TT AC/DC )
Kombinasi ini dapat mengukur nilai rms dan nilai puncak. Rumus :
Veff = 1 T
V 2 ( t ) dt
Ada perbedaan metode dalam pengukuran tegangan puncak dengan jarak bola atau sesuai dengan Chubb dan Fortescue atau dengan pembagi kapasitif. Nilai rms dapat juga diukur dengan voltmeter elektrostatik atau dengan transformator arus. Dalam multi test set sebuah pembagi kapasitif murni digunakan dengan rangkaian ekivalen sederhana sebagai berikut :
Ket :
C1
Impedansi karakteristik z tidak perlu untuk mengukur tegangan AC pada frekuensi rendah, tetapi akan membantu pada tegangan transient yang sempat selama terjadi tegangan tembus. Ratio tegangan diberikan dengan rumus :
n= U 1 C1 + C 2 = U2 C1
Suatu keharusan yang diperoleh untuk menghitung bahwa setiap jaringan dihubungkan dengan kapasitansi tegangan rendah, ratio perubahan
transformasi. Artinya bahwa kapasitansi input pada peralatan pengukuran mempengaruhi ratio tegangan. Sphare-Gap (jarak/celah bola) memberikan hubungan antara tegangan yang terpakai dengan jarak dan diameter bola. Sebab tegangan tembus pada udara dipengaruhi oleh tekanan udara, temperatur dan kelembaban, digunakan faktor koreksi ini sangat luas, sehingga dibawah kondisi normal persamaan sederhana dapat digunakan :
U b (1013mBar, 20 0 C) = U m 1013 273 + T P 273 + 20
III. ALAT DAN BAHAN 3. Sangkar tegangan tinggi AC/DC 4. Kotak pengontrolan 5. Obyek pengetesan 6. Beban Kapasitif IV. RANGKAIAN PERCOBAAN Rd
U1
U2
Rd U1 U1
Rd
U2
U2
PROSEDUR PERCOBAAN 7. Menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam pengujian tegangan tinggi AC/DC. 8. Untuk percobaan AC tanpa beban dilakukan dengan menaikkan % regulator sampai mencapai 40 %, dan pembacaan tegangan tembus dilakukan kemudian dimasukkan ke dalam tabel pengamatan. 9. Sesuai dengan rangkaian, mengukur tegangan tembus dari gap bola dengan pembagi tegangan. Jarak gap 10, 20 mm. Diameter elektrode 100 mm. Pengambilan data dilakukan sebanyak tiga kali untuk setiap jarak gap (percobaan AC berbeban).
Tabel 2. Data hasil pemgamatan percobaan tegangan tinggi AC berbeban. Jarak Elektroda (mm) Tegangan Tembus,VBD (kV) 6 1. 3 6 6 8 2. 5 8 8 12 3 7 12 12 14 14 14 12 8 Tegangan Tembus,VBD Rata-rata (kV) 6
No.
Temperature,T = 30 0C
Veff
= 7,75 kV
Dit :
=10,96 .
= 11,53 kV c. FC =
Veff 7,75 = = 0,672 Vb 11,53
d. n =
V1 Vb
Dengan contoh perhitungan yang sama seperti di atas, maka untuk dapat yang lain dapat pula dihitung. Tabel 3. Tabel hasil analisa data pada percobaan tegangan tinggi AC tanpa beban. No . 1. 2. 3. 4. Teg. Teg. Seb,Vb Maks,Vm (kV) (kV) 7,75 10,96 11,53 15 21,21 22,31 22 31,11 32,72 30 42,43 44,62 Ratio Tegangan rata-rata b. Percobaan AC Berbeban. Tegangan Tembus,VBD (kV) Contoh hasil perhitungan pada data ke 1. Dik : Tekanan,P = 996 mBar FC 0,672 0,672 0,672 0,672 Ratio Tegangan n 0,867 0,896 0,917 0,896 0,894
Temperature,T = 30 0C
V eff
= 18,08 kV
Dit :
= 25,57 .
= 26,89kV c. FC =
Veff 18,08 = = 0,672 Vb 26,89
Dengan contoh perhitungan yang sama seperti di atas, maka untuk dapat yang lain dapat pula dihitung. Tabel 4. Tabel hasil analisa data pada percobaan tegangan tinggi AC tanpa beban. No. 1. 2. Tegangan Tembus,VBD (kV) 18,08 36 Teg. Maks,Vm (kV) 25,57 50,91 Teg. Seb,Vb (kV) 19,02 37,86 FC 0,951 0,951
30
40
VIII. KESIMPULAN Dari hasil analisa data di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 10. Pada percobaan AC tanpa beban diperoleh faktor koreksi yang sama untuk setiap pengambilan data yaitu 0,672. 11. Pada percobaan AC tanpa beban diperoleh ratio tegangan rata-rata sebesar 0,894. 12. Dari data pengukuran untuk percobaan AC berbeban, tegangan tembus dicapai pada 36 kV sedangkan dari tabel diperoleh 59 kV untuk jarak gap 20 mm dan diameter sphare 10 cm. 13. Dari kedua grafik pada lembaran di atas menunjukkan hubungan yang linear.