Anda di halaman 1dari 9

DERMATITIS NUMULARIS ( Ade Rahmayani)

I.

DEFINISI Dermatitis numularis, juga dikenal sebagai eksim diskoid. Didefinisikan

oleh penampilan klinis sebagai lesi berbentuk koin, lingkaran, atau lonjong dengan batas yang pasti. Karena lesi tersebut juga dapat muncul pada dermatitis atopik, dermatitis stasis, dan dermatitis asteatotic, maka posisi dermatitis numular sebagai kesatuan klinis yang independen telah dipertanyakan.1-2 Dermatitis numular biasanya dimulai dari kaki bagian bawah, dorsal tangan, atau permukaan ekstensor dari lengan. Mempunyai lesi pimer yang terpisah, berbentuk koin, eritem, edema, vesikuler, dan berkrusta. Kebanyakan lesi berukuran 20 sampai 40 mm. Jumlah lesi dapat meningkat, tapi begitu muncul, lesi cenderung tetap dalam ukuran yang sama. Peradangan adalah salah satu tanda subakut atau kronis. Rasa gatal dinilai sedang sampai intens. 3-4

II. ETIOLOGI Meskipun penyebabnya tidak diketahui, banyak faktor yang bertindak sendiri ataupun berkombinasi, telah diusulkan sebagai agen etiologi. Staphylococcus dan Micrococcus telah dicurigai sebagai penyebab langsung melalui mekanisme

hipersensitivitas, namun peran patogenik mereka tetap belum terpecahkan. Pada skin tes telah timbul reaksi dari suntikan intradermal antigen yang dibuat dari

Staphylococcus aureus dan Micrococcus. Subjek berusia 60 sampai 85 tahun menunjukkan reaksi kontak sensitivitas lebih lambat, sebagaimana dinilai oleh uji patch untuk Candida albicans. Pada individu lain, uji patch positif terhadap bahan kimia karet, formaldehida, neomisin, krom, dan nikel, sehingga telah dianggap memiliki relevansi klinis.1

Ada hubungan yang sering pada kulit kering, dan timbulnya dermatitis numular mencapai puncaknya selama musim dingin. Pasien dengan dermatitis numular menunjukkan keadaan hidrasi yang rendah dari stratum korneum, yang dinilai oleh frekuensi tinggi konduktor listrik. Beberapa pasien menunjukkan kondisi yang lebih buruk pada bulan-bulan musim panas didominasi oleh laki-laki yang kondisinya memburuk setelah banyak mengeluarkan tenaga pada suhu yang panas. Beberapa zat menunjukkan dapat memperburuk diantaranya wol, sabun, air selama sering mandi, dan obat-obatan topikal.1 Obat-obatan sistemik, terutama emas, metildopa, streptomisin, asam

Aminosalisilat, isoniazid, dan isotretinoin, seringkali sulit untuk dibuktikan.1

serta merkuri dalam amalgam gigi,

dikatakan telah terlibat dalam dematitis numular, tetapi hubungan langsung

Trauma fisik atau kimia lokal memainkan peranan dalam beberapa kasus, Dermatitis numularis kadang-kadang berkembang pada tempat cedera lama atau pada jaringan parut. Stres emosional mungkin memiliki peran dalam beberapa

kasus, tetapi bukan menjadi penyebab utama. Dermatitis numularis relatif jarang terjadi pada anak.5

III. PATOGENESIS Patogenesis belum sepenuhnya dijelaskan. Pandangan lama bahwa dermatitis numularis berasal dari mikroba, yaitu baik secara sekunder untuk kolonisasi bakteri atau karena secara tidak langsung melalui penyebaran hematogen dari racun bakteri, belum dikuatkan. Pencarian dari evaluasi rutin di fokus untuk infeksi masih institusi. Lesi kontak dari merupakan dermatitis bagian numularis

beberapa

tidak jarang dikaitkan

dengan sensitisasi

(misalnya

nikel, kromat,

wewangian) serta dengan xerosis dan hipertensi vena. Dermatitis numularis pada dorsal tangan dapat menjadi manifestasi dari dermatitis alegi.2 Kulit penderita dermatitis numularis cenderung kering akibat hidrasi stratum korneum rendah. Jumlah SP (substance P), VIP (vasoactive intestinal polypeptide), dan CGRP (calcitonin genrelated peptide) meningkat didalam serabut dermal sensoris kulit, sedang pada serabut epidermal terjadi peningkatan SP dan CGRP. Hal ini menunjukkan bahwa neuropeptida berpotensi pada mekanisme proses degranulasi sel mast.1

IV. GAMBARAN KLINIS Penderita umumnya mengeluh sangat gatal. Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel, kemudian membesar atau meluas ke samping, membentuk satu lesi yang khas yakni lesi menyerupai koin, eritema dan berbatas tegas. Beberapa lama vesikel akan pecah, terjadi eksudasi kemudian mengering menjadi krusta kekuningan. Ukuran garis tengah lesi dapat mencapai 5 cm, jarang sampai 10 cm. penyembuhan dimulai dari tengah sehingga terkesan menyerupai lesi dermatomikosis. Lesi lama berupa likenisfikasi dan skuama. Jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau simetris, dengan ukuran yang bervariasi. Predileksi pada tungkai bawah, badan, lengan termasuk punggung tangan.1,6 Untuk memudahkan, dapat dikenali pola-pola berikut ini :5 1. Dermatitis numularis pada tangan dan lengan Terdapat pada punggung tangan serta di bagian sisi atau punggung jari-jari tangan. Sering berkembang sebagai plak tunggal yang dapat terjadi di lokasi luka bakar, kimia atau iritan. Lesi sekunder dapat terjadi pada jari dan lengan bawah, tetapi penyebaran umumnya jarang terjadi.

2. Dermatitis numularis pada tungkai dan badan Bentuk ini merupakan bentuk yang paling sering dijumpai. Sering terlihat pada lansia, individu dengan kulit kering, dan diperburuk oleh kelembapan yang rendah. Lesi awal biasanya muncul pada kaki bagian bawah, dan menyebar ke kaki lainnya, lengan, maupun badan. Dalam pekembangannya, lesi menjadi edema dan berkrusta. Dipekirakan karena infeksi sekunder. Lesi berkembang dengan cepat, dan pada kasus yang parah lesi bisa mengenai anggota badan yang lain. 3. Dermatitis numularis bentuk kering Bentuk yang ini jarang dijumpai. Dapat terlihat lesi berskuama ringan dan multipel pada tungkai atas dan bawah, serta beberap papul dan vesikel kecil di bagian tepinya di atas dasar eritematus pada telapak tangan dan kaki.

Gambar 1 Dermatitis Numularis pada tungkai bawah

Gambar 2 Dermatitis Numularis pada tangan

Dermatitis numularis cenderung hilang-timbul, ada pula yang terus menerus, kecuali dalam periode pengobatan. Bila terjadi kekambuhan umumnya timbul pada tempat semula. Lesi dapat pula terjadi pada tempat yang mengalami trauma.6

V.

DIAGNOSIS Dermatitis numularis harus dibedakan dari daerah eritem, annular dengan

skala dan erosi yang bisa timbul pada kulit kering. Kadang-kadang, dermatitis numularis mungkin menyerupai infeksi dermatofit atau impetigo. Dermatitis kontak alergi dan dermatitis atopik harus dipertimbangkan.1 Dermatitis numular dapat didiagnosis berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisis. Gambaran klinis yang khas yakni lesi menyerupai koin dan sangat gatal merupakan tanda khas penyakit ini.6

VI. DIAGNOSIS BANDING Dermatitis numularis harus dibedakan dengan lesi numular dari dermatitis atopik. Pilihan kedua yang harus dibedakan yaitu dermatitis kontak atau dermatitis statis. Keadaan lain yang bisa dipertimbangkan adalah psoriasis, Bowens disease, dan tinea corporis.2

VII. PENATALAKSANAAN Sedapat-dapatnya mencari penyebab atau faktor yang memprovokasi. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien. Secara topical lesi dapat diobati dengan obat anti-inflamasi, misalnya preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus. Bila lesi masih eksudatif, sebaiknya dikompres dahulu misalnya dengan larutan permanganas kalikus 1:10.000. Kalau ditemukan infeksi bakterial,

diberikan antibioik secara sistemik. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan refrakter, dalam jangka pendek. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, misalnya hidroksisin HCl.6

VIII. PROGNOSIS Dari suatu pengamatan sejumlah penderita yang diikuti selama berbagai interval sampai dua tahun, didapatkan bahwa 22% sembuh, 25% pernah sembuh untuk beberapa minggu sampai tahun, 53% tidak pernah bebas dari lesi kecuali masih dalam pengobatan.6

DAFTAR PUSTAKA 1. Soter N. A. Nummular Eczema and Lichen Simplex Chronicus/Pruriogo Nodularis. In: Freedberg I.M., Eisen A.Z., Wolf K., Austen K.F., editors. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. Vol. II. 6th edition. USA: McGraw-Hill. 2003.Page 1195-6 2. Bolognia J.L., Jorizzo J.L., Rapini R.P., editors. Dermatology. 2nd edition. New York : Mosby. 2008. Page

3. James W.D., Berger T.G., Elston D.M., editors. Andrews Diseases of The Skin : Clinical Dermatology. 10th edition. Canada : Saunders Elsevier. 2006. Page 82 4. Habif M.D., Thomas P., editors. Clinical Dermatology : A Color Guide o Diagnosis and Therapy. 4th edition. Chile : Mosby. 2004. Page 55

5. Burns T., Breathnach S., Cox N., editors.Rooks Textbook of Dermatology Vol. I, 7th editon. Oxford: Blackwell Publishing Company; 2004. Page 1718-9

6. Djuanda S, Sularsito SA. Dermatitis. In : Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 3rd edition. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2002. Page 148-50

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN REFERAT KECIL FEBRUARI 2012

PARONIKIA

DISUSUN OLEH: Khairun Nisa (110 208 098)

PEMBIMBING: dr. Rachma Olfyanti

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA 2012

Anda mungkin juga menyukai