Anda di halaman 1dari 38

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

Atletik adalah aktivitas jasmani atau pelatihan fisik yang berisikan gerakan-gerakan alami/wajar seperti: jalan, lari, lempar lompat dan lempar atau tolak dengan berbagai cara atletik telah dilakukan sejak awal sejarah manusia (Ballesteros, 1997: 26). Gerakan-gerakan tersebut telah dikenal sejak zaman purba yang semata-mata untuk mencari nafkah, dilain pihak untuk mempertahankan dirinya baik dari serangan musuh-musuhnya ataupun dari serangan binatang buas bukan untuk meningkatkan prestasi seperti pada zaman sekarang mi (Soenaryo Basoeki, 1999: 22). Dengan pelatihan atletik dapat meningkatkan kemampuan tubuh (fisik) atau prestasi secara umum. Tanpa atlet tersebut memiliki kemampuan dasar, mustahil akan dapat berprestasi dalam cabang olah raga yang ditekuninya (Aip Syarifuddin, 1994: 76). Nomor lompat merupakan salah satu cabang atletik yang terdiri dari lompat jauh, lompat tinggi, lompat jangkit, lompat tinggi galah. Dari keempat nomor lompat ini dapat diterka bahwa jelas berbeda satu sama lainnya (Jonath, 1996: 171). Dari keempat nomor lompat jauh tersebut dapat dicari pula segi-segi persamaannya dan hal-hal yang sama dapat dirangkum: pelompat harus membentuk momentum, pelompat harus mengubah momentum mendatar ke momentum vertical (keatas), pelompat harus mengadakan koordinasi momentum terhadap berat badan pada waktu

menumpu, pelompat harus mengusahakan efisiensi dalam mengejar jarak atau tinggi (Soebroto, 1997: 200). Dari keempat nomor lompat ini dua diantaranya yang mempunyai unsur kesamaan yaitu untuk mencapai jarak lompat yang sejauh-jauhnya adalah nomor lompat jangkit dan lompat jauh (Jonath, 1996: 172). Ada beberapa cara untuk meningkatkan kekuatan otot-otot terutama pada otototot tungkai kaki seperti: loncat jongkok, loncat kodok ditempat atau ke depan, lari jingkat bergantian, (Baley, 1998: 145). 1.2 Rumusan Masalah Masalah adalah sesuatu yang dapat mempersulit, merintangi serta menghambat bagi seseorang dalam usahanya mencapai sesuatu. Masalah juga dijelaskan sesuatu yang merintangi, mempersulit atau mempersukar, serta menghambat orang dalam mencapai tujuan (Winkel, 1991: 14). Pada hakekatnya masalah itu sendiri merupakan segala bentuk pertanyaan yang perlu dicarikan jawabannya, atau dapat juga dikatakan segala bentuk hambatan, rintangan atau kesulitan yang muncul atau dihadapi dalam suatu bidang yang perlu dihindari serta disingkirkan. Dari beberapa pendapat tersebut, maka dapatlah dijelaskan yang dimaksud dengan masalah dalam penelitian ini adalah sesuatu yang menghambat para siswa untuk dapat meningkatkan prestasi. Dan kalau kita kaitkan dengan bidang prestasi olahraga maka masalah sangat banyak bahkan tidak terhitung jumlahnya. Berdasarkan atas latar belakang masalah, maka dapat dibuat rumusan masalahnya sebagai berikut:

Apakah ada pengaruh dan perbedaan pengaruh pelatihan loncat jongkok pada tangga dalam 10 repetisi 4 set dan 4 repetisi 10 set terhadap prestasi lompat jauh siswa putra kelas V SD N 2 Angantaka tahun pelajaran 2012/2013. 1.3 Tujuan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Untuk mencapai tujuan dan setiap langkah suatu kegiatan lebih-lebih kegiatan penelitian ilmiah, maka sebelumnya harus ditentukan tujuan penelitian yang diharapkan, sehingga setiap kegiatan yang hendak dilakukan dapat memberikan petunjuk dan pedoman apa yang perlu dilakukan dan cara mana yang paling baik di tempuh untuk sampai pada tujuan yang diharapkan. Kegiatan penelitian selalu dilakukan sebagai upaya memahami dan memecahkan masalah secara ilmiah, sistematis, dan logis. Pengertian ilmiah di sini adalah mengandung pengertian berdasarkan kepada fakta-fakta empiris dan bukan berdasarkan ide pribadi. Yang diperoleh dari penyelidikan secara berhati-hati dan bersifat obyektif. Oleh karena itu bekerja secara ilmiah memerlukan dan menempuh langkah yang sistematis (menurut aturan tertentu) dan logis (sesuai dengan penalaran). 1.3.2 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian yang dimaksud dalam suatu penelitian ilmiah adalah perlu dan pentingnya penelitian ini dilaksanakan baik bagi siswa, para guru, lembaga pendidikan khususnya sekolah dan masyarakat luas, baik secara teoritis maupun praktis.

1.3.2.2.2 Bagi Mahasiswa dan Masyarakat Untuk melengkapi kebutuhan perpustakaan pada lembaga pendidikan khususnya di IKIP PGRI Bali yang mana nantinya dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan literatur bagi mahasiswa yang berkepentingan. 1.3.2.2.3 Bagi para Atlet / Siswa Sebagai acuan atlet/siswa bahwa pelatihan yang rutin, kontinyu serta berkesinambungan dengan beban yang cukup akan dapat meningkatkan kekuatan daya tahan kelentukan tenaga ledak, koordinasi, otot-otot khususnya otot-otot tungkai sehingga mampu melakukan gerakan melompat yang sejauh-jauhnya. 1.4 Ruang Lingkup Permasalahan Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan di dalam melakukan gerakan lompat jauh antara lain kecepatan berlari, kekuatan otot tungkai kaki, daya tahan otot tungkai dan kaki kelentukan persendian, kecepatan reaksi dan tingkat keseimbangan dan lainnya. Mengingat demikian luasnya masalah tersebut di atas dan karena terbatasnya fasilitas-fasilitas seperti: biaya, tenaga, waktu dan kemampuan yang dimiliki maka ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada hal-hal sebagai berikut: 1.4.1 Obyek penelitian Objek penelitian ini berkisar pada pelatihan loncat jongkok pada tangga dalam 10 repetisi 4 set dan 4 repetisi 10 set terhadap prestasi lompat jauh.

1.4.2

Subyek penelitian Subjek penelitian yang diteliti dalam penelitian ini terbatas pada siswa

putra kelas V SD N 2 Angantaka tahun pelajaran 2012/2013. 1.4.3 Data Yang Dianalisis Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah data hasil dari tes awal dan test akhir dari peningkatan prestasi lompat jauh sebelum dan sesudah pelatihan loncat jongkok pada tangga dalam 10 repetisi 4 set dan 4 repetisi 10 set. 1.5 Hipotesis Hipotesis dijelaskan suatu pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kebenarannya (Sujana, 1995: 12). Hipotesis dapat dibagi menjadi dua yaitu hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis nol (Ho) yaitu hipotesis yang menolak sementara hasil penelitian yang selalu menyatakan tidak ada pengaruh atau hubungan dan dinyatakan dengan kalimat pernyataan negatif, sedangkan hipotesis alternatif (Ha), yaitu hipotesis yang menerima sementara hasil penelitian dan selalu ada pengaruh atau hubungan atau pertalian diantara dua variabel dan biasanya dinyatakan dalam kalimat pernyataan positif (Sutrisno Hadi, 1994: 54). Untuk menjawab pokok permasalahan tersebut di atas maka dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan hipotesis alternatif yang berbunyi: Ada pengaruh dan perbedaan pengaruh pelatihan loncat jongkok pada tangga dalam 10 repetisi 4 set dan 4 repetisi 10 set terhadap prestasi lompat jauh siswa putra kelas V SD N 2 Angantaka tahun pelajaran 2012/2013.

1.6 Penjelasan Beberapa Istilah Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini penulis menjelaskan istilah menurut literatur yang ada dan dapat diuraikan berturut-turut istilahIstilah sebagai berikut: 1.6.1 Pengaruh Pengaruh dijelaskan sebagai suatu perubahan dari keadaan semula sebagai akibat dari pelatihan yang dilaksanakan (Kanca, 1990: 2). Pengaruh adalah sesuatu yang menjadikan suatu perubahan. (Umar, 2001. 62). Seorang pakar mengemukakan yang dimaksud dengan pengaruh adalah sesuatu yang menyebabkan atau menjadikan terjadinya suatu perubahan misalnya dari kecil menjadi besar, dari kurang menjadi lebih, dari rendah menjadi tinggi dan lain-lain (Poerwadaminta, 1999: 264). Lebih lanjut ditegaskan bahwa pengaruh adalah hubungan timbal balik yang terjadi antara dua variabel, variabel yang dimaksud adalah dua bentuk pelatihan (Kosasih, 2001: 64). Pengaruh juga berarti kuasa, kekuatan bathin yang menimbulkan reaksi terhadap sesuatu atau benda (Sutan Muhamad Zain, 1995: 106). Sependapat dengan di atas. Genikarsa menjelaskan tentang arti pengaruh adalah daya yang ada dan sesuatu yang ikut membentuk watak, kepercayaan dan perkataan atau tingkah laku seseorang (Genikarsa, 1994: 12). Pengaruh juga dijelaskan sebagai daya yang ada atau timbul dari sesuatu yang berkuasa atau berkekuatan yang ikut membentuk watak kepercayaan, tingkah laku, karakteristik, kebiasaan serta perbuatan seseorang (Mazabar, 1994: 12). Aip Syarifudin mengemukakan tentang pengaruh adalah sesuatu yang

menyebabkan suatu perubahan (Aip Syarifudin, 1999: 10). Dalam penelitian ini yang dimaksud pengaruh yaitu melakukan suatu pelatihan loncat jongkok pada tangga dalam beberapa repetisi dan beberapa set sehingga terjadi perubahan peningkatan kekuatan otot-otot tungkai yang dapat dipergunakan untuk melakukan gerakan melompat yang sejauh-jauhnya dalam gerakan lompat jauh dengan baik dan maksimal. Berdasarkan pendapat diatas maka yang dimaksud dengan pengaruh adalah sesuatu yang menjadikan suatu perubahan setelah mengadakan Pengaruh pelatihan loncat jongkok pada tangga dalam 10 repetisi 4 set dan 4 repetisi 10 set terhadap prestasi lompat jauh. 1.6.2 Repetisi dan Set Repetisi adalah jumlah ulangan mengangkat suatu beban

(Poerwadarmita 1995: 235) Pendapat lain mengemukakan repetisi adalah ulangan dari pada pelatihan (Soekarman 1999: 33). Dalam penelitian ini repetisi yang dipergunakan adalah sebanyak 10 repetisi dan 4 repetisi. Set adalah suatu rangkaian kegiatan dari repetisi atau ulangan dari pada pelatihan (Nala, 1997. 7). set yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 4 set dan 10 set. Dalam pengembangan kekuatan otot tungkai dan kaki ada yang cendrung mempergunakan repetisi dan set sebagai pedoman dalam penambahan beban. Kekuatan otot-otot akan meningkat bila program pelatihan memakai 5-12 repetisi sedangkan untuk set 5-10 set dengan beban maksimum (Sajoto, 1990: 47).

1.6.3

Loncat Jongkok Yang dimaksud dengan loncat jongkok adalah melakukan suatu

rangkaian gerakan yang diawali dengan gerakan ke dua lengan ke belakanag bertumpu dengan dua kaki bergerak dengan menjejakkan kaki dan melayangkan tubuh ke atas, kedepan dilajutkan dengan pendaratan dengan kedua kaki dengan posisi jongkok (Daryanto, 2003: 47). Di samping itu juga dijelaskan loncat jongkok adalah suatu gerakan gerakan ke depan, kesamping, kebelakang dengan bertumpu dua kaki, meloncat dengan kekuatan otot tungkai, mendarat dengan kedua kaki secara bersamaan, berat badan pada kedua kaki serta tetap menjaga keseimbangan tubuh dan pelatihan ini sering dipergunakan untuk meningkatkan kontraksi otot tungkai kaki sehingga menghasilkan kekuatan otot tungkai kaki yang baik dan dapat melakukan gerakan melompat secara sempurna ( krempel, 2004: 128). 1.6.4 Prestasi Lompat jauh Yang dimaksud dengan prestasi adalah kemampuan yang dicapai oleh seorang pelompat semaksimal mungkin (sebisa-bisanya) (Pinayungan, 1998: 120). Prestasi lompat jauh juga dijelaskan kemampuan yang diperoleh seseorang dari balok tumpuan ke jatuhnya badan yang terdekat dengan balok tumpuan setelah melakukan lompatan yang benar (Gary, 2003: 78). Di samping itu juga dijelaskan prestasi dalam penelitian ini adalah kemampuan yang dicapai oleh seorang pelompat jauh dengan gaya tertentu (Kosasih, 2003: 127). Prestasi dalam penelitian ini prestasi lompat jauh sebelum dan

sesudah pelatihan loncat jongkok pada tangga dalam 10 repetisi 4 set dan 4 repetisi 10 set. 1.6.5 Lompat jauh Yang dimaksud dengan lompat jauh adalah suatu olahraga dari papan lompatan ke daerah pendaratan yang berpasir (Rud Midgley, 2004: 312). Lompat jauh juga dijelaskan sebagai gerakan melompat ke depan dengan bertolak (Take Off) pada satu kaki untuk mencapai suatu kejauhan yang dapat dijangkau (Aip Syarifudedin, 2003; 87). Lompat jauh juga dijelaskan rangkaian gerakan berlari cepat (speed) menolak dan bertumpu pada balok, melompat setinggi dan sejauh mungkin serta mengusahakan pendaratan seefisien mungkin serta jatuhnya badan pada posisi yang menguntungkan (Jamal, 2005: 86). Dalam gerakan lompat jauh seorang pelari merupakan seorang pelompat jauh yang jitu, namun harus diingat untuk menjaga posisi badan dan mengurangi gerakan yang dapat menghambat jauhnya lompatan.

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menciptakan peningkatan kondisi fisik, teknik dan mental atlet perlu tindakan dan pengaturan program pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan atlet itu sendiri. Tanpa disadari dengan program pelatihan yang baik akan adapat menghasilkan prestasi yang baik pula. Disamping itu untuk dapat mencapai prestasi lompat jauh semaksimal mungkin (sejauh-jauhnya) perlu diadakan program pelatihan yang membutuhkan waktu yang cukup lama sesuai dengan program yang ditentukan. Harsono mengemukakan tentang pelatihan adalah suatu proses yang sitematis dari berlatih yang dilaksanakan secara berulang-ulang dengan kian hari menambah beban pelatihan (Harsono, 1998; 40). Dalam penelitian ini pelatihan yang dimaksud adalah pelatihan loncat jongkok pada tangga, dalam 10 repetisi 4 set dan 4 repetisi 10 set. 2.1.1 Pelatihan Pelatihan merupakan sejumlah rangsangan yang dilaksanakan pada jarak waktu tertentu dengan tujuan untuk menhigkatkan prestasi (Jonath, 1996: 2). Pelatihan adalah sejumlah rangsangan yang dilakukan dengan teratur sistematis, berulang-ulang kian hari kian menambah jumlah beban pelatihan. Pelatihan bermaksud untuk memobilisis cadangan kesanggupan tubuh dengan jalan memberikan rangsangan gerakan pada organ-organ tubuh sebagai akibat penyelesaian diri/adaptasi dari organ-organ tersebut dengan

manifestasinya berupa fungsi yang lebih baik (Manuaba, 1993: 100). Pelatihan berasal dari kata latihan yang mempunyai arti suatu proses mempersiapkan organisasi atlet secara sistematis untuk mendapatkan suatu prestasi yang mental yang tentu terarah meningkat dan berulang-ulang waktunya (Suharno 1999: 7). Pelatihan merupakan sejumlah rangsangan yang dilaksanakan pada jarak waktu tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi atau suatu rangsangan yang dilakukan dengan teratur untuk meningkatkan kemampuan atau memperoleh suatu ketrampilan (Poerwadarminta, 1993: 570). Harsono mengemukakan tentang pelatihan adalah suatu Proses yang sitematis dari berlatih yang dilaksanakan secara berulang-ulang dengan kian hari menambah beban pelatihan (Harsono. 1998: 40). Pelatihan adalah suatu yang sistematis dilakukan secara berulang-ulang dengan beban semakin bertambah secara bertahan serta untuk

mempersiapkan seseorang atlit pada tingkat tertinggi penampilannya (Kanca, 1992: 2).Dalam melaksanakan pelatihan harus sesuai dengan prosedur pelatihan yaitu: Sebelum melakukan pelatihan inti hendaknya dilakukan warming up atau pemanasan, diikuti dengan pelatihan peregangan (Stretching) yang dilanjutkan dengan pelatihan inti dan diakhiri dengan pelatihan pendinginan (Cooling Down) serta pelatihan peregangan (Stretching) untuk pemulihan kondisi setelah pelatihan yang melelahkan. Pelatihan pemanasan (Warming Up) bertujuan untuk mengadakan perubahan physiol&gis dalam tubuh dan menyiapkan organismenya dalam pelatihan menghadapi aktifitas tubuh yang lebih berat, Pelatihan ini juga bertujuan

untuk mengurangi ketegangan dan konsentrasi yang timbul dalam latihan atau pertandingan. Pelatihan peregangan (Stretching) bertujuan untuk menjaga unsur kelentukan tetap terjaga dengan baik dengan mencegah terjadmya cedera (Syarifuddin, 1994: 56). 2.1.2. Tujuan Pelatihan Tujuan utama dari pelatihan adalah untuk mencapai penyesuaian biologis, agar dalam tugas khusus dapat terlaksana secara maksimal (Ardle, 1996: 271). Dijelaskan pula tujuan pelatihan merupakan suatu proses kegiatan yang sistematis dalam waktu yang relatif lama makin meningkatkan potensi individu yang bertujuan membentuk fungsi fisiologis-fisiologis (Bompa, 1993: 97). Dengan demikian maka tujuan pelatihan untuk meningkatkan kondisi fisik unium, untuk mengembangkan fisik khusus yang ditentukan oleh olahragawan tersebut untuk menyempurnakan teknik olahraga yang disiplin dan koordinasi gerak untuk mempertahankan kesehatan atlet, mencegah cedera, untuk menjaniin dan mengamankan persiapan secara optimal, meningkatkan kepribadian, kemauan yang keras kepercayaan diri, ketekunan semangat dan disiplin, untuk memperkaya pengetahuan, teori dengan memperhatikan dasar fisiologis, psikologi dan gizi (Bompa, 1990: 97). Salah satu sifat pelatihan adalah meningkatkan kemampuan kerja otot dengan memberikan pelatihan fisik sehingga mampu menyesuaikan terhadap tekanan fisik.

2.1.3 Lama Pelatihan Seorang pakar menjelaskan lamanya pelatihan 6-8 minggu akan memberi efek yang cukup berarti bagi seorang olahragawan atau atlet dan mengalami peningkatan 10-25% Pelatihan yang dijalankan dengan tekun akan nampak hasilnya (efek pelatihan) setelah 6-8 minggu pelatihan (Pete 1998: 241). Pada umumnya orang berpedoman bahwa kalau pelatihan lebih sering dan lebih lama dilaksanakan maka hasilnya akan lebih besar. Tetapi hams di ingat adanya waktu pemulihan asal dan juga tidak boleh adanya kelebihan pelatihan (Over Training). Makin berat intensits pelatihan maka lama pelatihan semakin pendek sebaliknya makin ringan intensitas pelatihan maka makin lama pelatihan akan makin panjang (Nala 2002: 34). Seorang pakar menjelaskan lamanya pelatihan 6-8 minggu akan memberi efek yang cukup berarti bagi seorang olahragawan atau atlet dan mengalami peningkatan 10-25%. Dijelaskan lama pelatihan fisik adalah 15 menit sampai 60 menit (Syarifuddin, 1998: 35). Dalam penelitian ini lama pelatihan dilaksanakan selama satu setengah bulan atau 6 minggu. 2.1.4 Repetisi dan Set Repetisi dijelaskan merupakan kegiatan atau gerakan yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang seperti kegiatan atau gerakan pada awal permulaan (Sakir, 1999: 85). Jadi yang dimaksud repetisi adalah ulangan meloncat, yang dilaksanakan secara teratur dan berulang-ulang dengan 10 repetisi untuk kelompok I dan 10 repetisi untuk kelompok II 4 repetisi.

Set adalah suatu rangkaian kegiatan dari repetisi atau ulangan suatu pelatihan (Nala, 1997: 71). Set juga dijelaskan sebagai suatu rangkaian kegiatan dari suatu repetisi misalnya seorang atlet dapat meloncat jongkok sebanyak 8 kali kemudian istirahat ini berarti seorang atlet telah melakukan 8 repetisi dan 1 set (Engkos Kosasih, 1993: 10) jadi set yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah 4 set dan 10 set. 2.1.5 Prinsip-Prinsip Dasar pelatihan Dikemukakan bahwa dalam melaksanakan pelatihan kita harus berpegangan pada prinsip-prinsip yang akan menghasilkan kondisi fisik yang baik (Krempel, 1996: 14). Untuk meningkatkan kekuatan otot-otot, daya tahan khususnya otot tungkai dan kaki hendaknya memperhatihan prinsip-prinsip pelatihan beban. Untuk meningkatkan kekuatan otot-otot khususnya otot tungkai hendaknya memperhatihan prinsip-prinsip pelatihan beban. 2.1.5.1 Prinsip Beban Berlebihan (Overload). Dengan beban berlebihan akan dapat menimbulkan rangsangan pada otot untuk meningkatkan kekuatan otot dibandingkan dengan pelatihan sebelumnya, akan tetapi pemberian beban ini tidak dilakukan sekaligus pada berat yang ditentukan sebelumnya. Kekuatan otot-otot yang sudah meningkat sudah tentu beban pelatihan yang diberikan menjadi ringan, maka beban harus dinaikkan, begitu seterusnya sampai mencapai kekuatan yang ditetapkan sesuai dengan cabang olahraga (Kama, 1990: 9). Pada dasarnya untuk mendapatkan efek pelatihan yang baik, maka organ tubuh harus diberi

beban melebihi beban yang dibiasanya diterima dalam aktivitas sehari-hari, beban yang diberikan bersifat individual tetapi pada prinsipnya diberikan beban mendekati beban maksimal dengan melaksanakan prinsip beban berlebihan, maka kelompok-kelompok otot akan berkembang kekuatannya secara efektif. Beban yang lebih dapat memanfaatkan oksigen yang lebih banyak pula pada saat melakukan pelatihan, bagi seorang olahragawan atau atlet diberikan beban lebih secara terus menerus yang tentunya diimbangi dengan interval yang cukup hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kelebihan pelatihan over training (pelatihan yang berlebihan yang dapat mengakibatkan menurunnya prestasi atlet (Harsono, 2000: 24). Dalam penelitian ini menggunakan waktu pelatihan 6-8 minggu akan berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan, daya tahan, dan kelenturan otot-otot, sedangkan pelatihan yang dilakukan sepanjang tahun yang dicapai mencakup semua unsur dan akan menjadi olahragawan profesional dalam bidang yang ditekuninya, jadi untuk melatih kekutan otot saeseorang harus mengikuti program yang benar dan teratur sehingga menghasilkan tujuan yang diinginkan. 2.1.5.2 Prinsip Kenaikan Beban yang tetap, teratur dan ajeg Peningkatan beban dilakukan sedikit demi sedikit secara bertahap, sehingga dalam melakukan pelatihan seorang olahragawan atau atlet tidak merasa menerima beban yang terlalu berat (Bagus Nugroho, 2005: 119). Suatu pelatihan beban makin lama semakin berat merupakan keharusan untuk menguatkan otot-otot sehingga nantinya dapat mencapai prestasi yang

maksimal, kenaikan beban itu secara setingkat demi setingkat dengan teratur dan ajeg, peningkatan beban pelatihan harus berpedoman pada ciri-ciri loading: intensitas, volume, frekuensi, kenaikan beban yang terlalu cepat akan menyebabkan rusaknya otot bagi orang yang melakukan pelatihan, waktu itu perlu dibuatkan suatu program pelatihan dan berusaha melaksanakan program itu dengan sesungguhnya. Di samping itu program pelatihan ditentukan adanya peningkatan baik dalam hal beban, set, repetisi maupun lamanya pelatihan (Nala, 1992: 32). Di dalam penelitian ini mempergunakan beban yang tetap teratur dan ajeg baik repetisi dan set. 2.1.6 Sepuluh Komponen Bio motorik Yang diperlukan Dalam Pelatihan Pada dasarnya kebugaran fisik selalu identik dengan daya tahan (endurance) padahal kebugaran fisik itu memiliki pengertian yang luas. Kebugaran fisik menyangkut banyak unsur, unsur tersebut sering disebut dengan komponen bio motorik kebugaran fisik. Sepuluh Komponen Bio Motorik (Kebugaran Fisik) yang sangat penting dalam setiap kegitan lebihlebih kegiatan olahraga meliputi: 2.1.6.1 Kekuatan Secara psikologis kekuatan dapat diartikan sebagai kemampuan berdasarkan kemudahan bergerak proses sistem syaraf dan perangkat otot untuk melakukan gerak dalam waktu tertentu. (Engkos Kosasih, 1995: 7). Kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tenaga terhadap suatu tahanan di mana kekuatan otot itu adalah antara kontraksi otot

secara maksimal sesuai dengan kebutuhan gerak yang digunakan, meskipun banyak aktivitas olahraga memerlukan kelincahan atau lekentukan, kecepatan dari otot tersebut (Redhana, 1995: 25). Kekuatan otot merupakan komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam

mempergunakan otot-otot untuk menerima beban sewaktu melakukan kegiatan atau bekerja (Aip Syarifuddin, 1998: 131). Dari difinisi di atas dapat dinyatakan bahwa kekuatan adalah adanya otot seseorang untuk membangkitkan tegangan dalam menerima beban waktu bekerja. Beban dapat berupa anggota tubuh kita sendiri atau beban dari luar. Kekuatan sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan, hal ini disebabkan karena kekuatan merupakan daya penggerak setiap anggota fisik, kekuatan memegang peranan penting dalam melindungi orang dari kemungkinan cedera, dengan kekuatan atlet dapat melakukan kekuatan secara maksimal. Kekuatan otot-otot melukiskan kontraksi maksimal yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot dan kemampuan otot-otot yang dimulai pada umumnya adalah otot-otot tangan, kaki, bahu, dada, perut, tungkai kaki dan punggung, kekuatan otot tangan dan kaki penting untuk memegang, mengangkat, mengayun, menarik, melempar, mendorong, menolak, dan mendorong (Jess Jarver, 1992: 104). Sedangkan kekuatan otototot tungkai berfungsi sebagai penyangga berat tubuh, melompat, berjalan, berlari, menyepak, menggiring (Harsono, 2003: 96) Sedangkan otot-otot yang lainnya merupakan dasar tumpuan agar tubuh dapat tegak dan kuat sehingga lengan dan tangan serta lengan dan kaki dapat berfungsi dengan

baik di samping otot-otot itu sendiri dapat berfungsi untuk membantu gerakan. Kekuatan otot merupakan kemampuan otot untuk berkontraksi ketika menerima beban (Nala, 1996: 56). Pelatihan yang dapat meningkatkan kekuatan otot-otot adalah pelatihan dengan pembebanan yang cukup tanpa menggunakan beban pelatihan kekuatan otot tidak akan bertambah dengan pelatihan berbeban sel-sel otot akan semakin besar, makin besar sel otot, maka kekuatannya semakin besar pula. Kekuatan otot didapat dari kontraksi sekelompok otot atau beberapa kelompok otot. Mengembangkan kekuatan otot merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan suatu prestasi, karena kekuatan otot merupakan sumber perubahan (Iman Hidayat, 1998: 39). Secara psikologis kekuatan dapat diartikan sebagai kemampuan berdasarkan kemudahan bergerak proses sitem syaraf dan perangkat otot untuk melakukan gerak dalam waktu tertentu (Kosasih, 1995: 7). Otot-otot punggung berpungsi untuk menahan agar tubuh tetap tegak, sementara otot lengan untuk melempar menarik mendorong, otot tungkai untuk menendang dan meloncat sedangkan otot-otot dada di samping sebagai alat tumpuan juga ikut membantu lengan dan tangan untuk menarik, mendorong, melempar, menangkap, memukul menangkis dan menolak. Kekuatan otototot tangan diukur dengan alat dinamometer tangan, otot dada dinamo meter dada, otot punggung dinamo meter punggung serta otot tungkai dinamometer tungkai (Sana 1993: 123). Adapun satuan untuk ukuran otototot tersebut adalah kilogram, dengan menggunakan pengukuran

dinamometer ini kita akan mendapatkan kekuatan otot absolut. Sedangkan

bila kekuatan otot dinyatakan per kg, berat badannya, maka kita akan mendapatkan kekuatan otot relatif, kekuatan otot relatif ini adalah kekuatan otot absolut dibagi dengan berat badan masing-masing yang diukur. Satuannya adalah kilogram (kg/bb) dan teknik pada saat pengukuran hendaknya diperhatikan betul dan gerakan sendi hendaknya seminimal mungkin (Nala, 1998: 51). Untuk memperoleh kecepatan otot-otot secara maksimum, dibutuhkan tenaga dan kekuatan yang bisa dikerahkan, tenaga ini digunakan untuk melakukan gerakan memukul bola dari samping kiri maupun samping kanan menuju kedepan melewati net dan tenaga ini hams dikerahkan dalam urutan yang tepat mula-mula digunakan grup otot-otot yang menimbulkan gerak lamban tetapi berkekuatan besar kemudian digunakan kelompok otot yang relatif lebih lemah tetapi kerjanya lebih cepat (Sugiyanto, 1998: 205). 2.1.6.2 Kelentukan Daya lentuk/lentur adalah efektivitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas. Hal ini akan sangat mudah ditandai dengan fleksibilitas persendian dan seluruh tubuh. Kelentukan/ kelenturan merupakan gerakan maksimal yang mungkin dapat dilakukan oleh suatu persendian (Nala, 1998: 54). Kelentukan merupakan persyaratan yang secara otomatis benar-benar diperlukan bagi kelangsungan gerak dalam olahraga, kelentukan membuat sendi-sendi dapat digerakan dengan baik dan sepenuhnya ke segala arah yang diinginkan. Perkembangan kebutuhan tergantung kepada keadaan perseorangan kelentukan yang baik

pada umumnya dicapai bila semua sendi tubuh menunjukan kemampuan dapat bergerak dengan lancar sesuai dengan fungsinya (Sumarjono, 2002: 42). Kelentukan juga dijelaskan kemampuan seseorang untuk beraktivitas dengan gerak yang luas dalam ruang sendi dan alat-alat disekitar persendiannya. Kelentukan sangat penting sekali dalam hampir semua cabang olahraga yang selalu menuntut gerakan sendi (Kama 1998: 120). Kelentukan merupakan kemampuan sendi-sendi dalam melakukan gerakan secara maksimal, baik kesegala arah yang diinginkan. Kelenturan adalah gerakan maksimal yang mungkin dapat dilakukan oleh suatu persendian (Nala, 1998: 27). Kelentukan merupakan Persyaratan yang secara otomatis benar-benar diperlukan bagi kelangsungan gerak dalam olahraga, kelentukan membuat sendi-sendi dapat digerakan dengan baik dan sepenuhnya ke segala arah yang diinginkan. Kelentukan juga merupakan gerakan maksimal yang mungkin dapat dilakukan oleh suatu persendian (Nala, 1998: 54). Dengan kelentukan yang tinggi tubuh dan organ tubuh yang lainnya dapat melakukan gerakan yang lebih luas kesegala arah. dalam gerakan-gerakan ini akan melibatkan otot-otot, bentuk persendian, tendon dan ligamentum sekeliling persendiaan, semakin berumur atau semakin tua usia seseorang kelentukan akan semakin menurun yang disebabkan karena elastis otot semakin berkurang. Dari difinisi tersebut dapat dijelaskan bahwa kelentukan adalah kemampuan seseorang untuk beraktivitas dengan gerakan yang luas dalam ruang sendi tanpa mengalami cedera pada persendiaan dan otot-otot di sekitar persendiaan.

Dengan adanya pelatihan-pelatihan mendorong, menarik lari jungkir balik meloncat maupun melompat yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan, sistematis dengan pembebanan yang cukup progresif teratur serta berkelanjutan. Maka kelentukan tubuh dapat dicapai dengan sempurna (Said, 2003: 52). Pelatihan-pelatihan kelentukan sangat panting dan perlu dilaksanakan karena dapat memperbaiki keluwesan dan kekenyalan, mengembangkan aliran darah yang lebih efisien dalam jaringan kapiler untuk mengurangi cedera (Kosasih.1998: 15). Dengan demikian gerakan kelentukan yang dilakukan otot tubuh dan bagian-bagian tubuh pada daerah persendiaan sehingga dapat mengerakan anggota tubuh dengan seluas-luasnya. Untuk mengukur kelentukan seseorang adalah dengan menggunakan tes kebugaran fisik yaitu bentuk tegak ke depan. Pelatihanpelatihan senam adalah pelatihan yang cocok untuk meningkatkan kelentukan bergerak (Sana, 1991:54). 2.1.6.3 Daya Tahan Daya tahan merupakan faktor yang sangat menentukan seseorang untuk dapat melakukan suatu aktivitas, tanpa adanya daya tahan yang tinggi mustahil akan dapat menyelesaikan suatu aktivitas dengan waktu yang lama (Gery, 2005: 27). Daya tahan adalah suau aktifitas yang menekankan pada kemampuan tubuh dalam waktu yang agak lama dan terus menerus dan dalam keadaan aerobik sedangkan daya tahan otot adalah kemampuan otot melakukan gerak secara berulang-ulang dalam waktu yang lama (Nala, 1996: 47). Daya tahan juga dijelaskan keadaan atau kondisi tubuh yang

mampu untuk bekerja dalam waktu yang lama, tanpa kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan suatu kegiatan. Daya tahan bagi setiap individu sangat penting untuk mendukung aktivitas atau pelatihan yang dilaksanakan, daya tahan ada 2 macam. Daya tahan umum meliputi kerja jantung, paru-paru dan pembuluh darah dalam melakukan aktivitas dalam jangka waktu yang lama, daya tahan otot adalah kemampuan otot melakukan gerak secara berulang-ulang dalam waktu yang lama (Nala, 1996: 11). Daya tahan adalah kemampuan organisme atlet atau seorang olahragawan dalam melawan kelelahan yang timbul saat melakukan aktivitas dalam waktu yang lama (Suharno HP, 1993: 23). Setiap olahragawan atau atlet tentu ingin mempunyai otot-otot yang fcuat dengan daya tahan yang tinggi sebab otot yang kuat dengan daya tahan yang tinggi merupakan modal untuk melakukan aktivitas. Jika otot tidak kuat dan daya tahannya kurang baik maka akan terjadi suatru kegiatan yang sia-sia. Bagi seorang olahragawan atau atlet yang ingin berprestasi perlu memiliki daya tahan yang tinggi. Bagai manapun tingginya keterampilan yang dimiliki oleh seorang olahragawan atau atlet tanpa didukung oleh daya tahan yang baik semuanya itu tidak ada artinya (Nala, 1996: 47). Faktor penentu daya tahan meliputi: Jenis fibril otot kualitas pernapasan dan peredaran darah, proses metabolisme dalam otot dan kerja hormon, pengaturan nerves sistem baik pusat maupun perifer, kekuatan maksimal daya ledak dan power endurance, koordinasi gerakan otot-otot irama gerakan dan pernapasan susunan lainnya dalam otot dan umur, jenis kelamin (Suharno HP, 1993: 23).Untuk

mengetahui daya tahan seseorang pengukuranya mempergunakan cara lari aerobik yang pengukurannya menitik beratkan pada banyaknya oksigen yang dikomsumsi selama mengikuti aktiviatas (Manuaba,1998: 47). 2.1.6.4 Kecepatan Secara psikologis kecepatan dapat diartikan sebagai kemampuan berdasarkan kemudahan bergerak, sistem syaraf dan perangkat otot untuk melakukan gerak dalam waktu tertentu (Evelyn C.Pearce, 2004: 102). Kecepatan adalah merupakan laju gerak otot baik untuk bagian tubuh maupun untuk seluruh tubuh kemampuan atau juga dapat disebut kecepatan bergerak atau berpindah tempat dalam melakukan gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Harsono, 1990: 216). Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakangerakan yang sejenisnya secara berturut - turut dalam waktu yang sesingkatsingkatnya (Bagus Nugroho, 2003: 135). Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengejar gerakan-gerakan yang berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Jarver, 1998: 72). Jadi dapat dinyatakan bahwa kecepatan adalah kemampuan seseorang melaksanakan setiap gerakan dalam tempo yang sesingkatnya. Untuk memperoleh kecepatan maksimum maka dibutuhkan tenaga dan kekuatan yang bisa dikerahkan. Tenaga ini digunakan untuk melakukan gerakan berlari pada awalan lompat jauh atau pengambilan ancang-ancang. Kecepatan juga dijelaskan kemampuan seseorang untuk mengerjakan

gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Sajoto, 1990:17). 2.1.6.5 Keseimbangan Keseimbangan dikemukakan sebagai kemampuan starts atau

mengontrol sistem neuro muskuilon dalam kondisi statis maupun dinamis (Harsono, 1998. 123). Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk memepertahankan sikap atau posisi tubuh yang tepat pada waktu melakukan gerakan (Hasnan Said, 1999: 54). Keseimbangan diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengontrol otot-otot bekerja (Nurhasan, 1996: 246). Keseimbangan juga di jelaskan kemampuan individu untuk memelihara sistem neuromaskuler dalam kondisi statis untuk jawaban yang efisien atau mengontrol dalam bentuk efisien yang khusus sambil bergerak (Krempel, 1998: 11) Keseimbangan dikemukakan sebagai kemampuan statis atau mengontrol sistem neuromusluilon dalam kondisi statis maupun dinamis (Harsono, 1998: 223). Dari difinisi tersebut di atas dapatlah dinyatakan bahwa keseimbangan adalah kemampuan untuk tetap

mempertahankan sistem neoromaskuler dalam kondisi statis maupun dinamis. 2.1.6.6 Daya Ledak Daya ledak otot adalah kemampuan otot melakukan kerja secara tibatiba dan kuat atau kemampuan otot untuk mempergunakan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat (Harsono, 1996: 200). Daya ledak juga dinyatakan kemampuan otot untuk mempergunakan kekuatan maksimal

dalam waktu yang sangat cepat (Soekarman, 2001: 82). Pendapat lain menjelaskan daya ledak merupakan kemampuan otot untuk melakukan kerja secara ledakan (tiba-tiba dan kuat) tenaga ledak ini sangat dipengaruhi oleh kekuatan dan kecepatan reaksi otot (Nala, 1998: 51). Sependapat dengan penjelasan di atas yang dimaksud dengan daya ledak adalah" Kemampuan otot untuk berkontraksi dengan kekuatan maksimal dalam waktu yang singkat (Hasnan Said, 1999: 51). Daya ledak ialah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimal yang digerakkan dalam waktu yang sependeknya (Sajoto, 1990: 17). Dengan demikian yang dimaksud dengan daya ledak adalah" Kemampuan otot untuk berkontraksi dengan kekuatan maksimal dalam waktu yang singkat. Daya ledak sangat dibutuhkan pada cabang-cabang olahraga yang memerlukan kekuatan tungkai seperti cabang atletik khususnya lompat jauh, lompat tinggi, permainan, bela diri dan lainnya. Gerakan ini dilakukan secara tiba-tiba dengan kekuatan penuh dan cepat. Untuk mengukur daya ledak dipergunakan cara melompat keatas tanpa awalan atau dengan lompat jauh tanpa awalan (Hasnan Said, 1999: 51) 2.1.6.7 Kecepatan Reaksi Kecepatan reaksi dijelaskan sebagai kemampuan melaksanakan gerak dengan cepat ini tergantung dengan kekuatan otot, elastisitas otot, teknik yang tepat dan dibatasi oleh bakat yang terpendam dalam diri seseorang (Brunelle, 2003: 39). Kemampuan reaksi erat sekali kaitannya dengan replek, kecepatan gerak, makin meningkat umur, kecepatan reaksi akan

makin menurun puncaknya terdapat pada usia senja (Nala, 1994: 56). Kecepatan reaksi adalah kemampuan tubuh untuk memberikan jawaban secepatnya secara kinetis terhadap suatu rangsangan (Sumosarjono, 1999: 155). Disamping itu kecepatan reaksi erat sekali dengan kecepatan gerakan dan jawaban respon. Reflek terjadi tanpa didahului oleh gerakan berpikir. Beberapa faktor yang berpengaruh pada kecepatan reaksi ini adalah umur, jeniskelamin, intensitas rangsangan, kesiapan dan lain-lainnya. Untuk mengukur kecepatan reaksi cara yang paling mudah adalah dengan menyuruh menangkap penggaris yang dijatuhkan tegak lurus kebawah. Waktu dan jarak tangkapnya diukur. Untuk meningkatkan kecepatan reaksi yang baik adalah lari sprint (lari cepat, menangkap bola yang dilempar secara berturut-turut secara cepat dan sebagainya. Jadi yang dimaksud dengan kecepatan reaksi adalah kemampuan tubuh untuk memberikan jawaban secepatnya secara kinetis terhadap suatu rangsangan yang terjadi secara reflek (tanpa didahului oleh gerakan berpikir). Dalam penelitian ini adalah dengan melakukan gerakan menolakan kaki kedepan pada balok tumpuan secara berulang-ulang. 2.1.6.8 Kelincahan Kelincahan merupakan kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu atau seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang balk (Aip Syarifuddin, 1998: 132). Kelincahan juga dijelaskan adalah kemampuan untuk bereaksi secara cepat (bagian tubuh atau seluruh tubuh) tanpa gangguan pada keseimbangan

dalam olahraga yang sifatnya perorangan atletik dan permainan dan lainlainnya kelincahan ini sangat diperlukan (Nala, 1990: 53). Kelincahan merupakan kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu atau seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik. (Jarver, 1998: 132). Dari beberapa difinisi tersebut dapat dijelaskan bahwa kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk bergerak mengubah arah posisi tubuh dengan mudah, cepat dan tepat tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya. Pelatihan untuk mengembangkan kelincahan adalah bentuk pelatihan yang mengharuskan seseorang untuk bergerak dengan cepat dan mengubah arah dengan tangkas (Harsono, 1998: 72). Dalam melakukannya tidak boleh kehilangan keseimbangan dan harus tetap sadar akan posisi tubuhnya. Gerakan-gerakan yang demikian sering dilakukan dalam banyak cabang olahraga, terutama dalam cabang atletik nomor lari jarak dekat, lompat jauh. Kelincahan dalam penelitian ini adalah dapat berlari pada saat awalan akan bertolak pada balok tumpuan kemudian menolak. 2.1.6.9 Ketepatan Ketepatan adalah suatu proses upaya seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran (Sajoto, 2003: 76).Ketepatan dikemukakan oleh sumosarjono adalah kemampuan tubuh untuk

menempatkan meletakan suatu benda dengan efektif, efisiensi sesuai dengan kehendak dan mengurangi kesalahan sekecil mungkin (Sumosarjono, 1999: 65). Sedangkan Hasan menjelaskan tentang ketepatan adalah kemampuan

seseorang dalam mengendalikan gerak-gerik bebas terhadap suatu sasaran sasaran ini dapat merupakan suatu jarak atau mungkin suatu objek langsung yang harus dikenai dengan salah satu bagian tubuh (Hasan, 1990: 34). Ketepatan adalah kemampuan tubuh untuk menempatkan meletakan suatu benda dengan efektif, efisiensi sesuai dengan kehendak dan mengurangi kesalahan sekecil mungkin (Syarifuddin, 2003: 126). Ketepatan juga berfungsi saat menolak pada papan tumpuan sehingga jatuhnya tapak kaki tepat pada sasaran.

BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Jenis- Jenis Penelitian Ilmiah Berdasarkan cara pendekatan yang akan digunakan jenis penelitian yang dipakai serta strategi yang dianggap paling efektif akan menentukan suatu rancangan penelitian yang paling akhir akan menentukan katagori (golongan) penelitian yang akan dilakukan Berbagai macam penggolongan dapat diidentifikasi untuk menentukan jenis penelitian penggolongan dapat dilakukan berdasarkan sifat-sifat masalah, Jenis-jenis penelitian meliputi: penelitian deskriptif, penelitian historis (latar belakang) penelitian

eksperimen (Riduan, 1991: 47). jenis penelitian dalam suatu penelitian ilmiah ada beberapa macam yaitu : 3.1.1 Penelitian Eksperimen Penelitian eksperimen adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan sebab akibat dengan memberikan perlakukan satu atau lebih pokok eksperimen dan membandingkan dengan satu atau lebih kelompok (Suryabrata, 1993: 32). Ciri-ciri penelitian eksperimen ini adalah: 1). Menuntut pengaturan variabel-variabel dan kondisi-kondisi eksperimen secara tertib, ketat baik dengan kontrol maupun manipulasi langsung tau randomisasi. 2). Internal validitas merupakan tujuan utama pertimbangan mengenai eksternal validitas (Suryabrata, 1993. 23).

3.1.2 Penelitian Deskriptif Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan secara

sistematis, faktual akurat mengenai faktor-faktor dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. (Sofian Effendi, 1999: 31). Ciri-ciri penelitian deskriptif ini adalah: 1). Sifat membuat deskripsi umum dalam arti merupakan akumulasi data dasar, dengan cara deskriptif semata. 2). Ruang lingkupnya adalah mencari informasi, mengindentifikasi mendapatkan justisifikasi, membuat komperasi dan evaluasi. 3.1.3 Penelitian Historis Penelitian historis bertujuan untuk merekontruksi masa lampau secara sitematis dan obyektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi serta mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakan fakta guna memperoleh kesimpulan yang kuat. (Manning, 1999: 48). Adapun ciri-ciri dari proses penelitian ini adalah: 1). Lebih tergantuiig pada data yang di observasi oleh orang lain dari pada yang di observasi oleh peneliti itu sendiri. 2). Pelaksanaan harus tertib, ketat, sistematis dan tuntas untuk menghindari informasi yang tak layak, tak reliabelitas dan berat sebelah 3). Berdasarkan informasi yang luas tidak terbatas pada dukumen yang diterbitkan Sehubungan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan maka jenis penelitian yang dipergunakan adalah peneiitian eksperimen, karena penelitian ini menggunakan kelompok ekperimen (percobaan)

dengan dua kondisi perlakuan yang berbeda repetisi dan set dan membandingkan hasilnya. 3.2 Lama, Waktu, Frekuensi dan Tempat Penelitian 3.2.1 Lama Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama satu setengah bulan atau 6 minggu karena pelatihan-pelatihan yang telah dijalankan dengan tekun akan tampak hasilnya 6 minggu pelatihan (Nala, 1996: 45) kemajuan yang telah dicapai akan tampak hasilnya (efek pelatihan) setelah waktu itu, sedangkan tes awal dan tes akhir lompatan yang sejauh-jauhnya dilakukan satu hari sebelum dan satu hari sesudah pelatihan dilaksanakan tidak dimasukkan dalam lamanya pelatihan 3.2.2 Waktu penelitian Waktu pelaksanaan pelatihan dilaksanakan pada sore hari dari jam 15.00 sampai 17.00 wita sehingga tidak menggangu proses belajar mengajar. Dalam penelitian ini pelatihan dilaksanakan mulai tanggal 15 Maret 2008 sampai dengan 25 April 2008. Begitu pula tes awal dan tes akhir yang dilaksanakan pada waktu sore hari. 3.2.3 Tempat Penelitian Tempat penelitian di SDN 2 Angantaka, Abiansemal, tangga yang dipergunakan 10 tangga dengan ukuran tinggi 30 cm dan lebar 40 cm

3.3 Metode Penentuan Subjek Penelitian Sebelum ditentukan beberapa jumlah sampel yang harus diambil dan dipergunakan maka terlebih dahulu perlu diketahui jumlah populasinya. 3.3.1 Populasi penelitian Populasi dikatakan sekelompok yang menarik peneliti dimana kelompok tersebut oleh peneliti dijadikan sebagai objek untuk menggeneralisasikan juga sebagai himpunan yang terdiri dari orang, hewan, tumbuh-tumbuhan atau benda-benda yang mempunyai kesamaan sifat. (Sugiyono, 1999: 97). Yang dimaksud dengan populasi adalah semua individu (orang) yang akan dipergunakan sebagai efek penelitian atau sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama (Sutrisno Hadi, 1990: 220). Populasi juga dijelaskan adalah sekelompok individu tertentu yang memiliki karakteristik umum yang menjadi pusat perhatian peneliti (Sanafiah Faisal, 1992: 324). Populasi adalah totalitas semua nilai baik hasil menghitung atau pengukuran jumlah dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas (Aryawati, 2004: 82). Sependapat dengan pakar diatas Umar nienyatakan populasi subjek adalah semua individu yang mendukung objek penelitian, sedangkan populasi objek adalah totalitas semua nilai dari hasil menghitung mengukur kuantitatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu yang menjadi pusat penelitian peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa putra kelas V SDN 2 Angantaka yang seluruhnya berjumlah 107 orang.

3.3.2 Sampel penelitian Penelitian terhadap sampel bertujuan untuk mereduksi subjek penelitian dan mengadakan generalisasi penelitian, yaitu mengadakan penelitian pada sebagian saja pada populasi, sedangkan mengadakan generalisasi hasil penelitian maksudnya mengikut sertakan populasi penelitian pada kesimpulan yang dicapai dalam penelitian terhadap sampel. Karena dalam suatu penelitian ini populasinya relatif cukup besar maka untuk menentukan subjek penelitian dipergunakan teknik sampling, yaitu suatu cara pengambilan subjek penelitian di mana subjek yang akan diteliti terdiri jumlah individu yang mewakili jumlah yang lebih besar. Pada penelitian ini diperguanakan sampel penelitian untuk

menipermudah pelaksanaan penelitian mengingat pula terbatasnya waktu, tenaga, biaya dan fasilitas yang ada. Yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Suharsini, 1997. 104). Sampel adalah Jumlah individu yang lebih kecil yang dapat mewakili keseluruhan dari yang dipelajari atau yang diselidiki (Chaval, 2003 : 86). Sampel juga dijelaskan adalah salah satu dari sample yang baik adalah yang representatif atau mencerminkan popilasi (Netra, 1996: 2). Sampel adalah suatu himpunanyang ditarik dari suatu populasi penelitian (Bagus Nugroho, 2005: 128). Sample penelitian adalah setengah atau lebih dari jumlah populasi yang telah menjadi subjek penelitian. Sedangkan pengambilan sample sebagai wakil populasi didasari atas pertimbangan-pertimbangan atau alasan tertentu.

Nugroho menjelaskan: Pemilihan sample dilakukan karena alasan teknik seperti keterbatasan waktu, tenaga dan biaya yang dimiliki, maka seorang peneliti hanya meneliti sebagian saja dari populasi/individu tersebut. Sample atau wakil populasi tersebut dipandang sebagai perwakilan populasi yang dianggap representatif. Salah satu syarat utama dari sample penelitian yang baik adalam sample yang memiliki tingkat rerpresentatif yang tinggi atau dapat

mencerminkan/mewakili populasi. Alasan lainnya karena tidak mungkin seorang peneliti meneliti secara langsung segenap populasi yang jumlahnya cukup besar, padahal tujuan peneliti adalah menemukan gejala genaralisasi uyang berlaku secara umum. Maka sering kali peneliti terpaksa

mempergunakan sebagaian saja dari populasi yakni sebuah sample yang dapat dipandang representatif terhadap populasi itu. Sampel diperoleh dengan cara acak (random) tanpa memandang siapa-siapa yang dipilih atau yang dipergunakan sebagai sampel penelitian. Metode sampling adalah suatu cara pengambilan subjek penelitian, di mana subjek yang akan diteliti itu terdiri dari jumlah individu yang mewakili jumlah yang lebih besar. Penelitian terhadap sampel bertujuan untuk mereduksi subjek penelitian dan mengadakan generalisasi penelitian, yaitu mengadakan penelitian pada sebagian saja dari populasi. Sedangkan mengadakan generalisasi penelitian maksudnya mengikutsertakan populasi penelitian pada kesimpulan yang dicapai dalam penelitian sampel.

Dalam penelitian ini akan dipergunakan sampel sebanyak 100 orang dari populasi yang berjumlah 107 orang. Dalam menentukan sampel sejumlah 100 orang dipergunakan teknik quota sampling yaitu penentuan jumlah sampel yang diinginkan oleh peneliti terlebih dahulu (Netra, 1996: 72). Sedangkan dalam penelitian lain jumlah populasi terdiri dari beberapa SDN 2. maka dipergunakan teknik proporsional random sampling yaitu pemilihan sampel didasarkan atas perbanidingan-perbandingan jumlah siswa putra pada masingmasing SDN 1, 2, 3 Angantaka. 3.4 Variabel dan Data Penelitian 3.4.1 Variabel Variabel dijelaskan konsep yang diberi lebih dari satu nilai (Singaribun, 2001: 47). Variabel ada dua variabel bebas (independent yaitu: variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lainnya. Sedangkan variabel terikat/tergantung (Dependeri) adalah variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Husin Umar, 2003: 63). Yang dimaksud juga dengan variabel adalah .gejala yang menjadi fokus penelitian untuk diamati, variabel itu sebagai akibat dari sekelompok orang atau obyek yang mempunyai variasi (dalam hal ini repetisi dan set) dengan yang lainnya dalam kelompok tersebut. (Nasrun, 2004: 51). Dalam penelitian ini variabel yang dimaksud adalah variabel bebas (independen) yaitu pelatihan loncat jongkok pada tangga dalam 10 repetisi 4 set dan 4 repetisi dalam 10 set, sedangkan variabel terikat (dependen) adalah jauhnya lompatan dalam lompat jauh.

3.4.2 Data Data adalah adalah suatu fakta dan angka yang secara relatif belum dapat dimamfaatkan bagi peneliti sehingga data yang ada perlu di transformasikan terlebih dahulu (Sugiono, 2000: 75). Data adalah hasil yang diperoleh yang akan diproses (diolah) sehingga menjadi suatu nilai yang merupakan hasil dari penelitian. Data ada beberapa macam: 3.4.2.1 Data primer Adalah data yang diperoleh langsung dari subyek yang bersangkutan atau orang yang diteliti, data ini merupakan data kongkrit yang dihasilkan oleh sampel penelitian. Data primer dalam penelitian ini adalah data tentang jauhnya lompatan lompat jauh sebelum dan sesudah perlakukan. 3.5 Metode Pelaksanaan Pelatihan Adapun rangkaian dari pelaksanaan pelatihan meliputi beberapa langkah: 3.5.1 Tahap Pemanasan Tahap pemanasan, pada tahap ini kedua kelompok yaitu kelompok pelatihan 10 repetisi 4 set dan 4 repetisi 10 set melakukan gerakan lari pelan di tempat selanjutnya melakukan gerakan, dengan menganggukkan kepala kedepan, belakang, ke samping kiri kanan dalam 8 kali hitungan, gerakan sendi bahu, siku dan pergelangan tangan 8 kali hitungan serta gerakan pinggang, lutut, pergelangan kaki 8 kali hitungan. serta gerakan jongkok bangun dilajutkan dengan geralan meloncat ditempat dengan tujuan untuk

mempersiapkan organ-organ tubuh untuk menerima beban pelatihan selanjutnya.

3.5.2 Tahap Pelaksanaan Adapun pelaksanaan sampel berdiri tegak kemudian mengambil posisi siap meloncat dengan jongkok dan posisi tangan di sebelah badan untuk menjaga keseimbangan badan. Gerakan selanjutnya masing-masing sampel meloncat jongkok menelusuri anak tangga demi anak tangga sampai tingkatan paling atas kemudian turun dengan berjongkok ketangga yang lainnya sesuai dengan repetisi dan set yang telah ditentukan masing-masing kelompok pelatihan. dilanjutkan dengan sampel yang keberikutnya. Pelatihan loncat jongkok ini dilaksanakan dengan mengutamakan loncatan dengan kedua kaki dan begitu sterusnya sampai jumlah sampel yang melakukan telah habis.

3.5.3 Tahap Penutup Pada tahap penutup ini semua sampel diberikan gerakan-gerakan ringan dengan tujuan untuk pendinginan dari pada otot-otot tubuh yang telah melakukan gerakan-gerakan pelatihan sehingga tidak terjadi cedera yang berkepanjangan. Gerakan-gerakan ini berupa strecing melemaskan kedua tangan, kedua kaki, leher, mengatur nafas secara pelan-pelan. 3.6 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini ada 2 metode yaitu:

3.6.1 Metode Tes Yang dimaksud dengan tes adalah suatu cara untuk memperoleh data yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang dikerjakan oleh seseorang atau kelompok orang, yang dapat dibandingkan dengan suatu standar, dan tes sering kali diadakan. Sebagai alat untuk mengumpulkan keterangan-keterangan tersebut membuat ramalan mengenai niurid (Winarno Surakhman, 1990: 11). Dalam penelitian ini tes yang dilakukan baik pada tes awal dan akhir adalah tes perlakuan dengan melakukan lompat jauh semaksimal mungkin dalam lompatan yang benar dengan tiga kali kesempatan meloncat. 3.6.2 Metode Pengukuran Pengukuran (measurement) hanyalah suatu deskripsi kuantitatif tentang data yang terkumpul. Hasil pengukuran hanya berharga apabila dihubungkan dengan semua faktor yang mempengaruhi anak dan disesuaikan dengan seluruh situasi pendidikan yang dialami (Harahap, 1992: 11). Yang diukur dalam penelitian ini adalah jauhnya lompatan masing-masing sampel dalam lompatan yang benar sebanyak tiga kali di mana lompatan yang terjauh diambil sebagai data dengan satuan ukur adalah cm.

Anda mungkin juga menyukai