Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TKKE BATUBARA

Makalah TKKE

BATUBARA
I. DEFINISI Batubara adalah batuan sedimen organik, yang dapat terbakar sehingga dapat digunakan sebagai sumber energi. Batubara terbentuk dari hasil pengawetan sisa - sisa tanaman purba dan menjadi padat setelah tertimbun oleh lapisan di atasnya. Batubara merupakan bahan galian strategis dan salah satu sumber energi yang mempunyai peran besar dalam pembangunan nasional. Secara umum batubara dapat dikenal dari kenampakan sifat fisiknya yaitu berwarna coklat sampai hitam, berlapis, padat, mudah terbakar, kedap cahaya, non kristalin, berkilap kusam sampai cemerlang, bersifat getas, pecahan kasar sampai konkoidal. Unsur kimia utama pembentuk batubara adalah karbon (C), hidrogen (H), nitrogen (N) dan sulfur (S).

Gambar 1. Contoh batubara Pada dasarnya terdapat dua jenis material yang membentuk batubara, yaitu:

Combustible Material, yaitu bahan atau material yang dapat dibakar/ dioksidasi oleh oksigen. Material tersebut umumnya terdiri dari karbon padat (Fixed Carbon), senyawa hidrokarbon, total Sulfur, senyawa Hidrogen, dan beberapa senyawa lainnya dalam jumlah kecil.

Makalah TKKE

Non Combustible Material, yaitu hahan atau material yang tidak dapat dibakar/dioksidasi oleh oksigen. Material tersebut umurnnya terdiri dan senyawa anorganik (Si02, A1203, Fe203, Ti02, Mn304, CaO, MgO, Na20, K20 dan senyawa logam lainnya dalam jumlah kecil) yang akan membentuk abu dalam batubara. Kandungan non combustible material ini umumnya tidak diingini karena akan mengurangi nilai bakarnya.

II. PROSES PEMBENTUKAN BATUBARA Proses pembentukan batubara diawali oleh adanya pertumbuhan tanaman pembentuk batubara di lingkungan rawarawa. Tumbuhan tersebut kemudian mati dan terbenam di rawa. Tumbuhan baru hidup dan mati. Pada akhirnya sisa-sisa tumbuhan yang mati membentuk suatu lapisan, yang kemudian menghilang di bawah permukaan air. Dan terawetkan melalui proses biokimia. Ketebalan lapisan tumbuhan tersebut tergantung dari lamanya tumbuhan hidup. Lapisan tumbuhan yang telah mati dapat ditemukan dalam ketebalan yang bervariasi mulai dari beberapa meter hingga lebih dari 60 meter. Jika diakibatkan oleh adanya penurunan muka tanah (subsidence) yang disebabkan oleh proses tektonik, hutan berakhir dibawah muka air, kehidupan tumbuhan pun berakhir. Selanjutnya material klastik yang dibawa oleh sungai diendapkan diatas sisa-sisa tumbuhan yang telah mati tersebut. Material klastik tersebut dapat berupa lapisan batupasir, batulempung atau batulanau yang kemudian menjadi tebal jika pengendapan terjadi dalam kurun waktu yang lama. Lapisan-lapisan tersebut dikenal sebagai lapisan pembawa batubara yang ketebalannya bisa mencapai ratusan meter. Jika penurunan tanah (subsidence) berkurang atau adanya proses pengangkatan tanah, daratan dapat muncul kembali diatas muka air sehingga tumbuhan dapat hidup kembali. Daurpun berulang kembali. Dengan cara seperti ini akan terbentuk beberapa

Makalah TKKE

lapisan sisa-sisa tanaman dengan kehadiran batupasir, batulanau atau batulempung berselingan mengendap diatasnya. Dalam proses biokimia, adanya aktifitas bakteri mengubah bahan sisa-sisa tumbuhan menjadi gambut (peat). Gambut yang telah terbentuk lambat laun tertimbun oleh endapan-endapan lainnya seperti batulempung, batulanau dan batupasir. Dengan perjalanan waktu yang mungkin berpuluh juta tahun, gambut ini akan mengalami perubahan sifat fisik dan kimia akibat pengaruh tekanan dengan (P) dan temperatur (T), sehingga berubah menjadi Sebagai batubara. Proses perubahan dari gambut menjadi batubara dikenal nama proses pembatubaraan (coalification). gambaran untuk batubara dengan tebal +2m, dibutuhkan lapisan sisa-sisa tumbuhan dengan ketebalan + 60m. Pada tahap ini proses pembentukan batubara lebih didominasi oleh proses fisika dan geokimia. Pada proses pembatubaraan, gambut berubah menjadi batubara lignit, batubara bituminous sampai batubara antrasit. III. PENGELOMPOKKAN BATUBARA Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas : antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.

Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.

Gambar 2. Batubara jenis antrasit

Makalah TKKE

Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.

Gambar 3. Batubara jenis bituminous

Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.

Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya

Gambar 4. Batubara jenis lignite

Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah

Gambar 5. Batubara jenis gambut

Makalah TKKE

Standar Nasional Indonesia menetapkan jenis batubara berdasarkan nilai kalorinya, yaitu : Batubara Kalori Rendah : < 5100 (gambut dan lignite) Batubara Kalori bituminous) Batubara Kalori Tinggi : 6100 - 7100 (batubara bituminus) Batubara Kalori Sangat Tinggi : > 7100 (batubara bituminus dan antrasit) IV. KARAKTERISTIK BATUBARA Karakteristik batubara, dapat dinyatakan berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia yang sifat dimilikinya. fisikanya, Karakteristik lain batubara oleh yang nilai menunjukkan antara diwakili Sedang : 5100 6100 (batubara sub

kerapatan/densitas, kekerasan, ketergerusan (grindability), kalor jenis (specific heat), fluiditas, caking property, dan sebagainya. Di lain pihak, sifat kimia batubara ditunjukkan dengan hasil analisis proksimat, sebagainya. pengukuran analisis Pada ultimat, analisis untuk nilai kalori, komposisi biasanya abu, dan proksimat, dilakukan nilai-nilai:

mendapatkan

1. Kandungan air (moisture) dalam batubara. 2. Zat terbang (volatile matter) yang dilepas dalam bentuk gas saat batubara mendapat perlakuan panas. 3. Kandungan karbon tetap (fixed carbon) dari suatu padatan dapat terbakar yang memiliki kandungan unsur utama berupa karbon (=batubara). 4. Abu (zat oksida mineral yang terkandung dalam batubara) yang tertinggal saat batubara dibakar. V. PARAMETER KUALITAS BATUBARA Untuk mencari nilai kandungan unsur-unsur utama seperti karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan belerang, dilakukan analisis ultimat. Selain unsur-unsur tersebut, batubara juga mengandung unsur-unsur lain seperti klor, fluor, dan lain-lain golongan

Makalah TKKE

halogen, serta aneka unsur logam seperti aluminium besi, dan juga silika yang kesemuanya terkandung di dalam abu. Bagus tidaknya suatu batubara dapat ditinjau dari beberapa hal : Total Moisture Moisture batubara ialah air yang menguap dari batubara apabila dipanaskan sampai pada suhu 105 110 derajat celcius. Total Moisture ialah seluruh jumlah air yang terdapat pada batubara dalam bentuk inherent dan adherent pada kondisi saat batubara tersebut diambil contohnya (as sampled) atau pada pada kondisi saat batubara tersebut diterima (as received). Nilai total moisture diperoleh dari hasil perhitungan niali free moisture dengan nilai residual moisture dengan rumus. % TM = % FM + % RM x (1 % FM/100) Nilai-nilai free moisture dan residual moisture diperoleh dari hasil analisis penetapan total moisture metode dua tahap (two state determination). Proximate Analisis proksimat batubara bertujuan untuk menentukan kadar Moisture (air dalam batubara) kadar moisture ini mencakup pula nilai free moisture serta total moisture, ash (debu), volatile matters (zat terbang), dan fixed carbon (karbon tertambat) ). Moisture ialah kandungan air yang terdapat dalam batubara sedangkan abu (ash) merupakan kandungan residu non-combustible yang umumnya terdiri dari senyawa-senyawa silika oksida (SiO2), kalsium oksida (CaO), karbonat, dan mineral-mineral lainnya Volatile matters adalah kandungan batubara yang terbebaskan pada temperatur tinggi tanpa keberadaan oksigen. Fixed carbon ialah kadar karbon tetap yang terdapat dalam batubara setelah volatile matters dipisahkan dari batubara. Total Sulfur Salah satu cara untuk menentukan kadar sulfur yaitu melalui pembakaran pada suhu tinggi. Batubara dioksidasi dalam tube furnace dengan suhu mencapai 1350C. Calorific Value

Makalah TKKE

Salah satu parameter penentu kualitas batubara ialah nilai kalornya, yaitu seberapa banyak energi yang dihasilkan per satuan massanya. Nilai kalor batubara diukur menggunakan alat yang disebut bomb kalorimeter. HGI adalah salah satu sifat fisik dari batubara yang menyatakan kemudahan batubara untuk di pulverise sampai ukuran 200 mesh atau 75 micron. Nilai HGI dari suatubatubara, ditentukan oleh organik batubara seperti jenis maceral dan lain-lain. Secara umum semakin tinggi peringkat batubara, maka semakin rendah HGI nya. Namun hal ini tidak terjadi pada bituminous yang memiliki sifat cooking. Dimana untuk jenis batubara ini HGInya tinggi sekali, bahkan bisa mencapai lebih dari 100. Ultimate Analysis Ultimate digunakan sebagai parameter penentu peringkat dan evaluasi-evaluasi lainnya. Ash Fusion Temperature Ash Fusion Temperature adalah titik leleh abu batubara yang dinyatakan dalam temperature dalam berbagai kondisi pelelehan yaitu: Deformasi, Spherical, hemispherical, dan flow. Ash Analysis Ash Analysis didalam batubara bersifat tidak typical dan bervariasi dari satu seam ke seam lainnya atau didalam seam itu sendiri. Kandungan komposisi abu tergantung pada unsur pembentuk batubara, dan juga dipengaruhi oleh abu yang berasal dari luar seperti dilusi atau material yang terbawa selama penambangan. Beberapa parameter kualitas yang akan sangat mempengaruhi pemanfaatannya terutama sebagai bahan bakar adalah : a. Kandungan air Kandungan air ini dapat dibedakan atas kandungan air bebas (free moisture), kandungan air bawaan (inherent moisture) dan kandungan air total (total moisture). Kandungan air ini akan

Makalah TKKE

banyak

pengaruhnya

pada

pengangkutan,

penanganan,

penggerusan maupun pada pembakarannya. b. Kandungan abu Selain kualitas yang akan mempengaruhi penanganannya, baik sebagai fly ash maupun bottom ash tetapi juga komposisinya yang akan mempengaruhi pemanfaatannya dan juga titik leleh yang dapat menimbulkan fouling pada pipa-pipa. Dalam hal ini kandungan Na2O dalam abu akan sangat mempengaruhi titik leleh abu. Abu ini dapat dihasilkan dari pengotor bawaan (inherent impurities) maupun pengotor sebagai hasil penambangannya. Komposisi abu seyogyanya diketahui dengan baik untuk kemungkinan pemanfaatannya sebagai bahan bangunan atau keramik dan penanggulangannya terhadap masalah lingkungan yang dapat ditimbulkannya. c. Zat terbang (Volatile Matter) Kandungan zat terbang sangat erat kaitannya dengan kelas batubara tersebut, makin tinggi kandungan zat terbang makin rendah kelasnya. Pada pembakaran batubara, maka kandungan zat terbang yang tinggi akan lebih mempercepat pembakaran karbon padatnya dan sebaliknya zat terbang yang rendah lebih mempersukar proses pembakaran. Nisbah kandungan carbon tertambat terhadap kandungan zat terbang disebut fuel ratio. Fuel Ratio Berbagai Jenis Batubara : Jenis Batubara 1. Coke 2. Antrasit 3. Semi antrasit 4. Bitumen *) Low volatile Fuel Ratio 92 24 8.6

2.8

Makalah TKKE

*)

Medium

volatile *) High volatile 5. Lignit

1.9 1.3 0.9

d. Nilai Kalor (Fuel Ratio) Harga nilai kalor merupakan penjumlahan dari harga-harga panas pembakaran dari unsur-unsur pembentuk batubara. Harga nilai kalor yang dapat dilaporkan adalah harga gross calorific value dan biasanya dengan besar air dried, sedang nilai kalor yang benarbenar dimanfaatkan pada pembakaran batubara adalah net calorific value yang dapat dihitung dengan harga panas latent dan sensible yang dipengaruhi oleh kandungan total dari air dan abu. e. Hardgrove Grindability Index (HGI) Hardgrove Grindability Index merupakan petunjuk mengenai mudah sukarnya batubara untuk digerus. Harga Hardgrove Grindability Index diperoleh dengan rumus: HGI = 13,6 + 6,93 W W adalah berat dalam gram dari batubara lembut berukuran 200 mesh. Makin tinggi harga HGI makin lunak batubara tersebut. Suatu PLTU biasanya disiapkan untuk menggunakan kapasitas penggerusan terhadap suatu jenis batubara dengan HGI tertentu. f. Sifat Caking dan Coking Kedua sifat tersebut ditunjukan oleh nilai muai bebas (free swelling index) dan harga dilatasi, yang terutama memberikan gambaran sifat fisik pelunakan batubara pada pemanasannya. Harga-harga yang ditunjukan oleh hasil analisis dan pengujian tersebut diperoleh dari sejumlah sample dengan menggunakan tata cara tertentu dan terkendali. Sedangkan pada kenyataannya pemanfaatannya sangat berbeda. Oleh karenanya perlu dilakukan pemantauan oleh pemakai batubara terhadap hasil pembakaran sebenarnya. Dengan demikian akan diperoleh angka-angka yang
Makalah TKKE 10

dapat dikorelasi terhadap hasil analisis dan pengujian dari sampel batubara. VI. Pengujian Batubara Calorific Value adalah nilai energi yang dapat dihasilkan dari pembakaran batubara. Nilai kalori batubara dapat dinyatakan dalam satuan: MJ/Kg , Kcal/kg, BTU/lb. Nilai kalori tersebut dapat dinyatakan dalam Gross dan Net. Nilai Kalori dapat dinyatakan dalam satuan yang berbeda : Calorific Value (CV)(kcal/kg) Specific Energy (SE) .(Mj/kg) Higher Heating Value (HHV) = Gross CV Lower Heating Value (LHV)= Net CV British Thermal Unit = Btu/lb

Sifat-sifat nilai kalori batubara : Nilai Kalori batubara bergantung pada peringkat batubara. Semakin tinggi peringkat batubara, semakin tinggi nilai kalorinya. Pada batubara yang sama Nilai kalori dapat dipengaruhi oleh moisture dan juga Abu. Semakin tinggi moisture atau abu, semakin kecil nilai kalorinya

Pengujian Nilai kalori Batubara :

Makalah TKKE

11

DAFTAR PUSTAKA Batubara & Gambut, Ir. Sukandarrumidi, MSc. Ph.D

Makalah TKKE

12

Makalah TKKE

13

Anda mungkin juga menyukai