalan yang berulang dalam mendapatkan ilmu yang terpercaya, lebih popular daripada metode ilmiah. Banyak alasan tentang hal tersebut yang dapat dikemukakan, tetapi dua alasan yang paling penting untuk melakukan cara yang tidak ilmiah, yaitu: 1) Lebih simpatik kepada sifat manusia yang emosional dan penuh harapan 2) Lebih mudah dipelajari dan dipraktekkan daripada metode ilmiah. Tetapi selain alasan-alasan tersebut, nilai dan kekuatan dalam memiliki pengetahuan terpercaya --- yang bertentangan dengan pengetahuan yang memuaskan sebagian besar orang, yang biasanya bersifat tidak terpercaya, menyesatkan, tidak relevan, tidak akurat, penuh keinginan dan harapan, intuitif dan spekulatif, --- telah menyebabkan pemerintah modern, kalangan bisnis dan pendidikan mendudukkan upaya ilmiah dalam perhatian tinggi dan menyebabkan para pemimpin tersebut mempromosikan pengajaran, metode ilmiah dan manifestasinya yang popular sebagai critical thinking. Manusia dikondisikan dari sejak lahir mengikuti tokoh-tokoh pimpinan dan dilarang menanyakan tentang pernyataan para tokoh-tokoh tersebut. Guna mendorong pengkondisian tersebut, para orang tua dan guru menggunakan berbagai teknik positif maupun negatif. Sebagian besar orang yang telah dewasa akan terkondisi demikian. Hasil pengkondisian demikian merupakan antitesis dari sikap investigasi ilmiah maupun critical thinking.

Orang-orang mengalami pengurangan rasa keingintahuannya dan menurun keterampilannya dalam melakukan penyelidikan secara independen dalam menemukan pengetahuan terpercaya. Orang yang berpikir kritis dapat memikirkan dirinya sendiri: mereka dapat mengidentifikasi masalah-masalah, mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi dengan cara yang tepat dan sampai kepada kesimpulan yang terpercaya oleh mereka sendiri, tanpa bergantung pada orang lain untuk melakukannya guna kepentingan dirinya. Sikap tersebut memang tujuan pendidikan sains. Critical thinking membiarkan seseorang menghadapi dan mengerti tentang realitas obyektif dengan memperoleh pengetahuan terpercaya tentang dunia. Selanjutnya hal ini mendorong seseorang memperoleh kehidupan yang lebih baik, mencapai keberhasilan dalam hidupnya, lebih baik dalam menyelesaikan permasalahan hidup, dan mampu bermufakat dengan existensinya, mortalitas dan alam semesta. Seseorang akan lebih bahagia memiliki pengetahuan handal dan hidup dalam kenyataan obyektif, daripada hidup dalam ketidaktahuan dan kepercayaan palsu atau tidak bisa dipercaya. Ini merupakan alasan baik untuk mengajarkan dan belajar critical thinking. Program Formal Critical thinking Terdapat dua cara bagaimana mengajarkan critical thinking dalam kelas. 1) Cara ini sederhana dengan sedikit memodifikasi metode pengajaran dan ujian, untuk mendorong critical thinking diantara siswa-siswa. Metode ini merupakan cara termudah, paling cepat dan termurah. 2) Cara kedua, menggunakan latihan-latihan formal critical thinking, program dan bahan-bahan yang telah disiapkan oleh para pakar dan dapat dibeli untuk keperluan mendadak yang diperlukan para guru dan instruktur. Bahkan ini merupakan cara yang menonjol untuk mengajarkan critical thinking pada pendidikan primer dan sekunder. Untuk sebuah kelas, sekolah atau wilayah sekolah, bahan-bahan critical thinking semacam itu bernilai ratusan sampai ribuan dolar. Kenyataan adanya program critical thinking pada masa kini mengundang komentar yang menyedihkan justru dengan merosotnya pendidikan di AS bagi siswa-siswa yang terbukti pernah belajar critical thinking tanpa bahan-bahan tersebut. Di Amerika Serikat terdapat sejumlah program critical thinking, seperti misalnya: o CORT Thinking Program oleh Dr. Edward de Bono. Yang merupakan seperangkat pelajaran berpikir. o Strategies for Teaching Critical Thinking Accross the Curriculum dari Education Testing Service yang terdiri atas 2 fase program pengembangan profesional. o Dari Teachers Press. Wilayah Pelajaran untuk Pengajaran Critical thinking

Critical thinking dapat diajarkan pada kesempatan : 1. Perkuliahan Tentu saja para pengajar diperbolehkan mengajarkan critical thinking secara langsung kepada siswa selama pelajaran berlangsung. Tetapi hal ini tidak dipersyaratkan atau dianjurkan. Tetaplah pada bahan ajar saudara, tetapi sajikan masalah critical thinking ini dengan cara sedemikian rupa agar para siswa didorong berpikir kritis tentang bahan pelajaran yang sedang disampaikan. Hal ini dilakukan selama kuliah dengan menanyai para siswa dalam cara-cara yang mensyaratkan tidak saja mereka dapat mengerti bahan pelajaran, tetapi juga dapat menganalisisnya dan mengaplikasikannya dalam situasi baru. 2. Kegiatan Laboratorium Dalam kegiatan praktikum kelas sains, para siswa tidak terhindar untuk berlatih critical thinking. Hal ini disebabkan karena mereka sedang belajar metode ilmiah. 3. Tugas Pekerjaan Rumah Tugas-tugas membaca dan menulis yang mengandung penyelesaian masalah yang dikerjakan di rumah, dapat dipakai untuk mendorong critical thinking. Pekerjaan rumah memberikan banyak kesempatan untuk mendorong critical thinking. 4. Latihan Kuantitatif Latihan soal matematik dan masalah-masalah yang bersifat kuantitatif mengajarkan keterampilan penyelesaian masalah yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari hari. Hal ini jelas mendorong critical thinking. 5. Karya Tulis Cara yang terbaik mengajarkan critical thinking, yaitu minta kepada siswa untuk menulis. Kegiatan menulis akan memaksa siswa mengorganisasikan pikiran-pikiran mereka, merenungkan judul tulisan, mengevaluasi data-data mereka melalui cara logis, dan menyajikan kesimpulan mereka dengan cara memikat. Penulisan yang baik merupakan ikhtisar critical thinking. 6. Ujian Pertanyaan-pertanyaan dalam ujian dapat dibuat untuk meningkatkan critical thinking. Cara ini lebih berarti daripada ujian yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang kemampuan menghafal. Hal ini dapat ditrapkan pada ujian esai ataupun tes obyektif. Jika anda memutuskan menerima hal ini, hendaknya anda menggunakan satu atau lebih strategi atau teknik dalam mengajarkan critical thinking dala 4 wilayah pembelajaran (kuliah, PR, karya tulis dan Ujian). Strategi dan Teknik Pengajaran critical thinking dalam Ruang Kelas Critical thinking tidak dapat diajarkan melalui perkuliahan khusus. Critical thinking merupakan proses aktif, sedangkan bagi kebanyakan mahasiswa, mendengarkan kuliah adalah kegiatan pasif. Keterampilan intelektual dari critical thinking meliputi analisis,

sintesis, refleksi, dan sebagainya; kesemuanya harus dipelajari dengan dilakukan secara nyata. Maka instruksi dalam kelas seperti: PR, karya tulis dan ujian harus menitikberatkan keikutsertaan siswa secara intelektual dan secara aktif Perkuliahan Percepatan critical thinking dapat diselesaikan selama berlangsungnya perkuliahan dengan cara setiap kali menghentikan kuliah dan minta pada mahasiswa untuk mencari dan mengajukan pertanyaan yang cerdik tentang bahan kuliah yang baru saja disampaikan, dan kemudian menunggu dalam waktu yang cukup untuk menanggapi mereka. Janganlah segera menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Berilah cukup waktu untuk mahasiswa berpikir dalam menjawab pertanyaan sebelum diajukan. Bila guru secara konsisten menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, mahasiswa akan segera menyadari hal ini dan tidak akan menanggapi. Mempelajari nama-nama mahasiswa secepat mungkin dan menanyai mahasiswa tertentu dengan menyebut namanya merupakan hal yang harus diperhatikan. Apabila seseorang tidak dapat menjawab pertanyaan, dapat dibantu dengan menyederhanakan pertanyaan, dan membimbing mereka melalui proses berpikir. Bimbingan melalui proses berpikir ini dengan menanyakan data apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan, dan memberi saran bagaimana cara memanfaatkan data tersebut dalam membuat jawaban untuk pertanyaan, dan kemudian menggunakan data secara benar dalam menyusun jawaban. Tentu saja anda boleh mengajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana yang merupakan informasi faktual, misalnya tentang masalah-masalah yang baru saja diuraikan dalam perkuliahan. Banyak mahasiswa mempunyai masalah mengenai pertanyaan-pertanyaan faktual ini, karena mereka tidak menaruh perhatian dalam kelas selama kuliah berlangsung. Mereka sebenarnya tidak pernah belajar bagaimana mendengarkan kuliah dan mereka tidak tahu bagaimana cara membuat catatan tertulis maupun catatan dalam hati. Atau mereka tidak mengerti bagaimana mereview catatan-catatan dari buku ajar sebagai persiapan menghadapi ujian. Tipe mendasar critical thinking yaitu mengerti bagaimana mendengarkan secara aktif sebuah kuliah. Mengikuti perkuliahan bukanlah dengan cara mendengarkan secara pasif. Banyak mahasiswa tidak mengerti bagaimana cara mengikuti kuliah dalam kelas, karena mereka tidak pernah diajari hal tersebut dan mereka dapat memperoleh pengetahuan tersebut melalui sistem pendidikan sampai situasi sekarang --- kelas anda --- tanpa perlu mempraktekkannya. (saran dari Schafersman: ada buku baik untuk dibaca atau disarankan kepada mahasiswa: How to Speak, How to Listen by Mortimer J Adler). Mungkin bijak untuk mulai menanyai dengan jenis pertanyaan faktual, sehingga para mahasiswa akan sadar jika mereka harus memperhatikan uraian dalam kuliah. Tetapi tujuan critical thinking mensyaratkan bahwa akhirnya anda mengajukan pertanyaanpertanyaan yang menuntut mahasiswa berpikir tentang jenis argumen yang melibatkan sebab-akibat atau premis dan kesimpulan. Hal ini memaksa mereka menggunakan alasan yang berasal dari data atau informasi yang sekarang mereka miliki dari uraian kuliah yang sedang berlangung untuk mencapai kesimpulan baru atau memahami tentang pokok bahasan yang sedang diuraikan pengajar. Contoh dalam kuliah ilmu kimia, sesudah disajikan informasi tentang reaksi kimia, anda dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mahasiswa untuk menjelaskan

reaksi kimia yang mereka alami setiap hari dengan campuran bahan-bahan kimia di tempat umum. Tanyakan misalnya agar mereka menjelaskan jenis reaksi yang terjadi (oksidasi, reduksi, dan sebagainya) dengan bantuan pengetahuan mereka tentang bahan reaktan dan pengetahuan baru tentang reaksi kimia. Dennis Huston dari Rice Univercity, seorang pemenang berbagai penghargaan mengajar, merekomendasikan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan semacam itu dalam kelas. Beliau mengeluh bahwa kita mengajar mahasiswa-mahasiswa hanya untuk menjadi pendengar. Informasi berasal dari instruktur atau guru. Para mahasiswa tidak memperoleh kesempatan untuk membahas informasi tersebut dan menyelusuri pertanyaan-pertanyaan. Bahkan sering mereka mendapatkan jawaban yang tidak menentu atau jawaban yang bersifat mendua dari pertanyaan yang diajukan. Hal tersebut lebih banyak benarnya pada wilayah kajian Dr. Huston (Kesusasteraan) dibandingkan dengan pada wilayah kajian sains dan matematika. Daripada mengkondisikan mahasiswa hanya menilai apa yang dikatakan guru/instruktur, lebih baik mahasiswa memikirkan lebih dalam tentang pokok bahasan dan harga tentang apa yang mereka pikirkan dan rasakan. Ajarkan sedemikian sehingga mahasiswa memikirkan bahan buah pikiran (idea) mereka. Mintalah mahasiswa membuat hubungan-hubungan dan mengenali pola-polanya. Mereka akan merasakan pertanggungjawaban untuk pendidikan mereka sendiri dan memikirkan tentang pembelajaran mereka dan tentang yang mereka baca. Para mahasiswa akan terlibat dengan pembelajaran mereka sendiri, akan merasa mendalami tentang hal tersebut dan belajar menghargai dan mempelajari pikiran dan idea mereka sendiri. Rekomendasi ini merupakan aplikasi sempurna dalam meningkatkan critical thinking. Sesudah pekuliahan selesai, sebelum waktu usai, mintalah kepada mahasiswa menulis sejenak tentang hal-hal yang paling penting dalam pembelajaran dalam kelas tersebut, dan tidak kalah pentingnya menulis mengenai satu hal yang mereka masih rancu. Dr. Huston mengatakan bahwa saran ini merupakan latihan critical thinking yang penting yang dapat kita lakukan. Para guru akan mendapatkan segera umpan balik mengenai halhal yang masih perlu mereka pahami. Secara teknis, cara ini dinamakan classroom research atau classromm assessment. Menurut Dr. Huston latihan tersebut juga meningkatkan keterampilan menulis para mahasiswa. Saran-saran Dr. Huston tentu saja akan meningkatkan critical thinking. Dalam kelas, mahasiswa didorong mengajukan pertanyaan-pertanyan. Tanggapilah selalu secra positif pertanyaan-pertanyaan tersebut, janganlah sekali-kali ditepiskan penanyanya. Sebaliknya hargailah penanya tersebut (misalnya dengan menjawab: Pertanyaan bagus.atau Saya bertaruh bahwa kamu ingin mengetahui hal itu.). Pertanyaan dari mahasiswa menunjukkan bahwa mereka kritis tentang bahan yang diuraikan guru; doronglah pikiran tersebut! Selama kuliah hendaknya disertakan informasi historis dan filosofis tentang matematik dan sains, yang membuat mahasiswa mengerti bahwa semua pengetahuan ilmiah dan matematik telah dipeoleh oleh seorang yang mempraktekkan critical thinking pada masa lalu. Pengetahuan tersebut kadang-kadang diperoleh dengan tindakan penuh keberanian

10

atau pekerjaan dengan ketekunan yang penuh dengan kesengsaraan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang tampaknya mungkin tidak dapat diatasi. Kegiatan Laboratorium Banyak kuliah-kuliah sains mempunyai laboratorium yang berkaitan. Latihan-latihan dalam laboratorium sains yang semuanya merupakan pembelajaran critical thinking yang sangat baik. Alasannya sudah jelas. Di sini para mahasiswa mempelajari metode ilmiah secara nyata dipraktekkan. Metode pembelajaran critical thinking sangatlah terang dan jelas sehingga tampak aneh jika critical thinking tidak lebih ditingkatkan pada pendidikan primer dan sekunder yang dengan sederhana dimulai dari Kelas I dengan instruksi sains dan meminta siswa lebih banyak belajar sains. Anda akan harus memutuskan sendiri, mengapa hal tersebut tidak dikerjakan. Kiranya cukuplah uraian pada bahasan ini. Tugas Pekerjaan Rumah Banyak kesempatan dalam meningkatkan critical thinking melalui tugas-tugas Pekerjaan Rumah. Untuk tugas-tugas membaca, Dr. William T Daly merekomendasikan dengan cara memberikan kepada mahasiswa pertanyaan-pertanyaan yang anda ingin jawab, sebelum mereka membaca. Para pengajar mendesak agar para mahasiswa menyusun catatan-catatan mereka di sekitar pertanyaan tersebut. Mintalah agar para mahasiswa mengubah informasi-informasi dan membuat jawaban dengan bahasa mereka sendiri. Mintalah kepada mahasiswa untuk membuat pernyataan dengan bahasa mereka sendiri, membuat ringkasan atau menggarisbawahi semua tugas-tugas membaca. Dr. Daly menyarankan para guru agar menilai upaya mahasiswa dalam membuat tulisan dengan kuis-kuis lisan yang dapat dibangun menjadi pembentukan konsep-konsep, sari tulisan dan menilai ketika mahasiswa bertutur. Untuk kebanyakan mahasiswa kegiatan tersebut akan mendorong persiapan secara hati-hati agar terhindar dari kegagalan yang berulang di muka umum. Tentu anda juga boleh mengumpulkan dan menilai dan mengembalikan karya tulis para mahasiswa tersebut. Seperti dinyatakan sebelumnya, menyuruh para mahasiswa menulis, sebagian besar merupakan tindakan yang paling baik dan tentu saja paling mudah mendorong critical thinking. (Hal ini juga merupakan jawaban dari pertanyaan: How did students learn critical thinking before there were formal critical thinking exercises and modules? ) Menulis akan memaksa mahasiswa menyusun pikiran-pikiran mereka dan berpikir kritis tentang bahannya. Mintalah kepada para mahasiswa menulis karya tulis pendek tentang topik yang tepat, mereview artikel sains, bahkan menulis dengan bahasa sendiri dari artikel berita dan Bab-bab buku ajar. Latihan-latihan ini dapat lebih dielaborasi sesuai dengan keinginan anda. Misalnya, Dr. Robin W Tyser dan Dr. William J. Cerbin mengusulkan tugas-tugas latihan warta sains yang diambil dari media popular (Surat kabar, jurnal ilmiah dan sebagainya) dengan memikirkan sebuah daftar yang memuat pertanyaan-pertanyaan yang dibawa pulang yang mencakup satu atau dua tuntutan hipotesis tentang artikel, dan seminggu kemudian diadakan kuis pendek yang berasal dari daftar pertanyaan tadi. Instruktur bersangkutan mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan

11

dan memperbanyaknya disertai artikel berita yang akan dibagikan kepada mahasiswa. Dalam jedah 2 minggu kegiatan ini dapat dilakukan 6-7 kali dalam satu semester. Penulis tersebut menyatakan: The ultimate goal of these exercises is to improve students ability to compose a concise, logically, persuasive line of reasoning about why a claim should be either conditionally accepted or not accepted. Selanjutnya penulis menunjukkan bahwa latihan critical thinking telah ditunjukkan secara empiris untuk mengembangkan keterampilan berpikir yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dalam sebuah pekuliahan tanpa mengorbankan isi substansi ilmu pengetahuan itu sendiri. Latihan Kuantitatif Penyelesaian masalah adalah critical thinking, maka kuliah-kuliah seperti matematika, kimia, fisika, yang mensyaratkan penyelesaian masalah-masalah matematika dengan sendirinya mengajarkan critical thinking pada keadaan tertentu dengan hanya mengikuti kurikulum tradisional. Jika mahasiswa diminta untuk menyelesaikan masalah matematika, mereka mengerti atau tanpa mengerti mempraktekkan critical thinking. Masalah-masalah matematika, ilmu kimia dan fisika tentu saja tergolong hanya sebagian dari critical thinking, tetapi bagian kecil tersebut justru merupakan hal yang penting. Sesungguhnya semua kuliah-kuliah sains, termasuk --- kuliah yang secara tradisi tidak memerlukan keterampilan penyelesaian masalah pada tingkat pengantar, seperti biologi, geologi, oseanografi, astronomi dan ilmu lingkungan hidup --- seharunya mulai menyisipkan beberapa masalah matematika dalam kurikulum. Menanyai mahasiswa untuk menyelesaikan masalah dalam sains menjadikan mereka berpikir tentang alam dan realitas dalam skala empiris dan kuantitatif, yang merupakan komponen kunci critical thinking. Tetapi satu hal, telah dibuat oleh Guru Besar matematika, Robert H. DeVore. Dia menyatakan: janganlah membuat kesalahan dalam mempercayai bahwa mengajar manipulasi matematik saja akan membimbing kearah critical thinking. Banyak masalahmasalah aljabar dan matematika dan latihan-latihan akan memberi mahasiswa suatu kemudahan dalam memanipulasi angka-angka, tetapi tidak akan critical thinking. Dr. DeVore percaya bahwa masalah kata-kata matematik, yang meminta pada mahasiswa untuk mendekati dunia empiris dari titik pandang numerik atau kuantittif merupakan hal esensial dalam mempercepat critical thinking. Sesungguhnya dia merasa bahwa siswa matematika yang tidak cenderung mengambil kuliah-kuliah matematika peringkat lebih tinggi sangat mungkin perlu dididik dalam konteks masalah kata-kata. Jelaslah mahasiswa yang diberi masalah matematika diminta menyelesaikanya dalam sains, pada dasarnya terus bekerja pada masalah kata, sehingga masalahnya dengan sendirinya terletak di sini.

12

Anda mungkin juga menyukai