Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS HDM POLI ANAK DI RUMAH SAKIT Dr.

SAIFUL ANWAR MALANG

Disusun oleh: Suci Lestari (11.036)

AKADEMI KEPERAWATAN KOSGORO KOTA MOJOKERTO 2013

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS HDM DI INSTALANSI POLI ANAK RSSA MALANG

Mahasiswa

Pembimbing ruangan

Pembimbing akademik

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ALERGI DEBU

1. KONSEP TEORI A. DEFINISI Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya nonimunogenik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing atau berbahaya. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut allergen.(Smelzer Suzanne : 2001). Reaksi alergi adalah masalah yang diderita banyak orang.Salah satu jenis alergi paling umum adalah alergi debu.Tungau debu serta jumlah debu berlebih dalam rumah bisa memicu reaksi alergi.alergi debu rumah adalah Penyakit alergi yang disebabkan paparan dengan debu rumah pada penderita atopi yang sensitif terhadap debu rumah. Alergi debu : Alergi debu disebabkan ketidakbiasaan tubuh dalam menerima kehadiran debu. Hal ini dapat menimbulkan penderita dapat mengalami bersin-bersin dalam frekuensi yang sering, flu, rasa gatal, dan hidung tersumbat. . B. ETIOLOGI a. Lingkungan b. Genetik c. Psikis

C. MANIFESTASI KLINIK Mata gatal, bersin-bersin, mengeluarkan ingus, batuk, gejala nafas sesak sampai terjadi serangan asma.Sering pula muncul keluhan mual, muntah dan diare. Sebagian gejala alergi debu hampir mirip dengan gejala alergi pada hewan peliharaan.Gejala biasanya akan semakin intensif saat seseorang membersihkan rumah, atau setelah sekedar membersihkan debu dari tempat tidur.Gejala lain yang juga muncul adalah hidung meler

dan hidung gatal, batuk, serta iritasi pada tenggorokan.Asma atau kesulitan bernafas juga bisa menjadi pertanda alergi debu. Berikut adalah daftar gejala lain yang mungkin dialami: Kemerahan di mata Eksim Alergi serbuk bunga Gatal-gatal Sinus Bengkak di bawah mata

D. ANATOMI FISIOLOGI

alergi yang disebabkan oleh alergi seperti debu, binatang, makanan, rokok dan obat-obatan. Klien dengan asma alergi biasanya mempunyai riwayat keluarga dengan alergi dan riwayat alergi rhinitis, sedangkan non alergi tidak berhubungan secara spesifik dengan alergen.Faktor-faktor seperti udara dingin, infeksi saluran pernafasan, exercise, emosi dan lingkungan dengan polusi dapat menyebabkan atau sebagai pencetus terjadinya serangan asma. Jika serangan non alergi asma menjadi lebih berat dan sering dapat menjadi bronkhitis kronik dan emphysema selain alergi juga dapat terjadi asma campuran yaitu alergi dan non alergi.

E. JENIS-JENIS ALERGI a. Asma Asma adalah peradangan saluran pernafasan yang mengakibatkan kesulitan bernafas karena menyempitnya saluran udara bronkial sehingga pasokan udara ke paruparu menjadi kurang. Asma tidak selalu disebut alergi, namun disebut sebagai gejala alergi yang disebabkan oleh alergen yang terhirup. Gejala-gejala asma yang umum adalah nafas pendek, batuk, nafas berbunyi dan dada sesak. b. Alergi Selaput Lendir hidung (Rhinitis) Alergi jenis ini dapat didiagnosa karena ada peradangan di dalam saluran hidung. Alergi ini dialami oleh 1 dari 5 orang di Amerika dan dikenal sebagai gejala sakit yang umum diseluruh dunia. Ini memicu berbagai gejala yang lain termasuk hidung tersumbat dan gatal, bersin-bersin, mata berair, hidung beringus, post nasal drip (sensasi menetesnya lendir di belakang hidung) dan hidung berair. Alergi selaput lendir hidung secara garis besar digolongkan menjadi dua grup, yaitu terus-menerus dan musiman. Alergi yang terus menerus disebabkan oleh kontak dengan alergen secara terus menerus seperti debu dan tungau (kutu mikroskopik), jamur dan bulu binatang. Alergi jenis ini yang musiman juga disebut sebagai demam rumput kering (hay fever), disebabkan serbuk sari yang terbang musiman. Kejadian alergi musiman akan timbul disaat musim serbuk sari berkembang. c. Alergi mata atau alergi Konjungtivitis Alergi ini disebabkan oleh peradangan selaput yang meliputi bola mata dan struktur dibawah bola mata. Ada 5 gejala umum dari alergi konjungtivitis yaitu, bertambahnya produksi airmata, putih mata menjadi merah begitu juga bagian dalam kelopak mata, mata menjadi gatal, pandangan kabur dan pembengkakan kelopak mata atau sekitarnya. d. Alergi Eksim Alergi eksim atau kulit meradang adalah alergi akibat bakteri yang berkembang di kulit. Karakter umum alergi kulit ini adalah peradangan atau iritasi pada kulit, bisa gatal ataupun tidak gatal. Gejalanya berbeda pada tiap orang. Kulit berbintik-bintik merah, gatal dan bengkak. Dikenal juga dengan urtikaria, karakter alergi ini adalah kulit menjadi merah pucat serta benjol bengkak di beberapa bagian

kulit yang muncul karena kontak dengan alergen. Kulit menjadi gatal dan kadang menyebabkan rasa seperti terbakar atau tersengat. Ini bisa muncul pada semua bagian tubuh termasuk permukaan kulit, telinga, tenggorokan dan lidah. Biasanya berbentuk bentol-bentol kecil, tapi pada beberapa kasus, urtikaria bisa menyebabkan benjolan sebesar piring makan. e. Alergi Makanan Ini adalah payung dari alergi yang biasanya disebut ketidak-toleranan terhadap jenis makanan. Ada beberapa jenis makanan yang bisa menyebabkan alergi yang umumnya timbul pada masyarakat Amerika termasuk alergi susu, kacang, alergi telur, alergi ikan, alergi kerang dan kedelai. Alergi makanan : Penolakan tubuh terhadap suatu makanan yang telah dikonsumsi. Gejala yang dapat ditimbulkan yaitu perut merasakan mual dan muntah, merasakan nyeri di bagian ulu hati, mengalami diare, gatal-gatal atau munculnya ruam, terjadinya pembengkakan terhadap tenggorokan, dan lain-lain. f. Alergi udara Alergi ini diakibatkan oleh alergen udara. Ketidakmampuan sistem imun menerima udara dingin misalnya dapat mengakibatkan jaringan dalam hidung menjadi bengkak, sehingga hidung pun menjadi tersumbat. Gejala yang dapat dialami jika seseorang menderita alergi udara adalah seringnya mengalami bersin-bersin, gatal-gata, mata merah dan berair. g. Alergi obat Jenis alergi ini disebabkan oleh penggunaan obat-obatan tertentu. Reaksi yang diberikan tubuh pun sangat keras. Contohnya dapat menyebabkan gatal-gatal, terdapat bercak-bercak merah pada kulit, mual dan muntah.

F. PATOFISIOLOGI

ALERGI Internal Pesikis dan genetik external lingkungan

Macam-macam alergi Asma, Alergi Selaput Lendir hidung (Rhinitis) Alergi mata atau konjungtivitis Alergi eksim,alergi makanan, alergi obat,alergi udara

faktor pencetus (alergen,emosi/setres,obat-obatan,infeksi)

alergi debu

Reaksi antigen dan antibodi

Ringan (gatal-gatal,bersin-bersin)

sedang gangguan pola nafas

berat

G. KOMPLIKASI Ada kasus yang parah alergi yang dapat mematikan. Ini disebut anafilaksis. Setiap jenis alergen dapat memicu serangan yang menghasilkan sesak napas, palpitasi, dan pembengkakan yang signifikan. Ketika saluran udara tersumbat, dan serangan berlangsung untuk sementara waktu, ini menjadi masalah yang sangat serius. Perawatan darurat diperlukan, dan harus dibawa ke perhatian dokter, sebaiknya suatu alergi. Komplikasi lain alergi termasuk Sinusitis kronis, asma dan gatal-gatal. Sinusitis kronis adalah peradangan pada sinus mana hidung tersumbat, sakit kepala dan gejala terkait lainnya dialami untuk waktu yang lama (atau mereka terus datang kembali). Asma adalah penyumbatan saluran udara, membuat seseorang tidak mampu bernapas dengan benar. Hive bengkak, benjolan kulit merah gatal yang dapat menyebabkan iritasi parah, rasa terbakar, beberapa menyengat, dan bahkan tanda goresan. H. PENATALAKSANAAN Terapi ideal adalah menghindari kontak dengan allergen penyebab dan eliminasi. Terapi simtomatis dilakukan melalui pemberian antihistamin dengan atau tanpa vasokonstriktor atau kortikosteroid per oral atau local. Untuk gejala yang berat dan lama, bila terapi lain tidak memuaskan dilakukan imunoterapi melalui desensitisasi dan hiposensitisasi atau netralisasi

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG Tes IgE spesifik dengan RAST (radio immunosorbent test) atau ELISA (enzyme linked immuno assay).Secara in vivo dengan uji intrakutan yang tunggal atau berseri, uji tusuk (prick test), uji provokasi hidung/ uji inhalasi, dan uji gores. Dilakukan diet eliminasi dan provokasi untuk alergi makanan.

J. PENCEGAHAN a. b. Hindari ruangan yang sedang dibersihkan Usahakan rumah anda mempunyai ventilasi yang baik dan sinar matahari dapat masuk c. d. e. f. g. h. i. Bersihkan AC atau kipas angin seminggu sekali Hindari kasur dan bantal kapuk Bersihkan karpet setiap hari dengan penyedot debu Hindari binatang berbulu seperti kucing atau kelinci Cucilah sprei dan sarung bantal 1 minggu sekali Hindari asap rokok Hindari ruangan yang lembab

K. PENGOBATAN ALERGI DEBU Obat antihistamin merupakan salah satu pilihan untuk meredakan alergi debu. Dekongestan akan membantu meringankan masalah hidung tersumbat.

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan

a. Biodata b. Keluhan utama c. Riwayat kesehatan klien d. Pola aktifitas atau istirahat e. Pola makan dan minum f. Pola higiene g. Pemeriksaan fisik 1. kulit, seluruh kulit harus diperhatikan apakah ada peradangan kronik, bekas garukan terutama daerah pipi dan lipatan kulit daerah fleksor. 2. Mata, diperiksa terhadap hiperemia, edema, sekret mata yang berlebihan dan katarak yang sering dihubungkan dengan penyakit atropi. 3. Telinga, telinga tengah dapat merupakan penyulit rinitis alergi. 4. Hidung, beberapa tanda yang sudah baku misal: salute, allergic crease, allergic shiners, allergic facies. 5. Mulut dan orofaring pada rinitis alergik, sering terlihat mukosa orofaring kemerahan, edema. Palatum yang cekung kedalam, dagu yang kecil serta tulang maksila yang menonjol kadang-kadang disebabkan alergi kronik. 6. Dada, diperiksa secara infeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Pada waktu serangan asma kelainan dapat berupa hiperinflasi, penggunaan otot bantu pernafasan. 7. Periksa tanda-tanda vital terutama tekanan darah. H .Pemeriksaan Diagnostik. a. Pemeriksaan pada jumlah leukosit dan hitung jenis sel. b. Pemeriksaan sel eosinofil pada sekret konjungtiva, hidung, sputum. c. Pemeriksaan serum Ig E total dan Ig G spesifik. Pemeriksaan dilakukan dengan

a. Tes kulit. Untuk menentukan antibodi Ig E spesifik dalam kulit pasien. b. Tes tusuk (Prick Test) Hasil tes negatif apabila tidak ada bentol atau eritema atau hasil tes sama dengan kontrol Hasil tes positif apabila terjadi bentul atau eritema - Positif 1 : bila didapatkan tidak ada bentul dan diameter eritema < 20 mm. - Positif 2 : bila didapatkan tidak ada bentul dan diameter eritema > 20 mm. - Positif 3 : bila didapatkan bentul dan eritema. - Positif 4 : bila didapatkan dengan psudopodia. c. Tes tempel (Patch Test) Tes negatif bila tidak ada reaksi terhadap zat yang ditempati yang menunjukkan alergi. Hasil tes positif - Positif 1 : bila ada eritema. - Positif 2 : bila ada eritema dan papula. - Positif 3 : bila ada eritema, papula dan vesikuler. d. Tes provokasi - tes hidung Hasil tes positif bila dalam beberapa menit timbul bnersin-bersin, pilek, hidung tersumbat, kadang-kadang batuk, pada mukosa hidung tampak bengkak. - Tes provokasi bronkia. Tes yang sering dipakai adalah tes kegiatan jasmani, tes inhalasi antigen, tes inhalasi metakolin, tes inhalasi histamin. e. Foto thorax

Untuk melihat komplikasi asma dan sinus paranasal untuk mengetahui komplikasi rinitis. f. Spirometri Untuk menentukan obstruksi saluran nafas baik beratnya maupun reversibilitas. g. Pemeriksaan tinja Untuk melihat cacing dan telurnya pada kasus ursikaria. B. Diagnosa Keperawatan a. ketidak efektifan pola nafas b/d obstruksi bronkial. b. Gangguan konsep diri, gambaran diri b/d adanya lesi yang menonjol. c. Gangguan pola istirahat b/d gatal-gatal. d. Intoleransi aktivitas b/d nyeri. C. Intervensi Keperawatan. a. Dx : ketidakefektifan pola pernafasan bd obstruksi bronkial. Tujuan : setelah dilakukan intervensi maka pasien mampu mempertahankan pola pernafasan efektif. Kriteria hasil : - pasien tidak mengalami sesak nafas. - bebas dari tanda dan gejala sesak nafas. Intervensi: Mengidentifikasi faktor pencetus Awasi kesesuaian pola nafas Auskultasi bunyi nafas, tandai daerah paru adanya bunyi adventisius, misal: krekels, mengi, ronchi Berikan periode istirahat yang cukup dientara waktu aktivitas perawatan Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien kontrol diri dengan nafas lambat atau dalam

Ajarkan cara batuk efektif Tepat dalam memilih tindakan terapeutik Kesulitan nafas dan peningkatan tekanan jalan nafas dapat memperburuk kondisi terjadinya komplikasi Memperkirakan adanya perkembangan komplikasi / infeksi pernafasan Menurunkan konsumsi O2.Membantu pasien mengalami efek fisiologis hipoksia yang dapat di menifestasikan sebagai rasa takut Membantu mengeluarkan sputum Rasional Berikan tambahan O2 melalui cara yang sesuai lewat masker, kanul

Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti bronkodilator, ekspektoran

Mempertahankan ventilasi / oksigenasi efektif untuk mencegah / memperbaikai krisis pernafasan Mungkin diperlukan untuk meningkatkan / mempertahankan jalan nafas

b.

Dx : gangguan konsep diri, gambaran diri b/d adanya lesi

Tujuan : setelah dilakukan intervensi maka pasien dapat meningkatkan integritas diri Kriteria hasil : - mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam menghadapi penyakit - perubahan gaya hidupIntervensi Rasional Berikan kesempatan mengungkapkan masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan. Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima keadaan atau

keterbatasan

Dukung pasien untuk mengungkapkan aktualisasi dirinya

Berikan kesempatan untuk

mengidentifikasi rasa takut atau kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung Isyarat verbal atau non verbal oranmg terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada

bagaimana pasien memandang dirinya sendiri Ungkapam perasaan pasien dapat mengurangi perasaam cemas

c.

Dx : ganguan pola istirahat b/d gatal-gatal

Tujuan : setelah dilakukan intervensi maka pasien mampu untuk mentoleransi Kriteria hasil : - pasien melaporkan dapat beristirahat dengan cukup - mengurangi atau menghilangkan rasa gatal Intervensi Rasional

Berikan bedak pada area yang gatal Beritahu pasien untuk tidak menggaruk area yang gatal Beritahu pasien untuk menghindari makanan yang dapat menimbulkan alergi Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat Mencegah terjadinya luka akibat garukan Makanan dapat memperparah gatal Mengurangi pelebaran area yang gatal

Untuk lebih mempermudah dalam proses pengobatan

d.

Dx : intolerasi aktivitas b/d nyeri

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien maka diharapkan beradaptasi dengan nyeri Kriteria hasil : - perasaan nyeri berkurang - pasien mampu melakukan aktivitas secara mandiri MandiriIntervensi Rasional Kaji derajat nyeri melalui isyarat verbal maupun non verbal

Ajarkan teknik relaksasi

Ajarkan teknik distraksi dengan masase Tindakan dan reaksi nyeri adalah individual dan berdasarkan pengalaman

Dengan nafas panjang otot menjadi kendur atau rileks sehingga nyari berkurang Dengan teknik distraksi bisa mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri

KolaborasiIntervensi

Rasional Obat-obat analgesik dapat

Berikan analgesik dan obat-obatan lain sesuai indikasi

mengurangi rasa nyeri

Anda mungkin juga menyukai