Anda di halaman 1dari 10

Kanker Rongga Mulut (Oral) Premaligna, Karsinoma Sel Skuamous

Posted on 13 February 2011 by ArtikelBedah

Kanker mulut umumnya bersifat maligna terutama pada perokok serta orang dengan konsumsi makanan kurang serat menyebabkan morbiditas, penderitaan , dan kematian. Namun demikian kanker secara primer merupakan penyakit akibat usia dan disregulasi sel. Lebih dari 90 % dari semua kanker mulut berkembang pada usia diatas 45 tahun dengan onset rata-rata umur decade 60-an, tetapi ada indikasi lain yang sudah terdaftar di seluruh dunia bahwa onset usia untuk kanker mulut menurun, faktanya bahwa dilaporkan pasien dengan usia dibawah 40 tahun tanpa bukti faktor resiko. Penelitian terbaru menyatakan adanya kemungkinan perubahan genetik kromasomal yang berpotensi sebagai factor resiko Di amerika serikat penderita kanker mulut yang tertinggi adalah African-america dibanding ras lain juga mempunyai mortalitas tertinggi (table 20.1). prevalensi ini mungkin berhubungan dengan kepedulian kesehatan pribadi, tingkay pendidikan, dan keterlambatan diagnosis. Lidah merupakan organ yang paling sering terkena di bagian intraoral kemudain diikuti oleh bibir dan dasar mulut. Jika bibir tidak dimasukkan dalam kategori(dominant pada pria) maka rasio jenis kelamin pria dan wanita adalah kurang dari 2 : 1. Kanker mulut dihubungkan dengan morbiditas yang tinggi, nyeri, dan kematian. Ketahanan hidup 5 tahun (five-year survival rate) untuk kanker mulut jenis sel skuamous jelek(table 20.2) bahkan pada Negara yang sudah berkembang dengan pembedahan,radioterapi, dan kemoterapi yang sangat maju, ketahanan hidupnya kira-kira hanya 50%. Pada umumnya kanker terapi biasanya dilakukan sebagai usaha untuk penyembuhan akan tetapi jika terapi telah selesai dilakukan maka morbiditas meningkat dan kualitas hidup akan menurun. Keadaan menjadi tidak baik jika terjadi keterlambatan diagnosis dan akan menjadi tumor stadium lanjut, maka yang harus dipertimbangkan adalah batas-batas tumor pembedahan, meningkatnya metastase regional, menurunnya efektifitas radioterapi, dan factor-faktor biologi lainnya yang berhubungan dengan ukuran tumor Karena keterlambatan diagnosis maka pencegahan merupakan prioritas. Pencegahan diantaranya adalah pengawasan factor resiko pada perokok dan konsumsi alcohol. Factor lain yang tidak kalah penting adalah menurunkan terjadinya kanker mulut yaitu pengenalan dan penatalaksanaan lesi prekanker akan tetapi informasi yang terbaru walaupun segala usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kanker , sebagian kanker mulut tetap berkembang. Deteksi dini merupakan salah satu cara

untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas, akan tetapi menentukan diagnosa dini dan lokasi kanker mulut sel skuamous belum memuaskan. Premalignansi oral Premalignansi oral dapat diketahui sebagai lesi dengan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dan dapat berubah menjadi kanker, diikuti oleh disrupsi fungsi jaringan normal . proses patologi ini terjadi pada epitel skuamous berlapis yang melapisi seluruh rongga mulut dan orofaring. Manifestasi klinis yang tersering adalah leukoplakia yang merupakan proses biokimia hyperkeratosis. Penjelasan ilmiah tentang hubungan antara pembentukan keratin dan transformasi malignansi belum diketahui; hubungan berdasarkan epidemiologi terjadinya karsinoma perbandingan tiap individu dengan populasi secara umum. hyperkeratosis menyebabkan plak berwarna putih yang tidak dapat hilang walaupun digores juga adanya eritroplakia sebagai lesi beresiko tinggi, kombinasi kedunya tidak jarang muncul (erythroleukoplakia) lesi tersebut lebih cepat menjadi displasia atau karsinoma disbanding dengan lesi yang homogen. Pada kebanyakan kasus, prediksi tentang perubahjan menjadi malignasi tidak akurat oleh sebab itu penanda seluler (tumor marker) sedang dikembangkan dan di uji untuk akurasi skrining lesi mana yang akan menjadi kanker. Pengetahuan tentang genetic molecular juga membantu dalam penilaian perubahan menjadi kanker. Walaupun banyak practitioners (dokter) mempunyai pengetahuan terbatas untuk mengenal secara klinis factor resiko dan morfologi secara mikroskopik untuk membantu rumusan penilaian klinis dan penatalaksanaan. Hubungan Patologi dan molecular dari penyakit Premalignansi & displasia Perubahan mikroskopis yang terjadi dalam batasan leukoplakia dari hyperkeratosis sederhana sampai karsinoma sel skuamous dini . walaupun kombinasi lesi merah dan lesi putih menunjukkan perubahan yang besar dari perubahan displastik, penampakan klinis dari leukloplakia tidak bisa diprediksi dari penampakan mikroskopis. Keratosis benigna termasuk hiperparakeratosis, hiperortokeratosis, akantosis, dan kombinasi perubahan ketiganya. Parakeratosis bersama akantosis sering ditemukan pada perokok, jika sel-sel mulai berubah menjadi malignansi, sel-sel tersebut berada pada lapisan basal dan parabasal . sel-sel tersebut memperlihatkan perubahan atipik sitologi klasik yang mengindikasikan siklus sel yanhg cepat termasuk pleomorfik, hiperkromasi, dan membesarnya ukuran inti sel selanjutnya bentuk menjadi bulbous & teardrop (bentuk bulbus dan air mata) dan akan bersatu antara satu dengan yang lain.

perubahan ini alami, jika terbatas pada bagian bawah epitel skuamous berlapis maka secara umum disebut mild dysplasia . sangat penting bagi seorang dokter untuk memahami bahwa diagnosis mild dysplasia di tandai sebagai perkembangan suatu lesi kanker. Iritasi dan inflamasi dapat pula merubah mukosa yang dapat menyebabkan perubahan seperti displasia. Perubahan atipik sitologi yang terjadi di bagian basal, parabasal, dan lapisan spinosus maka dapat dikatakan sebagai moderate dysplasia, sedangkan jika sebagian besar lapisan epitel sudah terjadi perubahan disebut severe dysplasia. Perubahan sitologik yang sudah melewati lapisan basal hingga permukaan luar dari keratinosit disebut karsinoma in-situ, yang penting adalah pada severe dan moderate dysplasia sebagaimana karsinoma in-situ dapat dikatakan sebagai lesi prekanker dan sangat cenderung menjadi kanker skuamous. Beberapa lesi displasia yang tak di terapi bisa tidak terjadi perubahan selama beberapa bulan bahkan sampai bertahun-tahun dan bebrapa diantaranya hilang secara spontan, tetapi tidak bisa diperkirakan secara akurat perjalanan displasia tanpa pemeriksaan histopatologis. MALIGNANSI & KARSINOMA Dikatakan karsinoma jika secara sitologi karatinosit atipik telah hilang kontuinitas dengan epitel skuamous berlapis dan sel-sel tumor telah menyebar sampai submukosa. Proses ini merupakan kejadian dini dalam karsinogenesis yang disebut invasive karsinoma sel skuamous superfisialis. Walaupun perubahan ini berkembang dari lesi displastik menjadi karsinoma in-situ tapi tidak menutup kemungkinan terjadi hanya pada sel-sel stratum basalis yang displasia. Tidak semua kanker dini berkembang dari karsinoma in-situ yang menyebar ke submukosa. Penyebaran ini biasanya berasal dari membrane basalis; namun demikian pada saat tumor menyebar kedalam submukosa biasanya dibungkus oleh struktur membrane basalis, hal tersebuit merupakan bukti bahwa rangkaian dari penyebaran ini di atur oleh sel-sel protein. Jika sel-sel karsinoma telah menyebar dalam submukosa maka penetrasi dinding vascular limfatik akan terjadi dan sel-sel tumor intralimfatik dapat berpindah secara pasif ke limfonodus regional sebagai nodus metastase yang akan memperburuk prognosa. Jalur metastase yang utama adalah melalui system limfatik dengan penyebaran secara hematologen. Penyebaran secara hematogen jarang menyebar ke system organ yang lain. Sebagaimana biasanya pertumbuhan tumor dan invasi kedalam jaringan ikat awalnyadidahului debgan respon inflamasi kronis. Sel-sel yang berasal dari tumor yang lain berkembang pada kecepatan yang berbeda, dan kecepatan pergantian siklus sel secara terbalik berkaitan dengan diferensiasi tumor.sel-sel yang

menempakkan gambaran keratinosit yang matur, skuamous, mutiara keratin berdiferensiasi dengan baik, dimana jika tanpa diferensiasi keratin menyerupai selsel basalod dan berdiferensiasi jelek. Secara umum sel berdiferensiasi jelek mempunyai kecepatan pergantian siklus yang lebih cepat, lebih agresif, dan lebih sensitive terhadap radioterapi. Umumnya tumor pada bagian anterior mulut lebih berdiferensiasi disbanding bagian posterior (tonsil, dasar lidah). SIKLUS SEL Kanker mulut dan lesi mulut prekanker berkembang sebagai konsekwensi siklus sel yang tidak terkontrol. Factor-faktor etiologi yang telah disebutkan bertanggung jawab hingga siklus sel terus berlanjut. Peningkatan siklus ini merupakan akibat mutasi berganda sampai empat sampai delapan mutasi dengan berbagai variasi yang mengatur proses pembelahan sel. Keratinosit oral mem,punyai reseptor-reseptor membrane di permukaan yang mengikat ligand sitokin dan banyak sitokin dengan growth factors (factor pertumbuhan). Epidermal growth factors, plateled derived growth factors, dan fibroblast growth factors yang semuanya memiliki reseptor keratinosit, sekali sudah terikat dengan ligand mereka akan memacu konformasional perubahan protein dengan fosforilasi domain reseptor intrasitoplasmik (aktifitas kinase) sehingga akan memicu proses biokimia yang melibatkan secondary messengers seperti MAP Kinase (mitosis-associated protein) dalam sitoplasma yang menyebabkan kulminasi di dalam transkripsi DNA dari protein. Protein-protein tersebut transaktifasi DNA-binding protein yang lain membentuk struktur yang disebut ring fingers. Factor-faktor transkripsi seperti C-myc,fos,dan jun akan mengaktifkan molekulmolekul pengatur siklus sel. Banyak gen-gen yang memberi kode growth factor , reseptor-reseptor, molekul internal pemberi signal, factor-faktor transkripsi disebut sebagai proto-onkogen. Jika terpicu dan menjadi aktif maka akan terjadi mitosis yang cepat. Molekul yang rusak atau mutasi akan mengurangi ekspresi proto-onkogen kemudian akan meningkatnya siklus mitosis.. siklus sel di pengaruhi oleh molekul-molekul yang mehatur tiap fase. Fase G1 merupakan suatu masa antara (Gap) dengan aktifitas yang minimal atau dengan kaya lain merupakan tahap awal fase S dimana DNA beristirahat dan terjadi polymerase dan akan menggandakan rantai.setelah fase S maka akan memasuki fase G2 atau fase istirahat setelah itu fase berikutnya adalah pengikatan molekul sitoskeletal yang mengumpulkan mitosis spindle dan permulaan metaphase. Terdapat substansi yaitu cyclins dan cell Cycle-dependent kinase (CDK) yang berfungsi sebagai sawar sel/reseptor. Proliferating cell nuclear antigen (PCNA)

merupakan kofaktor yang berikatan dengan cyclins dan CDK dan diekspresikan sebelum & selama fase S. GEN SUPRESSOR TUMOR Terdapat kelompok gen yang memberi kode dan pengaruh negative pada bagian sel yang diketahui sebagai tumor suppressor genes (TSG). TSG berfungsi untuk menghambat siklus sel saat terjadi kerusakan DNA. Kerusakan DNA dapat terjadi akibat karsinogen atau infeksi dengan virus onkogen, jika krusakan parah dan tidak bisa diperbaiki maka protein TSG akan memicu terjadinya Apoptosis (Programmed cell death). Salah satu gen utama adalah p53 dimana protein ini akan aktif jika DNA rusak, p53 merupaka factor transkripsi yang memicutranskripsi protein yang lain yaitu p21 yang menghambat interaksi siklus sel , mengatur protein CDK & Cyclin, inhibisi ini melindungi sel dari cepatnya masuk ke dalam fase S. mutasi p53 pada kedua alel atau hanya satu alel yang dimutasi sedangkan yang lainnya akan diekspresikan akan mengakibatkan tak ada hambatan pada siklus sel dan kecepatan mitosis akan tidak terkendali. pada kanker mulut biasanya p53 akan mutasi.sebagai informasi proto-onkogen, TSG, dan molekul protein sawar sel merupakan kelompok gen yang berfungsi untuk memperbaiki DNA yang juga dapat bermutasi pada kanker mulut. Proses repair pada rantai tunggal dan ganda pada DNA dapat terjadi ketidakcocokan dan biasanya proses ini terjadi pada masa replikasi dan hasilnya disebut molekul pengganti. Kerusakan DNA yang tak terkendali pada tampat tertentu dapat menyebabkan terganggunya masa mitosis. Pada table 20.7 menerangkan bahwa daftar lesi molekul yang di identifasi pada lesi prekanker 4 lesi kanker mulut. Penyebab perubahan gen tidak selalu dapat diketahui namun demikian kaitannya dengan onkogen mukosa atrofi human papillomavirusses(HPV) telah diketahui. HPV tipe 16 dan 18ditemukan dalam kanker sel skuamous serviks uterus adalam bentuk trunkal sampai 98%,juga ditemukan pada kanker sel skuamous oral dan anorektal. Peranan HPV pada patogenesis kanker rongga mulut beleum sejelas pada kanker serviks; telah banyak peneliti menyelidiki HPV DNA, mRNA, dan protein virus pada kanker rongga mulut. HPV tipe 16 memberi kode suatu protein awal(E6) yang transaktifkan sel genom host untuk sintesa suatu protein yang mampu mengikat p53. ikatan ini dapat menyebabkan degradasi ensim p53 melalui jalur ubiquintinproteasome, dengan eliminasi p53-p21 maka mekanismw mitosis akan gagal, jika bersamaan dengan mutasi pada satu alel siklus sel menjadi tidak etrkendali.

MOLEKUL ADHESI Selain karena aktifasi sel , kanker rongga mulut mempunyai sel-sel yang bermigrasi dan melengket pada endotel p[embuluh darah dan masuk kedalam sirkulasi selanjutnya akan menyebar. Potensi penyebaran dan metastase sel karsinoma tidak seperti teroris akan tetapi secra biologis akan melewati matriks ekstraseluler (ECM)karena sifat sel. Ekspresi molekul matriks adhesi dengan sinyal internal menyebabkan peningkatan sitoskeletal didalam sel akan menyebarkanluaskan motilitas. Karsinoma rongga mulut telahmenunjukkan menurunnya factor yang diperlukan untuk ikatan sel dengan protein ECM dan proteoglikans. Hilangnya alfa2,3,4,5,6 ,beta -1 adan dimmer 64 pada karsinoma juga hilangnya adhesin akan mengurangi imobilisasi. Integrin ligan laminin 5 pada membrane basalis juga hilang dan ekspresi akan lemah, sebaliknya integrin v6 meningkat sama seperti ensim sinyal internal kinase keduanya akan memicu motilitas sel. Molekul adhesi sel lain yang tak terekspresi dan diperkirakan mempunyai hubungan denan penyebaran dan metastase yaitu E-Chaderin, Catenins, dan Hyaluronate binding molecul CD44. RESPON HOST Pertahanan host melawan perubahan keratinosit rongga mulut dapat dilihat secara histology sebagai suatu infiltrasi leukosit mononuclear disekeliling sel-sel kanker, lesi prekanker tentunya juga merangsang respon inflamasi mukosa. Sel-sel tumor memperlihatkan varasi antigen yang ditemukan pada fetal dan disebut cancer-fetal antigen . beberapa sel kanker memperlihatkan antigen kanker spesifik yang unik, antigen-antigen tersebut merupakan target sel T sitotoksik yang dimana kompleks reseptor T-sel dapat mengenal antigen jika terbaca pada konteks molekul major histo-compability complex class I(MHC-1) pada membran sel kanker. rencana terapi dikembangkan dengan sasaran antigen tersebut memakai antibody imunospesifik dan limfosit sitotoksik. SPEKTRUM KLINIS PREMALIGNAN RONGGA MULUT DAN LESI KANKER Seperti ilustrasi sebelumnya lesi premaligna rongga mulut dapat merah, putih atau campuran merah dan putih.Lesi leukoplakia dapat muncul dalam berbagai bentuk seperti putih dan rata bentuk yang kurang iregularitas disebut leukoplakia homogen, bentuk lain seperti celah dan permukaan yang kasar disebut veruka leukoplakia. jika lesi veruka putih bentuk difus atau multifokal disebut proliferasi veruka leukoplakia. Bentuk ini umumnya ditemukan pada penderita wanita tua, kebiasaan merokok dan mempunyai resiko tinggi untuk menjadi keganasan Leukoplakia pada bibir diperkirakan akibat radiasi ultraviolet dan disebut actinic cheilitis. Lesi biasanya rata diseluruh atau sebagian permukaan perbatasan

vermillion bibir. Kadang-kadang ditandai dengan adanya krusta dan menebal, jika daerah ulserasi atau indurasi muncul pada permukaan bibir maka perlu dicurigai adanya displasia dan perubahan dini karsinoma Eritroplakia merupakan tipe macula berwarna merah homogen yang difus, eritroplakia juga dapat bercampur dengan plak berwarna putih (ertroleukoplakia). eriroplakia dengan bintik putih kecil yang banyak disebutk bintik Eritroplakia. penyakit lain mempunyai penampilan serta gejala klinis yang sama dengan displasia dan karsinoma oleh karena itu harus dilakukan biopsy untuk dignosa pasti. Karsinoma sel skuamous rongga mulut telah ada secara de novo sebelum klinis leukoplakia dan Eritroplakia nampak. Secara klinis lesi mempunyai penampakan seperti lesi prekanker stadium awal karsinigenesis. pada saat awal penyebaran dari submukosa Karsinoma sel skuamous mempunyai indurasi, luka yang tidak bisa sembuh, dan tepi yang tinggi. Karsinoma veruka dan karsinoma sel skuamous rongga mulut jenis papiler berbentuk eksofik dan difus. Lesi papiler dapat menyebar keseluruh permukaan pada stadium lanjut namun demikian walaupun jenis papiler ini dekstruktif local tetapi jarang metastase. Seperti kanker pada umumnya Karsinoma rongga mulut juga diklasifikasikan secara klinis sebagai dasar pemberian terapi. System yang digunakan adalah klasifikasi TNM dimana T adalah ukuran tumor primer, N menunjukkan lesi metastase pada limfonodus, sedangkan M menunjukkan ada tidaknya metastase. Pada karsinoma rongga mulut organ yang paling sering sebagai sasaran metastase adalah paru-paru. FAKTOR-FAKTOR RESIKO PREMALIGNANSI Perkiraan yang paling tepat adanya perubahan berdasarkan atas displasia epitel secara mikroskopik. walaupun perbedaan pendapat masih ada tentang derajat displasia seperti halnya karsinoma in situ, kecepatan perubahan disploasia secara mikroskopis telah diketahui pasti, regresi pada displasia sangat jarang oleh karena factor resiko maka harus dilakukan eksisi. Eriroplakia merupakan gejala displasia epitel dan karsinoma oleh karena itu setiap perubahan mukosa harus selalu di evaluasi dengan mikroskop. Karena leukoplakia jarang dihubungkan dengan ketidaknyamanan maka setiap perubahan harus selalu dicurigai sebagai factor resiko. Penampilan klinis dan sifat leukoplakia kadang kadang merupakan suatu tanda meningkatnya resiko. leukoplakia veruka proliferatif menunjukkan adanya resiko kearah keganasan , dan memrlukan terapi yang maksimal. Leukoplakia ini berhubungan dengan HPV tipe 16. Kandida juga sering dihubungkan dengan leukoplakia karena candida hyphae sering

terlihat secara mikroskopis, tetapi peranannya belum jelas. Kandida mampu menghasilkan karsinogenik nitrosamine melalui reaksi biokimia jaringan. Walaupun hubungannya dengan karsinogenesis belum jelas tetapi munculnya kandida harus dicurigai sebagai factor resiko yang potensial . Merokok juga merupakan factor resiko terjadinya hyperkeratosis dan leukoplakia karena iritasi kimia dan mekanik, tetapi terdapat juga suatu paradoksis dimana adanya penderita dengan leulop[lakia rongga mulut yang tidak merokok tetapi factor resiko keganasan tampak lebih tinggi. Diperkirakan terdapat factor letal pada penderita tersebut. Berhenti dari kebiasaan merokok juga dapat mengakibatkan hilangnya lesi, sedangkan konsumsi alcohol & merokok secara bersamaan meningkatkan resiko disregulasi sel dan karsinogenesis. Ketuaan juga dapat berpengaruh pada Karsinoma rongga mulut karena mekanisme homeostatic sensitive yang mengendalikan pertumbuhan epitel dipengaruhi oleh sifat onkogen yang bertanggung jawab terhadap waktu pemaparan virus dan agen kimia menurun. Harus di ingat walaupun leukoplakia tanpa ada factor resiko tetapi keganasan tidak bisa diabaikan oleh karena itu pengawasan berkesinambungan harus dilakukan. DIAGNOSIS Diagnosis lesi premaligna didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaam mikroskopis diikuti dengan biopsy. Menghilangnya lesi dapat mengurangi dugaan adanya keganasan dan premalignansi pada saat itu. Biopsy seringkali tertunda karena kendala dari dokter dan pasien, atau institusi lain memberi terapi untuk menyingkirkan infeksi dan iritasi local. Diagnosa tidak boleh ditunda lebih dari 3 sampai 4 minggu. Kadang-kadang luasnya lesi membuat biopsy sulit dilakukan oleh sebab itu pertimbangan klinis sangat membantu prosedur biopsi . prosedur tetes toluidine blue sengat bermanfaat olek karena akurasi, biaya murah, waktu yang singkat, sederhana, dan non invasif. prosedurnya dengan cara meneteskan larutan toluidine blue 1% pada lesi setelah itu dibilas dengan air , lalu ditetesi asam cuka 1% kemudian bilas lagi dengan air, ketepatannya melebihi 90%. Mekanismenya adalah ikatan antara toluidine blue dengan DNA dan sulfat mukopolisakarida, keduanya sangat selektif pada keganasan dan displasia epitel rongga mulut disbanding epitel yang normal dan lesi benigna, apalagi toluidine blue berikatan dengan sitoplasma bermuatan negative mengikat membrane mitokondria, yang akan berikatan lebih kuat jika terjadi displasia dan keganasan. Sitologi sangat membantu hasil diagnosa yang akurat, namun yang menjadi hambatan adalah pengambilan sample sel dan biaya yang mahal . teknik biopsy sikat menggunakan sikat khusus untuk pengambilan sample pada epitel skuamous

berlapis, ketelitiannya melebihi 95%. Prosedur ini tidak nyeri sehingga pembiusan tidak diperlukan. Pertanyaan yang sering muncul jika di lakukan biopsy ulang adalah jika ada bukti displasia maka harus di eksisi dan dievaluasi secara periodic(follow up) tetapi jika displasia tidak ada atau hanya diklasifikasikan sebagai mild displasia maka tidak di eksisi, kemudian dilakukan pemeriksaan berkala, pemeriksaan ini menggunakan pengujian yang teliti seperti halnya prosedur tetes toluidine blue dan analisa sitologi, jika dalam evaluasi didapatkan perubahan gejala dan tanda atau bercak yang dicurigai, perubahan sitologi maka harus dilakukan biopsy ulang. Tiap perubahan pada apusan sampel, sitologi yang abnormal, gambaran klinis adanya penyebaran dan proliferasi, berkembangnya komponen eritematosus, erosi ulkus atau nyeri pada displasia menunjukkan suatu perubahan menuju keganasan. PENATALAKSANAAN Untuk evaluasi awal dipwerlukan prosedur biopsy untuk ketepatan dianosa. Alternative biopsy insisi menggunakan scalpel adalah punc biospi dengan diameter 5 mm. teknik punch biopsitidakmembutuhhkan jahitan dan bisa mengambil banyak sampel pada lesiyang kecil sering menjadi prtimbangan apakah dilakukan biopsi eksisi atau biopsi insisi, jika dicurigai displasia atau karsinoma maka yang direkomendasikan adalah biopsi insisi dengan pertimbangan dapat digunakan untuk memilihmetode terapi yang terbaik dan memberikan kesempatan kepada dokter untuk mengetahui batas tumor sebenarnya dan tepi tumor. Jika hasil biopsi adalah karsinoma sel skuamous (penyebaran sel-sel displasia masuk kedalam jaringanikat yang mendasari) maka harus dirujuk ke onkologis untuk mendiskusikan terapi yangpaling tepat. Saat ini pengobatan yang bersifat kuratif adalah pembedahan dan radiasi, kemoterapi digunakanhanya sebagai adjuvan terapi, yang dapat meningkatkan respon tumor. Sensitivitas terhadap terapi bergantung pada stadium kanker: dini (kecil dan terlokalisasi) atau lanjiut ( besar dan menyebar). Evaluas klinis menggunakanCT scandan MRI. Teknik yangterbaru adalah adalah Positron Emission Tomography (PET)dapat menentukan ada tidaknya metastase pada limfonodus, teknik ini membantu dokter untuk menentukan tepi tumor dan kemajuan terapi, juga menentukan prognosis, daya tahantubuh, dan fungsi.. Pada lesi prekanker evaluasi berkala (follow up) harus tetap dilakukan walaupun lesi telah hilang . terapi untuk lesi persisyen yang dicurigai harus di lakukan pembedahan. Tepi tumor dapat menjadi masalah dan menjelaskan terjadinya rekurensi, karena epitel secara klinis dan mikroskopis nampak normal tapi masig mungkinmempunyai protein subseluler yang dapat mengembalikan proses patologis tersebut. Tumor marker dapat membantu masalah.

Teknik laserdapat membantu pembedahan leukoplakia danpengawasannya. Kemoprevensi menggunakananalog vitamin A yaitu retinoid dan vitamin anti oksidan yanglain serta bahangizi seperti beta karoten, vitamin C& E belum efektifdammasih dalam penelitian. Anti oksidanmembantu menstabilkansel radikalbebas (teutama okksigen yangtidak stabil) yangdapat meningkatkan mutagenesis dan karsinogenesis kromosomal. Permasalahan kemoprevensi adalah toksisitasselam pemberian dan rekurensi jika dihentikan, oleh karena itu harus diperhitungkandosis, regimen, danprofil pasien. Pemberian gizi buah-buahan dan sayuran kaya akananti oksidan dan cell suppressor protein sangat membantu menurunkan aktifitas mutagenesis dan karsinogenesis. Ini telah didikungoleh penelitian epidemiologi dan gizi, kesimpulannya adalh pengenalandan kontorol lesi premaligna merupakan cara yangefektif untukmenurunkan morbiditas dan mortalitas kanker rongga mulut. KANKER RONGGA MULUT: KOMPLIKASI TERAPI Tumor yangkecilmembunyai mortalitas danmorbiditas yang rendah dibandingkan lesi stadium lanjut, stadium kanker rongga mulut sangat penting karena semakin tinggi stadium maka akan membutuhkan terapi yang lebih baik , sebagai mana yang diharapkan terapi yang intensif digunakan untuk meningkatkan daya tahan dan juga meningkatkankomplikasi.oleh karena itu mencegah dan menutunkan terapi sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup dan rehabilitasi. EFEK RADIASI Radiasi untuk membunuh sel kanker juga mempunyai efek samping yang tak terelakkan yaitu mempengaruhi sel normal menyebabkan gangguanfungsi dan komplikasi yang berat

Anda mungkin juga menyukai