Anda di halaman 1dari 15

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA PESERTA JAMKESMAS MENGGUNAKAN METODE AHP DAN TOPSIS Nurus Shaleh Jurusan Teknik

Informatika Fakultas Teknik Universitas Islam Madura Pamekasan Nurus06@gmail.com

ABSTRAK Tugas Akhir ini bertujuan merancang sebuah aplikasi sistem pendukung keputusan penentuan peserta jamkesmas dengan menggunakan metode AHP dan TOPSIS sehingga dapat digunakan pada sebuah instansi kesehatan. Sistem ini memiliki keunikan yakni dibuat secara fleksibel sehingga jika terjadi perubahan pada kriteria-kriteria penilaian yang digunakan, maka dapat disesuaikan sewaktu-waktu jika diperlukan. Kriteria yang digunakan dalam Tugas Akhir ini berjumlah 4 kriteria yang kesemuanya berasal dari Badan Pusat Statistik. Hasil Tugas Akhir ini menunjukan bahwa metode AHP dan TOPSIS mampu menghasilkan urutan rangking dari calon peserta jamkesmas yang telah diseleksi. Aplikasi pada penilitian ini diimplementasikan dengan menggunakan bahasa pemrograman visual basic dan databasenya menggunakan Microsoft Acces 2003. Dengan demikian sistem ini diharapkan dapat membantu para pengambil keputusan dalam penentuan peserta jamkesmas Kata Kunci : sistem pendukung keputusan, AHP ,TOPSIS, perangkat lunak, fleksibel, jamkesmas

I.

Pendahuluan Jaminan Kesehatan Masyarakat merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan, sebagaimana yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H, yang menetapkan bahwa kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin. Seiring keberhasilan yang telah dicapai pada program Jamkesmas ini, masih ada permasalahan yang perlu dibenahi, salah satunya dalam hal penentuan peserta Jamkesmas itu sendiri. Karena saat ini banyak

Jamkesmas yang dinilai tidak tepat sasaran, dimana masih banyak orang yang seharusnya berhak, justru tidak mendapatkan dana bantuan tersebut. Selama ini kepesertaan Jamkesmas ditetapkan langsung oleh Pemerintah Daerah (Depkes, 2008). Hal ini berdampak adanya subjektifitas di dalam penentuan peserta Jamkesmas, terutama jika beberapa calon peserta yang ada memiliki tingkat kelayakan yang tidak jauh berbeda. Fakta di atas merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh pemerintah saat ini. Oleh karenanya, guna membantu mempercepat dan mempermudah serta mengurangi subjektifitas di dalam proses

pengambilan keputusan dalam hal ini penentuan peserta Jamkesmas, diperlukan suatu bentuk sistem pendukung keputusan (Decision Support System). Tujuannya adalah untuk membantu pengambil keputusan memilih berbagai alternatif keputusan yang merupakan hasil pengolahan informasi-informasi yang diperoleh/tersedia dengan menggunakan metode-metode pengambilan keputusan. Salah satunya adalah dengan menggunakan metode AHP (Analytic Hierarchy Process). Dimana metode ini merupakan salah satu metode dalam memecahkan permasalahan yang bersifat multikriteria dengan cara menentukan urutan (prioritas). Jika proses pengambilan keputusan tersebut dibantu oleh sebuah sistem pendukung keputusan yang terkomputerisasi, subjektifitas dalam pengambilan keputusan diharapkan bisa dikurangi dan diganti dengan pelaksanaan seluruh kriteria bagi calon peserta Jamkesmas. Dengan demikian hanya peserta yang benar-benar layaklah yang diharapkan akan terpilih. Namun demikian dalam sistem ini yang memegang peranan penting adalah pengambil keputusan karena sistem hanya menyediakan alternatif keputusan, sedangkan keputusan akhir tetap ditentukan oleh decision maker (pengambil keputusan). II. Sistem Pendukung Keputusan Konsep Sistem Pendukung Keputusan pertama (SPK) atau Decision Support System (DSS) pertama kali diungkapkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael S. Scott Morton (2001) dalam Zainal Arifin (2010). Pengambilan keputusan merupakan suatu proses untuk memilih beberapa alternatif jalannya aksi yang bertujuan untuk mencapai tujuan

tertentu. Dalam proses pengambilan keputusan tidak terlepas dari dukungan beberapa faktor, seperti faktor manusia, sumber daya, dan prosedur pengambilan keputusan. Faktor-faktor tersebut merupakan komponen-komponen dalam satu sistem. Kondisi ini memunculkan adanya sistem pendukung keputusan. Selanjutnya, sejumlah perusahaan, lembaga penelitian dan perguruan tinggi mulai melakukan penelitian dan membangun SPK. Dalam buku Komputerisasi Pengambilan Keputusan terdapat beberapa definisi yang diungkapkan para ahli mengenai SPK, antara lain : a. Menurut Mann dan Watson (1998), Sistem Pendukung Keputusan adalah Sistem yang interaktif, membantu pengambilan keputusan melalui penggunaan data dan model-model keputusan untuk memecahkan masalah-masalah yang sifatnya semi terstruktur dan tidak terstruktur. b. Menurut Maryan Alavi dan H. Albert Napier (1998), Suatu kumpulan prosedur pemrosesan data dan informasi yang berorientasi pada pengunaan model untuk menghasilkan berbagai jawaban yang dapat membantu manajemen dalam pengambilan keputusan. Sistem ini harus sederhana, mudah dan adaptif. c. Menurut Little (1998) dalam Zainal Arifin (2010), Sistem Pendukung Keputusan adalah suatu sistem informasi berbasis komputer yang menghasilkan berbagai alternatif keputusan untuk membantu manajemen dalam menangani berbagai permasalahan yang terstruktur ataupun tidak terstruktur dengan menggunakan data dan model. d. Menurut Raymond McLeod, Jr. (1998) dalam Azwar (2010),

mendefinisikan Sistem Pendukung Keputusan adalah sistem penghasil informasi spesifik yang ditujukan untuk memecahkan suatu masalah tertentu yang harus dipecahkan oleh manajer pada berbagai tingkatan. Dari definisi-definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sistem Penunjang Keputusan adalah suatu sistem yang berbasis/berbantuan komputer yang ditujukan untuk membantu pengambil keputusan dalam memanfaatkan data dan model tertentu untuk memecahkan berbagai persoalan yang semi terstruktur dan tidak terstruktur. Menurut Peter G. W. Keen, bekerja sama dengan Scott Morton (2001) dalam Zainal Arifin (2010), untuk mendefinisikan tiga tujuan yang harus dicapai SPK. Mereka percaya bahwa SPK harus : a. Membantu manajer membuat keputusan untuk memecahkan masalah semi-terstruktur. b. Mendukung penilaian manajer bukan mencoba menggantikannya. c. Meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan manajer daripada efisiensinya. Tujuan-tujuan ini berhubungan dengan tiga prinsip dasar dari konsep SPK yaitu struktur masalah, dukungan keputusan, dan efektivitas keputusan. Karakteristik dan kemampuan dari SPK adalah : a. Dukungan kepada pengambil keputusan, terutama pada situasi semi terstruktur dan tak terstruktur, dengan menyertakan penilaian manusia dan informasi terkomputerisasi. b. Dukungan untuk semua level manajerial, dari eksekutif puncak sampai manajer lini. c. Dukungan untuk individu dan kelompok. Masalah yang kurang terstruktur sering memerlukan

keterlibatan individu dari departemen dan tingkat organisasional yang berbeda atau bahkan dari organisasi lain. d. Dukungan untuk keputusan independen dan/atau sekuensial. Keputusan bisa dibuat satu kali, beberapa kali, atau berulang (dalam interval yang sama). e. Dukungan di semua fase proses pengambilan keputusan: inteligensi, desain, pilihan, dan implementasi. f. Dukungan di berbagai proses dan gaya pengambilan keputusan. g. Adaptasi sepanjang waktu. h. Pengguna merasa seperti di rumah. i. Peningkatan efisiensi pengambilan keputusan (akurasi, timelines, kualitas) ketimbang pada efisiensinya (biaya pengambilan keputusan). j. Kontrol penuh oleh pengambil keputusan terhadap semua langkah proses pengambilan keputusan dalam memecahkan suatu masalah. k. Pengguna akhir bisa mengembangkan dan memodofikasi sendiri sistem sederhana. l. Model-model biasanya digunakan untuk menganalisis situasi pengambilan keputusan. m. Akses disediakan untuk berbagai sumber data, format, dan tipe, mulai dari sistem informasi n. geografis (GIS). o. Dapat digunakan sebagai standalone oleh seorang pengambil keputusan pada satu lokasi atau didistribusikan di suatu organisasasi secara keseluruhan dan di beberapa organisasi sepanjang rantai persediaan. Sistem Pendukung Keputusan terdiri atas 4 komponen utama atau subsistem yaitu : a. Data Management yaitu Data manajemen meliputi database, yang

mengandung data yang relevan untuk berbagai situasi dan diatur oleh software yang disebut Database Management Systems (DBMS). b. Model Management yaitu Model manajemen melibatkan model finansial, statistikal, manajemen science, atau berbagai model kuantitatif lainnya, sehingga dapat memberikan ke sistem suatu kemampuan analitis, dan manajemen software yang diperlukan. c. Communication (dialog subsystem) yaitu User dapat berkomunikasi dan memberikan perintah pada DSS melalui subsistem ini, yang berarti menyediakan antarmuka. d. Knowledge Management yaitu Subsistem optional ini dapat mendukung subsistem lain atau bertindak sebagai komponen yang berdiri sendiri. Tahapan pengambilan keputusan a. Tahap pemahaman (intelligence phase) tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan masalah. b. Tahap perancangan (design phase) Tahap ini merupakan proses pengembangan dan pencarian alternative tindakan/solusi yang dapat diambil. Tersebut merupakan representasi kejadian nyata yang disederhanakan, sehingga diperlukan proses validasi dan vertifikasi untuk mengetahui keakuratan model dalam meneliti masalah yang ada. c. Tahap pemilihan (choice phase) Tahap ini dilakukan pemilihan terhadap diantara berbagai

alternative solusi yang dimunculkan pada tahap perencanaan agar ditentukan/ dengan memperhatikan kriteriakriteria berdasarkan tujuan yang akan dicapai. d. Tahap implementasi (implementation phase) Tahap ini dilakukan penerapan terhadap rancangan system yang telah dibuat pada tahap perancangan serta melaksanakan alternative tindakan yang telah dipilih pada tahap pemilihan. Tujuan yang ingin dicapai dalam SPK adalah : a. Membantu para pengambil keputusan agar mereka memfokuskan diri terhadap porsi permasalahan yang tidak dapat distrukturkan. b. Mendukung pengambil keputusan dalam menyelesaikan porsi permasalahan yang dapat distrukturkan. Sistem pendukung keputusan tidak ditekankan untuk membuat keputusan, melainkan melengkapi kemampuan untuk mengolah informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan. Dengan kata lain, sistem pendukung keputusan membantu manusia dalam proses membuat keputusan, bukan menggantikan perannya dalam mengambil keputusan. Tipe keputusan dalam SPK ada 3 macam diantaranya : a) Keputusan terstruktur 1. Berulang-ulang. 2. Rutin 3. Mudah dipahami 4. Memiliki pemecahan yang standar berdasarkan analisa kuantitatif. 5. Dibuat menurut kebiasaan, aturan, prosedur; tertulis maupun tidak. 6. Sering diotomatisasi.

b) Keputusan semi terstruktur 1. Peraturan yang tidak lengkap. 2. Sebagian structured dan sebagian unstructured. c) Keputusan tidak terstruktur 1. Tidak berulang dan rutin 2. Tidak ada model untuk memecahakan masalah ini 3. Butuh intuisi 4. Problem yang masih kabur dan cukup kompleks yang tidak ada solusi langsung bisa dipakai 5. Mengenai masalah khusus, khas, tidak biasa 6. Kebijakan yang ada belum menjawab Pengambil keputusan adalah pengguna SPK yang akan memanfaatkan solusi yang dihasilkan oleh sistem, untuk kemudian diolah kembali berdasarkan ketrampilan, pengetahuan, serta pengalaman yang telah dimilikinya, dan akhirnya dijadikan sebagai keputusan akhir. III. Analytic Hierarchy Process (AHP) AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1993) dalam Syaifullah (2010), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis.

AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut: a. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam. b. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan. c. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan. d. Adapun langkah-langkah metode AHP adalah : e. Menentukan jenis-jenis kriteria yang akan menjadi persyaratan calon pejabat struktural. f. Menyusun kriteria-kriteria tersebut dalam bentuk matriks berpasangan. g. Menjumlah matriks kolom. h. Menghitung nilai elemen kolom kriteria dengan rumus masingmasing elemen kolom dibagi dengan jumlah matriks kolom. i. Menghitung nilai prioritas kriteria dengan rumus menjumlah matriks baris hasil langkah ke 4 dan hasilnya 5 dibagi dengan jumlah kriteria. j. Menentukan alternatif-alternatif yang akan menjadi pilihan. k. Menyusun alternatif-alternatif yang telah ditentukan dalam bentuk matriks berpasangan untuk masingmasing kriteria. Sehingga akan ada sebanyak n buah matriks berpasangan antar alternatif. l. Masing-masing matriks berpasangan antar alternatif sebanyak n buah matriks, masingmasing matriksnya dijumlah per kolomnya. m. Menghitung nilai prioritas alternatif masing-masing matriks berpasangan

antar alternatif dengan rumus seperti langkah 4 dan langkah 5. n. Menguji konsistensi setiap matriks berpasangan antar alternatif dengan rumus masing-masing elemen matriks berpasangan pada langkah 2 dikalikan dengan nilai prioritas kriteria. Hasilnya masing-masing baris dijumlah, kemudian hasilnya dibagi dengan masing-masing nilai prioritas kriteria sebanyak 1, 2, 3,............., n o. Menghitung Lamda max dengan rumus p. q. Menghitung CI dengan rumus r. s. Menghitung RC dengan rumus t. u. Menyusun matriks baris antara alternatif versus kriteria yang isinya hasil perhitungan proses langkah g, langkah h dan langkah i. v. Hasil akhirnya berupa prioritas global sebagai nilai yang digunakan oleh pengambil keputusan berdasarkan skor yang tertinggi. AHP atau Analytical Hierarchy Process adalah sebuah metode ilmiah yang dikemukakan oleh Thomas L.Saaty, Merupakan metode kuantitatif untuk meranking berbagai alternatif dan memilih satu terbaik berdasarkan kriteria yang ditentukan. Metode ini menggunakan perbandingan dari beberapa pilihan dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Panduan ini semoga bermanfaat bagi calon pemilih untuk pemilihan pemimpin kelak. Dan tutorial ini tidak bermaksud mengarahkan untuk memilih calon pemimpin mana pun. Hanya sebuah metode ilmiah yang biasa diajarkan di bangku kuliah, dan semoga bisa bermanfaatkan dan diterapkan untuk membantu memecahkan permasalahanpermasalahan sederhana di masyarakat.

Perhitungan ini bersifat subjektif untuk setiap orang. Caranya adalah sebagai berikut : a. Tetapkan kriteria penilaian, Dicontohkan ada tiga aspek kriteria yakni : penampilan (P), kecerdasan (K), pengalaman (A), dan dukungan massa (D). Pada contoh ini, calon pilihan pemimpin ada 3, yakni calon A, B & C. b. Buat Matriks Kriteria Dan Preferensi. Aturan AHP membandingkan pilihan yang satu dengan yang lain, yakni sebagai berikut :

Sehingga hasil matriknya (penilaian bersifat subjektif) adalah sebagai berikut :

c. Hitung nilai preferensi untuk tiap calon (step 1)

Ulangi sebagai berikut : (step 2)

step

1-4.

Hasilnya

Rata-rata baris = Nilai preference pada kriteria (preference vector) :

e. Perhitungan Akhir

d. Hitung nilai preferensi untuk kriteria Langkah pertama berilah ranking pada kriteria dengan membandingkan dengan kriteria yang lain :

f. Hasilnya

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyelesaian masalah menggunakan metode TOPSIS adalah sebagai berikut: 1. Normalisasi matriks keputusan Setiap elemen pada matriks C dinormalisasi untuk mendapatkan matriks normalisasi R. Setiap normalisasi dari nilai rij dapat dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:
(3)

IV. Technique For Order Preference By Similarity To Ideal Solution (TOPSIS) Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) adalah salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria yang pertama kali diperkenalkan oleh Yonn dan Hwang pada tahun 1981. Ide dasar dari metode ini adalah bahwa alternatif yang dipilih memiliki jarak terdekat dengan solusi ideal dan yang terjauh dari solusi ideal negatif. TOPSIS memperhatikan jarak ke solusi ideal maupun jarak ke solusi ideal negatif dengan mengambil hubungan kedekatan menuju solusi ideal. Dengan melakukan perbandingan pada keduanya, urutan pilihan dapat ditentukan. Berikut ini adalah matriks keputusan C yang memiliki m alternatif dengan n kriteria, dimana xij adalah pengukuran pilihan dari alternatif ke-i dalam hubungannya dengan kriteria ke-j

Dimana: rij = matriks ternormalisasi [i][j] xij = matriks keputusan [i][j] 2. Pembobotan pada matriks yang telah dinormalisasi Diberikan bobot W = (W1, W2, ..., Wn), sehingga weighted normalised matrix V dapat dihasilkan sebagai berikut:

Secara matematis, weighted normalised matrix ini dapat diperoleh dengan rumus berikut ini: Vij = Wj . rij .....................................(4) Dimana: vi,j = matriks normalisasi terbobot

[i][j] wj = vektor bobot [j] rij = matriks ternormalisasi [i][j] 3. Menentukan solusi ideal positif dan solusi ideal negatif Solusi ideal positif + dinotasikan dengan A dan solusi ideal negatif dinotasikan dengan A-. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dibawah ini: A+={(max Vij| j J),(min Vij| j J), i=1,2,3,...,m}={V1+, V2+, ..., Vn+} .........(5) A- ={(min Vij| j J),(max Vij| j J), i=1,2,3,...,m}={V1-, V2 -, ..., Vn-} .........(6) Dimana: J = {1, 2, ..., n dan j berhubungan dengan benefit criteria} J= {1, 2, ..., n dan j berhubungan dengan cost criteria} Vj+ = solusi ideal positif [j] Vj- = solusi ideal negatif [j] Pembangunan A dan A adalah untuk mewakili alternatif yang most preferable ke solusi ideal dan yang least preferable secara berurutan. 4. Menghitung Separation Measure Separation measure ini merupakan pengukuran jarak dari suatu alternatif ke solusi ideal positif dan solusi ideal negatif. Perhitungan matematisnya adalah sebagai berikut: a. Rumus pengukuran jarak dari suatu alternatif ke solusi ideal positif Si+
n

Si+ = jarak alternatif Ai dengan sokusi ideal positif Vij = matriks normalisasi terbobot[i][j] Vj+ = solusi ideal positif [j] b. Rumus pengukuran jarak dari suatu alternatif ke solusi ideal negatif Sin

=
j 1

(v i j

v j )2 ,

untuk

i=1,2,3,...,m

............................... (8)

Dimana: Si- = jarak alternatif Ai dengan sokusi ideal negatif Vij = matriks normalisasi terbobot[i][j] Vj- = solusi ideal negatif [j] 5. Menghitung kedekatan relatif dengan solusi ideal Kedekatan relatif dari alternatif Ai dengan solusi ideal positif A+ direpresentasikan dengan: Ci+ =

Si

Si Si dan i = 1, 2, 3, ............................... (9)

, dimana 0 < Ci+ < 1 ..., m

Dimana: Ci+ = kedekatan tiap alternatif terhadap solusi ideal positif Si+ = jarak alternatif Ai dengan sokusi ideal positif Si- = jarak alternatif Ai dengan sokusi ideal negatif Dikatakan alternatif Ai dekat dengan solusi ideal positif apabila Ci+ mendekati 1. Jadi Ci+ =1 jika Ai = A+ dan Ci-=0 jika Ai = A6. Mengurutkan pilihan Pilihan akan diurutkan berdasarkan pada nilai Ci+ sehingga alternatif yang memiliki jarak

=
j 1

(v i j

v j )2 ,

untuk

i=1,2,3,...,m Dimana:

............................... (7)

terpendek dengan solusi ideal positif adalah alternatif yang terbaik. Dengan kata lain, alternatif yang memiliki nilai Ci+ yang lebih besar itulah yang lebih dipilih. Jadi, dalam menangani masalah penentuan mahasiswa berprestasi yang akan dikirim ke suatu event, sistem ini menggunakan metode AHP dan TOPSIS. Secara garis besar, proses yang akan dilakukan oleh sistem untuk menangani masalah tersebut dapat dilihat pada blok diagram seperti Gambar Gambar Blok Diagram Proses Metode AHP dan TOPSIS.
Bobot Kriteria

Gambar 4 Bagan Alir Proses Metode AHP Untuk proses mencari vektor eigen pada metode AHP dapat digambarkan seperti yang tampak pada Gambar 5.
mulai

Mengkuadratkan matriks perbandingan berpasangan

Menjumlahkan tiap baris dari hasil kuadrat matriks perbandingan berpasangan Menghitung total dari jumlah tiap baris hasil kuadrat matriks Membagi jumlah tiap baris dengan total dari jumlah tiap baris

Vektor Eigen

selesai
Vektor Eigen Alternatif Pada Masing-Masing Kriteria Proses AHP Alternatif/ Calon Peserta Event Proses TOPSIS Urutan/prioritas alternatif

Kriteria

Gambar 5 Bagan Alir Proses Mencari Vektor Eigen Pada Metode AHP. Untuk proses cek/uji konsistensi pada metode AHP dapat digambarkan seperti yang tampak pada Gambar 6.
mulai

Secara lebih detail, proses untuk metode AHP dapat digambarkan seperti yang tampak pada Gambar 4.
mulai Penentuan kriteria dan bobot kriteria

Penentuan alternatif/calon peserta event Perbandingan preferensi antar alternatif pada masing-masing kriteria Matriks perbandingan berpasangan

Menentukan Vektor Jumlah Tertimbang (VJT) dengan cara mengalikan matriks perbandingan berpasangan dengan vektor eigen Menghitung Vektor Konsistensi (VK) dengan cara membagi masingmasing elemen VJT dengan masing-masing elemen Vektor Eigen

Mencari vektor eigen

Vektor Eigen

Cek/uji konsistensi

RK <= 0.1 ? N Vektor Eigen Tidak Konsisten

Vektor Eigen Konsisten

selesai

Menghitung Lambda () nilai rata-rata VK

Auto koreksi ? N

Proses autokoreksi

Menghitung Indeks Konsistensi (IK) IK=(-n) / (n-1) Menghitung Rasio Konsistensi (RK) RK= IK / IR (dari nilai tabel)

Melakukan ulang perbandingan preferensi antar alternatif Matriks perbandingan berpasangan baru

selesai

Gambar 6 Bagan Alir Proses Uji/Cek Konsistensi Pada Metode AHP. Untuk proses autokoreksi pada metode AHP dapat digambarkan seperti yang tampak pada Gambar 7.
mulai

mulai Vektor Eigen Konsisten Normalisasi matriks keputusan

Pembobotan pada matriks yang telah dinormalisasi Vij = Wj . rij

Bagi matriks prioritas elemen baris kei dengan matriks prioritas elemen kolom ke-j untuk masing-masing elemen i,j matriks perbandingan berpasangan

Menentukan solusi ideal positif dan solusi ideal negatif A+={(max Vij| j J),(min Vij| j J), i=1,2,3,...,m}={V1+, V2+, ..., Vn+}

Kurangi nilai matriks berpasangan elemen i,j dengan hasil bagi matriks prioritas di atas dan beri tanda mutlak

A- ={(min Vij| j J),(max Vij| j J), i=1,2,3,...,m}={V1-, V2-, ..., Vn-}

Menghitung Separation Measure


n

Cari nilai selisih terbesar pada masing-masing elemen matriks perbandingan berpasangan

Si+ =
j 1

(vi j
n

v j ) 2 , untuk i=1,2,3,...,m v j ) 2 , untuk i=1,2,3,...,m

Si- =

(vi j
j 1

Ganti nilai matriks perbandingan berpasangan elemen i,j yang memiliki selisih terbesar dengan nilai hasil bagi matriks prioritas di atas
+

Menghitung kedekatan relatif dengan solusi ideal

Si Si Si

Ci =
selesai

, dimana 0 < Ci+ < 1 dan i = 1, 2, 3, ..., m

Gambar 7 Bagan Alir Proses Autokoreksi Pada Metode AHP. Setelah proses metode AHP dilakukan, hasil dari proses metode AHP yaitu vektor eigen yang konsisten akan dijadikan input pada proses metode TOPSIS. Untuk proses metode TOPSIS lebih detail dapat dilihat pada Gambar 8.

Mengurutkan alternatif

selesai

Gambar 8 Bagan Alir Proses Metode TOPSIS. V. IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN Aplikasi ini dijalankan dengan menggunakan perangkat lunak (Software) yang direkomendasikan sebagai berikut: 1. Windows XP Profesional.service pack 2 2. Microsoft Visual Basic 6.0 3. Microsoft Access 2003 Halaman utama adalah halaman yang berisi menu home, menu login, menu File, Data master, AHP, TOPSIS,

Perangkingan, Report, Aboutme dan menu Log Out. Berikut tampilan halaman utama.

Gambar Halaman Utama Halaman login adalah Halaman yang di pakai admin, untuk bisa masuk kedalam sistem sehingga bisa menginput data dan sebagainya, dalam Halaman login yang harus dimasukkan admin adalah user name dan password. tampilan menu login sebagai berikut :

Gambar Halaman Kriteria Pada Halaman ini berisi tentang Subkriteria Kriteria yang akan di inputkan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan penerima peserta jamkesmas, tampilan halaman Subkriteria

. Gambar Halaman Subkriteria Gambar Halaman Login Halaman Data master ini berisi tentang Kriteria, Subkriteria dan Alternatif pada Sistem Pendung kepusan Peneriamaan Peserta Jamkesmas ini. Pada Halaman ini berisi tentang Kriteria yang akan di inputkan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan penerima peserta jamkesmas, tampilan halaman Kriteria. Pada Halaman ini berisi tentang Alternatif yang akan di inputkan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan penerima peserta jamkesmas, tampilan halaman Alternatif

Pada halaman ini berisi pilihan perhitungan dari Kriteria, Subkriteria, dan Alternatif, berikut tampilannya.

Gambar Halaman Alternatif Halaman about me adalah halaman yang Berisi tentang Pembuat atau perancang Aplikasi

Gambar Halaman Option TOPSIS Setelah anda Masuk Pada Halam Option AHP dan Option Topsis Maka petama dimulai dengan perhitungan Kriteria, kemudian Subkriteria dan yang terakhir perhitungan Alternatif, berikut gambarnya

Gambar Halaman About Me Pada halaman ini berisi Option AHP dan Option TOPSIS, dimanan di dalamnya berisi Proses perhitungan Kriteria, Subkriteria, Alternatif Pada halaman ini berisi pilihan perhitungan dari Kriteria, Subkriteria, dan Alternatif, berikut tampilannya.

Gambar Halaman Perhitungan Kriteria Setelah anda Masuk Pada Halam Option AHP dan Option Topsis Maka petama dimulai dengan perhitungan Kriteria, kemudian Subkriteria, berikut gambarnya

Gambar Halaman Option AHP

Gambar Halaman Perhitungan Subkriteria Setelah anda Masuk Pada Halam Option AHP dan Option Topsis Maka petama dimulai dengan perhitungan Kriteria, kemudian Subkriteriadan yang terakhir Perhitungan Alternatif, berikut gambarnya

Gambar Halaman Perangkingan

Metode AHP dan TOPSIS dapat digunakan untuk memecahkan masalah Pemilihan Peserta Jamkesmas dengan perhitungan metode tersebut didapatkan bahwa kriteria yang paling diprioritaskan adalah Jumlah Total (perhitungan kriteria, alternatif, dan subkriteria) . VI. Kesimpulan
Setelah menyelesaikan perancangan dan pembuatan aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Peserta Jamkesmas Menggunakan Metode AHP dan TOPSIS, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Sistem pendukung Keputusan Pemilihan Peserta Jamkesmas Menggunakan Metode AHP dan TOPSIS selain dapat memberikan solusi pemilihan peserta Jamskesmas yang benar-benar layak mendapatkannya. 2. Dengan menggunakan aplikasi sistem ini maka dapat mempermudah Dinas Kesehatan

Gambar Halaman Perhitungan Alternatif

Pada Halam Perangkingan ini merupakan Proses Akhir dari proses perhitungan yang dilakukan, dimanan dalam halaman perangkingan ini berisi data hasil dari perhitungan yang telah dilakukan baik AHP maupun TOPSIS, berikut gambar dari halaman perangkingan

VII. Saran Sistem pendukung keputusan yang dibangun diharapkan membantu pihak Dinkes yang bertindak sebagai

pengambil keputusan untuk menentukan Penerima Peserta Jasmkesmas yang benar-benar layak. Sistem yang dibangun ini memang jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap dapat menjadi inspirasi bagi yang lain untuk mengembangkan lebih lanjut aplikasi sistem ini untuk menentukan peserta penerima Jaskesmas yang bernar-benar layak. VIII. DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2010. Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 2 Juli. Samarindah Azwar. 2010. Kisi-kisi dan Pembahasan UTS Sistem Pendukung Keputusan. Surabaya Ikhsan, Sadik. 2011. Jurnal Agribisnis Perdesaan Vol 01 No. 2 Juni. Kalimantan Tengah. Nasution, Arman Hakim. 2000. Jurnal Teknologi Industri Vol IV No. 4 Oktober 267 274. Surabaya Nurrahman. Nurrahamans blog. [22 April 2012] Supriyono, Wardhana Wisno Arya, Sudaryo. 2007. Seminar Nasional III SDM Teknologi Nuklir 21 22 November ISSN 1978 0176. Yogyakarta Syaifullah. syaifullah08.wordpress.com. 2012] 2010. April

[22

Taufik Rohmat. 2010. Jurnal Penilaian Kinerja Karyawan. Semarang.

Anda mungkin juga menyukai