Anda di halaman 1dari 3

NAMA NIM PRODI

: ENI SUGIARTI : 4201411048 : PENDIDIKAN FISIKA

Latar Belakang Perlunya Bimbingan dan Konseling


Latar Belakang Yuridis atau konstitusional Dalam pasal 1 ayat 6 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong, tutor. Sedangkan dalam PP Nomor 28 Tahun 1990 pasal 27 ayat (2) konselor disebut juga sebagai guru pembimbing. Namun dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 hanya dijelaskan mengenai pengakuan eksplisit dan kesejajaran posisi saja, tidak dipaparkan mengenai spesifikasi konteks tugas dan ekspektasi kinerja yang cermat. Ditunjukkan dalam pasal 39 yang berbunyi : pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Peraturan lain yang melandasi perlunya Bimbingan Konseling antara lain adalah sebagai berikut: 1. Kurikulum 1975. Tiga jenis layanan pada jalur pendidikan formal, yaitu : layanan Manajemen dan supervise, layanan pembelajaran, layanan bimbingan dan penyuluhan 2. UU No. 2 tahun 1989, Bab X Pasal 1 Ayat 1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang. 3. PP No. 28 dan 29 tahun 1990, Bab X Pasal 25 Ayat 1 dan 2. Bimbingan adalah bantuan kepada peserta didik untuk memahami diri, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Bimbingan dilakukan oleh Guru Pembimbing. 4. Keputusan Men PAN No. 84 tahun 1993. Tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya, tugas pokok guru pembimbing adalah menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, mengevaluasi pelaksanaan program bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan dan tindak lanjut pelaksanaan program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya. 6. PP No. 19 tahun 2005 Pasal 5 s/d 18, Standar Nasional Pendidikan tentang standar isi unit satuan pendidikan dasar dan menengah. 7. Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang memuat pengembangan diri peserta didik dalam struktur KTSP ditafsirkan dan/pembimbing oleh konselor, guru atau tenaga kependidikan. 8. Keputusan Dirjen PMPTK 2007 tentang Rambu-rambu penyelenggaraan BK dalam jalur pendidikan formal yang berisi panduan penyelenggaraan BK di jalur pendidikan formal. 9. Peraturan pemerintah No. 74 tahun 2008 tentang Guru, Bab III Pasal 15. Salah satu persyaratan bagi pendidik yang telah menyandang sertifikat pendidik untuk memperoleh tunjangan profesi adalah apabila pendidik yang bersangkutan melaksanakan tugas sebagai guru bimbingan dan konseling atau konselor. 10. Permendiknas No. 27 tahun 2008, Pasal 1 ayat 1. Tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor. Untuk dapat diangkat sebagai konselor seseornag wajib

memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor yang berlaku secara nasional. Latar Belakang Psikologis Dalam proses pendidikan disekolah, siswa sebagai subjek pendidikan merupakan pribadi yang unik dengan segala karakteristiknya. Siswa sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan , memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dengan lingkungannya. Sebagai pribadi yang unik, terdapat perbedaan antara individual antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Hal tersebut diatas merupakan beberapa aspek psikologis dalam pendidikan yang bersumber dari siswa sebagai subyek pendidikan dan dapat menimbulkan beberapa masalah. Timbulnya masalah-masalah tersebut menuntut adanya upaya pemecahan melalui layanan bimbingan konseling. Berikut ini merupakan uraian mengenai masalah psikologis yang merupakan latar belakang perlunya bimbingan dan konseling di sekolah. a. Masalah perkembangan individual Sejak dalam kandungan individu senantiasa berkembang. Proses ini berlangsung terus hingga individu mengakhiri hayatnya. Proses perkembangan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Baik faktor dari luar maupun dari dalam. Dari dalam dipengaruhi oleh bawaan dan kematangan, sedangkan dari luar dipengaruhi oleh faktor lingkungan. pendidikan sebagai salah satu bentuk lingkungan, bertanggung jawab dalam memberikan asuhan terhadap perkembangan individu. Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang diberikan kepada individu di dalam memperoleh penyesuaian diri sesuai dengan tingkat perkembangannya. Mengingat hal tersebut maka sekolah mempunyai peranan penting dalam membantu siswa untuk mencapai taraf perkembangan melalui pemenuhan tugastugas perkembangan secara optimal. b. Masalah perbedaan individu Keunikan dari individu mengadung arti bahwa tidak ada dua orang, individu yang sama persis di dalam aspek-aspek pribadi, baik aspek jasmaniah maupun rohaniah. Oleh karena itu setiap individu memiliki sifat yang berbeda-beda dan memiliki masalah yang berbeda pula. Disekolah sering tampak masalah perbedaan individu ini, misalnya ada siswa yang cepat dalam belajar, namun ada juga siswa yang lambat dalam memahami materi pelajaran. Oleh karena itu dibutuhkan bimbingan dan konseling untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut. c. Masalah kebutuhan individu Kebutuhan merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu. Individu berttingkah aku karena ada dorongan untuk memenuhi kebutuhannya. Jika individu berhasil dalam memenuhi kebutuhannya maka, kegiatan belajar pada hakekatnya merupaka perwujudan usaha pemenuhan kebituhan tersebut. Pada umunya secara psikologis dikenal ada dua jenis kebutuhan dalam diri individu yaitu kebutuhan biologis dan kebutuhan sosial. d. Masalah penyesuain diri Dalam proses kehidupan, individu dituntut utuk mampu menyesuaikan diri dengan segala kemungkinan yang terjadi dalam lingkunganya. Pada kenyataannya proses penyesuaian

diri ini banyak menimbulkan permasalahan. Dalam hal ini, sekolah hendaknya memberikan bantuan agar setiap siswa dapat menyesuaikan diri dan terhindar dari timbulnya gejala-gejala salah penyesuaian. e. Masalah belajar Dalam proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan perbuatan inti. Dalam belajar dapat timbul berbagai masalah seperti, pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar yang efektif, mempersiapkan ujian atau ulangan dan sebagainya. Oleh karena itu sekolah memiliki tanggung jawab untuk membantu siswanya agar berhasil dalam belajar.

Latar Belakang Spiritual Agama (Religion) berasal dari kata Latin religio, berarti tie-up. Dalam bahasa Inggris, Religion dapat diartikan having engaged God atau The Sacred Power. Sedangkan secara umum agama di artikan sebagai kepercayaan, tingkah laku, nilai dan pengalaman yang diterapkan pada sebuah komunitas dan diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Ditegaskan pula oleh Moh. Surya (2006) bahwa salah satu tren bimbingan dan konseling saat ini adalah bimbingan dan konseling spiritual. Berawal dari kehidupan yang modern dan kemajuan tekhnologi yang semakin pesat serta kemajuan ekonomi dunia menimbulkan suasana kehidupan yang tidak memberikan kebahagiaan batiniyah. Oleh karena itu mendorong terciptanya bimbingan dan konseling yang berlandaskan spiritual. Melalui pendekatan agama konselor dirasa dapat mengatasi semua masalah yang dihadapi oleh kliennya. Karena agama dapat mengatur segala masalah kehidupan seperti mengatur bagaimana supaya hidup dalam ketentraman batin/jiwa atau dengan kata lain bahagia di dunia dan akherat. Dalam landasan religius BK diperlukan penekanan pada 3 hal pokok : 1. Manusia sebagai Mahluk Tuhan Manusia adalah mahluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi kemanusiaan tersebut tidak boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada hal-hal negatif. Perlu adanya bimbingan yang akan mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada halhal positif. 2. Sikap Keberagamaan Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap keberagamaan. Sikap keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri, agama harus dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus diresapi dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari penyeimbang kehidupan dunia dan akhirat. 3. Peranan Agama Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak dipaksakan dan tepat menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan sendiri, sehingga agama dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai