Anda di halaman 1dari 15

TINJAUAN PUSTAKA

a. Kristal Fotonik 1 Dimensi Kristal fotonik satu dimensi merupakan sistem optik periodik yang disusun atas unitunit sel identik. Masing-masing unit sel tersebut terdiri atas dua atau lebih lapisan material dielektrik dengan indeks bias rendah dan tinggi, dan dengan ketebalan berorde panjang gelombang EM operasional. Interferensi antara gelombang transmisi dengan refleksi dapat mengakibatkan pemblokiran perambatan gelombang EM pada rentang panjang gelombang tertentu yang disebut photonic band gap ( PBG ). Adanya rentang PBG ini mirip dengan energi band gap pada perilaku elektron dalam material semikonduktor .Kristal fotonik terdiri atas dua jenis polarisasi yaitu transfer magnetic ( TM ) dan transfer elektric ( TE ) dimana medan magnet dan medan listrik saling orthogonal. Dengan mengasumsikan bahwa susunan periodik dari film multilayer memiliki indeks bias dan dan memiliki N unit sel, seperti pada gambar:

Gambar 1. Susunan periodik dari film multilayer dengan N unit

Pada kiri dan kanan di luar kristal adalah medium yang homogen dengan indeks bias . Cahaya datang yang memiliki amplitudo dan frekuensi datang dari sebelah kiri. Kemudian cahaya ini akan berinteraksi dengan struktur ini, menghasilkan gelombang datar yang menjalar ke kanan dengan amplitudo t pada bagian luar sebelah kanan, dan gelombang datar pantulan dengan amplitudo ke sebelah kiri.

Contoh perhitungan transmitansi kristal fotonik 1-D untuk kombinasi indeks bias: 1. 2. 3. =1 = 2,1 = 1,38

dengan jumlah lapisan 3.

b. Pemantulan dan Pembiasan Gelombang Datang Gelombang yang tiba pada bidang batas, pada umumnya terbagi menjadi dua gelombang, yakni gelombang bias yang terus bergerak ke dalam medium dua (

misalnya air ) dan gelombang pantul yang berberak kembali ke dalam medium satu ( misalnya udara ). Gelombang datang, gelombang pantul, dan gelombang bias. Syarat batas tangensial menyatakan bahwa Ey, Ez, Hy, Hz, harus kontinu pada x = 0. Dalam menggunakan syarat batas ini, vektor madan E harus dipecah menjadi komponen yang sejajar dan tegak lurus bidang datar. Medan E yang tegak lurus bidang datang (medan H-nya sejajar bidang datang) disebut gelombang transverse electric ( TE ). Medan E yang sejajar bidang datang medan H-nya tegak lurus bidang datang) disebut gelombang p atau transverse magnetic (TM). Kedua komponen

gelombang tersebut saling bebas satu sama lainnya meskipun medium dielektriknya homogen dan isotropis. Dengan perkataan lain, masing-masing gelombang mempunyai karateristik refleksi dan teransmisi yang berbeda. Lebar frekuensi terjadinya bend gap tergantung pada selisih indeks bias antara medium satu dengan medium dua.

Gambar 2. Pemantulan pada Hukum Bragg Perbedaan indeks refraksi yang kontras memiliki peranan penting terhadap pembentukan PBG, terdapat dua alasan. Pertama, setiap lapisan batas kristal fotonik dengan indeks refraksi kontras, lebih cenderung untuk menghamburkan gelombang yang datang dari segala arah, sehingga PBG lebih mudah terbentuk. Ke dua, semakin tinggi perbedaan indeks refraksi, semakin sedikit jumlah lapisan kristal fotonik yang dibutuhkan untuk menghasilkan efek PBG. Setiap lapisan dari Kristal fotonik dapat merefleksikan sebagian gelombang yang melaluinya. Jika setiap lapisan mampu merefleksi lebih banyak gelombang karena perbedaan indeks refraksi yang besar,

maka jumlah lapisan yang dibutuhkan untuk membentuk PBG menjadi lebih sedikit dibanding struktur dengan perbedaan indeks refraksi yang lebih kecil.

Listing Matlab clear;

%parameter input% c=3*10^8; lambda0=550*10^-6; w0=2*pi*c/lambda0; M=6; N=10; L=2; R=1; K=1000; dwr=0.0008; wr0=0.5; omega0=w0*wr0; counter=0;

%indeks bias% n0=1; n1=2.1; n2=1.38; nd1=2.1; nd2=2.1;

nd3=2.1;

%lebar defek% d1=lambda0/4/n1; d2=lambda0/4/n2; D1=2*lambda0/4; D2=2*lambda0/4; D3=2*lambda0/4;

%sudut% p0=0; p1=asin((n0/n1)*sin(p0)); p2=asin((n1/n2)*sin(p1)); pd1=asin((n2/nd1)*sin(p2));

pd2=asin((n2/nd2)*sin(p2)); pd3=asin((n2/nd3)*sin(p2)); dz=(d1+d2+D1+D2+D3)/K; for k=1:K counter=counter+1; wr(k)=dwr*k+wr0; omega(k)=w0*wr(k); lambda(k)=2*pi*c/omega(k);

%sumbu z% z(k)=k*dz;

%vektor propagasi% k0(k)=n0*omega(k)*cos(p0)/c; k1(k)=n1*omega(k)*cos(p1)/c; k2(k)=n2*omega(k)*cos(p2)/c; kd1(k)=nd1*omega(k)*cos(pd1)/c; kd2(k)=nd2*omega(k)*cos(pd2)/c; kd3(k)=nd3*omega(k)*cos(pd3)/c;

%komponen matriks% P0_11(k)=1; P0_12(k)=1; P0_21(k)=k0(k); P0_22(k)=-k0(k);

P1_11(k)=1; P1_12(k)=1; P1_21(k)=k1(k); P1_22(k)=-k1(k);

P2_11(k)=1; P2_12(k)=1; P2_21(k)=k2(k); P2_22(k)=-k2(k);

Pd1_11(k)=1; Pd1_12(k)=1; Pd1_21(k)=kd1(k); Pd1_22(k)=-kd1(k);

Pd2_11(k)=1; Pd2_12(k)=1; Pd2_21(k)=kd2(k); Pd2_22(k)=-kd2(k);

Pd3_11(k)=1; Pd3_12(k)=1;

Pd3_21(k)=kd3(k); Pd3_22(k)=-kd3(k);

M1_11(k)=exp(i*k1(k)*d1); M1_12(k)=exp(-i*k1(k)*d1);

M1_21(k)=k1(k)*exp(i*k1(k)*d1); M1_22(k)=-k1(k)*exp(-i*k1(k)*d1);

M2_11(k)=exp(i*k2(k)*d2); M2_12(k)=exp(-i*k2(k)*d2);

M2_21(k)=k2(k)*exp(i*k2(k)*d2); M2_22(k)=-k2(k)*exp(-i*k2(k)*d2);

Md1_11(k)=exp(i*kd1(k)*D1); Md1_12(k)=exp(-i*kd1(k)*D1); Md1_21(k)=kd1(k)*exp(i*kd1(k)*D1); Md1_22(k)=-kd1(k)*exp(-i*kd1(k)*D1);

Md2_11(k)=exp(i*kd2(k)*D2); Md2_12(k)=exp(-i*kd2(k)*D2); Md2_21(k)=kd2(k)*exp(i*kd2(k)*D2); Md2_22(k)=-kd2(k)*exp(-i*kd2(k)*D2);

Md3_11(k)=exp(i*kd3(k)*D3); Md3_12(k)=exp(-i*kd3(k)*D3); Md3_21(k)=kd3(k)*exp(i*kd3(k)*D3); Md3_22(k)=-kd3(k)*exp(-i*kd3(k)*D3);

P0(:,:,k)=[P0_11(k) P0_12(k);P0_21(k) P0_22(k)]; P1(:,:,k)=[P1_11(k) P1_12(k);P1_21(k) P1_22(k)]; P2(:,:,k)=[P2_11(k) P2_12(k);P2_21(k) P2_22(k)]; Pd1(:,:,k)=[Pd1_11(k) Pd1_12(k);Pd1_21(k) Pd1_22(k)]; Pd2(:,:,k)=[Pd2_11(k) Pd2_12(k);Pd2_21(k) Pd2_22(k)]; Pd3(:,:,k)=[Pd3_11(k) Pd3_12(k);Pd3_21(k) Pd3_22(k)];

M1(:,:,k)=[M1_11(k) M1_12(k);M1_21(k) M1_22(k)]; M2(:,:,k)=[M2_11(k) M2_12(k);M2_21(k) M2_22(k)]; Md1(:,:,k)=[Md1_11(k) Md1_12(k);Md1_21(k) Md1_22(k)]; Md2(:,:,k)=[Md2_11(k) Md2_12(k);Md2_21(k) Md2_22(k)]; Md3(:,:,k)=[Md3_11(k) Md3_12(k);Md3_21(k) Md3_22(k)];

% matriks n1/n2% TBragg(:,:,k)=P1(:,:,k)*inv(M1(:,:,k))*P2(:,:,k)*inv(M2(:,:,k));

% matriks n2'/n1% TDefect1(:,:,k)=Pd1(:,:,k)*inv(Md1(:,:,k))*P2(:,:,k)*inv(M2(:,:,k));

% matriks n2"/n1% TDefect2(:,:,k)=Pd2(:,:,k)*inv(Md2(:,:,k))*P2(:,:,k)*inv(M2(:,:,k));

% matriks n2"/n1% TDefect3(:,:,k)=Pd3(:,:,k)*inv(Md3(:,:,k))*P2(:,:,k)*inv(M2(:,:,k));

% Transmitansi% Init=[1;0];

h(:,:,k)=inv(P0(:,:,k))*TBragg(:,:,k)^M*TDefect1(:,:,k)*TBragg(:,:,k)^N*TDe fect2(:,:,k)*TBragg(:,:,k)^L*TDefect3(:,:,k)*TBragg(:,:,k)^R*P0(:,:,k)*Init;

s(k)=abs(1/h(1,1,k));

T(k)=s(k)^2;

end

figure(1); plot(lambda,T,'-k','LineWidth',2); xlabel('Panjang Gelombang \lambda (\mum)') ylabel('Transmitansi ') title ('Grafik Transmitansi - Panjang gelombang','FontWeight','bolt') grid hold on;

DisplayMatlab

Analisa Pada program kami mencoba menyesuaikan bentuk output sesuai dengan display yang diinginkan dengan menginputkan 2 indeks bias yang disimulasikan bahwa cahaya melewati 2 kristal fotonik yang berbeda nilai indeks biasnya. program ini dimulai dengan memasukkan input kecepatan cahaya, nilai lambda, dan nilai fisis yang lain seperti banyak lapisan bragg.setelah itu mennyatakan nilai indeks biasnya. pada kali ini kami mencoba untuk memvariasikan indek bias sesuai yang adapat kita lihat pada gmabar. lalu memasukkan nilai lebar defek sesuai dengan rumus yang diinputkan, begitu juga sudut datang cahaya. setalah semua selesai termasuk dengan menentukan rumus vektor propagasinya, lalu kita mengolahnya dalam bentuk matriks. pada tahap selanjutnya kita mengolah matriks ini menggunakan metode matriks transfer. Dari matriks transfer nanti didapatkan

solusinya. Setelah dimasukkan ke dalam program nanti akan dimunculkan dalam bentuk grafik, dimana nilai indeks bias divariasikan. Kesimpulan Dari hasil program di atas dapat diambil kesimpulan bagaimana pengaruh besar indeks bias terhadap gelombang yang melewatinya. Dari grafik transmitasi terhadap panjang gelombang. Semakin besar indeksbiasnya (d) semakin besar pula panjang gelombangnya. Juga karena hal ini menimbulkan munculnya puncak transmitasi di dalam celah pita (defect mode). Dari hasil terdapatnya garis linier dari indek bias terhadap terhadap celah pita, maka dapat dikatakan transmitasi Kristal fotonik ini dapat digunakan menjadi sensor

Daftar Pustaka 1. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/04/kristal_fotonik_nonlinier_untuk_aplikasi_alloptical_switching.pdf

2. http://mr-mahmudi.blogspot.com/2010/12/analisis-absorbansi-dantransmitansi.html

3. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/62452/G13mro.pdf 4. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/43859/2009tpn.pdf

Anda mungkin juga menyukai