Anda di halaman 1dari 31

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling dekat ditengah-tengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan dengan unit kesehatan lainnya (Rumah Sakit Swasta maupun Negeri). Fungsi Puskesmas adalah mengembangkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut harus bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang meliputi aspek promotive, preventive, curative dan rehabilitatif. Prioritas yang harus dikembangkan oleh puskesmas harus diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic health care services) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan pencegahan (public helath service).1 Di Kecamatan Plaju, khususnya di Kelurahan Silaberanti terdapat satu unit pelayanan kesehatan yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Kelurahan Silaberanti adalah Puskesmas Pembina. Puskesmas Pembina merupakan satu dari tiga Puskesmas di Palembang yang memiliki layanan khusus terhadap Penyakit Tidak Menular (PTM). Dari 10 penyakit terbanyak di Klinik Penyakit Tidak Menular Puskesmas Pembina, Hipertensi menempati urutan pertama setelah Diabetes Melitus dan Osteoporosis.2 Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dari 140 mmHg atau aliran tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih dari 90 mmHg pada individu. Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab spesifik, melainkan sebagai akibat interaksi dinamis antara genetik, lingkungan dan faktor lainnya3. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala. Pendeteksian dini perlu dilakukan karena

kerusakan organ terutama jantung, ginjal dan otak berkaitan dengan derajat keparahan hipertensi salah satunya penyakit jantung koroner yang sering terjadi pada hipertensi dan memungkinkan menyebabkan tingginya angka kematian penyakit jantung.4

1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah: 1. Faktor resiko dan perilaku apa saja yang ditemukan pada pasien 2. Evaluasi terapi dalam rangka pengobatan hipertensi
3. Bagaimana fungsi-fungsi keluarga menurut ilmu kedokteran keluarga ditinjau

dari aspek fungsi biologis, fungsi afektif, fungsi sosial, fungsi penguasaan masalah, dan fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan.
4. Mengetahui intervensi apa yang dapat dilakukan untuk menanganinya

1.3. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum Penulisan laporan kasus kepaniteraan klinik ilmu kedokteran keluarga ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik di bagian ilmu kedokteran keluarga Fakultas Kedokteran

Muhammadiyah Palembang.

2. Tujuan Khusus Sebagai sarana pembelajaran dan penerapan prinsip-prinsip pelayanan kedokteran keluarga dalam mengatasi masalah Hipertensi serta menerapkan prinsip-prinsip pelayanan kedokteran secara komprehensif dan holistik dan peran aktif dari pasien dan keluarga. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Menurut Joint National Committee 7 (2003), hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih, sedangkan menurut WHO tahun 1999, hipertensi adalah tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mm Hg sistolik dan atau sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang tidak menggunakan anti hipertensi. 2.2. Etiologi Menurut Yogiantoro et al (2006), berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu: 1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok serta polisitemia. 2. Hipertensi sekunder. Adalah hipertensi yang penyebabnya diketahui. Penyebabnya banyak disebabkan oleh penyakit ginjal, penggunaan estrogen, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, sindrom Cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang

berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.

2.3. Epidemiologi Distribusi epidemiologi penyakit hipertensi terdiri dari : 1. Person (orang) Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit hipertensi dilihat dari segi orang :

a. Umur Penyakit hipertensi pada kelompok umur paling dominant berumur (31-55tahun). Hal ini dikarenakan seiring bertambahnya usia, tekanan darah cenderung meningkat. Yang mana penyakit hipertensi umumnya berkembang pada saat umur seseorang mencapau paruh baya yakni cenderung meningkat khususnya yang berusia lebih dari 40 tahun bahkan pada usia lebih dari 60 tahun keatas.

b. Jenis kelamin Penyakit hipertensi cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan pada perempuan meningkat seiring dengan bertambahnya usia yang mana pada perempuan masa premenopause cenderung memiliki

tekanan darah lebih tinggi daripada laki-laki penyebabnya sebelum menopause, wanita relatife terlindungi dari penyakit kardiovaskuler oleh hormone estrogen yang dimana kadar estrogen menurun setelah menopause.

c. Status gizi Kekurangan

Keadaan Zat gizi seperti karbohidrat, protein dan lemak atau kelebihan salah satu unsur zat gizi akan

menyebabkan kelainan atau penyakit. Oleh karena itu, perlu diterapkan kebiasaan makanan yang seimbang sejak usia dini dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu agar tercapai kondisi

kesehatan yang prima.Dimana ini merupakan faktor penting sebagai zat pembangun atau protein ini penting untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel rusak yang didapatkan dari bahan makanan hewani atau tumbuhtumbuhan (nabati).Sehingga ini sebagai penunjang untuk membantu menyiapkan makanan khusus serta mengingatkan kepada penderita, makanan yang harus dihindari/dibatasi.

d. Faktor psikokultural Penyakit Hipertensi ada banyak hubungan antara psiko-kultural, tetapi belum dapat diambil kesimpulan.Namun pada dasarnya dapat berpengaruh apabaila terjadi stres, psikososial akut menaikkan tekanan darah secara tiba-tiba yang mana ini merupakan penyebab utama terjadinya penyakit hipertensi dan merupakan masalah kesehatan yang layak untuk perlu diperhatikan.

2.

Place (tempat) Tempat yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kasus hipertensi adalah merupakan wilayah yang berdominan dipesisir dari pada dipegunungan. Yang dimana penduduk yang berdomisil didaerah pesisir lebih rentan terhadap penyakit hipertensi karena tingkat mengkonsumsi garam lebih tinggi atau berlebihan dibanding daerah pegunungan yang kemungkinan lebih banyak mengkonsumsi sayursayuran dan buah-buahan

3.

Determinan Determinan atau faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit Hipertensi adalah : a. Faktor herediter didapat pada keluarga yang umumnya hidup dalam lingkungan dan kebiasaan makan yang sama.

b. Konsumsi garam : telah jelas ada hubungan, tetapi data pe-nelitian pada daerah-daerah dimana konsumsi garam tinggi tidak selalu mempunyai prevalensi tinggi c. Obesitas : telah diketahui adanya korelasi timbal balik antara obesitas dan hipertensi. 2.4. Klasifikasi dan Manifestasi klinis Klasifikasi pengukuran tekanan darah berdasarkan kriteria Joint National Comitte (JNC) 7 tahun 2003 adalah sebagai berikut: Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik (mmHg) Kategori Normal Prehipertensi Hipertensi Stadium I Hipertensi Stadium II <120 120-139 140-159 160 dan <80 atau 80-89 atau 90-99 atau 100 Diastolik (mmHg)

Manifestasi klinis hipertensi : Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada mata, ginjal, otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditimbulkan adalah sakit kepala, epistaksis, sering marah, telinga mendengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing.

2.5. Faktor Resiko

Faktor risiko hipertensi, beberapa di antaranya dapat dikendalikan atau dikontrol dan tidak dapat dikontrol diantaranya :

1. Faktor risiko yang dapat dikendalikan atau dikontrol yaitu obesitas, kurang olahraga, merokok, menderita diabetes mellitus, menkonsumsi garam berlebih, minum alKohol, diet, minum kopi, pil KB , stress emosional dan sebagainya. 2. Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan atau tidak dapat dikontrol yaitu Umur, jenis kelamin, dan genetic.

2.6. Patofisiologi dan Patogenesis

Hipertensi terbukti sering muncul tanpa gejala, berarti gejala bukan merupakan tanda untuk diagnostik dini, dokter harus aktif menemukan tanda awal hipertensi, sebelum timbul gejala dan hipertensi muncul tidak dapat dirasakan atau tanpa gejala dan terjadi kelainan pada jantung, otak, ginjal, dan pembuluh darah tubuh berupa arteriosklerosis kapiler. Hal ini, karena ada hubungan antara hipertensi, penyakit jantung koroner, dengan gagal ginjal khususnya gagal ginjal kronik. Munculnya hipertensi, tidak hanya disebabkan oleh tingginya tekanan darah., akan tetapi, ternyata juga karena adanya faktor risiko lain seperti komplikasi penyakit dan kelainan pada organ target, yaitu jantung, otak, ginjal, dan pembuluh darah. Dan Justru lebih sering muncul dengan faktor risiko lain yang mana sedikitnya timbul sebagai sindrom X atau Reavan, yaitu hipertensi plus gangguan toleransi glukosa atau diabetes mellitus DM), dislipidemia, dan obesitas.Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal.

Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.

2.7. Diagnosis

Menurut European Society of Hypertension (ESH) dan European Society of Cardiology (ESC) 2007, prosedur diagnosa hipertensi terdiri atas: pemeriksaan tekanan darah, identifikasi faktor resiko, dan pemeriksaan adanya kerusakan organ dan penyakit lain yang terjadi bersamaan atau menyertai keadaan klinis yang ada.

2.8. Penatalaksanaan

Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis penatalaksanaan:

1. Penatalaksanaan non farmakologis atau perubahan gaya hidup;

Modifikasi kebiasaan hidup dilakukan pada setiap penderita hipertensi, meskipun cara ini tidak dapat dilakukan sebagai cara tunggal untuk setiap derajat hipertensi, akan tetapi cukup potensial dalam menurunkan faktor resiko kardiovaskuler dan bermanfaat pula menurunkan tekanan darah. Disamping itu diharapkan memperbaiki efikasi obat antihipertensi. Keuntungan lain karena merupakan upaya penatalaksanaan hipertensi yang murah dengan efek samping minimal. Menurut JNC 7, modifikasi kebiasaan hidup untuk pencegahan dan penatalaksanaan hipertensi adalah sebagai berikut:

Menurunkan berat badan (index masa tubuh diusahakan 18,5 - 24,9 kg/m2) diperkirakan menurunkan TDS 5-20 mmHg/10 kg penurunan berat badan. Diet dengan asupan cukup kalium dan kalsium dengan mengkonsumsi makanan kaya buah, sayur, rendah lemak hewani dan mengurangi asam lemak jenuh diharapkan menurunkan TDS 8-14 mmHg

Mengurangi konsumsi natrium tidak lebih dari 100 mmoU hari (6 gram NaCI), diharapkan menurunkan TDS 2-8 mmHg Meningkatkan aktifitas fisik misalnya dengan berjalan minimal 30 menit/hari diharapkan menurunkan TDS 4-9 mmHg Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol. Mengurangi konsumsi alkohol 2 gelas ( 30 mL ethanol) per hari pada laki-laki dan1 gelas per hari pada wanita dan pasien kurus diharapkan dapat menurunkan TDS 24 mmHg

2. Penatalaksanaan farmakologis atau dengan obat

Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi. Pengobatan ini adalah pengobatan jangka panjang dengan kemungkinan besar untuk seumur hidup.

Klasifikasi dan Tatalaksana Tekanan Darah Menurut JNC 7

Klasifikasi TDS tekanan darah mmHg

TDD mmHg

Perubahan gaya hidup

Terapi obat awal Tanpa Indikasi Dengan yang Memaksa Indikasi yang Memaksa

Normal

<120

Dan < 80 Dianjurkan Ya Tidak ada obat Obat-obatan antihipertensi yang untuk dianjurkan compelling indication Diuretika jenis Obat-obatan thiazide untuk untuk sebagian besar, compelling dapat indications. dipertimbangkan Obat ACEI, ARB, OB, antihipertensi CCB, atau lainnya kombinasi. (diuretika, ACEI, ARB, PB, CCB) sesuai kebutuhan Kombinasi 2 obat Obat-obatan untuk sebagian untuk besar (umumnya compelling jenis thiazide dan indications. ACEI atau AR Obat atau (3B atau antihipertensi CCB) lainnya (diuretika, ACEI, ARB, Bb, CCB) sesuai kebutuhan

Pre-hipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi Stadium 1

140-159 Atau 90-99

Hipertensi Stadium 2

160

atau 100

10

Pemilihan

obat

anti

hipertensi

menurut

ESH-ESC

(2007)

harus

mempertimbangkan manfaat utama pengobatan hipertensi, yaitu penurunan tekanan darah itu sendiri. Terdapat bukti bahwa obat-obat kelas tertentu dapat memiliki efek berbeda, dan pada kelompok penderita tertentu obat-obatan tidak memiliki efek samping yang setara, terutama pada individu tertentu. Kelas-kelas utama obat antihipertensi seperti diuretik, -bocker, calcium antagonist, ACE inhibitor, ARB dapat dipakai sebagai pilihan awal dan juga pemeliharaan. Pilihan obat awal menjadi tidak penting karena kebutuhan untuk menggunakan kombinasi 2 obat atau lebih untuk mencapai tekanan darah target. Dengan banyaknya bukti-bukti ilmiah, pilihan obat tergantung banyak faktor, antara lain: Pengalaman pasien sebelumnya dengan obat antihipertensi, harga obat, gambaran resiko, ada tidaknya kerusakan organ dan penyakit penyerta, serta pilihan pasien. Pada sebagian besar pasien, pengobatan dimulai dengan dosis kecil obat antihipertensi yang dipilih, dan jika perlu dosisnya secara perlahan-lahan dinaikkan, bergantung pada umur, kebutuhan, dan hasil pengobatan. Obat antihipertensi yang dipilih sebaiknya yang mempunyai efek penurunan tekanan darah selama 24 jam dengan dosis sekali sehari, dan setelah 24 jam efek penurunan tekanan darahnya masih diatas 50 % efek maksimal. Obat antihipertensi kerja panjang yang mempunyai efek penurunan tekanan darah selama 24 jam lebih disukai daripada obat jangka pendek disebabkan oleh beberapa faktor : 1) Kepatuhan lebih baik dengan dosis sekali sehari 2) Harga obat dapat lebih murah 3) Pengendalian tekanan darah perlahan-lahan dan persisten 4) Mendapat perlindungan terhadap faktor resiko seperti kematian mendadak, serangan jantung, dan stroke, yang disebabkan oleh peninggian tekanan darah pada saat bangun setelah tidur malam hari.

11

Ternyata kebanyakan penderita hipertensi memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah. Jika target tekanan darah belum tercapai penambahan obat kedua dari klas lain harus segera ditambahkan. Jika tekanan darah 20/10 mmHg diatas target tekanan darah dipertimbangkan pengobatan awal dengan menggunakan dua macam klas obat sebagai obat kombinasi tetap atau masing-masing diberikan tersendiri. Pemberian dua obat antihipertensi sejak awal ini akan mempercepat tercapainya target tekanan darah. Akan tetapi harus diwaspadai kemungkinan hipotensi ortostatik terutama pada penderita diabetes, disfungsi saraf otonom dan penderita geriatric. Penggunaan obat generik atau kombinasi perlu dipertimbangkan untuk mengurangi biaya. Penderita paling sedikit harus dievaluasi setiap bulan untuk penyesuaian obat agar target tekanan darah segera tercapai. Jika target sudah tercapai, evaluasi dapat dilakukan tiap 3 bulan. Penderita dengan hipertensi derajat 2 atau dengan faktor komorbid misalnya diabetes, dan payah jantung, memerlukan evaluasi lebih sering. Faktor resiko kardiovaskuler yang lain serta adanya kondisi komorbid harus secara bersama diobati sampai seoptimal mungkin. Pada sebagian besar pasien hipertensi, terapi harus dimulai bertahap, dan penurunan tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Untuk mencapai target tekanan darah, tampaknya sebagaian besar pasien memerlukan terapi kombinasi lebih dari satu obat. Menurut tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi, tampaknya cukup beralasan untuk memulai terapi dengan obat tunggal dosis rendah atau kombinasi dua obat dosis rendah Terdapat keuntungan dan kerugian dari kedua pendekatan ini.

12

Algoritme pengobatan hipertensi (JNC 7)


Modifikasi gaya hidup

Tidak mencapai target tekanan darah (< 140/90 mmHg) (<130/80 untuk penderita diabetes atau penyakit ginjal kronik)

PILIHAN OBAT AWAL

Tanpa indikasi yang memaksa (without compelling indiacations)

Dengan indikasi yang memaksa (with compelling indications)

Hipertensi stage 1 (TDS 140-159 atau TDD 90-99 mmHg) Diuretika jenis thiazide untuk sebagian besar kasus Dapat dipertimbangkan ACEI, ARB, Bb, CCB, atau kombinasi

Hipertensi stage 2 (TDS 160 atau TDD 100 mmHg) Kombinasi 2 obat untuk sebagian besar kasus (umumnya diuretika jenis thiazide dan ACEI, atau ARB, atau PB, atau CCB

Obat-obat untuk indikasi yang memaksa (compelling indications) Obat antihipertensi lain sesuai kebutuhan diuretika, ACEI, ARB, f3b, CCB)

TIDAK MENCAPAI TARGET TEKANAN DARAH

Optimalkan dosis atau berikan tambahan obat sampai target tekanan darah tercapai, pertimbangkan konsultasi dengan ahli hipertensi

13

Menurut ESH-ESC (2007), pemilihan antara monoterapi dan terapi kombinasi harus mempertimbangkan tingkat tekanan darah yang belum diterapi, ada tidaknya kerusakan organ dan faktor resiko.

Pilihan antara

Obat tunggal dosis rendah

Jika target tekanan darah tidak tercapai

Kombinasi 2 obat dengan dosis rendah

Obat sebelumnya dengan dosis maksimal

Ganti ke obat lain dengan dosis rendah

Kombinasi sebelumnya dengan dosis maksimal

Tambahkan obat ketiga dengan dosis rendah

Jika target tekanan darah tidak tercapai

Kombinasi 3 obat pada dosis efektif

Kombinasi 2 atau 3 obat

Monoterapi dosis

Kombinasi 2 obat yang efektif dan ditoleransi dengan baik adalah : Diuretika dan beta bloker Diuretic dengan ACE inhibitor w au ARB Calcium antagonis (dehidropiri(lin) dan beta blocker Calcium antagonist dan ACE Inhibitor atau ARB Calcium antagonist dan diuretic Alfa blocker dan beta blocker

14

Oleh karena faktor yang mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer sangat banyak, obat antihipertensi yang dikembangkan tentu saja berdasarkan pengetahuan patofisiologi tersebut. Obat golongan diuretic, penyekat beta, antagonis kaslsium, dan penghambat enzim konversi angiotensin (penghambat ACE), merupakan antihipertensi yang sering digunakan pada pengobatan.

a. Diuretic Mempunyai efek antihipertensi dengan cara menurunkan volume ekstraseluler dan plasma sehingga terjadi penurunan curah jantung.

b. Golongan penghambat simpatetik Penghambatan aktivitas simpatik dapat terjadi pada pusat vasomotor otak seperti pada pemberian metildopa dan klonidin atau pada ujung saraf perifer seperti reserpin dan guanetidin. Metildopa mempunyai efek antihipertensi dengan menurunkan tonus simpatik secara sentral.

c. Penyekat beta Mekanisme antihipertensi obat ini adalah melalui penurunan curah jantung dan penekanan sekresi renin. Obat ini dibedakan dalam 2 jenis : yang menghambat reseptor beta 1 dan yang menghambat reseptor beta 1 dan 2. Penyekat beta yang kardioselektif berarti hanya menghambat reseptor beta 1, akan tetapi dosis tinggi obat ini juga menghambat reseptor beta 2 sehingga penyekat beta tidak dianjurkan pada pasien yang telah diketahuimengidap astma bronchial. Kadar renin pasien dapat dipakai sebagai predictor respons antihipertensi penyekat beta karena mekanisme kerjanya melalui system renin-angiotensin.

15

d. Vasodilator Yang termasuk golongan ini adalah doksazosin, prazosin, hidralazin, minoksidil, diazoksid, dan sodium nitropusid. Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan cara relaksasi otot polos yang akan mengakibatkan penurunan resistensi pembuluh darah. Hidralazin, minoksidil, dan diazoksid bekerja pada arteri sehingga penurunan resistensi pembuluh darah akan diikuti oleh peninggian aktivitas simpatik, yang akan menimbulkan takikardia, dan peninggian kontraktilitas otot miokard yang akan mengakibatkan peningkatan curah jantung.

e. Penghambat enzim konversi angiotensin Yang pertama kali digunakan dalam klinik adalah enalapril dan kaptopril. Kaptopril yang dapat diberikan peroral menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat enzim konversi angiotensin sehingga terjadi penurunan kadar angiotensin 11, yang mengakibatkan penurunan aldosteron dan dilatasi arteriol. Selain itu, obat ini menghambat degradasi bradikinin yang merupakan vasodilator kuat yang akan memperkuat efek antihipertensinya. Pada hipertensi ringan dan sedang dapat diberikan dosis 2 kali 12,5 mg tiap hari. Dosis yang biasa adalah 2550 mg tiap hari. Pada saat ini sudah beredar obat penghambat enzim konversi angiotensin yang lain seperti lisinopril, fosinopril, ramipril, silazapril, benazepril, kuinopril, dan delapril.

2.9. Komplikasi

Menurut Sustrani (2006), membiarkan hipertensi membiarkan jantung bekerja lebih keras dan membiarkan proses perusakan dinding pembuluh darah berlangsung dengan lebih cepat. Hipertensi meningkatkan resiko penyakit jantung dua kali dan meningkatkan resiko stroke delapan kalindibanding dengan orang yang tidak mengalami hipertensi. 16

Selain itu hipertensi juga menyebabkan terjadinya payah jantung, gangguan pada ginjal dan kebutaan. Penelitian juga menunjukkan bahwa hipertensi dapat mengecilkan volume otak, sehingga mengakibatkan penurunan fungsi kognitif dan intelektual. Yang paling parah adalah efek jangka panjangnya yang berupa kematian mendadak. a. Penyakit jantung koroner dan arteri Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan semakin mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal. Hipertensi sering diasosiasikan dengan kondisi arteri yang mengeras ini.

b. Payah jantung Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana jantung tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot jantung atau system listrik jantung.

c. Stroke Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah di otak, maka terjadi perdarahan otak yang dapat berakibat kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet di pembuluh yang sudah menyempit.

d. Kerusakan ginjal Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaringkotoran tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan

17

membuangnya kembali kedarah. Gagal ginjal dapat terjadi dan diperlukan cangkok ginjal baru.

e. Kerusakan penglihatan Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan.

2.10. Pencegahan Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain menurut bukunya (Gunawan, 2001),dengan cara sebagai berikut:

a.

Mengurangi konsumsi garam. Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g garam dapur untuk diet setiap hari.

b.

Menghindari kegemukan (obesitas). Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b) normal atau tidak berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari berat badan normal.

c.

Membatasi konsumsi lemak. Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan demikian, akan

18

memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah hipertensi.

d.

Olahraga teratur. Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan dapat menimbulkan hipertensi.

e.

Makan banyak buah dan sayuran segar. Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah.

f.

Tidak merokok dan minum alkohol.

g.

Latihan relaksasi atau meditasi. Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai, indah, dan menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan dengan mendengarkan musik, atau bernyanyi.

h.

Berusaha membina hidup yang positif. Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan, tuntutan atau tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stress 19

(ketegangan) bagi setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar sehingga melampaui daya tahan individu, akan menimbulkan sakit kepala, suka marah, tidak bisa tidur, ataupun timbul hipertensi. Agar terhindar dari efek negative tersebut, orang harus berusaha membina hidup yang positif. Beberapa cara untuk membina hidup yang positif adalah sebagai berikut: 1) 2) Mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah Membuat jadwal kerja, menyediakan waktu istirahat atau waktu untuk kegiatan santai. 3) Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain menyelesaikan bagiannya. 4) 5) Sekali-sekali mengalah, belajar berdamai. Cobalah menolong orang lain.

20

BAB III TINJAUAN KASUS 3.1. Identitas Pasien Nama Umur Jenis kelamin Alamat : Tn. R : 67 tahun : Laki-Laki : Jln. Ahmad Yani, Lrg.Klekar, RT.17 RW.04, Kel.Silaberanti Kec. Seberang Ulu 1, Palembang Agama Suku Pekerjaan Pendidikan No. RM : Islam : Jawa : Tidak Bekerja : SMA : 5008

Tanggal kunjungan Puskesmas : 17 November 2012 Tanggal kunjungan rumah I Tanggal kunjungan rumah II : 19 November 2012 : 22 November 2012

3.2. Subjektif Keluhan Utama : Kepala pusing sejak 5 hari yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan kepala pusing dan tengkuk terasa pegal seperti ditindih sejak 5 hari sebelum pasien periksa ke balai pengobatan puskesmas. Rasa pusing yang cenderung nyeri ini dirasakan hilang timbul. Nyeri kepala ini dirasakan menyeluruh di kepala dengan leher terasa kaku dan berat seperti terdapat beban yang membebat. Rasa nyeri kepala tidak diikuti dengan keluhan mata berkunang-kunang, mata tidak kabur telinga tidak berdengung, pasien tidak mengeluarkan darah dari hidungnya, demam disangkal.Pasien tidak ada keluhan mual, tidak muntah, nafsu makan tidak ada masalah, tidak ada gangguan BAB dan BAK. Pasien mengaku 21

jarang makan makanan hewani, tetapi apabila anak anaknya berkunjung tiap minggu, pasien sering diajak makan makanan yang mengandung lemak, garam dan kolesterol tinggi. Pasien juga mengaku sangat jarang berolahraga.

Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat penyakit Hipertensi : pasien sudah menderita hipertensi sejak 6 thn yang lalu Riwayat penyakit DM Riwayat penyakit jantung Riwayat penyakit asma Riwayat penyakit ginjal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat penyakit hipertensi Riwayat penyakit DM Riwayat penyakit jantung Riwayat penyakit ginjal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal

Riwayat Personal Sosial Perkawinan Pasien telah menikah selama 37 tahun dan memiliki 4 orang anak. Perilaku Kegiatan pasien sehari-hari adalah memelihara ayam, selain itu pasien pasien jarang beraktifitas fisik misalnya berolahraga. Pasien kurang memperhatikan porsi dan komposisi makanan yang dimakan, apabila sedang kumpul dengan anak anaknya, pasien sering makan makanan yang berkomposisi kolesterol, lemak dan garam. Dalam sehari pasien makan 3 kali.

22

Pekerjaan Pasien saat ini tidak memiliki pekerjaan. Umur 25 tahun pasien sempat menjadi guru SD kemudian berhenti lalu pasien menjadi Sopir truk. Lingkungan Tempat Tinggal Pasien tinggal di Jln. Ahmad Yani, Lrg. Klekar RT.17, Kel.Silaberanti. Keadaan tempat tinggal berada di atas rawa-rawa dan padat penduduk Psikososial Pasien termasuk seorang yang aktif, tidak pernah mengalami kesulitan dalam bergaul baik di tempat kerja dahulu dan tempat tinggalnya. Terjalin hubungan yang baik dengan seluruh anggota keluarga maupun dengan tetangganya.

3.3. Objektif

Kesan Umum Kesadaran

: Baik : Compos mentis

Tanda utama : Tekanan darah Nadi Suhu badan Pernafasan : 150/90 mmHg : 84 x/menit, teratur, isi dan tegangan cukup : 36,8oC : 20 x/menit, tipe torakal.

Status gizi : BB TB BMI : 50 kg : 165 cm = BB (kg) : (TB dalam m)2 = 50 : (1,65)2

BB kurang : < 18,5 BB normal : 18,5- 24,5 BB lebih : >25

= 18,3 ( BB Kurang ) 23

Pemeriksaan Kulit

: turgor dan elastisitas dalam batas normal, kelainan kulit (-), Sianosis (-)

Pemeriksaan kepala - Bentuk kepala - Rambut : Mesosefal : Rambut tampak beruban, tidak mudah dicabut, distribusi merata Pemeriksaan mata - Palpebra - Konjungtiva - Sklera - Pupil Pemeriksaan Telinga Pemeriksaan Hidung : Edema (-/-), : Anemis (-/-), : Ikterik (-/-) : Reflek cahaya (+/+), isokor : Otore (-/-), nyeri tekan (-/-), serumen (-/-), tinitus (-/-) : sekret (-/-), epistaksis (-),

Pemeriksaan Leher - Kelenjar tiroid : Tidak membesar

- Kelenjar Getah Bening : Tidak membesar, nyeri (-) - Retraksi suprasternal -JVP : (-) : tidak meningkat

24

Pemeriksaan Dada Depan : Inspeksi Palpasi Perkusi Kanan

: Kiri Inspeksi : retraksi (-) Palpasi Perkusi : ketinggalan gerak (-). : sonor pada seluruh

: retraksi (-) : ketinggalan gerak (-). : sonor pada seluruh

lapang paru Auskultasi : - Suara dasar : vesikuler - Suara tambahan : Ronkhi kering (-), wheezing (-), krepitasi (-) Belakang Palpasi Perkusi Kanan : ketinggalan gerak (-). : sonor

lapang paru Auskultasi : - Suara dasar : vesikuler - Suara tambahan : Ronkhi kering (-), wheezing (-) krepitasi (-) Kiri Palpasi : ketinggalan gerak (-). Perkusi : : sonor

Auskultasi : - Suara dasar vesikuler - Suara tambahan : Ronkhi kering (-), wheezing (-), krepitasi (-)

Auskultasi : - Suara dasar : vesikuler - Suara tambahan : Ronkhi kering (-),

wheezing(-), krepitasi(-)

25

Jantung Inspeksi Palpasi : : Iktus kordis tampak pada sela iga ke 5 Iktus kordis teraba pada sela iga ke 5 linea midclavicula kiri Perkusi : Batas jantung Kanan atas : SIC II linea para sternalis kanan. Kiri atas : SIC II linea para sternalis kiri.

Kanan bawah : SIC IV linea para sternalis kanan. Kiri bawah : SIC V linea midklavikula kiri. Auskultasi : S1 & S2 reguler, Bising jantung (-)

Pemeriksaan Abdomen Inspeksi : Bentuk bulat, defans muskular (-), venektasi (-), sikatrik (-) Auskultasi Palpasi : : Peristaltik usus (+) normal Nyeri tekan abdomen (-), Hepatomegali (-), nyeri tekan hepar (-), lien tak teraba membesar, nyeri lepas tekan (-), massa (-), Nyeri tekan suprapubik (-) Perkusi : Timpani, nyeri ketok kostovertebra (-), pekak beralih (-), undulasi (-)

Pemeriksaan Ekstremitas Tungkai Kanan Gerakan Tonus Bebas Normal Kiri Bebas Normal Kanan Bebas Normal Lengan Kiri Bebas Normal

26

Trofi Edema

Eutrofi -

Eutrofi -

Eutrofi -

Eutrofi -

Review anamnesis sistem Sistem Respiratory Sistem Cardiovascular Sistem Gastrointestinal Sistem Urinarius Sistem Reproduksi : dalam batas normal : TD = 150/90 mmHg : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal : nyeri kepala menyeluruh disertai leher

Sistem Neuromuskuloskeletal

yang terasa berat seperti ada beban, susp. tension headache

3.4. Assesment Hipertensi Grade 1

3.5. Planning Promotif Memberikan informasi mengenai gambaran umum Hipertensi, sehingga pasien diharapkan dapat memutuskan upaya pencegahan secara mandiri apa yang akan dilakukan. Preventif Memberikan informasi mengenai upaya pencegahan yang dapat dilakukkan sehingga tidak mencetuskan dan tidak memperparah kondisinya, misalnya : Perubahan pola makan yaitu diit dengan mengkonsumsi makanan kaya buah, sayur, rendah lemak hewani dan mengurangi asam lemak jenuh, diit rendah garam atau Natrium.

27

Meningkatkan aktifitas fisik misalnya dengan seperti berolahraga, jogging, melakukan beberapa aktivitas fisik,dll, minimal 30 menit sehari.

Kuratif

Positive thinking untuk mengurangi kecemasan Memanfaatkan waktu luang untuk istirahat cukup

1. Farmakologis Jika ternyata pasien menderita hipertensi maka dapat diberikan agen anti hipertensi seperti diuretik, Calcium Channel Blocker, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor, Angiotensin II reseptor inhibitor, Beta Blocker, anti adrenergik, atau vasodilator kerja langsung. Pada pasien ini untuk menangani hipertensinya diberikan Catopril 12,5 mg 2 kali sehari. Untuk nyeri kepala diberikan analgesik berupa Antalgin tablet 500 mg sehari 3 kali jika nyeri timbul.

2. Non Farmakologis Diit dengan asupan cukup kalium dan kalsium dengan mengkonsumsi makanan kaya buah, sayur, rendah lemak hewani dan mengurangi asam lemak jenuh diharapkan menurunkan TDS 8-14 mmHg Mengurangi konsumsi natrium tidak lebih dari 100 mmoU hari (6 gram NaCI), diharapkan menurunkan TDS 2-8 mmHg Pengendalian stressor-stressor psikososial Menghindari faktor resiko Meningkatkan aktifitas fisik misalnya dengan berjalan minimal 30 menit/hari diharapkan menurunkan TDS 4-9 mmHg

28

Rehabilitatif Istirahat yang cukup dan anjuran untuk control rutin sebagai monitoring untuk mencegah keadaan yang lebih buruk. Adanya kesadaran pasien untuk minum obat rutin dan lebih baik lagi jika terdapat pendamping minum obat.

3.6. Implemlentasi

Daftar Masalah Keluarga

No.

Masalah yang dihadapai

Rencana Pembinaan

Sasaran Pembinaan

Target

1.

Pasien mengalami penyakit hipertensi grade I, dan dengan adanya riwayat hiperkolesterolemia dan riwayat Hipertensi keluarga

Memberikan edukasi tentang upaya-upaya pencegahan dari penyakit yang diderita

Pasien

Pasien dapat melakukan upaya-upaya pencegahan kekambuhan dengan baik

Pasien mempunyai kebiasaan memakan makanan dengan komposisi yang kurang sehat dan jarang berolahraga secara rutin.

Memberikan motivasi Pasien untuk merubah pola hidup sehat dengan berolahraga dan makanan yang bergizi dan sehat

Pasien dapat mengatasi stressor-stressor yang dihadapinya dan dapat merubah perilaku hidup sehat

29

Pelaksanaan

Tanggal 19 November 2012

Kegiatan yang dilakukan Sambung rasa dan pengumpulan data tentang keadaan keluarga pasien yang mempengaruhi perkembangan penyakit. Anamnesis perjalanan penyakit dan pemeriksaan fisik, kelengkapan data dan menilai kondisi rumah 22 Manajemen komprehensif November kepada pasien dan keluarga. 2012 Memberikan konseling mengenai faktor resiko Hipertensi, cara menghadapi stressor dan pola hidup sehat

Sasaran pasien

Hasil Didapatkan bebeapa hal yang dapat memicu timbulnya penyakit pada pasien dan data keluarga yang mendukung. Dan pola makan yang tidak sehat Pasien lebih memahami tentang panyakit yang dideritanya dan dapat mengatasi masalah psikologisnya

Pasien

30

DAFTAR PUSTAKA Andra, 2007. Ancaman Serius Hipertensi di Indonesia. (http ://www.majalahfarmacia.com/rubric/one_news.asp?IDNews=256), diakses 27 Februari 2012..

Elsanti, Salma. 2009. Panduan Hidup Sehat Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi & Serangan Jantung, Araska, Yogyakarta. European Society of Hypertension (ESH) and European Society of Cardiology (ESC) 2007.

National High Blood Pressure Education Program. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. U.S. Department of Health and Human Services: National Institutes of Health National Heart, Lung, and Blood Institute, 2004. Rohaendi,2003. Hipertensi dan faktor resiko,

http://rohaendi.blogspot.com/2008_06_01_archive.html diakses tanggal 12 maret 2012.

Rahyani. 2007. Faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada pasien yang berobat dipoliklinik dewasa puskesmas bangking periode januari-juni 2007, http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/02/files-of-drsmed-faktor-yang berhubungan-dengan-kejadian-hipertensi.pdf , diakses tanggal 27 Februari 2012.

Sustrani, Lanny, dkk. 2006. Hipertensi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sutanto. 2009. Awas 7 Penyakit Degeneratif, Paradigma Indonesia,Yogyakarta.

31

Anda mungkin juga menyukai