Anda di halaman 1dari 25

1. PENDAHULUAN 1.1.

Latar belakang penelitian Performa suatu entitas bisnis tidak hanya diukur dari aspek keuangan saja. Laporan kinerja perusahaan yang ditunjukkan dengan rasio-rasio moneter tertentu juga harus disertai dengan laporan aspek-aspek non keuangan seperti Good Corporate Governance dan pelaksanaan Corporate Social Responsibility. Good Corporate Governance adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsipprinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas dan (accountability), kewajaran pertanggungjawaban (PBI nomor

(responsibility),

independensi

(independency),

(fairness)

8/4/PBI/2006). Pelaksanaan GCG pada bank syariah diatur pada PBI Nomor 11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Dalam beberapa literatur, perbankan syariah mengklaim lebih baik dari perbankan konvensional (Maali et al, 2006), IB mengaku unggul dalam transparasi, kemanfaatan, dan kebersamaan. Selain hal tersebut keunggulan IB dalam hal tata kelola perusahaan disebutkan dalam Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah yang disusun Bank Indonesia pada tahun 2009, dimana disebutkan Bank Syariah mengusung prinsip Rahmatan lil alamin atau prinsip saling menguntungkan. Positioning baru bank syariah sebagai perbankan yang saling menguntungkan kedua belah pihak, aspek diferensiasi dengan keunggulan kompetitif dengan produk dan skema yang beragam, transparans, kompeten dalam keuangan dan beretika, teknologi informasi yang selalu up-date dan user friendly, serta adanya ahli investasi keuangan syariah yang memadai. Sedangkan pada aspek branding adalah bank syariah lebih dari sekedar bank atau beyond banking.

Sistem perbankan syariah berjalan dengan prinsip bagi hasil menyediakan alternatif perbankan yang menguntungkan baik masyarakat dan bank, keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, kebersamaan, dan menghindari kegiatan yang bersifat spekulatif.
1

Perkembangan aset perbankan syariahpun mencapai angka pertumbuhan yang impresif, yaitu sekitar 65% per tahun pada lima tahun terakhir (www.bi.go.id). Adanya Dewan Pengawas Syariah dalam struktur Perbankan Syariah juga dianggap sebagai faktor yang membuat tata kelola perusahaan Bank Syariah lebih baik (Antonio,2001). Pada publikasi lainnya, Bank BNI syariah menyatakan bahwa secara khusus BNI syariah membentuk pedoman GCG yang meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan dan perundangundangan dan serta etika dan nilai yang berlaku pada pindustri perbankan syariah. (www. bnisyariah.co.id) Selain dari pernyataan dan publikasi dari bank syariah yang ada, dukungan akan keunggulan perbankan syariah dalam bidang good corporate governance juga datang dari para intelektual yang mendukung konsep perbankan syariah. Ahmad (2010) dengan eksplisit menulis bahwa islamic finance lah yang pada awalnya mencetuskan prinsip Good Corporate Governance pada tiga area dasar yaitu transparansi, akuntanbilitas, dan amanah. Hal yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional adalah bahwa bank syariah memiliki prinsip moral yang memainkan peranan penting dalam bank syariah (Schaik,2001). Disebutkan juga dalam www.islamic-banking.com, bahwa Islamic Financial Institutions menyerap guncangan pada sistem finansial konvensional. These restrictions which are essentially self-imposed based on belief and conviction act a moral compass; the monitoring of the prohibitions by a Religious (Shariah) Supervisory Board may have prevented Islamic financial institutions to deviate from a faith-based system and absorb the shocks within the conventional financial system.

Walaupun banyak dukungan atas sistem perbankan syariah, banyak pula pihak yang meragukan keunggulan bank syariah dalam penerapan Good Corporate Governance yang. Dar (2002) menuding bank syariah bersikap elitis dan hanya mendukung pihak kaya. Dalam buku The End of Economics, Vadillo (1991) menyatakan bahwa Bank Islam adalah kuda Troya yang disusupkan ke dalam Dar al-Islam. Dengan kata lain Vadillo menyatakan bahwa Bank Islam bukanlah solusi yang sesuai untuk penyaluran Sumber daya Finansial yang berbasis Syariah. Saidi (2003) juga berpendapat bahwa kegiatan Perbankan Syariah adalah sebuah Contradiction in Terminis belaka terhadap apa yang sesungguhnya dianggap syariah. Menurut
2

Dar & John (2000) Bank Syariah gagal menerapkan model profit & loss sharing dalam operasi bisnisnya. Sedangkan Grais (2006) berpendapat: Islamic financial institutions generally appear less transparent than their conventional counterparts. It is therefore necessary for an Islamic financial institution to focus on creating a culture of transparency that protects all investors

Selain pendapat dari beberapa intelektual dan pihak perbankan syariah sendiri, mengenai ada tidaknya kelebihan perbankan syariah dibandingkan bank konvensional dalam penerapan kualitas penerapan good corporate governance, ada beberapa peneliti yang sudah melakukan penelitian akan pengaruh kualitas penerapan good corporate governance terhadap tingkat pengembalian dan resiko pembiayaan. Diantaranya adalah:

No. 1.

Peneliti Anggraeni (2010)

Penelitian

Hasil Penelitian

Hubungan Penerapan GCG dan Penerapan GCG berpengaruh Kinerja Keuangan pada signifikan keuangan diproksikan terhadap perusahaan dengan kinerja yang tingkat

Perbankan Syariah.

pengembalian aset dan ekuitas perusahaan. 2. Bhagat dan Bolton Corporate (2008) governance and Pengujian komprehensif dengan tujuh alat ukur berbeda,

firm performance.

menunjukkan bahwa tata kelola perusahaan berpengaruh operating yang positif baik terhadap

performances

perusahaan yang salah satunya diproksikan dengan tingkat

pengembalian aset. 3. Arani (2010) Hubungan Penerapan Prinsip Penerapan prinsip GCG

Good Corporate Governance memiliki hubungan yang positif


3

terhadap Kinerja Keuangan PT. terhadap Bank Syariah Mandiri perusahaan

kinerja

keuangan

yang diproksikan

dengan tingkat pengembalian aset dan ekuitas.

Sari (2010)

Pengaruh Corporate terhadap Nasional

Mekanisme

Good Mekanisme

Pemantauan

Governance Kepemilikan dan Mekanisme Kinerja Perbankan Pemantauan Internal Pengendalian masing-masing

menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dan negatif signifikan perbankan terhadap yang kinerja

diproksikan

dengan Return on Asset.

5.

Eirene (2010)

Pengaruh Penerapan Prinsip- Good Corporate Governance Prinsip Good Corporate tidak berpengaruh signifikan

Governance terhadap Kinerja terhadap Return On Assets dan Keuangan Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity

6.

Gorda (2011)

Analisa Pengaruh Penerapan Adanya Corporate Governance Good

pengaruh Corporate

penerapan Governance

Terhadap Kinerja Keuangan terhadap Non Performing Loan Perusahaan Sektor Perbankan (NPL), Return on Asset (ROA), Yang Terdaftar di Bursa Efek dan Return on Equity (ROE). Indonesia 7. Dewi (2012) Perbedaan Kinerja Keuangan Setelah Bank Pemerintah Sebelum dan GCG, Sesudah Kebijakan pengimplementasian NPL turun secara

Implementasi signifikan. Namun ROA dan GCG


4

(Good ROE

tidak

naik

secara

Corporate Governance) 8. Permatasari (2010) Pengaruh Penerapan Good

signifikan.

Efektivitas Tidak adanya pegaruh signifikan Corporate antara implementasi Good

Governance Terhadap Risiko Corporate Governance dengan Kredit Perbankan. resiko kredit dengan indikator non performing loans. 9. Governance, Terdapat korelasi positif antara Klapper dan Love Corporate Investor Protection and (2002) Corporate Governance Performance in Emerging Markets Behavior dan performa perusahaan, yang diestimasikan dengan ROA. 10. Prasinta (2012) Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Tidak terdapat hubungan positif antara good corporate

governance dengan return on assets. Namun terdapat

hubungan positif antara good corporate governance dengan return on equity Proposal ini merupakan mirror dari penelitian yang dilakukan oleh Dhaniel Syam dan Taufik Najda pada tahun 2012 dengan judul Analisis Kualitas Penerapan Good Corporate Governance pada Bank Umum Syariah di Indonesia Serta Pengaruhnya Terhadap Tingkat Pengembalian dan Risiko Pembiayaan. Penelitian dilakukan terhadap 7 bank Syariah di Indonesia yang menerbitkan laporan keuangan dan laporan GCG pada tahun 2010. Dari penilitian tersebut didapatkan hasil bahwa Penerapan GCG pada bank syariah di Indonesia berada pada predikat baik. Kualitas baik berarti penerapan GCG pada bank umum syariah telah sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam hal ini adalah PBI No. 11/33/PBI Tahun 2009 yang secara rinci diatur dalam SE BI No. 12/13/DPbS tahun 2010. Hasil peneltian tersebut juga menyebutkan Kualitas penerapan GCG tidak berpengaruh terhadap tingkat pengembalian dan berpengaruh negatif terhadap resiko pembiayaan pada bank umum syariah di Indonesia.

Penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan tema Pengaruh Kualitas Penerapan Good Corporate Governance terhadap tingkat Pengembalian dan Risiko Pembiayaan Bank Umum Syariah di Indonesia: Terdapat Research Gap pada hasil penelitian sebelumnya. Penelitian mengenai pengaruh penerapan GCG terhadap tingkat pengembalian memang sudah banyak, namun adanya Research Gap tersebut memotivasi penulis untuk lebih mendalami kualitas penerapan GCG pada bank umum syariah di Indonesia dan pengaruhnya terhadap tingkat penegmbalian. Penelitian tentang resiko kredit yang diproksikan dengan non performing loan sudah banyak dilakukan, namun belum banyak peneliti yang mengaitkan pengaruh kulitas penerapan Good Corporate Governance dengan risiko pembiayaan, terutama pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Selain kedua motivasi utama diatas, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena periode penelitian pada penelitian sebelumnya yang di mirror cukup pendek. Dalam penelitian sebelumnya periode penelitian hanya satu tahun laporan keuangan. Hal ini dirasa penulis kurang merepresentasikan keadaan yang sebenarnya, mengingat kulitas penerapan Good Corporate Governance bersifat jangka panjang. Peneliti sebelumnya juga menyarankan untuk memperpanjang periode penelitiaan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Oleh karena itu dalam proposal penelitian ini, penulis bermaksud untuk memperpanjang periode penelitian menjadi 4 tahun laporan keuangan, yaitu dari tahun 2009-2012. Selain itu penulis juga bermaksud untuk menambah sampel penelitian dengan target 12 Bank Syariah, dimana pada penelitian oleh Syam & Najda menggunakan 7 sampel Bank Syariah. Dalam penelitian ini penulis menggunakan satu variabel independen yaitu Kualitas Penerapan GGG. Sedangkan variabel dependen terdapat dua yaitu tingkat pengembalian dan risiko pembiayaan. Dalam penelitian Syam & Najda tingkat pengembalian hanya diproksikan dengan Tingkat Pengembalian Aset. Pada penelitian yang diajukan ini, tingkat pengembalian diproksikan dengan dua rasio yaitu Tingkat Pengembalian Aset dan Tingkat Pengembalian Ekuitas. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan hasil penelitian yang lebih akurat. Sedangkan untuk variabel kedua yaitu risiko pembiayaan, diproksikan dengan rasio Non Performing Financing. Dari uaraian diatas maka penulis bertujan untuk mengajukan proposal penelitian

dengan judul Pengaruh Kualitas Penerapan Good Corporate Governance terhadap Tingkat Pengembalian dan Risiko Pembiayaan Bank Umum Syariah di Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian 1. Bagaimanakah kualitas penerapan Good Corporate Governance pada Bank Umum Syariah di Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh kualitas penerapan Good Corporate Governance terhadap tingkat pengembalian aset Bank Umum Syariah? 3. Bagaimana pengaruh kualitas penerapan Good Corporate Governance terhadap tingkat pengembalian ekuitas Bank Umum Syariah? 4. Bagaimana pengaruh kualitas penerapan Good Corporate Governance terhadap tingkat resiko pembiayaan Bank Umum Syariah? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian 1. Menganalisis pengaruh kualitas penerapan Good Corporate Governance terhadap Tingkat Pengembalian Aset Bank Umum Syariah. 2. Menganalisis pengaruh kualitas penerapan Good Corporate Governance terhadap Tingkat Pengembalian Ekuitas Bank Umum Syariah. 3. Menganalisis pengaruh kualitas penerapan Good Corporate Governance terhadap Tingkat resiko pembiyaan Bank Umum Syariah. 1.3.2. Manfaat Penelitian 1. Perusahaan Perbankan Syariah Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan keuangan Bank Umum Syariah dalam rangka

meningkatkan kinerja perusahaan. 2. Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat mebantu investor untul mengambil keputusan dalam investasi di Bank Umum Syariah 3. Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya terkait tentang kualitas penerapan GCG di Bank Umum Syariah dan pengaruhnya terhadap tingkat pengembalian dan resiko.
7

2. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengertian dan Konsep Dasar Good Corporate Governance Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara Pemegang Saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan

mengendalikan perusahaan. Tujuan corporate governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. (Cadbury Committee of United Kingdom). Sedangkan Bank Dunia memberikan definisi GCG sebagai kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan untuk berfungsi secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara

keseluruhan. (Effendi, 2008). Organization for Economic Co-orpeation and Development (2002) menyatakan bahwa :
Corporate Governance adalah sebagai sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board dan pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan juga mensyaratkan adanya struktur, perangkat untuk mencapai tujuan, dan pengawasan atas kinerja.

Di dalam penerapan Good Corporate Governance, terdapat beberapa asas-asas dasar yang harus dipatuhi oleh perusahaan yang menerapkan GCG (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006), yaitu: Transparansi (Transparency) : perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Akuntabilitas (Accountability): Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Responsibilitas (Responsibility) : Perusahaan harus mematuhi peraturan perundangundangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang.

Independensi (Independency) : perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

Dalam Undang-undang No. 40 Tahun 2007, penerapan sistim GCG diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah bagi stakeholders melalui beberapa tujuan berikut: 1. Meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan kesinambungan suatu organisasi yang memberikan kontribusi kepada terciptanya kesejahteraan pemegang saham, pegawai dan stakeholders lainnya dan merupakan solusi yang elegan dalam menghadapi tantangan organisasi kedepan. 2. Meningkatkan legitimasi organisasi yang dikelola dengan terbuka, adil, dan dapat dipertanggungjawabkan. 3. Mengakui dan melindungi hak dan kewajiban para shareholders dan stakeholders.

Sedangkan menurut Iman dan Amin (2002), manfaat penerapan Good Corporate Governance
adalah: 1. Adanya peningkatan kepercayaan publik khususnya para investor yang akan menanamkan modalnya. 2. 3. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas operasional perusahaan. Menjadi salah satu solusi dalam memecahkan masalah kesenjangan atau konflik kepentingan antara pihak manajemen dan para pemegang saham. 4. 5. 6. 7. 8. Dapat meningktakan citra dan kredibilitas perusahaan. Memperkecil kemungkinan praktek-praktek KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Dapat mengukur target kinerja manajemen perusahaan. Fokus pada strategi-strategi utama. Peningkatan kepuasan pelanggan.

2.1.2. Bank Umum Syariah Bank Umum Syariah, yang sering disebut juga sebagai Bank Islam, menurut Ensiklopedia Islam, adalah suatu lembaga keungan yang kegiatannya memberikan kredit dan jasa-jasa pembayaran dan peredaran uang yang pada prakteknya disesuaikan dengan prinsip-prinsip Islam (Sumitro,2002). Sedangkan menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah didefinisikan sebagai bank yang menjalankan kegiatan usahanya
9

berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang beroperasi untuk memperlancar kegiatan ekonomi di sektor riil melalui kegiatan usaha (seperti investasi, perdagangan, dll) yang sesuai dengan Syariah Islam antara bank dan pelanggannya dalam pendanaan dan/atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lain yang sesuai dengan nilai-nilai makro dan mikro Islam (Ascarya, 2005). Jika dilihat dari sisi moneter, hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan konvensional dengan syariah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan/atau yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah (Muhammad, 2005). Bank syariah tidak mengenal bunga yang merupakan riba dan dianggap haram dalam islam, namun dengan prinsip bagi hasil (profit sharing and loss). Untuk tujuan komersial Islam tidak mengenal peminjaman uang tetapi adalah kemitraan / kerjasama (mudharabah dan musyarakah) dengan prinsip bagi hasil, sedang peminjaman uang hanya dimungkinkan untuk tujuan sosial tanpa adanya imbalan apapun. (www.bi.go.id) Sudarsono (2008) mengatakan bahwa fungsi dan peran bank syariah adalah sebagai berikut: Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya. Pelaksanaan GCG pada bank umum syariah diatur pada PBI Nomor 11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Dalam pasal 2, disebutkan mengenai kewajiban Bank Umum Syariah untuk melaksanakan GCG dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. Disebutkan dalam PBI Nomor 11/33/PBI/2009 bahwa tata kelola Bank Umum
10

Syariah

harus

menerapkan

prinsip-prinsip

keterbukaan

(transparency),

akuntabilitas

(accountability), pertanggungjawaban (responsibility), profesional (professional), dan kewajaran (fairness). Ada satu organ inti dalam Bank Umum Syariah yang membedakan antara Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional. Dalam Bank Umum Syariah atau BUS terdapat organ bernama Dewan Pengawas Syariah yang bertugas memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah (PBI Nomor 11/33/PBI/2009). Bank Umum Syariah harus memiliki Dewan Pengawas Syariah, sedangkan bank konvensional tidak (Wijaya, 2004). 2.1.3. Dewan Pengawas Syariah Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah badan independen yang ditempatkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) pada perbankan dan lembaga keuangan syariah. Anggota DPS harus terdiri dari para pakar di bidang syariah muamalah yang juga memiliki pengetahuan di bidang ekonomi perbankan (Agustianto, 2011). Agustianto (2011) juga menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, DPS harus mengikuti fatwa DSN yang merupakan otoritas tertinggi dalam mengeluarkan fatwa mengenai kesesuaian produk dan jasa bank dengan prinsip syariah. Tugas utama DPS adalah mengawasi kegiatan usaha bank agar tidak menyimpang dari prinsip syariah yang telah difatwakan oleh DSN. Sedangkan menurut Hidayati (2010) fungsi dari Dewan Pengawas Syariah adalah mewujudkan perbankan syariah yang sehat, beroperasi secara prudent, memenuhi peraturan perbankan yang berlaku, serta memastikan prinsip syariah terlaksana dengan baik. Fungsi pengawasan yang dilakukan oleh DPS meliputi dua hal yaitu: 1. Pengawasan dari aspek keuangan, kepatuhan terhadap aturan perbankan yang umum dan prinsip kehati-hatian 2. Pengawasan prinsip syariah dalam operasional bank.

11

Selain itu DPS juga memiliki fungsi (Haqqi, 2007) sebagai penasehat dan pemberi saran terkait akan aspek syariah, mediator antara bank dan DSN, dan sebagai perwakilan DSN yang ditempatkan pada bank. 2.1.4. Konsep GCG dalam Islam Dalam ajaran Islam sendiri, prinsip-prinsip dasar GCG seperti transparancy, accountability, responsibility, professional, dan fairness sebenarnya sering disinggung dalam Al Quran. Salah satunya yaitu akuntanbilitas. Hal tersebut terdapat dalam ayat Al Quran surah Al Baqarah ayat 282:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Rabbnya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada utangnya

Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa dalam muamalah, hendaknya mencatat transaksi muamalah tersebut. Dapat kita lihat sendiri bahwa islam sangat mengedepankan akuntanbilitas dalam perdagangan. Hal tersebut jugalah yang menjadi prinsip bank Umum Syariah. Al Quran juga membahasa pentingnya menjaga amanah atau dalam terminologi umumnya Tanggung Jawab (Responsibility) dan Keadilan (Fairness) di dalam menjalin hubungan dengan manusia. Surah An Nisaa ayat 58:

12

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Dapat kita lihat sendiri bahwa nilai-nilai dasar islam sebenarnya sangat sejalan dengan apa yang menjadi prinsip dasar Good Corporate Governance. Islam adalaha agama yang sempurna yang mengatur segala sendi aspek kehidupan manusia. Ekonomi dalam islam juga diatur dengan prinsip ilahiyah (Yulianti, 2009). Sehingga, ekonomi dalam pandangan Islam adalah ekonomi yang berlandaskan ke-Tuhanan, yaitu bersumber dari Tuhan dan memiliki tujuan akhir kepada Tuhan (Gusti, 1996). 2.1.5. ROA, ROE, dan NPF Dalam dunia perbankan profitabilitas merupakan indikator yang sangat penting untuk mengukur kesehatan perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan, dalam hal ini perusahaan perbankan syariah, untuk menghasilkan laba. Profitabilitas biasanya diukur menggunakan rasio perbandingan. Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur dan membandingkan kinerja profitabilitas bank adalah ROE (Return On Equity) dan ROA (Return On Asset) (Pratiwi, 2012). Menurut Dendawijaya (2003), ROE merupakan perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri . Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank dalam mengelolah modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. ROE mampu memberikan indikasi mengenai tingkat pengembalian uang investasi milik para investor

(Brigham dan Houston, 2003). Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang
13

dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. (Almilia, 2005). Rasio pengembalian ekuitas atau return on equity (ROE) dengan membandingkan laba bersih setelah pajak terhadap ekuitas yang dimiliki perusahaan (Setiaji, 2011). Rasio Return On Equity atau tingkat pengembalian ekuitas didapat dari (Pontoh, 2009): ROE = Pendapatan Setelah Pajak
x 100%

Total Ekuitas Sedangkan ROA menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaan aset yang dimiliki (Pratiwi, 2012). Return On Asset (ROA) merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap rata-rata total aset. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank (Almilia, 2005). Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, yang tercantum dalam Surat Edaran BI No. 9/24/DPbS, secara matematis, ROA dirumuskan sebagai berikut: ROA = Laba sebelum pajak Rata rata total Aset
x 100%

Non Performing Financing (NPF) yang analog dengan Non Performing Loan (NPL) pada bank konvensional merupakan rasio keuangan yang bekaitan dengan risiko kredit. Non Performing Financing menunjukan kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi rasio ini maka semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan kredit bermasalah semakin besar. Hal ini memeperbesar kemungkinan kondisi keuangan bank sedang bermasalah (Pratiwi,2012). Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet (Almilia, 2005). Hasbi (2011) menuliskan rasio NPF ini dapat dirumuskan sebagai berikut: NPF = Pembiayaan (KL, D, M) Total Financing
x 100%

2.2 Penelitian terdahulu dan Hipotesis Berdasarakan hasil penelitian yang dilakukan Anggraeni (2010) tentang hubungan penerapan GCG dan kinerja keuangan pada perbankan syariah menunjukkan penerapan GCG
14

ternyata berpengaruh signifikan terhadap kinerja keungan perusahaan yang diproksikan dengan Tingkat Pengembalian Aset dan Ekuitas perusahaan. Sedangkan Bhagat dan Bolton (2008) melakukan pengujian komprehensif dengan tujuh alat ukur berbeda, menunjukkan bahwa tata kelola perusahaan yang baik berpengaruh positif terhadap operating performances perusahaan yang salah satunya diproksikan dengan Tingkat Pengembalian Aset. Hasil penelitian Eirene (2010) sedikit berbeda, pengujian yang dilakukan untuk membuktikan pengaruh penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan perusahaan menunjukkan tidak terdapat pengaruh signifikan antara GCG terhadap tingkat pengembalian aset namun berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian ekuitas perusahaan. Berbeda dengan Eirene (2010), hasil penelitian Klapper dan Love (2002) menunjukkan bahwa Corporate Governance Behavior memiliki korelasi positif dengan Tingkat Pengembalian Aset atau ROA. Berlandaskan berbagai hasil penelitian diatas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah: H1 : Kualitas penerapan GCG (X) berpengaruh positif terhadap Tingkat Pengembalian Aset (Y1.1) H2 : Kualitas penerapan GCG (X) berpengaruh positif terhadap Tingkat Pengembalian Ekuitas (Y1.2) Dalam penelitiannya Nagoro (2008) menemukan penerapan prinsip GCG berpengaruh terhadap pengurangan NPL. Claessens dan Fan (2002) menemukan adanya hubungan antara penerapan GCG dengan pengurangan risiko keuangan. Gorda (2011) dalam hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh penerapan Good Corporate Governance terhadap Non Performing Loan (NPL). Budiarti (2010) menulis:
Terciptanya Good Corporate Governance (GCG) dalam organisasi merupakan salah satu penjabaran dari terlaksananya mekanisme pengelolaan resiko organisasi melalui sistem yang dirancang dalam rangka mengidentifikasi dan menganalisa resiko yang mungkin terjadi

Penerapan aturan BI mengenai penerapan GCG sendiri ditujukan untuk mengurangi risiko (Syam, 2012). Sedangkan Dewi (2012) dalam penelitiannya untuk evaluasi GCG, menemukan bahwa Non Performing Loan turun secara signifikan setelah pengimplementasian GCG. Maka berdasarkan landasan teori dan rerangka konseptual diatas, hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini adalah: H3 : Kualitas Penerapan GCG (X) berpengaruh positif terhadap risiko Pembiayaan (Y2)
15

3. METODE PENELITIAN

3.1. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah yang beroperasi di Indonesia pada tahun 2010-2012. Untuk kepentingan analisis data, sampel dipilih dengan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: 1. Menerbitkan laporan tahunan dan laporan GCG periode 2010, 2011, dan 2012. 2. Isi laporan GCG periode 2010, 2011, dan 2012 yang dipublikasikan paling kurang meliputi hal-hal yang wajib diungkapkan oleh BUS sesuai pasal 62 PBI No. 11 Tahun 2009.

3.2. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan tahunan perusahaan dan laporan GCG periode 2009, 2010, 2011, dan 2012, dan data Statistik Bank Indonesia. Data bersumber dari website resmi perusahaan, website bank Indonesia, dan website Bursa Efek Indonesia. Data dikumpulkan dengan teknik dokumentasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data melalui pencatatan dan memanfaatan data dari instansi yang diteliti yang berupa arsip dan laporanlaporan yang berkaitan dengan permasalahan.

3.3. Definisi Operasionalisasi Variabel 3.3.1. Variabel Independen Yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah Kualitas penerapan GCG. Definisi operasional kualitas penerapan GCG adalah sejauh mana Bank menjalankan peraturan dan ketetapan BI tentang GCG. Diukur dengan nilai komposit peringkat kualitas penerapan GCG bank berdasarkan kesesuaian pelaksanaan aspek GCG oleh bank dengan faktor-faktor penilaian yang telah ditetapkan Bank Indonesia dalam Surat Edaran BI No. 12/13/DPbS Tahun 2010 yang mencakup 70 indikator pada 11 faktor. Untuk mengetahui kulitas penerapan GCG pada Bank Umum Syariah dilakukan Analisis Data. Analisis Data yang dilakukan ada 2 tahap yaitu:
16

1. Menganalisis peringkat penerapan masing-masing Faktor GCG Analisis dilakukan dengan content analysis. Indikator-indikator dibuat khusus untuk penilaian kualitas penerapan GCG pada Bank Umum Syariah. Seluruh faktor, sub faktor dan indikator diambil dari lampiran 4 SE Bank Indonesia No.12/13/DPbS/ 2010 dengan memperhatikan ketentuan pasal 62 PBI No. 11/33/PBI/2009. Pengisian dilakukan dengan cara pemberian nilai indikator sesuai dengan apa yang diungkapkan di laporan GCG dengan ketentuan sebagai berikut: Nilai 1 0 Keterangan Penerapan indikator GCG sesuai dengan ketentuan yang berlaku Penerapan indikator GCG tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku Setelah diberikan nilai pada masing-masing indikator penerapan GCG, kemudian kualitas penerapan faktor dikategorisasi dengan ketentuan sebagai berikut: No. 1. 2. 3. 4. 5. Peringkat 1 2 3 4 5 Keterangan Memenuhi 87.5%-100% total indikator Memenuhi 62.5%-87.4% total indikator Memenuhi 37.5%-62.4% total indikator Memenuhi 12.5%-37.4% total indikator Memenuhi 0% - 12.4% total indikator

Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 12/ 13 /DPbSTahun 2010, diadabtasi.

Penetapan peringkat faktor penerapan GCG bagi Bank Umum Syariah sebagaimana pada tabel 3.2. diatas berlaku dalam hal peringkat faktor berdasarkan hasilContent Analysissetinggi-tingginya sama dengan peringkat faktor bardasarkan hasil self assessment BUS. Dalam hal peringkat faktor hasil Content Analysis lebih tinggi daripada peringkat faktor berdasar self assessment BUS, maka yang digunakan adalah peringkat faktor hasil self assessment BUS. 2. Menganalisis kualitas penerapan GCG Setelah mendapatkan data mengenai kualitas penerapan setiap faktor GCG, selanjutnya adalahmenganalisis kualitas penerapan GCG pada bank syariah dengan mengalikan peringkat masing-masing faktor dengan bobot yang telah ditentukan oleh BI yang kemudian menghasilkan nilai komposit yang berlandaskan aturan berikut: No. Faktor
17

Bobot (%)

1. 2. 3. 4. 5.

Pelaksanaan Tugas dan tanggung jawab dewan komisaris Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab DPS

12.5 17.5 10 10

Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana 5 dan penyaluran dana serta pelayanan jasa

6. 7. 8. 9. 10.

Penanganan benturan kepentingan Penerapan fungsi audit intern Penerapan fungsi kepatuhan Penerapan fungsi audit ekstern

10 5 5 5

Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan 15 pelaksanaan good corporate governance dan pelaporan internal

11.

Batas maksimum penyaluran dana Total


Sumber : Surat Edatan Bank Indonesia Nomor : 12/ 13 /DPbSTahun 2010

5 100

Setelah menemukan nilai komposit, ditentukan predikat kualitas pelaksanaan GCG pada bank sebagai berikut: No. 1. 2. 3. 4. 5. Nilai Komposit < 1,5 1,5 sampai dengan 2,4 2,5 sampai dengan 3,4 3,5 sampai dengan 4,4 4,5 sampai dengan 5 Predikat (Kualitas) Sangat Baik Baik Cukup Baik Buruk Sangat Buruk

Sumber: Surat Edara Bank Indonesia Nomor : 12/13/DPbS Tahun 2010, diadabtasi

3.6.2. Variabel Dependen 1. Tingkat Pengembalian Tingkat pengembalian adalah tingkat pendapatan yang diperoleh dari suatu penanaman modal, pinjaman maupun pembiayaan sebagai ukuran dan kinerja operasional.Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Assets dan Return on Equity. ROA adalah indikator kemampuan perusahaan untuk
18

memperoleh laba atas sejumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan. Return On Assets (ROA) dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara laba setelah pajak dengan total aktiva (Earnings After Tax dibagi Total Assets) atau dapat dituliskan sebagai berikut: ROA = Laba sebelum pajak Rata rata total Aset
X 100%

Return On Equity adalah indikator kemampuan perusahaan dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih. Return On Equity (ROE) dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara laba setelah pajak dengan total ekuitas (Earnings After Tax dibagi Total Equity) atau dapat dituliskansebagai berikut : ROE = Pendapatan Setelah Pajak Total Ekuitas
2. Risiko pembiayaan Risiko pembiayaan adalah risiko kerugian sehubungan dengan pihak peminjam tidak dapat dan atau tidak mau memenuhi kewajiban untuk membayar kembali dana yang dipinjamkannya secara penuh pada saat jatuh tempo. Risiko pembiayaan dalam penelitian ini diproksikan denganNPFs. NPFs adalah pembiayaan menjumlahkan bermasalah/pembiayaan seluruh pembiayaan non-produktiv yang tergolong dihitung dalam dengan klasifikasi

X 100%

Substandard,meragukan dan macet. NPFs pada penelitian ini diukur dengan NPFs Ratio dengan persamaan tersebut sebagai berikut:

NPF = Pembiayaan (KL, D, M) Total Financing 3.7 Metode Analisis Data 3.7.1 Uji Asumsi Klasik

X 100%

Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan analisis regresi sederhana harus dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel penelitian yang ada dalam model regresi. Pengujian yang digunakan adalah Uji Normalitas.
19

Uji Normalitas Uji ini berguna untuk tahap awal pemilihan metode analisis data, Sebagaimana dijelaskan pada tujuan penelitin, penelitian ini akan menguji pengaruh kualitas penerapan GCG sebagai variabel bebas terhadap variabel terikat. Maka untuk menentukan alat analisis apa yang paling tepat dalam tahap pengujian pengaruh, dilakukan uji normalitas dengan uji Skewness dan Kurtosis. 3.7.2 Uji Hipotesis Dengan model analisis regresi sederhana mengujii pengaruh kualitas pelaksanaan GCG terhadap variabel tingkat pengembalian dan risiko pembiayaan dengan langkah: a. Menguji pengaruh kualitas pelaksanaan GCG terhadap tingkat pengembalian Aset (Menguji Hipotesis H1) dengan persamaan sebagai berikut: Y = a + bX Dimana: Y = ROA X = Kualitas pelaksanaan GCG a = Intersep yang dicari dengan rumus (Y) n b = Slope yang dicari dengan rumus n(XY) b(X) n (X)( Y)

n(X2) (X)2 b. Menguji pengaruh kualitas pelaksanaan GCG terhadap tingkat pengembalian Ekuitas (Menguji Hipotesis H2) dengan persamaan sebagai berikut: Y = a + bX Dimana: Y= ROE X = Kualitas pelaksanaan GCG a = Intersep yang dicari dengan rumus (Y) n b = Slope yang dicari dengan rumus n(XY) b(X) n (X)( Y)

n(X2) (X)2

20

c. Menguji pengaruh kualitas pelaksanaan GCG terhadap risiko pembiayaan (menguji hipotesis H3.) dengan persamaan sebagai berikut: Y=a+bX Dimana: Y = NPFs X = Kualitas pelaksanaan GCG a = Intersep yang dicari dengan rumus (Y) n b = Slope yang dicari dengan rumus n(XY) b(X) n (X)( Y)

n(X2) (X)2 d. Uji-t Untuk menguji apakah dalam model regresi diatas variabel bebas benar - benar berpengaruh terhadap variabel terikat maka dilakukan uji-t.

3.8. Model penelitian Variabel Independen Variabel Dependen


Tingkat Pengembalian Aset (Y1.1) Kualitas Penerapan GCG (X) Tingkat Pengembalian Ekuitas (Y1.2)

Risiko Pembiayaan (Y2)

21

DAFTAR PUSTAKA Afda, A. M. N. (2011). Studi Pemahaman Nilai-Nilai Syariah Pada Praktisi Perbankan Syariah (Studi Pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Syariah Niaga Madani). Unpublished Undergraduate Thesis, Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia. Agustianto. (2011). Optimalisasi Peranan Dewan Pengawas Syariah (Bagian2). Retrieved January 30, 2013 from http://www.agustiantocentre.com/?p=937. Anggraini, S. (2010). Hubungan Penerapan Good Corporate Governance (GCG) dan Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Syariah (Studi pada Perusahaan Perbankan Umum Syariah). Unpublished Undergraduate Thesis, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, Indonesia. Arani, D, (2010). Hubungan Penerapan Prinsip Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan PT. Bank Syariah Mandiri. Unpublished Undergraduate Thesis, Universitas Gunadarma, Jakarta, Indonesia. Bank Indonesia. (n.d.). Sekilas Perbankan Syariah di Indonesia. Retrieved on December 13, 2012 from http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Perbankan+Syariah/. Bank Indonesia. (2009). Peraturan Bank Indonesia No 11/33/PBI/2009. Retrieved December 19, 2012 from http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/2D47359C-5738-4A5A-AAC8-

4714B821827B/18478/PeraturanBankIndonesiaNo11_33_PBI_2009.pdf. Baraba, A. (n.d.). Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syariah. Retrieved December 19, 2012, from http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/E736319E-6D52-4199-ACF9-

247D719BF119/3018/bempvol2no3des99.pdf. Bhagat, S., & Bolton, B. (2008). Corporate governance and Firm Performance. Journal of Corporate Finance, 14 (3), 257-273. Retrieved December 13, 2012 from http://leedsfaculty.colorado.edu/bhagat/governanceperformance-jcf-june2008.pdf

22

BNI Syariah. (n.d.). Informasi Umum GCG. Retrieved December 13, 2012, from http://www.bnisyariah.co.id/bnis.do?q=494e46474347&a=636f72706f726174655f676f76 65726e616e6365:696e666f726d6173695f756d756d5f676367. Budiarti, I. (2011). Penerapan Prinsip-Prinsip GCG Pada Dunia Perbankan. Jurnal Majalah Ilmiah UNIKOM, 8. Retrieved December 20, 2012 from

http://jurnal.unikom.ac.id/jurnal/penerapan-prinsip-prinsip.1u. Bukhori, I. (2012). Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan (Studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di BEI 2010). Dipenegoro Jounal of Accounting. Retrieved December 13, 2012, from http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/accounting. Dewi, C. D. (2012). Perbedaan Kinerja Keuangan Bank Pemerintah Sebelum dan Sesudah Implementasi Kebijakan GCG (Good Corporate Governance). Unpublished

Undergraduate Thesis, STIE Perbanas, Surabaya, Indonesia. Eirene, L. (2010). Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Unpublished Undergraduate Thesis, Universitas Pembangunan Nasional, Surabaya, Indonesia. Grais, W., & Pellegrini, M. (2006). Corporate Governance and Stakeholders Financial Interests in Institutions Offering Islamic Financial Services. World Bank Policy Reasearch Working Paper, 4053. Retrieved December 19, 2012 from www-

wds.worldbank.org/servlet/WDSContentServer/WDSP/IB/2006/10/26/000016406_20061 026114415/Rendered/PDF/wps4053.pdf. Gorda, M. C. (2011). Analisa Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Unpublished Undergraduate Thesis, Sekolah Tinggi Ekonomi, Keuangan, dan Perbankan Indonesia, Jakarta, Indonesia. Hidayati, M. N. (2008). Dewan Pengawas Syariah Dalam Sistem Hukum Perbankan: Studi Tentang Pengawsan Bank Berlandaskan Prinsip-Prinsip Islam. Lex Jurnalica, 6 (1). Retrieved December 13, 2012, from http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/61086276.pdf.

23

Institute of Islamic Banking and Insurance. (n.d.). Islamic Approach to Investment. Retrieved December 19, 2012, from http://www.islamic-

banking.com/Islam_approach_to_ethical_investment.aspx. Klapper, L. F., & Love, I. (2002). Corporate Governance, Investor Protection and Performance in Emerging Markets. World Bank Policy Research Working Paper, 2818. Retrieved January 30, 2013, from http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=303979. Komite Nasional Kebijakan Governance. (2006). Pedoman umum Good corporate Governance Indonesia. Retrieved December 19, 2012 from

http://www.ecgi.org/codes/documents/indonesia_cg_2006_id.pdf Permatasi, F. (2010). Pengaruh Efektivitas Penerapan Good Corporate Governance terhadap Risiko Kredit Perbankan. Unpublished Undergraduate Thesis, Universitas Padjajaran, Bandung, Indonesia. Pontoh, W. (2009). Analisis Pengaruh Tingkat Pengembalian Aktiva, TingkatPengembalian Ekuitas, Laba Per Saham, Tingkat Suku Bunga Deposito, Tingkat Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Harga Saham Perusahaan Di Bursa Efek Indonesia (Studi Pada Saham Perusahaan Lq-45 Periode 2004 S/D 2008). Jurnal Riset Akuntansi Going Concern Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi, 4(4), 2-19. Retrieved December 20, 2012 from http://www.unsrat.ac.id/files/pdf_file/Artikel/Winston%20Pontoh%20-

%20Pengaruh%20ROA,ROE,EPS,Tingkat%20Suku%20Bunga,Inflasi%20dan%20Nilai %20Tukar%20terhadap%20Harga%20Saham.pdf. Prasinta, D. (2012). Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan. Accounting Analysis Journal, 1(2). Retrieved January 30, 2012, from http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aaj. Pratiwi, D. D. (2012). Pengaruh CAR, BOPO, NPF Dan FDR Terhadap Return On Asset (Roa) Bank Umum Syariah (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Tahun 2005 2010). Unpublished Undergraduate Thesis, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia.

24

Saidi, Z., & Hosein, N. Imran. (2003). Tidak Islamnya Bank Islam, Kritik Atas Perbankan Syariah. Jakarta: Pustaka Adina. Retrieved December 19, 2012 from

http://www.mandailing.org/ind/bacaan02.html. Setiaji, N. (2011). Pengaruh Rasio Intensitas Penelitian Dan Pengembangan, Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas Dan Rasio Pembayaran Dividen. Unpublished Undergraduate Thesis, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia. . Syam, D., & Najda, T. (2012). Analisis Kualitas Penerapan Good Corporate Governance pada Bank Umum Syariah di Indonesia Serta Pengaruhnya Terhadap Tingkat Pengembalian dan Risiko Pembiayaan. Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan, 2. Retrieved December 12, 2012, from E-jounal Universita Muhammadiyah Malang Database. Wibowo, H. (2011). Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Dan Perbankan Konvensional Di BTN Cabang Yogyakarta. Unpublished Undergraduate Thesis, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia. Wulandari, C.A. (2009). Tinjauan Pelaksanaan GCG. Retrieved December 19, 2012, from http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/130671-T%2027289-Tinjauan%20pelaksanaanTinjauan%20literatur.pdf. Yulianti, R. T. (2010). Transparansi Anggaran: Suatu Upaya Efisiensi Dan Antisipasi Korupsi di Indonesia. Unpublished Journal, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Indonesia. Retrieved December 16, 2012, from http://fis.uii.ac.id/download/doc_download/15transparansi-anggaran-suatu-upaya-efisiensi-dan-antisipasi-korupsi-di%20indonesia.html. .

25

Anda mungkin juga menyukai