Anda di halaman 1dari 23

REFERAT ILMU KESEHATAN TELINGA, HIDUNG, TENGGOROK, KEPALA & LEHER

TES PENDENAGARAN

KONSULEN : dr.AZWAN MANDAI, SpTHT-KL DI SUSUN OLEH :

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG RSUD EMBUNG FATIMAH BATAM 2012
By Created Jalalludin, S.Ked PIN: 2A23B3F9

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami ucapkan puji dan syukur pada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Tes Pendengaran dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas di stase Ilmu THT pada kepaniteraan klinik senior di RSUD EMBUNG FATIMAH. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih belum sempurna karena menemukan berbagai kesulitan. Sehingga Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada dr.Azwan Mandai, SpTHT-KL, selaku konsulen yang telah memberi bimbingan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Batam, Desember 2012

Penulis

By Created Jalalludin, S.Ked

PIN: 2A23B3F9

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. I.1 Latar Belakang ............................................................................................. BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. II.1 Anatomi Sistem Pendengaran ...................................................................... II.2 Fisiologi Pendengaran ................................................................................. II.3 Tes Fungsi Pendengaran .............................................................................. II.3.1 Tes Bisik ........................................................................................... II.3.2 Pemeriksaan Audiometri ................................................................... II.3.3 Tes Garputala .................................................................................... II.3.3.1 Tes Rinne ................................................................................ II.3.3.2 Tes Weber ............................................................................... II.3.3.3 Tes Swabach ............................................................................ BAB III PENUTUP ...................................................................................... III.1 Kesimpulan ........................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

i ii 1 1 3 3 7 9 9 10 14 14 16 17 18 18 19

By Created Jalalludin, S.Ked

PIN: 2A23B3F9

BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul di lingkungan eksternal, yaitu masa pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi berselang seling mengenai memberan timpani. Plot gerakan-gerakan ini sebagai perubahan tekanan di memberan timpani persatuan waktu adalah satuan gelombang, dan gerakan semacam itu dalam lingukangan secara umum disebut gelombang suara.1 Secara umum kekerasan suara berkaitan dengan amplitudo gelombang suara dan nada berkaitan dengan prekuensi (jumlah gelombang persatuan waktu). Semakin besar suara semakin besar amplitudo, semakin tinggi frekuensi dan semakin tinggi nada. Namun nada juga ditentukan oleh factor - faktor lain yang belum sepenuhnya dipahami selain frekuensi dan frekuensi mempengaruhi kekerasan, karena ambang pendengaran lebih rendah pada frekuensi dibandingkan dengan frekuensi lain. Gelombang suara memiliki pola berulang, walaupun masing - masing gelombang bersifat kompleks, didengar sebagai suara musik, getaran apriodik yang tidak berulang menyebabakan sensasi bising. Sebagian dari suara musik bersala dari gelombang dan frekuensi primer yang menentukan suara ditambah sejumla getaran harmonik yang menyebabkan suara memiliki timbre yang khas. Variasi timbre mempengaruhi mengetahhi suara berbagai alat musik walaupun alat tersebut memberikan nada yang sama. 1 Telah diketahui bahwa adanya suatu suara akan menurunkan kemampuan seseorang mendengar suara lain. Fenomena ini dikenal sebagai masking (penyamaran). Fenomena ini diperkirakan disebabkan oleh refrakter relative atau absolute pada reseptor dan urat saraf pada saraf audiotik yang sebelumnya teransang oleh ransangan lain. Tingkat suatu suara menutupi suara lain berkaitan dengan nadanya. Kecuali pada lingkungan yang sangat kedap suara, Efek penyamaran suara lata akan meningkatan ambang pendengaran dengan besar yang tertentu dan dapat diukir. 1 Penyaluran suara prosesnya adalah telinga mengubah gelombang suara di lingkungan eksternal menjadi potensi aksi di saraf pendengaran. Gelombang diubah oleh
By Created Jalalludin, S.Ked PIN: 2A23B3F9

gendang telinga dan tulang-tulang pendengaran menjadi gerakan-gerakan lempeng kaki stapes. Gerakan ini menimbulkan gelombang dalam cairan telinga dalam. Efek gelombang pada organ Corti menimbulkan potensial aksidi serat-serat saraf. 1

By Created Jalalludin, S.Ked

PIN: 2A23B3F9

BAB II PEMBAHASAN

II.1.

Anatomi system pendengaran2 Merupakan organ pendengaran dan keseimbangan.Terdiri dari telinga luar, tengah dan dalam. Telinga manusia menerima dan mentransmisikan gelombang bunyi ke otak dimana bunyi tersebut akan di analisa dan di intrepretasikan. Cara paling mudah untuk menggambarkan fungsi dari telinga adalah dengan menggambarkan cara bunyi dibawa dari permulaan sampai akhir dari setiap bagian-bagian telinga yang berbeda.2 Telinga mempunyai resptor yang dibagi 2 reseptor sensorik :

1. Pendengaran (N. Coclearis)

Telinga dibagi menjadi 3 bagian : 1. Telinga luar Auricula: Mengumpulkan suara yang diterima Meatus Acusticus Eksternus : Menyalurkan atau meneruskan suara ke kanalis auditorius eksterna
By Created Jalalludin, S.Ked PIN: 2A23B3F9

Canalis Auditorius Eksternus: Meneruskan suara ke memberan timpani Membran timpani: Sebagai resonator mengubah gelombang udara menjadi gelombang mekanik 2. Telinga tengah Telinga tengah adalah ruang berisi udara yang menghubungkan rongga hidung dan tenggorokan dihubungkan melalui tuba eustachius, yang fungsinya menyamakan tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga. Tuba eustachius lazimnya dalam keadaan tertutup akan tetapi dapat terbuka secara alami ketika anda menelan dan menguap. Setelah sampai pada gendang telinga, gelombang suara akan menyebabkan bergetarnya gendang telinga, lalu dengan perlahan disalurkan pada rangkaian tulang-tulang pendengaran. Tulang-tulang yang saling berhubungan ini - sering disebut " martil, landasan, dan sanggurdi"- secara mekanik menghubungkan gendang telinga dengan "tingkap lonjong" di telinga dalam. Pergerakan dari oval window (tingkap lonjong) menyalurkan tekanan gelombang dari bunyi kedalam telinga dalam. Telinga tengah terdiri dari : Tuba auditorius (eustachius): Penghubung faring dan cavum nasofaring untuk : Proteksi: melindungi dari kuman Drainase: mengeluarkan cairan. Aerufungsi: menyamakan tekanan luar dan dalam. Tulang pendengaran (maleus, inkus, dan stapes): Memperkuat gerakan mekanik dan memberan timpani untuk diteruskan ke foramen ovale pada koklea sehingga perlimife pada skala vestibule akan berkembang. 3. Telinga Dalam Telinga dalam terdiri dari : Koklea Skala vestibule: mengandung perlimfe
By Created Jalalludin, S.Ked PIN: 2A23B3F9

Skala media: mengandung endolimfe Skala timani: mengandung perlimfe Organo corti: Mengandung sel-sel rambut yang merupakan resseptor pendengaran di memberan basilaris. Telinga dalam dipenuhi oleh cairan dan terdiri dari "cochlea" berbentuk spiral yang disebut rumah siput. Sepanjang jalur rumah siput terdiri dari 20.000 sel-sel rambut yang mengubah getaran suara menjadi getaran-getaran saraf yang akan dikirim ke otak. Di otak getaran tersebut akan di intrepertasi sebagai makna suatu bunyi. Hampir 90% kasus gangguan pendengaran disebabkan oleh rusak atau lemahnya sel-sel rambut telinga dalam secara perlahan. Hal ini dikarenakan pertambahan usia atau terpapar bising yang keras secara terus menerus. Gangguan pendengaran yang diseperti ini biasa disebut dengan sensorineural atau perseptif. Hal ini dikarenakan otak tidak dapat menerima semua suara dan frekuensi yang diperlukan untuk - sebagai contoh mengerti percakapan. Efeknya hampir selalu sama, menjadi lebih sulit membedakan atau memilah pembicaraan pada kondisi bising. Suara-suara nada tinggi tertentu seperti kicauan burung menghilang bersamaan, orang-orang terlihat hanya seperti berguman dan anda sering meminta mereka untuk mengulangi apa yang mereka katakan. Hal ini dikarenakan otak tidak dapat menerima semua suara dan frekuensi yang diperlukan untuk sebagai contoh mengerti percakapan. Contoh kecil seperti menghilangkan semua nada tinggi pada piano dan meminta seseorang untuk memainkan sebuah melodi yang terkenal. Dengan hanya 6 atau 7 nada yang salah, melodi akan sulit untuk dikenali dan suaranya tidak benar secara keseluruhan. Sekali sel-sel rambut telinga dalam mengalami kerusakan, tidak ada cara apapun yang dapat memperbaikinya. Sebuah alat bantu dengar akan dapat membantu menambah kemampuan mendengar anda. Andapun dapat membantu untuk menjaga agar selanjutnya tidak menjadi lebih buruk dari keadaan saat ini dengan menghindari sering terpapar oleh bising yang keras. 2. Keseimbangan (N. Vestibularis) a. Canalis Semisirkularis

By Created Jalalludin, S.Ked

PIN: 2A23B3F9

Canalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselarisasi anguler atau rotasional kepala, misalnya ketika memulai atau berhenti berputar, berjungkir balik, atau memutar kepala. Tiap tiap telinga memiliki tiga kanalis semesirkularis yang tegak lurus satu sama lain. b. Utrikulus Utrikulus adalah struktur seperti kantung yang terletak di dalam rongga tulang di antara kanalis semisirkularis dan koklea. Rambutrambut pada sel rambut asertif di organ ini menonjol ke dalam suatu lembar gelatinosa di atasnya, yang gerakannya menyebabkan perubahan posisi rambut serta menimbulkan perubahan potensial di sel rambut. Sel-sel rambut utrikulus mendeteksi akselerasi atau deselerasi linear horizontal, tetapi tidak memberikan informasi mengenai gerakan lurus yang berjalan konstan. c. Sacculus Sacculus adalah struktur seperti kantung yang terletak di dalam rongga tulang di antara kanalis semisirkularis dan koklea. Sacculus memiliki fungsi serupa dengan utrikulus, kecuali dia berespons secara selektif terhadap kemiringan kepala menjauhi posisi horizontal (misalnya bangun dari tempat tidur) dan terhadap akselerasi atau deselerasi loner vertical (misalnya melompat atau berada dalam elevator).

By Created Jalalludin, S.Ked

PIN: 2A23B3F9

II.2.

Fisiologi Pendengaran2 Getaran suara ditangkap oleh telinga yang dialirkan ke telinga dan mengenai memberan timpani, sehingga memberan timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan perilimfe dalam skala vestibui kemudian getaran diteruskan melalui Rissener yang mendorong endolimfe dan memberan basal ke arah bawah, perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga tingkap bundar (foramen rotundum) terdorong kearah luar. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan ion Na menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang N.VIII yang kemudian neneruskan ransangan ke pusat sensori pendengaran di otak melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis. Kelainan /Ganggaun Fisiologi Telinga1,2 1. Tuli konduktif: Karena kelainan ditelinga luar atau di telinga tengah a. Kelainan telingna luar yang menyebabkan tuli konduktif adalah astresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumsripta, osteoma liang teling. b. Kelainan telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif adalah tubakar/sumbatan tuba eustachius, dan dislokasi tulang pendengaran. 2. Tuli perseptif: Disebabkan oleh kerusakan koklea (N. audiotorius) atau kerusakan pada sirkuit system saraf pusat dari telinga. Orang tersebut mengalami penurunan atau kehilangan kemampuan total untuk mendengar suara dan akan terjadi kelainan pada : a. Organo corti b. Saraf : N.coclearis dan N.vestibularais c. Pusat pendengaran otak 3. Tuli campuran: Terjadi karena tuli konduksi yang pada pengobatannya tidak sempurna sehingga infeksi skunder (tuli persepsi juga).

By Created Jalalludin, S.Ked

PIN: 2A23B3F9

Kekurangan Pendengaran: Yang dimaksud dengan kekurangan pendengaran adalah keadaan dimana seorang kurang dpat mendengar dan mengerti suara atau percakpan yang didengar untuk mendiagnosis kurang pendengaran. Sebagi dokter umum cukuplah memperhatikan keempat aspek penting berikut ini : o Penentuan pada penderita apakah ada kurang pendengaran atau tidak. o Jenis kurang pendengaran o Derajat kurang pendengaran o Menentukan penyebab kurang pendengaran 1. Penentuan pada penderita apakah ada KP atau tidak Dalam penentuan apakah ada KP atau tidak pada penderita hal penting yang harus diperhatiakan adalah umur penderita. Respon manusia terhadap suara atau percakapan yang didengranya tergantung pada umur pertumbuhannya. Usia 6 tahun diambil sebagai batas, kurang dari 6 tahun respon anak terhadap suara atau percakapan berbeda-beda tergantung umurnya, sedangkan lebih dari 6 tahun respon anak terhadap suara atau percakapan yang didengar sama dengan orang dewasa karena luasnya aspek diagnostik KP. Pada kedua golongan umur tersebut, maka dalam makalah ini yang diuraikan hanya diagnosis KP pada anak-anak umur 6 tahun keatas dan dewasa. 2. Jenis KP Jenis KP berdasarkan lokalisasi lesi : a. KP jenis hantaran: Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga luar dan atau telinga tengah. b. KP jenis sensorineural: Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga dalam (pada koklea dan N.VIII) c. KP jenis campuran: Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga tengah dan telinga dalam.

By Created Jalalludin, S.Ked

PIN: 2A23B3F9

d. KP jenis sentral: Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada nucleus auditorius dibatang otak sampai dengan korteks otak. e. KP jenis fungsional: Pada KP jenis ini tidak dijumpai adanya gangguan atau lesi organic pada system pendengaran baik perifer maupun sentral, melainkan berdadasarkan adanya masalah psikologis atau omosional. Untuk KP jenis sentral dan fungsional mengingat masih terbatasnya pengetahuan proses pendengara diwilayah trsebut, disamping masih belum banyak dikenal teknik uji pendengaran yang dapat dimanfaatkan untuk bahan diagnostik, maka pada makalah ini akan dibatasi pada diagnosis KP jenis hantaran sensorineural dan campuran saja. 3. Menentukan penyebab KP Menetukan penyebab KP merupakan hal yang paling sukar diantara kempat batasan atau aspek tersebut diatas, untuk itu diperlukan : a. Anamnesis yang luas dan cermat tentang riwayat terjadinya KP tersebut b. Pemeriksaan umum dan khusus (telinga, hidung dan tenggorokan ) yang teliti. c. Pemeriksaan penunjang (bila diperlukan seperti foto laboratorium) Ada 3 cara yang dapat kita lakukan untuk mengetes fungsi pendengaran penderita, yaitu : 4,5,6,7 1. Tes bisik 2. Pemeriksaan audiometri 3. Tes garputala

II.3.

Tes Fungsi Pendengaran II.3.1. Tes Bisik4 Normalnya tes bisik dapat didengar 10 15 meter. Tetapi biasa dipakai patokan 6 meter. Syarat melakukan tes Bisik: 4
By Created Jalalludin, S.Ked PIN: 2A23B3F9

Pemeriksa berdiri di belakang pasien supaya pasien tidak dapat membaca gerakan bibir pemeriksa.

Perintahkan pasien untuk meletakkan satu jari pada tragus telinga yang tidak diperiksa untuk mencegah agar pasien tidap dapat mendengar suara dari telinga itu.

Bisikkan kata pada telinga pasien yang akan diperiksa. Kata harus dimengerti oleh pasien, kata dibagi atas : yang mengandung huruf lunak ( m, n, l, d, h, g ) dan yang mengandung huruf desis ( s, c, f, j, v, z ).

Suruh pasien untuk mengulang kata kata tersebut. Sebut 10 kata ( normal 80 % ), yaitu 8 dari 10 kata atau 4 dari 5 kata. Apabila penderita tidak / kurang mendengar huruf desis tuli persepsi.

Apabila penderita tidak / kurang mendengar huruf lunak tuli konduksi

II.3.2.

Pemeriksaan audiometri 1,2

By Created Jalalludin, S.Ked

PIN: 2A23B3F9

Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri. Alat ini menghasilkan nada-nada murni dengan frekuensi melalui aerphon. Pada sestiap frekuensi ditentukan intensitas ambang dan diplotkan pada sebuah grafik sebagai prsentasi dari pendengaran normal. Hal ini menghasilkan pengukuran obyektif derajat ketulian dan gambaran mengenai rentang nada yang paling terpengaruh. a. Definisi Audiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti mendengar dan mengukur (uji pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan untuk mengukur ketajaman pendengaran, tetapi juga dapat dipergunakan untuk menentukan lokalisasi kerusakan anatomis yang menimbulkan gangguan pendengaran. Audiometri adalah subuah alat yang digunakan untuk mengtahui level pendengaran seseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut dengan audiometri, maka derajat ketajaman pendengaran seseorang da[at dinilai. Tes audiometri diperlukan bagi seseorang yang merasa memiliki gangguan pendengeran atau seseorang yag akan bekerja pada suatu bidang yang memerlukan ketajaman pendngaran. Pemeriksaan audiometri memerlukan audiometri ruang kedap suara, audiologis dan pasien yang kooperatif. Pemeriksaan standar yang dilakukan adalah : 1) Audiometri nada murni Suatu sisitem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang dapat menghasilkan bunyi nada-nada murni dari berbagai frekuensi 250-500, 1000-2000, 4000-8000 dan dapat diatur intensitasnya dalam satuan (dB). Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui telepon kepala dan vibrator tulang ketelinga orang yang diperiksa pendengarannya. Masing-masing untuk menukur ketajaman pendengaran melalui hntaran udara dan hantran tulang pada tingkat intensitas nilai ambang, sehingga akan didapatkankurva hantaran tulang dan hantaran udara. Dengan membaca audiogram ini kita dapat mengtahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang. Gambaran audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran normal dan berusia sekitar 20-29 tahun merupakan nilai ambang baku pendengaran untuk nada muri.
By Created Jalalludin, S.Ked PIN: 2A23B3F9

Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran frekwuensi 20-20.000 Hz. Frekwensi dari 500-2000 Hz yang paling penting untuk memahami percakapan sehari-hari. Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran psien pada stimulus nada murni. Nilai ambang diukur dengan frekuensi yang berbeda-beda. Secara kasar bahwa pendengaran yang normal grafik berada diatas. Grafiknya terdiri dari skala decibel, suara dipresentasikan dengan aerphon (air kondution) dan skala skull vibrator (bone conduction). Bila terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai ambang pendengaran oleh bone conduction menggambarkan SNHL. 2) Audiometri tutur Audiometri tutur adalah system uji pendengaran yang menggunakan kata-kata terpilih yang telah dibakukan, dituturkan melalui suatu alat yang telah dikaliberasi, untuk mrngukur beberapa aspek kemampuan pendengaran. Prinsip audiometri tutur hampir sama dengan audiometri nada murni, hanya disni sebagai alat uji pendengaran digunakan daftar kata terpuilih yang dituturkan pada penderita. Kata-kata tersebut dapat dituturkan langsung oleh pemeriksa melalui mikropon yang dihubungkan dengan audiometri tutur, kemudian disalurkan melalui telepon kepala ke telinga yang diperiksa pendengarannya, atau kata-kata rekam lebih dahulu pada piringan hitam atau pita rekaman, kemudian baru diputar kembali dan disalurkan melalui audiometer tutur. Penderita diminta untuk menirukan dengan jelas setip kata yang didengar, dan apabila kata-kata yang didengar makin tidak jelas karena intensitasnya makin dilemahkan, pendengar diminta untuk mnebaknya. Pemeriksa mencatata presentase kata-kata yang ditirukan dengan benar dari tiap denah pada tiap intensitas. Hasil ini dapat digambarkan pada suatu diagram yang absisnya adalah intensitas suara katakata yang didengar, sedangkan ordinatnya adalah presentasi kata-kata yanag diturunkan dengan benar. Dari audiogram tutur dapat diketahui dua dimensi kemampuan pendengaran yaitu :

By Created Jalalludin, S.Ked

PIN: 2A23B3F9

a) Kemampuan pendengaran dalam menangkap 50% dari sejumlah kata-kata yang dituturkan pada suatu intensitas minimal dengan benar, yang lazimnya disebut persepsi tutur atau NPT, dan dinyatakan dengan satuan de-sibel (dB). b) Kemamuan maksimal perndengaran untuk mendiskriminasikan tiap satuan bunyi (fonem) dalam kata-kata yang dituturkan yang dinyatakan dengan nilai diskriminasi tutur atau NDT. Satuan pengukuran NDT itu adalah persentasi maksimal kata-kata yang ditirukan dengan benar, sedangkan intensitas suara barapa saja. Dengan demikian, berbeda dengan audiometri nada murni pada audiometri tutur intensitas pengukuran pendengaran tidak saja pada tingkat nilai ambang (NPT), tetapi juga jauh diatasnya. Audiometri tutur pada prinsipnya pasien disuruh mendengar kata-kata yang jelas artinya pada intensitas mana mulai terjadi gangguan sampai 50% tidak dapat menirukan kata-kata dengan tepat. Kriteria orang tuli : Ringan masih bisa mendengar pada intensitas 20-40 dB Sedang masih bisa mendengar pada intensitas 40-60 dB Berat sudah tidak dapat mendengar pada intensitas 60-80 dB Berat sekali tidak dapat mendengar pada intensitas >80 dB Pada dasarnya tuli mengakibatkan gangguan komunikasi, apabila seseorang masih memiliki sisa pendengaran diharapkan dengan bantuan alat bantu dengar (ABD/hearing AID) suara yang ada diamplifikasi, dikeraskan oleh ABD sehingga bisa terdengar. Prinsipnya semua tes pendengaran agar akurat hasilnya, tetap harus pada ruang kedap suara minimal sunyi. Karena kita memberikan tes paa frekuensi tertetu dengan intensitas lemah, kalau ada gangguan suara pasti akan mengganggu penilaian. Pada audiometri tutur, memng kata-kata tertentu dengan vocal dan konsonan tertentu yang dipaparkan kependrita. Intensitas pad pemerriksaan audiomatri bisa dimulai dari 20 dB bila tidak mendengar 40 dB dan seterusnya, bila mendengar intensitas bisa diturunkan 0 dB, berarti pendengaran baik. Tes sebelum
By Created Jalalludin, S.Ked PIN: 2A23B3F9

dilakukan audiometri tentu saja perlu pemeriksaan telinga : apakah congok atau tidak (ada cairan dalam telinga), apakah ada kotoran telinga (serumen), apakah ada lubang gendang telinga, untuk menentukan penyabab kurang pendengaran. b. Manfaat audiometri 1) Untuk kedokteran klinik, khususnya penyakit telinga 2) Untuk kedokteran klinik Kehakiman,tuntutan ganti rugi 3) Untuk kedokteran klinik Pencegahan, deteksi ktulian pada anak-anak c. Tujuan Ada empat tujuan: 1) Mediagnostik penyakit telinga 2) Mengukur kemampuan pendengaran dalam menagkap percakpan sehari-hari, atau dengan kata lain validitas sosial pendengaran : untuk tugas dan pekerjaan, apakah butuh alat pembantu mendengar atau pndidikan khusus, ganti rugi (misalnya dalam bidang kedokteran kehkiman dan asuransi). 3) Skrinig anak balita dan SD 4) Memonitor untuk pekerja-pekerja dinetpat bising.

II.3.3.

Tes Garputala Test Rinne

II.3.3.1.

Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga pasien. Ada 2 macam tes rinne , yaitu : a. Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus).
By Created Jalalludin, S.Ked PIN: 2A23B3F9

Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya b. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala didepan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras dibelakang.

Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne : 1) Normal : tes rinne positif 2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih lama) 3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan : a. Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala. b. Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-) c. Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mulamula timbul.

By Created Jalalludin, S.Ked

PIN: 2A23B3F9

Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun pasien. Kesalah dari pemeriksa misalnya meletakkan garputala tidak tegak lurus, tangkai garputala mengenai rambut pasien dan kaki garputala mengenai aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak planum mastoid pasien tebal. Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak mendengar bunyi garputala saat kita menempatkan garputala di planum mastoid pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garputala sudah berhenti saat kita memindahkan garputala kedepan meatus akustukus eksternus. II.3.3.2. Test Weber

Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar atau sama-sama mendengar maka berarti tidak ada lateralisasi. Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga akan terdengar diseluruh bagian kepala. Pada keadaan patologis pada MAE atau cavum timpani misal:otitis media purulenta pada telinga kanan. Juga adanya cairan atau pus di dalam cavum timpani ini akan bergetar, bila ada bunyi segala getaran akan didengarkan di sebelah kanan.

Interpretasi: a. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya.
By Created Jalalludin, S.Ked PIN: 2A23B3F9

b. Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya: 1) Tuli konduksi sebelah kanan, missl adanya otitis media disebelah kanan. 2) Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada telinga kanan lebih hebat. 3) Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu, maka di dengar sebelah kanan. 4) Tuli persepsi pada kedua telinga, tetapi sebelah kiri lebih hebat dari pada sebelah kanan. 5) Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kanan jarang terdapat.

II.3.3.3.

Test Swabach

Tujuan : Membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa (normal) dengan probandus. Dasar : Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan oleh : Getaran yang datang melalui udara. Getaran yang datang melalui tengkorak, khususnya osteo temporale Cara Kerja : Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak kepala probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin lama makin melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Pada saat garputala tidak mendengar suara garputala, maka penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke puncak kepala orang yang diketahui normal ketajaman pendengarannya

(pembanding). Bagi pembanding dua kemungkinan dapat terjadi : akan mendengar suara, atau tidak mendengar suara.

By Created Jalalludin, S.Ked

PIN: 2A23B3F9

Interpretasi: a. Normal jika pemeriksa sudah tak dapat mendengar suara dari garpu tala, maka penderita juga tidak dapat mendengar suara dari garpu tala tersebut. b. Tuli Konduksi apabila pemeriksa sudah tidak dapat mendengar suara dari garpu tala tetapi penderita masih dapat mendengarnya ( Schwabach memanjang ). c. Tuli persepsi apabila pemeriksa masih dapat mendengar suara dari garpu tala tetapi penderita sudah tidak dapat mendengar lagi

By Created Jalalludin, S.Ked

PIN: 2A23B3F9

BAB III PENUTUP


III.1. Kesimpulan Ada 3 cara yang dapat kita lakukan untuk mengetes fungsi pendengaran yaitu: 1. Tes bisik 2. Pemeriksaan audiometri 3. Tes garputala Audiometri adalah subuah alat yang digunakan untuk mengtahui level pendengaran seseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut dengan audiometri, maka derajat ketajaman pendengaran seseorang da[at dinilai. Tes audiometri diperlukan bagi seseorang yang merasa memiliki gangguan pendengeran atau seseorang yag akan bekerja pada suatu bidang yang memerlukan ketajaman pendngaran. Pemeriksaan audiometri memerlukan audiometri ruang kedap suara, audiologis dan pasien yang kooperatif Tes garputala dapat dibagi lagi menjadi: 1. Tes Rinne. Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga pasien. 2. Tes Weber. Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga pasien. 3. Tes Swabach. Tujuan : Membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa (normal) dengan probandus

By Created Jalalludin, S.Ked

PIN: 2A23B3F9

DAFTAR PUSTAKA

1. Jerger,J.F and Hayes,D : The Cross-check Principle in Pediatric Audiometry. Arch Otolaryngol. 2003 2. h.m djauhari, 2009. pengantar fisiologi tubuh manusia.Bina rupa aksara publisher.Tanggerang 3. Finitzo-Hieber ,T : Auditory Brainstem Response : Its place in Infant Audiological Evaluations. Sem Speech Lang and Hear. 2005 4. Anonymous., 2012. The Whisper Tes t. www.privatehealth.co.uk/diseases/earnose-throat/barotrauma-of-the-ear. 5. Anonymous., 2012. The Ear Inspection. www.entornomedico.org /salud/saludyenfermedades/alfa-omega/barotrauma. 6. Anonymous., 2012. The Schwabach Test. www.yahoohealth.com 7. Anonymous., 2012. The Rinne Test. www.paraqueestesbien.com/ hombre/cabeza/oidos/oidos3.

By Created Jalalludin, S.Ked

PIN: 2A23B3F9

Anda mungkin juga menyukai

  • Referat Herlina Anggraini Unmal
    Referat Herlina Anggraini Unmal
    Dokumen22 halaman
    Referat Herlina Anggraini Unmal
    Herlina Anggraini Jalalludin
    Belum ada peringkat
  • LEMS
    LEMS
    Dokumen5 halaman
    LEMS
    Herlina Anggraini Jalalludin
    Belum ada peringkat
  • Akut Abdomen 2
    Akut Abdomen 2
    Dokumen33 halaman
    Akut Abdomen 2
    Herlina Anggraini Jalalludin
    Belum ada peringkat
  • Power Point TB Paru Herlina Anggraini
    Power Point TB Paru Herlina Anggraini
    Dokumen25 halaman
    Power Point TB Paru Herlina Anggraini
    Herlina Anggraini Jalalludin
    Belum ada peringkat
  • Arthtritis Gout
    Arthtritis Gout
    Dokumen45 halaman
    Arthtritis Gout
    Herlina Anggraini Jalalludin
    Belum ada peringkat
  • Panduan Pelayanan Medis DSM RSUD
    Panduan Pelayanan Medis DSM RSUD
    Dokumen106 halaman
    Panduan Pelayanan Medis DSM RSUD
    Herlina Anggraini Jalalludin
    Belum ada peringkat
  • Ileus Obtusktif Ok 1
    Ileus Obtusktif Ok 1
    Dokumen37 halaman
    Ileus Obtusktif Ok 1
    Jalalludin Ikhsan
    Belum ada peringkat
  • Osteo at Ritis
    Osteo at Ritis
    Dokumen27 halaman
    Osteo at Ritis
    Herlina Anggraini Jalalludin
    Belum ada peringkat
  • Osteosarkoma 2
    Osteosarkoma 2
    Dokumen24 halaman
    Osteosarkoma 2
    Herlina Anggraini Jalalludin
    Belum ada peringkat
  • Luka Bakar
    Luka Bakar
    Dokumen22 halaman
    Luka Bakar
    Jalalludin Ikhsan
    Belum ada peringkat
  • Asthma Protocol Siap Upload
    Asthma Protocol Siap Upload
    Dokumen4 halaman
    Asthma Protocol Siap Upload
    Jalalludin Ikhsan
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar THT
    Kata Pengantar THT
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar THT
    Herlina Anggraini Jalalludin
    Belum ada peringkat
  • Osteosarkoma
    Osteosarkoma
    Dokumen24 halaman
    Osteosarkoma
    Jalalludin Ikhsan
    Belum ada peringkat
  • ISPA
    ISPA
    Dokumen10 halaman
    ISPA
    Jalalludin Ikhsan
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantarik Us
    Kata Pengantarik Us
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantarik Us
    Herlina Anggraini Jalalludin
    Belum ada peringkat
  • Kon Trase Psi
    Kon Trase Psi
    Dokumen23 halaman
    Kon Trase Psi
    Herlina Anggraini Jalalludin
    Belum ada peringkat
  • Ileus Obtusktif Ok
    Ileus Obtusktif Ok
    Dokumen37 halaman
    Ileus Obtusktif Ok
    Herlina Anggraini Jalalludin
    Belum ada peringkat
  • Imunisasi US
    Imunisasi US
    Dokumen2 halaman
    Imunisasi US
    Herlina Anggraini Jalalludin
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Herlina Anggraini Jalalludin
    Belum ada peringkat
  • Referat Ilmu Kesehatan Anak
    Referat Ilmu Kesehatan Anak
    Dokumen15 halaman
    Referat Ilmu Kesehatan Anak
    Herlina Anggraini Jalalludin
    Belum ada peringkat
  • UAS Tranlate Anastesi
    UAS Tranlate Anastesi
    Dokumen19 halaman
    UAS Tranlate Anastesi
    Herlina Anggraini Jalalludin
    Belum ada peringkat
  • Septum Deviasi
    Septum Deviasi
    Dokumen14 halaman
    Septum Deviasi
    Herlina Anggraini Jalalludin
    Belum ada peringkat
  • Referat Ikterus Neonatorum
    Referat Ikterus Neonatorum
    Dokumen23 halaman
    Referat Ikterus Neonatorum
    Herlina Anggraini Jalalludin
    Belum ada peringkat
  • Ar 464 29052013 JK1GK
    Ar 464 29052013 JK1GK
    Dokumen2 halaman
    Ar 464 29052013 JK1GK
    Herlina Anggraini Jalalludin
    Belum ada peringkat
  • 3 Mantra Kehidupan
    3 Mantra Kehidupan
    Dokumen2 halaman
    3 Mantra Kehidupan
    Herlina Anggraini Jalalludin
    Belum ada peringkat
  • Gold Standar Pemeriksaan
    Gold Standar Pemeriksaan
    Dokumen3 halaman
    Gold Standar Pemeriksaan
    Herlina Anggraini Jalalludin
    Belum ada peringkat
  • Absens I
    Absens I
    Dokumen1 halaman
    Absens I
    Herlina Anggraini Jalalludin
    Belum ada peringkat
  • Uveitis Anterior
    Uveitis Anterior
    Dokumen35 halaman
    Uveitis Anterior
    Herlina Anggraini Jalalludin
    Belum ada peringkat
  • Absens I
    Absens I
    Dokumen1 halaman
    Absens I
    Herlina Anggraini Jalalludin
    Belum ada peringkat