Anda di halaman 1dari 20

Ibu Hamil Kurang Iodium Potensi Sebabkan Bayi Kerdil

YOGYAKARTA--Ibu hamil yang kekurangan iodium dapat menyebabkan bayi tumbuh dengan tubuh kerdil atau kretinisme dan tingkat kecerdasannya rendah. Hal ini disampaikan peneliti dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Sofia Pranacipta. "Kekurangan iodium juga dapat berakibat pada kematian janin dalam kandungan," kata Sofia yang meneliti tentang hubungan kadar ekskresi iodium urin (EIU) dengan 'intelligence quotient' (IQ) pada remaja di daerah endemik gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI), Jumat (17/9). Menurut Sofia, pemberian iodium pada ibu hamil juga dapat meningkatkan skor IQ atau tingkat kecerdasan pada anak yang dilahirkan. "Hal itu berbeda jika iodium diberikan kepada remaja, karena remaja dimungkinkan telah mencapai pertumbuhan maksimal dari sel otak sehingga pemberian iodium tidak memengaruhi peningkatan IQ," katanya. Namun demikian, ujar Sofia, pemberian iodium yang berlebihan dapat menyebabkan risiko Iodium Induced Hyperthyroid (IIH) yang berakibat pada gangguan metabolisme tubuh. Kelebihan iodium dapat memengaruhi hormon tiroid yang berfungsi mengatur metabolisme tubuh. "Jika metabolisme tubuh jelek, sistem atau cara kerja tubuh juga tidak dapat berfungsi dengan baik. Selain itu, dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko tiroiditis, hipertiroidisme, dan goiter," jelas Sofia. Sofia mengatakan, penelitian dilakukan dengan menghitung kadar EIU, yang merupakan penanda biokimia. Lebih dari 90 peren iodium tubuh dikeluarkan melalui urine. "Dalam keadaan seimbang iodium yang masuk ke tubuh dianggap sama dengan yang diekskresikan lewat urin. Pemeriksaan urine dianggap menggambarkan masukan iodium," cetusnya. Lebih lanjut Sofia mengatakan, penelitian dilakukan di daerah Lemah Dadi, Bantul dan Karangwuluh, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada remaja berusia 12-16 tahun. Daerah tersebut termasuk daerah endemik GAKI. Di daerah endemik GAKI sebelumnya telah disosialisasikan oleh pemerintah mengenai penggunaan garam beriodium. Namun, setelah jangka waktu tertentu penggunaan garam tersebut selanjutnya tidak ada penelitian apakah iodium masyarakat di daerah endemik GAKI telah terpenuhi atau belum. "Kami berharap melalui penelitian itu dapat mengingatkan pemerintah untuk memberikan perhatian terhadap perkembangan status kecukupan asupan iodium di setiap daerah endemik GAKI agar penanganannya lebih tepat," kata Sofia yang melakukan penelitian bersama Aulia Rahmawati dan Ismy Dianty.

Penyakit Akibat kekurangan Yodium


Gaky merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan retardasi mental, namun sebelumnya sangat mudah dicegah. Penyakit ini bisa disebut defisiensi yodium atau kekurangan yodium. Penyakit ini sangat sedikit diketahui oleh masyarakat dan mungkin masih merupakan problem yang ditelantarkan. Saat ini diperkirakan 1.6 miliar penduduk dunia mempunyai risiko kekurangan yodium, dan 300 juta menderita gangguan mental akibat kekurangan yodium. Kira-kira 30.000 bayi lahir mati setiap tahun, dan lebih dari 120.000 bayi kretin, yakni retardasi mental, tubuh pendek, bisu tuli atau lumpuh.

Sebagian besar dari mereka mempunyai IQ sepuluh poin di bawah potensinya. Di antara mereka yang lahir normal, dengan konsumsi diet rendah yodium akan menjadi anak yang kurang intelegensinya, bodoh, lesu dan apatis dalam kehidupannya. Sehingga, kekurangan yodium akan menyebabkan masyarakat miskin dan tidak berkembang, sementara pada anak menyebabkan kesulitan belajar. Risiko itu karena kekurangan yodium dalam dietnya, dan berpengaruh pada awal perkembangan otaknya. Yodium merupakan elemen yang sangat penting untuk pembentukan hormon tiroid. Hormon itu sangat diperlukan untuk pertumbuhan normal, perkembangan mental dan fisik, baik pada manusia maupun hewan. Efek yang sangat dikenal orang akibat kekurangan yodium adalah gondok, yakni pembesaran kelenjar tiroid di daerah leher. Di Indonesia telah diadakan penelitian pada anak sekolah dasar antara tahun 19801982 di 26 provinsi, didapatkan prevalensi goiter lebih dari 10% apda 68,3% dari 966 kecamatan yang diperiksa, dan di beberapa desa lebih dari 80% penduduknya dengan gondok. Pada tahun 1998 dilakukan pemeriksaan terhadap 46.000 anak sekolah dari 878 kecamatan yang telah diseleksi pada tahun 1980-1982, dibandingkan data terdahulu prevalensi gondok yang terlihat (visible goiter prevalences) menurun sekitar 37,2 sampai 50%. Tahun 1991, dilakukan survei di Indonesia bagian Timur (Maluku, Irian Jaya, NTT, Timor Timur) pada 29.202 anak sekolah dan 1749 ibu hamil, didapatkan gondok pada anak sekolah 12-13% dan ibu hamil 16-39%. Kemudian pada tahun 1996, dilakukan survei di 6 propinsi, didapatkan gondok 3,1-5%, di Maluku 33%. Pada tahun 1998, mulai ada Thyro Mobile, yang memproses data ukuran kelenjar gondok dan kadar yodium dalam urin. Berdasarkan data survei pada tahun 1980-1982, diperkirakan 75.000 menderita kretin, 3,5 juta orang dengan gangguan mental, bahkan di beberapa desa 10-15% menderita kretin. Dari data hasil penelitian pada anak sekolah dasar. maka pengertian tentang kekurangan yodium sudah jauh dari hanya menyebabkan gondok saja. Yakni menyebabkan pada tumbuh kembang anak, termasuk perkembangan otaknya, sehingga istilahnya saat ini disebut sebagai ''Gangguan Akibat Kekurangan Yodium'' atau disingkat GAKY. Ekologi Kekurangan Yodium Sebagian besar yodium berada di samudera / lautan, karena yodium (melalui pencairan salju dan hujan) pada permukaan tanah, kemudian dibawa oleh angin, aliran sungai, dan banjir ke laut. Kondisi ini, terutama di daerah yang bergunung-gunung di seluruh dunia, walau dapat juga terjadi di lembah sungai. Yodium yang berada di tanah dan lautan dalam bentuk yodida. Ion yodida dioksidasi oleh sinar matahari menjadi elemen yodium yang sangat mudah menguap, sehingga setiap tahun kira-kira 400.000 ton yodium hilang dari permukaan laut. Kadar yodium dalam air laut kira-kira 50 mikrogram/liter, di udara kira-kira 0,7 mikrogram/meter kubik. Yodium yang berada dalam atmosfer akan kembali ke tanah melalui hujan, dengan kadar dalam rentang 1,8 - 8,5 mikrogram/liter. Siklus yodium tersebut terus berlangsung selama ini. Kembalinya yodium ke tanah sangat lambat dan dalam jumlah sedikit dibandingkan

saat lepasnya. Proses ini akan berulang terus menerus sehingga tanah yang kekurangan yodium tersebut akan terus berkurang kadar yodiumnya. Di sini tidak ada koreksi alamiah, dan defisiensi yodium akan menetap. Akibatnya, populasi manusia dan hewan di daerah tersebut yang sepenuhnya tergantung pada makanan yang tumbuh di daerah tersebut akan menjadi kekurangan yodium. Melihat hal tersebut maka sangat banyak populasi di Asia yang menderita kekurangan yodium berat karena mereka hidup dalam sistem mencari nafkah dengan bertani di daerah gunung atau lembah. Kekurangan yodium akan menimpa populasi di daerah tersebut yang dalam makanannya tidak ada suplemennya yodium atau tidak ada penganekaragaman dalam makanannya dengan makanan dari daerah lain yang tidak kekurangan yodium. Akibat Kekurangan Yodium Istilah GAKY menggambarkan dimensi baru dari pengertian spektrum kekurangan yodium. Berakibat sangat luas dan buruk pada janin bayi baru lahir, anak dan remaja serta orang dewasa dalam populasi yang kekurangan yodium tersebut. Akibat hal itu dapat dikoreksi dengan pemberian yodium Kebutuhan Yodium Kebutuhan yodium setiap hari di dalam makanan yang dianjurkan saat ini adalah: 50 mikrogram untuk bayi (12 bulan pertama) 90 mikrogram untuk anak (usia 2-6 tahun) 120 mikrogram untuk anak usia sekolah (usia 7-12 tahun) 150 mikrogram untuk dewasa (diatas usia 12 tahun) 200 mikrogram untuk ibu hamil dan meneteki Ada beberapa pendapat yang salah dan kenyataan yang berbeda. Pendapat yang salah, misalnya, garam beryodium dapat mengobati GAKY seperti kretin, namun kenyataan GAKY tidak dapat diobati kecuali hanya dicegah. Juga pendapat yang salah, bahwa mengkonsumsi yodium sangat berbahaya, kenyataannya mengkonsumsi yodium, melalui garam beryodium dalam jangka lama tidak berbahaya. Pemecahan Masalah Pemecahan masalah sebenarnya sangat sederhana, berikan satu sendok yodium pada setiap orang yang membutuhkan, dan terus menerus. Karena yodium tidak dapat disimpan oleh tubuh dalam waktu lama, dan hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit sehingga harus berlangsung terus menerus. Pada daerah kekurangan yodium endemik akibat tanah dan hasil panen serta rumput untuk makanan ternak tidak cukup kandungan yodiumnya untuk dikonsumsi oleh penduduk setempat, maka suplementasi dan fortifikasi yodium yang diberikan terus menerus sangat tinggi angka keberhasilannya. Yang paling sering digunakan untuk melawan GAKY adalah program garam beryodium dan suplementasi minyak beryodium. Pilihan pertama tentunya dengan garam beryodium karena biayanya sangat murah, dan teknologinya mudah. Untuk suplementasi minyak beryodium, keuntungannya praktis,

sebaiknya hanya untuk intervensi pada populasi yang berisiko, walaupun mudah pemakaiannya, namun memerlukan teknologi yang lebih ruwet. Penyuluhan kesehatan secara berkala pada masyarakat perlu dilakukan, demikian juga perlu diberikan penjelasan pada pembuat keputusan, dan tentunya juga diberikan tambahan pengetahuan kepada tenaga kesehatan. Selanjutnya yang penting juga adalah penelitian tentang GAKY dengan pendekatan multidisiplin, baik klinis, eksperimental maupun epidemiologi, untuk menemukan cara yang terjamin dan mudah penerapannya. GAKY yang terlihat di masyarakat atau populasi, hanya sebagai puncak gunung es. Di daerah endemik, gondoklah yang terlihat dari bagian puncak gunung es tersebut, namun efek dari kekurangan yodium yang utama yaitu kerusakan otak merupakan komponen yang tersembunyi dan tidak terlihat dalam tragedi ini. Sehingga problem dari GAKY ini sebenarnya adalah pada perkembangan otak, tidak hanya pembesaran kelenjar tiroid atau gondok. Dengan melihat besarnya populasi yang mempunyai risiko seperti diatas, pantas bila GAKY menjadi problem nasional maupun internasional. Dengan diadakannya pertemuan ilmiah nasional GAKY 2001 yang tema ''Perkembangan Mutakhir tentang Masalah GAKY dalam rangka Indonesia Sehat 2010'' harapan kita tentunya dapat mendapatkan konsep, pemikiran serta semangat baru dalam menanggulangi GAKY. Kekurangan Yodium pada Janin Kekurangan yodium pada janin akibat Ibunya kekurangan yodium. Keadaan ini akan menyebabkan besarnya angka kejadian lahir mati, abortus, dan cacat bawaan, yang semuanya dapat dikurangi dengan pemberian yodium. Akibat lain yang lebih berat pada janin yang kekurangan yodium adalah kretin endemik. Kretin endemik ada dua tipe, yang banyak didapatkan adalah tipe nervosa, ditandai dengan retardasi mental, bisu tuli, dan kelumpuhan spastik pada kedua tungkai. Sebaliknya yang agak jarang terjadi adalah tipe hipotiroidisme yang ditandai dengan kekurangan hormon tiroid dan kerdil. Penelitian terakhir menunjukkan, transfer T4 dari ibu ke janin pada awal kehamilan sangat penting untuk perkembangan otak janin. Bilamana ibu kekurangan yodium sejak awal kehamilannya maka transfer T4 ke janin akan berkurang sebelum kelenjar tiroid janin berfungsi. Jadi perkembangan otak janin sangat tergantung pada hormon tiroid ibu pada trimester pertama kehamilan, bilamana ibu kekurangan yodium maka akan berakibat pada rendahnya kadar hormon tiroid pada ibu dan janin. Dalam trimester kedua dan ketiga kehamilan, janin sudah dapat membuat hormon tiroid sendiri, namun karena kekurangan yodium dalam masa ini maka juga akan berakibat pada kurangnya pembentukan hormon tiroid, sehingga berakibat hipotiroidisme pada janin. Kekurangan Yodium pada Saat Bayi Baru Lahir YANG sangat penting diketahui pada saat ini, adalah fungsi tiroid pada bayi baru lahir berhubungan erat dengan keadaan otak pada saat bayi tersebut lahir. Pada bayi baru lahir, otak baru mencapai sepertiga, kemudian terus berkembang dengan cepat sampai usia dua tahun. Hormon tiroid pembentukannya sangat tergantung pada kecukupan yodium, dan hormon ini sangat penting untuk perkembangan otak normal.

Di negara sedang berkembang dengan kekurangan yodium berat, penemuan kasus ini dapat dilakukan dengan mengambil darah dari pembuluh darah balik talipusat segera setelah bayi lahir untuk pemeriksaan kadar hormon T4 dan TSH. Disebut hipotiroidisme neonatal, bila didapatkan kadar T4 kurang dari 3 mg/dl dan TSH lebih dari 50 mU/mL. Pada daerah dengan kekurangan yodium yang sangat berat, lebih dari 50% penduduk mempunyai kadar yodium urin kurang dari 25 mg per gram kreatinin, kejadian hipotiroidisme neonatal sekitar 75-115 per 1000 kelahiran. Yang sangat mencolok, pada daerah yang kekurangan yodium ringan, kejadian gondok sangat rendah dan tidak ada kretin, angka kejadian hipotiroidisme neonatal turun menjadi 6 per 1000 kelahiran. Dari pengamatan ini disimpulkan, bila kekurangan yodium tidak dikoreksi maka hipotiroidisme akan menetap sejak bayi sampai masa anak. Ini berakibat pada retardasi perkembangan fisik dan mental, serta risiko kelainan mental sangat tinggi. Pada populasi di daerah kekurangan yodium berat ditandai dengan adanya penderita kretin yang sangat mencolok. Kekurangan Yodium pada Masa Anak Penelitian pada anak sekolah yang tinggal di daerah kekurangan yodium menunjukkan prestasi sekolah dan IQ kurang dibandingkan dengan kelompok umur yang sama yang berasal dari daerah yang berkecukupan yodium. Dari sini dapat disimpulkan kekurangan yodium mengakibatkan keterampilan kognitif rendah. Semua penelitian yang dikerjakan di daerah kekurangan yodium memperkuat adanya bukti kekurangan yodium dapat menyebabkan kelainan otak yang berdimensi luas. Dalam penelitian tersebut juga ditegaskan, dengan pemberian koreksi yodium akan memperbaiki prestasi belajar anak sekolah. Faktor penentu kadar T3 otak dan T3 kelenjar hipofisis adalah kadar T4 dalam serum, bukan kadar T3 serum, sebaliknya terjadi pada hati, ginjal dan otot. Kadar T3 otak yang rendah, yang dapat dibuktikan pada tikus yang kekurangan yodium, didapatkan kadar T4 serum yang rendah, akan menjadi normal kembali bila dilakukan koreksi terhadap kekurangan yodiumnya. Keadaan ini disebut sebagai hipotiroidisme otak, yang akan menyebabkan bodoh dan lesu, hal ini merupakan tanda hipotiroidisme pada anak dan dewasa. Keadaan lesu ini dapat kembali normal bila diberikan koreksi yodium, namun lain halnya bila keadaan yang terjadi di otak. Ini terjadi pada janin dan bayi yang otaknya masih dalam masa perkembangan, walaupun diberikan koreksi yodium otak tetap tidak dapat kembali normal. Kekurangan Yodium pada Dewasa Pada orang dewasa, dapat terjadi gondok dengan segala komplikasinya, yang sering terjadi adalah hipotiroidisme, bodoh, dan hipertiroidisme. Karena adanya benjolan/modul pada kelenjar tiroid yang berfungsi autonom. Disamping efek tersebut, peningkatan ambilan kelenjar tiroid yang disebabkan oleh kekurangan yodium meningkatkan risiko terjadinya kanker kelenjar tiroid bila terkena radiasi.

Dampak Defisiensi Iodium pada ibu hamil


I. Pendahuluan Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Di Indonesia AKI dan AKB tinggi yaitu pada tahun 1998 450 per seratus ribu kelahiran hidup, dan Angka Kematian Bayi tahun 1999 adalah 44 per seribu kelahiran hidup (Departemen Kesehatan RI, 2000). Berbagai program kesehatan dilakukan untuk menurunkan AKI dan AKB. Salah satu program adalah perbaikan gizi pada ibu hamil sehingga akan melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas. Masalah gizi kurang yang belum dapat ditanggulangi dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (PJPT I) hingga kini adalah masalah Anemia Gizi Besi dan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (Depkes RI, 2000) GAKI merupakan salah satu masalah yang serius di Indonesia dan diketahui mempunyai kaitan erat dengan gangguan perkembangan mental dan kecerdasan. Pada saat ini Indonesia diperkirakan sekitar 42 juta penduduk tinggal didaerah yang lingkungannya miskin iodium, dari jumlah ini 10 juta penderita gondok, 750.000 900.000 menderita kretin endemic dan 3,5 juta menderita GAKI lainnya. Pada tahun 1998 diperkirakan 8,2 juta penduduk tinggal didaerah endemic sedang dan 8,8 juta tinggal didaerah endemic berat (Depkes RI, 1999). Pengaruh negatif GAKI terhadap kelangsungan hidup manusia dapat terjadi sejak masih dalam kandungan, setelah lahir sampai dewasa. GAKI yang terjadi pada ibu hamil mempunyai resiko terjadinya abortus, lahir mati, cacat bawaan. Yang sangat menghawatirkan adalah akibat negatif pada susunan saraf pusat, karena berpengaruh terhadap kecerdasan dan perkembangan sosial masyarakat dikemudian hari. Sedangkan gangguan yang terjadi setelah lahir pada umumnya merupakan lanjutan dari gangguan pada waktu dalam kandungan. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa satu dari tiga ibu hamil beresiko kekurangan iodium. Penduduk yang tinggal didaerah rawan GAKI kehilangan IQ sebesar 13,5 point lebih rendah dibandingkan dengan yang tinggal didaerah cukup iodium. Indonesia diperkirakan telah defisit tingkat kecerdasan sebesar 140 juta IQ point. Keadaan ini tentu amat berpengaruh pada upaya-upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (BPS- UNICEF, 1995). Defisiensi Iodium. g / hari sudah memenuhi kecukupan gizi. Kandungan Intik iodium 100150 iodium urine sama dengan level intik dan dapat digunakan untuk memperkirakan konsumsi iodium. Defisiensi iodium terjadi dengan intik < g / hari. Orang yang mengkonsumsi 50 <g / hari beresiko untuk 50 berkembang menjadi goiter. Goiter hampir selalu disebabkan intik <g / hari. Goiter adalah pembesaran atau hypertrophy dari kelenjar 10 thyroid. Grade goiter ada 3 yaitu : 1. Pembesaran, kecil dapat dideteksi dengan palpasi 2. Leher yang tebal

II.

3. Pembengkakan yang besar yang terlihat dari jarak jauh Grade ketiga ini menekan trachea dan menghasilkan nafas pendek selama melakukan pekerjaan berat Insiden tertinggi goiter ditemukan pada daerahdaerah berkembang seperti Rep.Cheko, Yugoslavia, India, Paraguay, Peru, Argentina, Pakistan, Afrika, Asia Tenggara dan New Guinea. Goiter dihilangkan pada tahun 1950 dengan fortifikasi garam. Garam meja difortifikasi dengan 100 mg KI / kg NaCl. Susu dan roti difortifikasi dengan iodium. Iodium dalam susu awalnya berasal dari desinfektan yang digunakan dalam industri susu. Yodida dalam roti (1mg Iodium/kg roti) bermula dari pengoksidasi adonan oleh pabrik roti. Komplikasi serius dari defesiensi iodium adalah cretinism. Sebaran 2% populasi cretin. goiter pada masyarakat yang mengalami adalah Cretin berdampak retardasi mental dan mempunyai karakterinsik penampilan wajah dan lidah besar. Beberapa diantaranya bisu dan tuli, kerdil, diplegia dan quadriplegia juga dapat terjadi. Cretin berasal dari defesiensi iodium maternal, yaitu diet yang berhubungan dengan kegagalan lahir. Kerusakan mental dan fisik pada cretin tidak dapat kembali. Kerusakan ini dapat dicegah dengan memberikan iodium pada ibu yang deficient pada awal kehamilan. Goiter mudah didiagnosa dengan terjadinya pembengkakan di tenggorokan. Creatinism susah didiagnosa karena muncul dengan berbagai cara yang berbeda. Kerusakan yang timbul menggambarkan pentingnya hormon thyroid pada perkembangan janin. Defisiensi iodium dan hubungan guiter dan Creatinism diatasi melalui program kesehatan masyarakat meliputi fortifikasi garam dan suntikan minyak iodium. Garam dapat difortifikasi dengan iodida (KI) atau iodat (KIO3). Iodat lebih stabil terhadap kelembaban dan sinar matahari dan digunakan sebagai suplemen pada negara-negara sedang berkembang. Iodium dalam minyak terikat secara kovalen dengan asam lemak dan dilepaskan dengan katabolisme minyak. Suntikan minyak lebih diterima didaerah-daerah dimana makanan tidak diasinkan seperti di New Guinea. Efikasi minyak dinyatakan pada study iodium terhadap anak sekolah yang defisiensi (Furnee et.al,1995). Ambang batas iodium dalam urine yang dipertimbangkan sebagai indikasi mol iodium/l urine. Dosis single oral defisiensi Iodium adalah 0.4 trigliserida mengandung 675 mg iodium menghasilkan konsentrasi iodium urine diatas ambang batas. II.1. Defisiensi Iodium pada Fetus. Defisiensi iodium pada fetus merupakan hasil defisiensi iodium pada ibu. Kondisi ini dihubungkan dengan peningkatan insiden lahir mati, abortus dan abnormal cougenital, yang semuanya dapat dihindarkan dengan intervensi terpadu. Efek yang sama telah diamati pada ibu hypothyroidism, yang dapat diobati dengan terapi pengganti hormon thyroid. Trial control dengan minyak beryodium telah menunjukkan penurunan signifikan pada kematian fetus dan neonatal pada kelompok yang diobati ; hal ini sesuai dengan bukti pada hewan yang menunjukkan dampak defisiensi iodium pada ketahanan fetus. II.2. Defisiensi Iodium pada Neonatal Peningkatan mortality perinatal disebabkan defisiensi iodium telah ditemukan di

Zaire dalam percobaan suntikan minyak ber jodium dan suntikan control yang diberi pada pertengahan kehamilan. Pada kelompok yang diperlakukan terdapat materi dalam perinatal dan kematian bayi dengan kenaikan berat lahir. Berat lahir terendah secara umum dihubungkan dengan tingginya anomali congenital dan resiko tertinggi pada anak-anak. Pentingnya fungsi thyroid pada neonatus berhubungan dengan fakta bahwa pada saat lahir otak bayi hanya 1/3 dari ukuran penuhnya dan bertumbuh secara cepat sampai akhir tahun ke 2. Hormon thyroid yang tergantung pada suplai iodium yang cukup penting untuk perkembangan otak normal. Bukti dari observasi neonatal di Zaire menemukan bahwa tingkat hypothyroidism kimiawi 10%, akan mengakibatkan hypothyroidism pada bayi dan anak-anak dan jika defisiensi tidak diperbaiki akan mengakibatkan retardasi fisik dan mental. Observasi ini menunjukkan resiko besar kerusakan mental pada populasi desiensi iodium berat. II.3. Defisiensi Iodium pada Anak-anak. Defisiensi iodium pada anak karakteristiknya berhubungan dengan goiter. Tingkatan goiter meningkat sejalan dengan umur yang maksimum pada masa remaja. Prevalensi kurang iodium lebih banyak pada wanita daripada pria. Goiter pada anak sekolah 6- 12 tahun merupakan indicator defisiensi iodium pada masyarakat. Studi terbaru anak sekolah yang tinggal didaerah defisiensi iodium pada sejumlah negara menunjukkan kerusakan kemampuan belajar dan IQ dibandingkan pada daerah non defisiensi iodium. Studi ini sulit untuk didesain yang disebabkan sulitnya menentukan kelompok kontrol yang tepat. Banyak penyebab yang mungkin sebagai faktor terjadinya penurunan kemampuan belajar dan IQ yang mengacaukan interpretasi dari perbedaan antara daerahdaerah yang diteliti. Daerah defisiensi iodium sama dengan daerah yang mempunyai sekolah miskin, menderita banyak deprivasi sosial, status sosial ekonomi rendah dan miskin zat gizi lainnya. Semua faktor ini diperkirakan pada negara maju untuk digunakan dinegara berkembang. Akhirnya beberapa studi menunjukkan bahwa defisiensi iodium dapat merusak kemampuan belajar bahkan bila dampak faktor lain seperti deprivasi sosial dan faktor gizi lain, diperkirakan. II.4. Defisiensi Iodium pada Orang Dewasa Yodisasi garam, roti atau minyak telah menunjukkan pencegahan efektif terhadap goiter pada orang dewasa. Determinan utama otak dan pituitary T3 adalah serum T4 dan tidak berlawanan dengan hati, ginjal dan otot. T3 otak yang rendah telah ditunjukkan pada tikus yang kekurangan dalam hubungannya dengan penurunan serum T4, dan hal ini dipertimbangkan untuk memperbaiki defisiensi iodium. Penemuan ini menjelaskan fungsi otak pada orang yang mempunyai serum T4 rendah di goiter endemic. Bagaimanapun juga harus ditekankan bahwa antara T4 dan T3 dipengaruhi oleh selenium, suatu komponen enzim yang memfasilitasi konversi tersebut. III. Goitrogenik Resiko perkembangan goiter pada defisiensi iodium meningkat dengan konsumsi pangan yang mengandung goitrogenik. Goitrogenik adalah senyawa kimia yang toksik terhadap thyroid atau yang dipecah untuk menghasilkan senyawa kimia berbahaya. Goitrogenik dijumpai pada berbagai makanan seperti ubi kayu, kol dan

lobak. Ubi kayu merupakan pangan pokok di Afrika dan daerah-daerah tropis yang mengandung glycosida cyanogenik sebagai sumber sianida. Goitrogenik dalam kol dan tumbuh-tumbuhan yang berhubungan menghambat thyroperoxidase khususnya aktivitasnya dalam mengkatalisa reaksi berpasangan. Goitrogenik dalam kol disebut goitrin. Senyawa kimia yang sama, propylthiouracil digunakan sebagai obat dalam pengobatan hyperthyroidism. Intik iodium yang tinggi juga dapat mempunyai efek antithyroid. Intik 2,0 mg iodida per hari dapat merusak sintesis hormon thyroid, menyababkan level plasma T4 dan T3 yang rendah. Kelenjar thyroid membesar, menghasilkan goiter. Problem ini terjadi di Jepang dimana iodium dikonsumsi banyak dalam bentuk rumput laut. Konsumsi rumput laut setiap hari dapat menyumbang 80-200 mg Iodium / hari yang menyebabkan Goiter Iodium pada anak-anak dan orang dewasa. Cretinism neurological meliputi sindrom defisiensi mental, tuli, autisme. Walaupun terjadi penurunan berat otak pada kretin, tidak dipastikan kerusakan pada struktur otak. Formasi otak sempurna dan gangguan-gangguan terjadi kemudian dalam perkembangan otak yaitu kurang dari 14 minggu. Hal ini menyiratkan bahwa, bahkan pada wanita yang defisiensi iodium, suplementasi iodium sebelum 3 bulan kehamilan dapat mencegah kretinism. Dampak defisiensi iodium pada pertumbuhan dan perkembangan dinyatakan sebagai gangguan akibat kekurangan iodium. Dampak ini terlihat pada semua tahap pertumbuhan khususnya pada fetus, neonatus dan bayi, yaitu pada periode pertumbuhan cepat. Ketahanan dan perkembangan fetus peka terhadap defisiensi iodium. Perkembangan otak pada fetus dan neonatus dipengaruhi dengan peningkatan proporsi defisiensi iodium berat. Hal ini berasal dari rendahnya thyroxine maternal pada fetus yang berhubungan dengan level Intik Iodium yang kurang dari 25% dibanding normal. Level < 50% dari normal disebut goitre. Data menunjukan bahwa anak-anak yang goiter mempunyai kemampuan belajar rendah dibanding non goiter. Semua dampak ini secara penuh dapat dicegah bila defisiensi iodium diatasi sebelum kehamilan. Goiter telah digunakan selama beberapa tahun untuk memaparkan efek defisiensi iodium. Efek klinis dari intik iodium berlebih (20 mg / hari) juga terdapat pada goiter endemic dan hipothyroidism. Thyroid defisiensi iodium pada kelompok.umur tua sensitif terhadap peningkatan intik iodium karena otonomi persisten thyroid. iodium menimbulkan hyperthyroidism telah dipaparkan pada banyak negara dengan latar belakang defisiensi iodium. Status iodium dapat diukur dengan survei goiter, determinasi dari eksresi iodium urine, dan pengukuran level hormon thyroid dan pituitary thyroid stimulating hormon (TSH). Defisiensi Iodium menghabiskan simpanan Iodium thyroid dan mengurangi produksi T4. Penurunan T4 dalam darah menimbulkan sekreasi peningkatan TSH yang meningkatan aktivitas thyroid dengan akibat hyperplasia thyroid. IV. Penilaian status Iodium Penilaian status iodium pada populasi didaerah defisit iodium penting dalam hubungannya dengan program kesehatan masyarakat dimana suplementasi iodium dapat diberikan. Metode yang dianjurkan untuk penilaian status iodium didasarkan pada : 1. penilaian goiter rate, meliputi palpasi atau visible goiter. 2. pengukuran Iodium urine.

3. penentuan T4 darah atau TSH pada berbagai kelompok umur, khususnya neonatus dan ibu hamil yang mementingkan fungsi thyroid untuk perkembangan otak. V. Severity Goiter Pembagian severity telah diadopsi dari WHO, tetapi masih ada perbedaan dalam teknik yang digunakan dengan pengamatan berbada untuk menentukan severity. Secara umum, visibel goiter lebih mudah diverifikasi daripada palpasi. Observasi terbaru di Tanzania menunjukkan bahwa palpasi thyroid overestimasi terhadap ukuran kelenjar dibanding ultrasonografi, khususnya pada anak-anak. Bagaimanapun skala penilaian goiter rate yang luas, tidak esensial karena butuh waktu dan dana, dan sample terbatas cukup untuk menetapkan rate goiter. VI. Monitoring Neonatus Pada negara maju, semua bayi ditapis untuk menjamin level hormon thyroidnya cukup. Dalam program tapis ini, darah neonatus diambil dan diteteskan pada kertas filter yang kemudian kering untuk dikirim ke laboratorium daerah. Level darah T4 atau TSH atau keduanya diukur dengan teknik immunoassay. Monitoring hypothyroid neonatal juga telah dimulai pada beberapa daerah kurang Iodium dinegara berkembang. Beberapa penelitian menyatakan pada populasi yang defisien Iodium, level serum T4 terendah pada saat lahir dan rendah pada anak-anak daripada orang dewasa. VII. Kecukupan Iodium Tabel 1. Rekomendasi Intik Iodium

VIII. Upaya Penanggulangan Banyaknya metoda suplementasi Iodium tergantung pada beratnya GAKI pada populasi, grade iodium urine dan prevalensi goiter dan kretinism. GAKI ringan: Prevalensi goiter : 5 19,9% (anak sekolah) g/l Iodium urine : 50 99 Dieliminasi dengan garam berjodium. GAKI sedang : Prevalensi goiter : 20 29,9% dan beberapa hypothyroidism. g/l Iodium urine : 20 49 Dapat dikontrol dengan garam berjodium (biasanya 20 40 mg/kg pada tingkat rumahtangga) Disamping itu minyak beriodium diberi secara oral atau suntik yang dikoordinasi melalui puskesmas. GAKI berat : 30%, endemic cretinism Prevalensi goiter :

Iodium urine : < g/l 20 Penanganannya : minyak beriodium diberikan sampai sistim garam berjodium efektif, jika sistim saraf pusat dicegah dengan sempurna.

Kurang Iodium, IQ Anak Jongkok


Walau diperlukan dalam jumlah sedikit, manfaat iodium cukup penting bagi perkembangan inteligensia anak. Tak hanya itu, iodium juga berguna untuk mengurangi kemungkinan kematian pada bayi. Beberapa tahun lalu, iklan tentang garam beriodium pernah gencar diputar di televisi. Iklan tersebut tidak menitikberatkan pada garamnya, tetapi lebih ke kandungan iodiumnya. Garam menjadi bahan yang mudah diperkaya dengan iodium karena murah dan digunakan dalam masakan sehari-hari. Dengan begitu, iodium menjadi lebih mudah diasup. Sekitar tahun 1990-an, beberapa literatur menyebutkan, kurang dari 20 persen rumah tangga di negara berkembang yang mengonsumsi garam beriodium. Hal ini membuat 40 juta anak mengalami risiko gangguan belajar. Saat ini jumlah rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium sudah meningkat sebesar 70 persen. Ini berarti, hampir 91 juta anak terlindung dari keterbelakangan mental. Kerusakan Otak Menurut Medical Journal of Australia 1999, iodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh supaya kelenjar tiroid berfungsi dengan baik. Kelenjar tiroid berfungsi membantu pertumbuhan dan metabolisme tubuh. Iodium juga berkaitan dengan proses pertumbuhan neuron pada sel otak. Itu sebabnya, menurut Prof. DR. Made Astawan, MS, ahli teknologi pangan dan gizi IPB, kurangnya iodium pada masa kehamilan dan awal masa kehidupan anak, akan menurunkan jumlah sel neuron. Ini berarti akan menyebabkan kerusakan otak anak yang sebenarnya bisa dicegah. Menurut WHO, 2002, setiap tahun diperkirakan sekitar 100 ribu anak lahir dengan kerusakan otak yang tidak bisa pulih. Penyebabnya, menurut International Council for Control of Iodine Deficiency Disorders, sang ibu kekurangan iodium selama hamil. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang kekurangan iodium bisa menderita kretin (cebol), tuli, kerdil, dan kecacatan bicara. Selain itu, juga meningkatkan kemungkinan kematian janin, keguguran, serta kematian saat bayi dilahirkan. Kurang iodium juga menjadi penyebab utama keterbelakangan (retardasi) mental pada anak-anak di seluruh penjuru dunia. Anak pun bisa apatis. Sejauh ini, masyarakat awam lebih mengetahui seseorang mengalami kekurangan iodium dengan timbulnya gondok, yang ditandai oleh pembesaran kelenjar gondok. Pembesaran ini merupakan salah satu cara untuk mengambil iodium yang ada dalam darah.

Menurunkan IQ Banyak orang kurang memahami bahwa kekurangan iodium, terlebih bagi anak, berpotensi menurunkan tingkat intelektual hingga 10-15 poin! Sebagai gambaran, orang yang tinggal pada komunitas dengan kekurangan iodium secara endemik menunjukkan nilai IQ lebih rendah 13,5 poin daripada orang dari komunitas sama dengan ketersediaan iodium yang adekuat. Sebuah penelitian pernah dilakukan di Subang, Jawa Barat, untuk menilai efek dari suplementasi iodium terhadap kemungkinan kematian bayi. Penelitian dilakukan oleh Cobra C., Muhilal, Rusmil K., Rustama D., Djatnika, Suwandi S.S., terhadap sekitar 617 bayi. Bayi-bayi tersebut diberi plasebo atau suplemen minyak beriodium (100 mg) pada usia 6 minggu dan terus diikuti hingga berusia 6 bulan. Hasilnya, kelangsungan hidup bayi dalam penelitian itu tampak membaik. Sekitar 72 persen terjadi pengurangan risiko kematian selama 2 bulan pertama. Juga terjadi perlambatan kematian di antara bayi yang meninggal pada kelompok bayi yang diberi suplementasi minyak beriodium dibandingkan dengan kelompok plasebo. Hasil penelitian tersebut muncul dalam Journal Nutrition, April 1997. Para peneliti menyatakan bahwa suplementasi minyak beriodium pada bayi bisa mengurangi kemungkinan kematian pada populasi bayi yang berisiko kekurangan iodium. Makanan Laut Selain suplementasi, iodium sebenarnya mudah dijumpai pada makanan laut. Iodium dijumpai pada air laut, sehingga setiap jenis makanan laut kaya akan elemen mineral ini. Namun, garam laut bukan merupakan sumber iodium yang baik. Garam beriodiumlah yang menyediakan iodium dalam jumlah cukup. Dalam satu sendok teh garam beriodium terkandung sekitar 150 mkg iodium. Beberapa jenis sayuran juga memiliki kandungan iodium yang baik. Terutama sayuran yang ditanam pada tanah yang kaya akan iodium atau tumbuh di tepi pantai. Rumput laut menghimpun iodium dari air laut, sehingga menjadi sumber makanan yang kaya akan mineral ini. Secara umum, rumput laut dan makanan laut merupakan sumber iodium yang baik. Makanan laut yang menjadi sumber iodium di antaranya berbagai jenis ikan, cumi, udang, dan kerang. Rata-rata kandungan iodium pada tumbuhan laut berkisar 0,7-4,5 g/kg. Kandungan iodium pada rumput laut bisa mencapai 2.400-155 ribu kali lebih banyak dibandingkan dengan sayuran yang tumbuh di daratan, ujar Prof. Made. Warga Jepang banyak mengonsumsi rumput laut, sehingga jarang yang mengidap penyakit gondok.

Telur, daging, susu, dan sereal juga mengandung iodium, walau dalam jumlah kecil. Sekitar 100 gram sayuran, daging merah, atau telur mengandung 25 mkg iodium dan pada 100 gram produk susu, roti, maupun sereal terkandung 10 mkg iodium. Untuk anak yang melakukan diet rendah garam sebaiknya mempertimbangkan konsumsi makanan laut setiap minggunya. Hal ini semata-mata untuk memastikan kadar iodium yang cukup bagi tubuhnya, pun pada wanita hamil. Saat anak tidak cukup mendapatkan beragam diet berupa buah, sayur, atau makanan sumber hewani yang mengandung mikronutrien dalam jumlah besar, kekurangan zat gizi tidak bisa dielakkan lagi. Berapa Kebutuhannya? Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan asupan iodium harian: - 50 mkg untuk bayi usia 0-12 bulan - 90 mkg untuk anak usia 2-6 tahun - 120 mkg untuk anak usia sekolah (7-12 tahun) - 150 mkg untuk orang dewasa (usia di atas 12 tahun) - 200 mkg untuk wanita hamil dan menyusui GAKY
HASIL DISKUSI TEMU PAKAR DALAM TEMU ILMIAH NASIONAL GAKY DI SEMARANG November 2001 Pada bulan November 2001 telah diselenggarakan Temu Ilmiah Nasional GAKY di Semarang, yang diikuti oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Seluruh Indonesia, dan 17 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wilayah prioritas program IPGAKY. Diantara kegiatan penting adalah Dskusi Temu Pakar. HASIL-HASIL DISKUSI TEMU PAKAR I. PENGEMBANGAN PROGRAM GAKY DI ERA OTONOMI DAERAH a. GAKY merupakan salah satu masalah gizi utama, yang berdampak negatif terhadap kualitas sumber daya manusia. Untuk mempercepat penurunan prevalensi GAKY, maka sejak tahun 1997 telah dilakukan perjanjian kerja sama melalui perjanjian IBRD-Loan No 4125-IND berupa Proyek Intensifikasi Penanggulangan GAKY (IP-GAKY). b. Upaya IP-GAKY sebagian besar diarahkan untuk peningkatan produksi, yodisasi, distribusi dan konsumsi garam beryodium secara lintas sektor. Khusus untuk kecamatan endemik GAKY berat dan sedang dilakukan pula distribusi kapsul yodium untuk wanita usia subur. Walaupun telah berhasil menurunkan prevalensi Total Goiter Rate (TGR) dari 27.7% menjadi 9.8%, namun masih sekitar 45% kecamatan sebagai daerah endemik GAKY, dengan perkiraan 87 juta penduduk, 20 juta menderita gondok dan 290 ribu mendertia kretin. c. Untuk program garam beryodium, hasil Susenas sejak tahun 1998, 1999, dan 2000 proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium dalam kadar cukup masing-masing 62%, 63%, dan 64%, sedangkan target akhir proyek adalah 90%. Pemerintah bersama Bank Dunia telah sepakat untuk merealisasi pelaksanaan desentralisasi IP-GAKY (yang telah dirintis sejak tahun 1999) di

daerah potensial penghasil garam rakyat dengan konsumsi garam beryodium rendah dan atau endemik GAKY sedang dan berat (6 propinsi dengan 17 kabupaten). d. Mengingat pelaksanaan desentralisasi tersebut baru dimulai tahun 2001 sedangkan proyek IP-GAKY akan berakhir tahun 2002, maka dipertimbangkan perpanjangan selama 2 (dua) tahun, yang saat sedang dalam proses. Oleh karena itu mulai sekarang sudah harus dipikirkan oleh Kabupaten untuk meneruskan program penanggulangan GAKY sebagai bentuk desentralisasi. e. Rangkuman masalah dan kendala dalam pelaksanaan IP-GAKY, adalah: 1. Koordinasi lintas program dan lintas sector (Tim GAKY) 2. GAKY tidak idrasakan masalah sehingga kepedulian kurang 3. Dilema petani garam: kualitas produksi kurang, dilain pihak petani garam tidak mungkin ditindak karena keterbatasan ekonomi dan teknologi produksi. 4. Produsen garam kesulitan untuk mendapatkan KJO3 5. Adanya rembesan garam import yang diedarkan sebelum diyodisasi 6. Penegakan hukum masih lemah, di era reformasi pemerintah kurang mendapat kepercayaan masyarakat. 7. Masyarakat belum tahu manfaat garam beryodium. 8. Jangkauan distribusi kapsul minyak beryodium masih terbatas. Ada kecenderungan petugas mendistribusikannya pada sasaran yang mudah yaitu anak sekolah yang bukan sasaran prioritas. 9. Jumlah keluarga yang mengkonsumsi garam beryodium cukup (>30 ppm) ternyata baru di 52 kabupaten yang mencapai >90%. Sementara itu masih ada bayi lahir kretin di daerah endemik GAKY. f. Gambaran program penanggulangan GAKY (pasca proyek IP-GAKY) 1 Menurut pakar GAKY baik nasional maupun internasional, program GAKY harus terus dilaksanakan agar masalah GAKY tidak muncul kembali. 2 Pendapatan asli Pemda kabupaten untuk kesehatan masih minim belum mencapai 15% seperti kesepakatan para Bupati tahun 2000. 3 Dinas Kesehatan belum siap membiayai program penanggulangan GAKY karena masih banyak prioritas lain, dan tidak semua Pemda paham tentang masalah GAKY. 4 Perlu advokasi atau bantuan teknis-medis dari Pusat GAKY (Center of Excellence for IDD) khususnya di daerah prioritas endemik GAKY dan daerah produsen garam. 5 Perlu bantuan dari para pakar GAKY dan pusat GAKY untuk mengembangkan strategi penanggulangan GAKY. Pedoman atau metodologi untuk pemantauan perlu dipersiapkan agar kabupaten dapat melaksanakan dengan biaya sendiri. 6 Pengadaan dan distribusi kapsul minyak beryodium merupakan tanggung jawab daerah yang mengetahui pasti kebutuhannya. Perlu advokasi oleh pihak luar (LSM yang inovatif atau Pers) untuk meningkatkan kepedulian Pemda 7 Pengembangan Sistem Informasi Monitoring (SIM) GAKY sangat penting di era globalisasi ini untuk memperluas akses kabupaten. 8 Pokja GAKY harus menjadi bagian dari Tim Pangan dan Gizi kabupaten (Badan Ketahanan Pangan) terutama untuk kabupaten prioritas. 9 Program penanggulangan GAKY pasca proyek IP-GAKY harus lebih bersifat spesifik daerah dengan fokus meningkatkan penggunaan garam beryodium. Untuk daerah endemik, terobosan kegiatan harus disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing. II. KEBIJAKSANAAN DESENTRALISASI PADA 17 KABUPATEN a. Ke 17 kabupaten mendapatkan dana block grant sebesar Rp.500.000.000,- per kabupaten mulai tahun 2001 yang proses pencairannya harus melalui pengajuan

proposal oleh Tim GAKY kabupaten dibantu oleh Tim GAKY propinsi dan pusat. Pencairan sedang dalam proses. b. Dari Dinas Kesehatan Kabupaten yang hadir tampak belum mengetahui program GAKY, hal ini mungkin terjadi karena terjadinya perubahan struktur organisasi di kabupaten sehingga pengenalan program GAKY harus dimulai dari awal lagi c. Kriteria pemilihan 17 kabupaten yang memfokuskan pada daerah sentra garam yang menjadi pemasok sekitar 60% kebutuhan nasional, padahal hanya 1 kabupaten yang mempunyai kecamatan endemik GAKY. Paket anggaran oleh kabupaten masing-masing cenderung dimanfaatkan untuk kepentingan kabupatennya sendiri, sedangkan maksud dari desentralisasi ini agar kabupaten produsen garam dapat memasok garam beryodium untuk kabupaten lain. d. Workshop Strategi Program diselenggarakan akhir bulan November 2001 untuk membahas proposal kabupaten secara detail. Dalam workshop tersebut juga diundang propinsi tambahan untuk pengembangan desentralisasi yaitu Maluku Utara, Maluku, Sumatera Barat, dan Sulawesi Tenggara. e. Deperindag akan mengembangkan yodisasi garam di pasar untuk menampung garam dari petani yang rencananya diaplikasikan di 17 kabupaten prioritas. III. SURVEI EVALUASI IPGAKY DAN CENTER OF EXCELLENCE FOR IDD a. Peranan daerah dalam melaksanakannya perlu dijelaskan lebih rinci b. Metodologi survei agar dibahas oleh pakar dan disarankan agar di saat mendatang dapat dilaksanakan oleh kabupaten. c. Kabupaten Magelang mengusulkan untuk melakukan survei ulang pada desa/kecamatan yang dulu termasuk endemik berat pada hasil survei 1996 menjadi non-endemik, tetapi 5 tahun kemudian kasus kretin muncul kembali, sementara konsumsi garam beryodium di daerah tersebut masih rendah. IV. REKOMENDASI 1). Pedoman penyusunan strategi penanggulangan GAKY di kabupaten perlu dibuat oleh Tim GAKY Pusat menuju program desentralisasi. 2). Pedoman strategi ini perlu dilengkapi dengan pedoman advokasi, pedoman social enforcement dan law enforcement serta pemantauan dan evaluasi 3). Tim GAKY Pusat atau Pusat GAKY melakukan advokasi dan capacity building ke kabupaten prioritas untuk meningkatkan kepedulian Pemda. 4). Perlu dilakukan pengembangan deteksi dini dan tata laksana anak dengan gangguan tumbuh kembang karena GAKY atau kretin secara medis dan sosial. 5). Skrining neonatal hypothyroidi menjadi bagian penting untuk mencegah anak dengan gangguan tumbuh kembang atau kretin (sporadis dan endemik). Diskusi dipimpin oleh Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Depkes RI, dengan dihadiri narasumber/pakar dari unsure Ilmuwan, unsur Proyek, dan Direktorat Gizi Masyarakat: 1. Direktur Industri Kimia Hilir, Deperindag RI 2. Prof. DR. dr. R. Djokomoeljanto SpDK, FK-Undip. 3. Prof. DR. dr. Satoto SpGM, FK-Undip. 4. Prof. DR. dr. Johan Manshur SpDK, FK-Unpad. 5. Prof. DR. dr. A. Razak Thaha MSc, Unhas. 6. Prof. John T. Dunn, MD., ICCIDD-USA.

7. Ir. Ernest Schoffelen, MSc., Unicef Indonesia. 8. Ir. Laksmi Palupi MSc, Sekretaris Eksekutif Proyek IPGAKY 9. Ramchan Raoef MCN, Sekretariat Proyek IPGAKY 10. Dr. Anie Kurniawan MSc, Kasubdit Penanggulangan Kelainan Gizi - Direktorat Gizi Masyarakat Depkes RI. 11. Puslitbang Gizi Depkes RI. Daerah yang hadir meliputi: a. Jawa Barat : Kabupaten Cirebon dan Indramayu. b. Jawa Tengah : Kabupaten Pati dan Rembang c. Jawa Timur : Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Sampang, dan Pamekasan d. NTB: Kabupaten Lombok Timur, Sumbawa, dan Bima e. NTT: Kabupaten Kupang, Ende, dan Ngada f. Sulsel: Kabupaten Jeneponto, Takalar, dan Pangkep

Pemeriksaan Selama Hamil


Walau istrinya sudah dinyatakan positif hamil oleh dokter kandungan, Fredy masih menunjukan wajah kebingungan. Dalam benaknya masih ada perasaan bingung apa yang selanjutnya dilakukan dalam menghadapi kehamilan ini. Seperti orang tua pada umumnya, Fredy sangat berharap bahwa kelak anak yang dilahirkan oleh istrinya merupakan anak yang sehat baik secara fisik maupun mental. Kebingungan yang dialami oleh Fredy merupakan hal yang wajar dan sering terjadi pada orang tua yang baru akan mempunyai anak. Kehamilan pertama merupakan pengalaman baru sebagai orang tua. Sayangnya masih banyak diantara mereka yang malu untuk bertanya kepada dokter kandungan atau bidan tentang apa apa saja yang perlu diperhatikan pada masa kehamilan. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah berat badan. Pemeriksaan berat badan hendaknya sudah dilakukan saat pertama kali seorang ibu dinyatakan hamil. Hal ini berguna untuk menyiapkan status gizi seorang ibu dalam menghadapi kehamilan. Apabila ternyata ibu tersebut kekurangan gizi yang ditandai dengan tidak seimbangnya antara tinggi badan dan berat badan maka hal tersebut dapat segera dikoreksi untuk mencegah hal hal yang tidak diingini. Minggu minggu berikutnya tinggal memperhatikan peningkatan berat badan selama kehamilan. Berat badan ibu hamil bertambah 0,5 kg per minggu atau 6,5 sampai 16 kg selama kehamilan. Bila kurang dari itu maka ada kemungkinan ibu tersebut menderita kekurangan gizi atau ada kebiasaan buruk yang dilakukan oleh ibu tersebut sehingga menyebabkan tidak meningkatnya berat badan. Selanjutnya adalah tekanan darah atau tensi. Seorang wanita dalam keadaan hamil tidak boleh mempunyai tekanan darah sistolik melebihi dari 140 mmHg. Bila hal ini terjadi maka kemungkinan besar ibu tersebut menderita apa yang disebut dengan preeklampsia, eklampsia atau hipertensi dalam kehamilan. Hal ini sebagai pertanda si ibu harus lebih sering berkunjung ke dokter kebidanan untuk dapat dipantau perkembangan janin dengan lebih baik.

Hal yang ketiga adalah tinggi fundus atau tinggi perut saat hamil. Ketinggian fundus akan meningkat sesuai dengan usia kehamilan. Hal ini terutama terlihat pada saat kehamilan memasuki bulan ke tujuh walau sebenarnya pada tiga bulan pertama ketinggian fundus sudah bisa diukur dengan baik. Yang keempat adalah bunyi jantung bayi. Dalam keadaan normal frekuensi bunyi jantung bayi adalah antara 120 160x/menit. Pemeriksaan bunyi jantung bayi biasanya dilakukan oleh bidan atau dokter dengan bantuan alat yang disebut dopler. Bila bunyi jantung kurang dari 120x atau lebih dari 160x maka kemungkinan telah terjadi kegawatan janin dan perlu segera dilakukan tindakan sesuai dengan umur kehamilan dan penyebab yang diperkirakan. Bila tidak ditemukan bunyi jantung bayi maka bisa dipikirkan bahwa janin telah mati. Tentu hal ini harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan USG. Bagian kelima adalah bengkak pada kaki. Terjadinya pembengkakan pada kaki saat umur kehamilan memasuki bulan bulan terakhir adalah sesuatu yang normal. Namun bila yang bengkak tidak hanya kaki tetapi muka, tangan juga ikutan bengkak, apalagi ditambah dengan peningkatan tekanan darah maka bisa dicurigai telah terjadinya preeklampsia. Hal yang keenam adalah besar dan letak janin. Ukuran rahim yang tidak sesuai dengan umur kehamilan (lebih kecil), bisa terjadi pada kasus kasus gangguan pertumbuhan janin atau kematian janin dalam rahim. Sebaliknya bila lebih besar dari seharusnya, kemungkinan disebabkan oleh pertumbuhan abnormal pada janin atau pada kehamilan kembar. Memasuki minggu ke 34, letak janin yang normal adalah memanjang dengan kepala di bawah. Bila ternyata kepala terletak di bagian atas maka disebut kehamilan letak sungsang, dan bila disamping disebut letak lintang. Terakhir adalah perdarahan. Perdarahan pada 3 bulan pertama kehamilan dapat merupakan sesuatu yang normal (sering dikira haid). Hal ini terjadi karena proses melekatnya hasil pembuahan pada dinding rahim bagian atas yang menimbulkan perlukaan. Perdarahan berlangsung sebentar, sedikit dan tidak membahayakan kehamilan. Namun bila perdarahan yang terjadi banyak dan sering maka bisa dipikirkan telah terjadi keguguran atau abortus. Dan bila perdarahan terjadi pada kehamilan memasuki bulan bulan terakhir maka harus dipikirkan kemungkinan terjadinya plasenta previa atau plasenta letak rendah. Demikian tujuh hal yang harus diperhatikan selama kehamilan mulai sejak dinyatakan positif oleh dokter atau bidan sampai si jabang bayi lahir. Sehingga kebingungan seperti yang dialami oleh Fredy tidak dialami oleh bapak bapak yang membaca blog ini.

PENCEGAHAN
3.2.1. Upaya pencegahan primer Upaya pencegahan primer termasuk skrining untuk mengetahui frekuensi (angka

kejadian) kelainan enzim G6PD di masyarakat yang membantu diagnosis dini karena sebagian besar defisiensi G6PD tidak menunjukkan gejala klinis, sehingga pemahaman mengenai akibat yang mungkin timbul pada penderita defisiensi G6PD yang terpapar bahan oksidan masih belum sepenuhnya dipahami serta disadari yang dapat mengakibatkan diagnosis dini terlewatkan. Masih termasuk pencegahan primer yaitu dengan memberikan informasi dan pendidikan kepada masyarakat mengenai kelainan enzim G6PD, termasuk berupa konseling genetik pada pasangan resiko tinggi. 41 Di Sardinia, skrining neonatal dikombinasikan pendidikan kesehatan tentang G6PD telah berhasil menurunkan angka kejadian favisme pada anak dengan defisiensi enzim G6PD. 6 Di Thailand dan di Malaysia telah dilakukan skrining defisien enzim G6PD terhadap setiap bayi yang baru lahir menggunakan metode dengan darah umbilikal dan terbukti cukup efektif. 6 Diagnosa dibuat berdasarkan satu dari beberapa tes yang dirancang untuk mengetahui aktivitas G6PD eritrosit. Beberapa uji saring yang relatif sederhana dan memuaskan telah dikembangkan untuk menentukan defisiensi G6PD secara kualitatif antara lain: Fluorescent Spot test, Methemoglobin Reduction Test, Formazan ring test, Ascorbatecyanide screening test, Methemoglobin elution tets . Hampir semua uji saring tersebut dapat mengidentifikasi penderita defisiensi G6PD hemizigot (pria) dengan tepat, sayangnya tidak sensitif untuk diagnosis penderita defisiensi G6PD yang heterozigot (wanita) , kecuali penggunaan Formazan ring test .42,43,44 Metoda Formazan ring test selain bisa mendeteksi defisiensi G6PD yang heterozigot, biaya relatif murah, mudah penggunaannya hanya memerlukan inkubator dan dapat digunakan sampel dalam jumlah besar .43,44 3.2.2. Upaya pencegahan sekunder Upaya pencegahan sekunder berupa pencegahan terpaparnya penderita defisiensi enzim G6PD dengan bahan bahan oksidan yang dapat menimbulkan manifestasi klinis yang merugikan seperti yang terdapat pada tabel III sehingga dapat tercapai sumber daya manusia yang optimal. Sekali diagnosa defisien enzim G6PD ditegakkan, orang tua harus dianjurkan untuk menghindari bahan bahan oksidan termasuk obat obat tertentu, juga harus dijelaskan mengenai resiko terjadinya hemolisis pada infeksi berulang. Selain itu juga perlu dilakukan skrining G6PD pada saudara kandung dan anggota keluarga yang lainnya.39 3.2.3. Upaya pencegahan tersier Upaya pencegahan tersier berupa pencegahan terjadinya komplikasi akibat paparan bahan oksidan maupun infeksi yang menimbulkan gejala klinik yang merugikan, seperti mencegah terjadinya kern ikterus pada hiperbilirubinemi neonatus yang dapat menyebabkan retardasi mental, mencegah kerusakan ginjal maupun syok akibat hemolisis akut masif maupun mencegah terjadinya juvenile katarak pada penderita defisiensi enzim G6PD.2,3,4,6,41

GONDOK ENDEMIS DI DAERAH VULKANIK


JAKARTA (SINDO) Kampanye konsumsi yodium sudah gencar digelar. Namun, penyakit gondok akibat kurang yodium masih endemis di wilayah gunung vulkanik. Memetakan endemis penyakit di Indonesia berdasarkan geologi, tampaknya bukan perkara mudah. Menurut Pakar Eksplorasi Geotermal dan Epitermal, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Dr Agung Harijoko diperlukan penelitian panjang dan mendalam untuk bisa membuat peta geologi penyakit di Indonesia. Dia menuturkan, keberagaman kondisi geologi wilayah-wilayah di Indonesia akan sangat memengaruhi karakter penyakit yang diderita masyarakat setempat meski ini masih jauh panggang dari api untuk diwujudkan. Sebab,hal itu harus melibatkan banyak pihak. Tidak hanya kalangan peneliti, juga Departemen Kesehatan (Depkes) sebagai lembaga penanggung jawab masalah kesehatan dalam negeri. Bersama koleganya dari Jurusan Teknik Geologi di UGM I Wayan Warmada, Toto Sudargo dan Emy Huriati dari Jurusan Nutrisi Fakultas Kesehatan UGM, serta Dutha Widagdo, Agung memulainya dengan meneliti karakter penyakit di wilayah gunung vulkanik. Agung menjelaskan, berdasarkan hasil penelitian tim peneliti yang melakukan riset di sekitar Gunung Merapi dan Lawu yakni Magelang dan Wonogiri terungkap bahwa penyakit gondok dan IQ jongkok (intelektualitas rendah) masih mengancam masyarakat sekitar. Hal itu terbukti ketika para peneliti banyak menemukan kasus penyakit tersebut di sana. Berdasarkan hasil survei kami, sebanyak 23,2% responden yang kami teliti masih mengidap penyakit gondok. Sementara itu,sebanyak 40% ber-IQ rendah. Ini menunjukkan bahwa konsumsi yodium di masyarakat sekitar wilayah gunung berapi masih memprihatinkan, ujarnya. Sementara itu,sekitar 400 gunung berapi di Indonesia tersebar ke seluruh wilayah kepulauan. Hal tersebut sangat mengkhawatirkan apabila wilayah gunung berapi yang biasanya terpencil dan jauh dari pusat kota itu, ternyata masyarakatnya masih jauh dari sentuhan perbaikan. Tidak hanya minimnya pembangunan infrastruktur di wilayah itu, akses untuk mendapatkan kesempatan hidup yang lebih layak pun masih jauh dari kenyataan. Hasil dari analisis kimia geologi yang kami lakukan itu, ternyata menunjukkan bahwa konsentrasi yodium pada air dan tanah di wilayah tersebut sangatlah rendah. Sementara itu, konsentrasi zat besi dalam batu dan tanah relatif cukup tinggi,ujarnya. Agung menambahkan, sebagai contoh kandungan yodium dalam tanah relatif lebih tinggi di Wonogiri dan sangat rendah di Ungaran.Sementara pada semua sampel air dari semua wilayah penelitian tersebut, kandungan yodiumnya sangat rendah. Kemudian, kandungan total karbon organik (TOC) dalam tanah agak sedikit tinggi di Ungaran dan sangat rendah di Magelang.Wilayah pegunungan di Indonesia menjadi sangat populer dan pusat perhatian sejak beberapa kali gempa melanda beberapa kawasan di Indonesia yang memakan banyak korban. Termasuk, wilayah Gunung Merapi di Jawa Tengah. Jika mau dirata-rata, IQ orang Indonesia kebanyakan bernilai 120. Namun, berdasarkan hasil analisis tim kesehatan dan psikolog yang ikut melakukan penelitian ini, responden di wilayah penelitian memiliki nilai IQ kurang dari 100. Bahkan, ada yang IQ-nya mencapai angka 120. Namun, ketika diminta mengerjakan tes, hasilnya tidak menggambarkan IQnya. Umpamanya, dia memang cerdas,tapi enggak tahu bagaimana menyalurkan kecerdasannya, ujarnya. Selain gondok dan IQ rendah, ternyata masyarakat yang tinggal di wilayah gunung berapi juga mengalami kekerdilan. Berdasarkan penemuan mereka, di wilayah Borobudur Magelang dan Ungaran tercatat 50% responden mengalami kekerdilan. Indikator penilaian kekerdilan diukur berdasarkan tinggi badan rata-rata orang Indonesia dibandingkan tinggi badan dan usia responden. Sebagai gambaran, responden yang sudah mencapai usia 21, tinggi badannya setara seperti tinggi rata-rata anak usia bangku sekolah menengah pertama (SMP).Pola yang ditemukan di Magelang lereng Merapi masih dominan penyakit gondok, sedangkan di Wonogiri lereng Lawu masih dominan IQ rendah. Angka kekerdilan ini besar sekali dan sudah endemik. Meskipun untuk yang satu ini kami masih survei di wilayah Lawu, yang Merapi belum riset ke arah itu, tandasnya. Dia menjelaskan, yodium merupakan unsur yang gampang menguap. Sementara itu, wilayah dekat gunung api terbentuk pemanasan di bawah tanah. Karena itulah, kandungan air mineral yang mengandung yodium menguap akibat terkena sinar matahari dari atas dan panas dari gunung api di bawah tanah. Bahkan, tim peneliti juga menemukan bahwa kasus kurang gizi mengancam wilayah Ungaran. Sayangnya, pola makan masyarakat setempat semakin memperparah kondisi

mereka akibat tidak adanya keterlibatan pemerintah yang memberikan penyuluhan atau intervensi signifikan. Misalnya, mereka itu banyak yang mengonsumsi singkong. Jenis makanan ini berdasarkan analisis tim gizi kami menghambat suplai yodium dan gampang menyerap selenium. Selenium inilah yang bisa mengurangi tingkat kecerdasan, ujarnya. Meskipun dampak keracunan akibat selenium memang belumlah tampak, dampak kekurangan yodium sangatlah kentara. Tercatat, wilayah Borobudur, Magelang, Candi, Ungaran, dan Kiswantoro, Wonogiri merupakan wilayah paling rawan kekurangan yodium. Berdasarkan temuan tim peneliti dari hasil survei sampel tanah, air, dan batuan itu, kadar yodium kurang sekali

Anda mungkin juga menyukai