Anda di halaman 1dari 17

TATACARA BERPRODUKSI PRODUK HALAL UNTUK USAHA KECIL DAN MIKRO

Lembaga Pengkajian Pangan Obat dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia C 2011

Pedoman Sertifikasi Halal untuk UKM


a. Pendahuluan Pedoman sertifikasi halal ini disusun untuk memberikan panduan bagi produsen Usaha Kecil dan skala Mikro untuk berproduksi secara halal dan layak untuk mendapatkan sertifikat halal MUI. Pedoman ini dibuat secara sederhana, praktis dan diharapkan mudah dimengerti oleh para pelaku usaha. b. Pentingnya Sertifikasi Halal Mengkonsumsi makanan yang halal dan thayib adalah suatu kewajiban bagi kaum muslimin, sebagaimana yang termaktub dalam Al Quran Surah Al-Baqarah 168 : Hai sekalian umat manusia makanlah dari apa yang ada di bumi ini secara halal dan baik. Dan janganlah kalian ikuti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya ia adalah musuh yang nyata bagi kalian. Karena mengkonsumsi makanan halal merupakan kewajiban, maka memproduksi dan menjamin kehalalan produk yang dikonsumsi masyarakat juga merupakan suatu kewajiban. Pada dasarnya bahan makanan yang ada di muka bumi ini adalah halal, kecuali beberapa yang disebutkan sebagai bahan haram. Bahan makanan yang diharamkan dalam Islam pada dasarnya sedikit. Al Quran mengharamkan darah, bangkai, babi, hewan yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah dan minuman keras (khamer). Beberapa jenis hewan yang diharamkan dalam hadits antara lain binatang buas, binatang yang hidup di dua alam, binatang yang menjijikkan, burung yang bercakar tajam dan binatang bertaring. Dengan perkembangan teknologi pengolahan, bahan-bahan haram tersebut banyak dijadikan sebagai bahan tambahan dan atau bahan penolong dalam proses produksi. Suatu produk olahan yang beredar di pasaran akan sulit diidentifikasi konsumen. Hal tersebut membuat ketentram batinnya terganggu dalam mengkonsumsi produk tersebut. Oleh karena itu perlu ada ketetapan hukum yang menentukan apakah suatu produk halal atau haram. c. Persyaratan Sertifikasi Halal Persyaratan umum untuk memperoleh sertifikat halal MUI meliputi : Persyaratan Usaha Perusahaan telah menerapkan standard kebersihan dan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Persyaratan Bahan Semua bahan (bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong) yang digunakan harus halal. Bahan halal adalah bahan yang bersertifikat halal MUI atau lembaga lain yang diakui MUI atau merupakan bahan yang tidak kritis. Seluruh bahan (baku, tambahan dan penolong) yang digunakan perusahaan dan telah disetujui oleh LPPOM MUI didokumentasikan dalam bentuk Daftar (Matrik) Bahan dan Produk yang ditandatangani oleh pihak perusahaan dan Direktur LPPOM MUI (contoh Lampiran 1& 2)

Persyaratan Fasilitas dan Alat Produksi Fasilitas produksi dan peralatan pembantu tidak boleh digunakan secara bersama atau bergantian untuk produk yang mengandung babi atau turunannya. Fasilitas produksi sebaiknya terpisah dari fasilitas untuk keperluan lain (rumah tangga atau keperluan lainnya yang tidak terkait dengan produk halal)

Persyaratan Proses Produksi Proses produksi harus dilakukan secara baik dan bersih, sehingga dapat menghindari terjadinya kontaminasi barang haram dan najis

Persyaratan Produk Nama produk tidak boleh merupakan atau mengarah pada sesuatu yang haram/ritual agama lain. Perusahaan harus mendaftarkan semua merek dari jenis produk yang sama. Untuk produk restoran semua menu yang dijual harus halal.

Persyaratan Sistem Jaminan Halal Perusahaan harus menerapkan Sistem Jaminan Halal. Sistem Jaminan Halal (SJH) dimulai dari komitmen pengusaha (pemilik) untuk memproduksi halal secara berkesinambungan dalam bentuk dokumen dan prosedur-prosedur yang disusun, diterapkan dan dipelihara untuk menghasilkan produk halal, menghindari kontaminasi terhadap produk halal dan menjamin tidak adanya penyimpangan pada proses pengembangan produk. Secara detail penerapan SJH akan dipandu dalam PEDOMAN SISTEM JAMINAN HALAL yang terdapat pada chapter f di Pedoman ini.

d. Pedoman Memperoleh Sertifikat Halal - Pendaftaran Perusahaan membeli formulir beserta buku pedoman memperoleh sertifikat halal, mengisi formulir dan mengembalikannya kepada secretariat LPPOM MUI - Pelatihan/ Penyuluhan dan Pembuatan SJH

Perusahaan mengirimkan penanggungjawab halal untuk ikut pelatihan yang diadakan LPPOM MUI untuk mendapatkan penjelasan mengenai prosedur, pemilihan bahan dan pelaksanaan system jaminan halal Pemeriksaan Lapang (auditing) Auditor LPPOM MUI akan melakukan pemeriksaan di lokasi produksi. Pemeriksaan menyangkut bahan, gudang, tempat dan sarana produksi, serta penerapan system jaminan halal. Selama peninjauan proses produksi harus sedang berlangsung. Rapat Auditor dan Rapat Komisi Fatwa Hasil pemeriksaan lapang akan dibawa ke rapat auditordan rapat komisi fatwa. Dalam rapat tersebut akan dibahas temuan-temuan selama audit ditinjau dari aspek teknis dan syariah. Jika masih ada hal-hal yang belum lengkap, baik dari segi bahan, proses maupun manajemen, maka akan disampaikan kepada pihak perusahaan untuk dilakukan perbaikan. Jika semua perbaikan itu sudah dilakukan dengan baik dan telah memenuhi standar kehalalan MUI, maka akan diterbitkan sertifikat. Pengeluaran Sertifikat Halal Sertifikat halal yang sudah dikeluarkan akan diberikan kepada perusahaan dan berlaku selama 2 (dua) tahun dengan catatan bahwa seluruh bahan, proses dan produknya tidak ada perubahan. Jika dalam masa berlaku sertifikat halal tersebut terdapat perubahan bahan, penambahan atau perubahan produk dan perubahan proses, maka harus dilaporkan sesuai dengan pelaksanaan SJH.

e. Biaya Biaya yang diperlukan terdiri dari biaya Pendaftaran, biaya Sertifikasi Halal - Biaya Pendaftaran Biaya Pendaftaran terdiri dari Formulir, buku panduan dan penyuluhan. Biaya pendaftaran adalah sebesar Rp 100.000 - Biaya Sertifikasi Halal Biaya sertifikasi halal terdiri dari biaya untuk: Honor 2 orang auditor satu hari Rapat auditor Pembuatan laporan hasil audit Rapat fatwa Pengembangan organisasi Sosialisasi, Pengawasan dan Sidak Operasional kantor Secara rata-rata, biaya sertifikasi halal ini disesuaikan dengan skala usaha. Untuk usaha kecil dan mikro (Rumah Tangga) sebesar Rp 1.200.000 s/d Rp. 2 500 000,. Biaya tersebut ditransfer melalui rekening atas nama LP POM MUI.

Bila audit memerlukan biaya transportasi dan akomodasi dibayarkan oleh perusahaan sesuai kebutuhan audit tersebut. f. Sistem Jaminan Halal Sistem jaminan halal diterapkan melalui sebuah Pedoman SJH. Format Pedoman SJH diberikan dalam bentuk di bawah ini.

PEDOMAN SISTEM JAMINAN HALAL PERUSAHAAN .

Logo Perusahaan ( jika ada )

Tahun :

SURAT PERNYATAAN DAN PENGESAHAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Alamat : :

Nomor KTP

adalah pimpinan perusahaan menyatakan dan mengesahkan dengan sebenarnya bahwa Manual Sistem Jaminan Halal ini disusun sesuai dengan kondisi perusahaan dan dijadikan pedoman dalam proses produksi halal di perusahaan.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Yang menyatakan,

(.)

INFORMASI UMUM PERUSAHAAN (diisi oleh perusahaan) Nama Perusahaan Alamat Perusahaan Alamat Tempat Produksi (Pabrik) Telp/Fax E-mail Nama Pemilik Jenis Produk Nama Produk : : : : : : : : : : No Sertifikat Halal MUI Tahun mendapatkan Sertifikat Halal MUI Jumlah Produksi (rata-rata/minggu) Jumlah Karyawan Daerah Pemasaran : : : : :

I.

KEBIJAKAN HALAL

Kebijakan halal merupakan pernyataan tertulis tentang komitmen (tekad) perusahaan untuk memproduksi produk halal secara konsisten, mencakup konsistensi (menjaga untuk tidak berubah) dalam penggunaan dan pengadaan bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong serta konsistensi dalam proses produksi halal sesuai dengan syariat Islam.

PERNYATAAN KEBIJAKAN HALAL PERUSAHAAN ....................................................... Dengan ini kami menyatakan bahwa perusahaan berkomitmen pada halal dengan senantiasa mengikuti aturan berproduksi halal yang ditetapkan LPPOM MUI .............., ....................200... Pimpinan Perusahaan,

( ........................................................)

II.

PANDUAN HALAL

2.1. Pengertian Halal Dan Haram 1. 2. 3. Halal adalah boleh. Pada kas makanan, kebanyakan makanan termasuk halal kecuali secara khusus disebutkan dalam Al Quran atau Hadits. Haram adalah sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT untuk dilakukan dengan larangan yang tegas. Makanan haram adalah makanan yang dilarang mengkonsumsinya dengan larangan yang tegas di dalam Al Quran dan Hadits. Fatwa adalah ketetapan hukum terhadap suatu permasalahan yang dilakukan oleh ulama dan menetapkannya sebagai sesuatu yang halal atau haram berdasarkan kaidah hukum islam. Dalam hal produk pangan, obat dan kosmetika, Fatwa adalah ketetapan hukum terhadap suatu produk yang dilakukan oleh Komisi fatwa berdasarkan hasil auditing (pemeriksaan) yang dilakukan LPPOM MUI

2.2. Halal Dan Haram dalam Produk Pangan, Obat dan kosmetika Mengkonsumsi makanan yang halal dan thayib adalah suatu kewajiban bagi kaum muslimin, sebagaimana yang termaktub dalam Al Quran Surah Al-Baqarah 168 : Hai sekalian umat manusia makanlah dari apa yang ada di bumi ini secara halal dan baik. Dan janganlah kalian ikuti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya ia adalah musuh yang nyata

bagi kalian. Karena mengkonsumsi makanan halal merupakan kewajiban, maka memproduksi dan menjamin kehalalan produk yang dikonsumsi masyarakat juga merupakan suatu kewajiban. Pada dasarnya bahan makanan yang ada di muka bumi ini adalah halal, kecuali beberapa yang disebutkan sebagai bahan haram. Bahan makanan yang diharamkan dalam Islam pada dasarnya sedikit. Al Quran mengharamkan darah, bangkai, babi, hewan yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah dan minuman keras (khamer). QS Al-Maidah 3 : Diharamkan bagi kalian bangkai, darah, daging babi, hewan yang disembelih dengan atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas kecuali yang kalian sempat menyembelihnya. Dan diharamkan pula bagi kalian binatang yang disembelih di sisi berhala. QS Al-Maidah 90-91 : Wahai orang-orang yang beriman sesungguhnya meminum khamr, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kalian mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syetan itu hendak menimbulkan permusuhan dan perbencian di antara kalian lantaran meminum khamr dan berjudi dan menghalangi kalian dari mengingat Allah dan shalat, maka apakah kalian berhenti dari mengerjakan pekerjaan itu. Beberapa jenis hewan yang diharamkan dalam hadits antara lain binatang buas, binatang yang hidup di dua alam, binatang yang menjijikkan, burung yang bercakar tajam dan binatang bertaring. Dengan perkembangan teknologi pengolahan, bahan-bahan haram tersebut dapat masuk ke dalam produk yang dikonsumsi masyarakat tanpa disadari. Oleh karena itu perlu ada ketetapan hukum yang menentukan apakah suatu produk halal atau haram. Jika suatu bahan makanan adalah makanan segar atau bahan yang sudah jelas kehalalannya, maka bahan tersebut dapat langsung digunakan. Untuk bahan olahan yang kritis, maka diberikan panduan bahan-bahan yang telah bersertifikat halal MUI yang terdapat pada daftar produk halal. 2.3. Daftar Bahan Kritis yang Telah Bersertifikat Halal MUI (Lihat Lampiran) 2.4. Pembuatan Daftar Bahan Seluruh bahan yang digunakan dalam proses produksi dimasukkan dalam daftar bahan dengan format yang dicontohkan pada table 1 di bawah.

Tabel 1. Daftar Bahan yang digunakan di Perusahaan .............................. No 1 Nama Bahan Daging Merk Produsen RPH Bahan Kritis/Tidak K Keterangan Sertifikat halal atau selalu membeli dari RPH pemerintah yg terjamin kehalalannya

Margarin

Blueband Unilever

Selalu membeli merek yg sama atau merek lain yg terdapat pada daftar halal

Beras

Pasar

TK

Bahan segar

Perlakuan tindakan pencegahan terhadap bahan-bahan yang terdapat pada Tabel 1 adalah dengan hanya menggunakan bahan yang terdapat pada Daftar Produk Halal terbaru atau ada surat persetujuan penggunaan bahan dari LPPOM-MUI. 2.5. Penetapan Titik Kritis Proses Produksi dan Tindakan Pencegahannya Tabel 2. berikut merupakan uraian seluruh kegiatan yang dilakukan perusahaan pada proses produksi halal. Uraian tersebut dimulai dari proses pemilihan bahan, pembelian bahan sampai dengan pemasaran produk.

Tabel 2. Uraian Kegiatan Proses Produksi Halal di Perusahaan ...................................... No 1 Nama Kegiatan Pencampuran bahan Uraian Proses Kegiatan Tindakan Pencegahan

Pencampuran semua bahan dan Pastikan semua bahan pengadukan hingga homogen halal, tidak tercampur bahan lain dan terjaga kebersihannya Pemasakan bahan dengan pemanasan Pastikan proses pemasakan berlangsung dengan bersih dan tidak terkontaminasi

Pemasakan

III. AUDITOR HALAL INTERNAL (Pengawas Halal) 3.1. Pengertian Auditor Halal Internal (AHI) atau Pengawas Halal adalah seorang yang ditunjuk oleh perusahaan yang bertugas sebagai pengelola seluruh fungsi dan aktivitas dalam menghasilkan produk halal dan diangkat melalui SK pengangkatan oleh pimpinan perusahaan. 3.2. Persyaratan AHI Persyaratan sebagai Auditor Halal Internal adalah : 1. 2. 3. 4. 5. Karyawan tetap perusahaan bersangkutan Seorang muslim yang mengerti dan menjalankan syariat Islam. Memahami bahan dan proses produksi secara keseluruhan, termasuk titik kritis keharamannya. Terlibat dalam proses produksi Diangkat melalui surat keputusan pimpinan perusahaan dan diberi kewenangan untuk melakukan tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan proses produksi halal (termasuk tindakan penghentian produksi jika terjadi penyimpangan)

3.3.

Tugas dan Wewenang AHI Tugas AH adalah sebagai berikut : 1. Menyusun manual Sistem Jaminan Halal di perusahaan secara tertulis. 2. Melaksanakan sistem jaminan halal di perusahaan. 3. Membuat laporan pelaksanaan sistem jaminan halal di perusahaan. 4. Melakukan komunikasi dengan pihak LPPOM MUI . 5. Dalam pembuatan produk baru, AHI akan memilih bahan yang telah tertulis pada daftar bahan yang telah diketahui oleh LPPOM MUI. Jika harus menggunakan bahan diluar daftar bahan tersebut maka AHI akan memilih bahan yang sudah bersertifikat halal atau mengkonsultasikan rencana penggunaannya kepada LPPOM MUI. 6. Melakukan proses produksi yang bersih dan bebas dari bahan haram dan najis. 7. Menjalankan kegiatan produksi sesuai dengan daftar formulasi bahan yang telah disetujui oleh AHI dan diketahui oleh LPPOM MUI. 8. Memisahkan bahan untuk produksi dengan yang non produksi. 9. Memonitor pembelian bahan yang sesuai dengan daftar bahan yang telah disetujui AHI dan diketahui oleh LPPOM MUI. 10. Mencatat semua transaksi pembelian dan menyimpan bukti-bukti pembelian lengkap dengan merk serta kodenya. 11. Melakukan penyimpanan bahan dan produk yang dapat menjamin bebas dari kontaminasi segala sesuatu yang haram dan najis.

12. Melaksanakan penyimpanan bahan dan produk sesuai dengan daftar bahan dan produk yang telah disetujui oleh auditor halal internal dan diketahui oleh LPPOM MUI. 13. Memastikan produk halal perusahaan terdistribusi dengan baik yaitu tidak terkontaminasi silang dengan produk lain yang diragukan kehalalannya. Wewenang AHI adalah sebagai berikut. 1. Menolak bahan yang tidak sesuai dengan daftar bahan yang disetujui AHI dan diketahui LPPOM MUI 2. Menghentikan proses produksi jika terjadi kontaminasi dengan bahan yang diragukan kehalalan Personal Auditor Halal Internal Berikut adalah nama personal yang bertugas sebagai Auditor Halal Internal di Perusahaan ........................................................................................................ 1. ...........................................................jabatan .............................................. 2. ...........................................................jabatan .............................................. 3. ...........................................................jabatan .............................................. IV. ACUAN TEKNIS PELAKSANAAN SJH Acuan teknis pelaksanaan Sistem Jaminan Halal berfungsi sebagai dokumen untuk membantu pekerjaan bidang-bidang terkait dalam melaksanakan fungsi kerja manajemen halal. Adapun acuan teknis tersebut adalah : 1. 2. 3. 4. 5. V. Buku Panduan Memperoleh Sertifikat Halal Daftar Produk Halal terbaru yang dikeluarkan LPPOM MUI Daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok dan produsen yang telah disetujui auditor halal internal dan diketahui oleh LP POM MUI. (Tabel 1) Resep produk sesuai dengan matriks bahan Penetapan Titik Kritis Proses Produksi dan Tindakan Pencegahannya (Tabel 2) PELATIHAN DAN PENYULUHAN SISTEM JAMINAN HALAL

Perusahaan harus mengikuti pelatihan/ penyuluhan yang diselenggarakan LPPOM MUI untuk menjelaskan pedoman mendapatkan sertifikat halal dan penerapan sistem jaminan halal. Tujuan dari pelatihan/ penyuluhan adalah : 1. Meningkatkan pemahaman terhadap hukum-hukum Islam tentang pentingnya kehalalan suatu produk 2. Meningkatkan kepedulian terhadap proses produksi halal dan mampu menerapkannya di tingkat operasional.

VI. ADMINISTRASI DAN DOKUMENTASI PELAKSANAAN SJH Perusahaan dalam mengoptimalkan pelaksanaan SJH didukung oleh administrasi pembukuan dan dokumentasi yang rapi, sehingga akan mempermudah penelusuran kembali jika terjadi permasalahan dalam pelaksanaan produksi halal. Administrasi pembukuan yang terutama adalah pencatatan pembelian bahan baku, bahan tambahan dan penolong pada buku catatan pembelian bahan. Format minimal buku catatan pembelian bahan tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 3. Buku Catatan Pembelian Bahan No Tgl Pembelian Nama Bahan Merk Bahan Jumlah

Sedangkan dokumentasi pelaksanaan SJH meliputi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pedoman SJH Perusahaan Buku Catatan Pembelian Bahan, termasuk arsip bukti pembeliannya (faktur/bon) Form pendaftaran Pengajuan Sertifikat Halal Daftar Bahan-bahan yang digunakan dalam produksi Daftar Formula atau Resep Produksi Daftar Bahan di Gudang Laporan Berkala ke LPPOM-MUI

VII. PELAPORAN PELAKSANAAN SJH Perusahaan akan membuat Laporan Berkala Pelaksanaan SJH kepada LP POM MUI setiap periode 6 bulan sekali dengan format sebagai berikut :

FORMAT LAPORAN BERKALA KE LPPOM MUI, terdiri : 1. Laporan tentang perubahan-perubahan yang terjadi selama 6 bulan terakhir yang mencakup : a. Perubahan Nama Perusahaan : 1. Ada 2. Tidak Keterangan : ...... b. Perubahan Pemilik Perusahaan : 1. Ada 2. Tidak Keterangan : ...... c. Perubahan Alamat Perusahaan : 1. Ada 2. Tidak Keterangan : ...... d. Perubahan AHI Perusahaan : 1. Ada 2. Tidak Keterangan : ...... e. Perubahan Bahan : 1. Ada 2. Tidak Keterangan : ...... f. Perubahan Produk : 1. Ada 2. Tidak Keterangan : ...... g. Perubahan Resep produk: 1. Ada 2. Tidak

Keterangan : ......

h. Perubahan Cara Produksi : 1. Ada 2. Tidak

Keterangan : ...... i. Perubahan Sistem Jaminan Halal :1. Ada 2. Tidak

Keterangan : ......

2.

Hal-hal lain yang perlu dilaporkan : .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... ..........................................................................................................................................

Anda mungkin juga menyukai