Anda di halaman 1dari 38

Modul 2

Farmakologi

Skenario 2 :
Masalah Rina

Siang itu Rina (22th) pergi ke poliklinik gigi RSUP Bunda dengan keluhan
sakit gigi di region belakang kanan bawah sejak 4 hari yang lalu. Ia mengeluh sulit
membuka mulut dan sakit sewaktu menelan, gara gara sakit gigi badan Rina terasa
demam dan sudah tiga hari tidak masuk sekolah.
Dokter melakukan pemeriksaan dan dijumpai adanya infeksi pericoronitis gigi
48. Pada pemeriksaan ekstraoral dijumpai kelenjar limpe regional submandibularis
dextra teraba membesar, kenyal dan nyeri tekan. Dokter hanya menuliskan resep
untuk ditebus di apotik dan menganjurkan Rina melakukan rontgen foto panoramic di
bagian radiologi bila sudah sembuh.
Rina mendapat obat loncomycin, metampiron, dan neurotropic. Rina bertanya-
tanya dalam hati kenapa obat tersebut bisa berkhasiat, apa yang terjadi pada obat
tersebut dalam tubuhnya dan kenapa ada berbagai jadwal minum obat ?
Bagaimana anda menjelaskan masalah Rina?


Langkah 1 : mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan
mendefinisikan hal-hal yang dapat menimbulkan kesalahan
interpretasi
- Neurotropik
vitamin B1, B6, B12 yang berfungsi untuk jaringan saraf dan memperbaiki
metabolism
- Metampiron
suatu derivat pirazolon yang mempunyai efek analgetika dan antipiretika
yang kuat.
diindikasikan untuk menghilangkan rasa nyeri atau sakit kepala
- Lincomycin
suatu obat yang digunakan untuk pengobatan infeksi serius yang disebabkan
oleh stafilokokus, streptokokus, dan pneumokokus.
- Infeksi Pericoronitis
peradangan jaringan gusi disekitar mahkota gigi yang sedang erupsi
sebagian, paling sering pada M3 bawah.


Langkah 2 : Identifikasi masalah
1 Apa saja penyebab infeksi pericoronitis ?
2 Bagaimana gejala dan tanda dari infeksi pericoronitis ?
3 Bagaimana perawatan terhadap infeksi pericoronitis ?
4 Mengapa dokter tidak mengatasi infeksi pericoronitis pada Rina ?
5 Apa hubungan sakit gigi Rina dengan demam ?
6 Apa saja penggolongan obat ?
7 Apa saja jenis jenis obat yang digunakan pada kedokteran gigi ?
8 Apa yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat ?
9 Apa indikasi dan kontra indikasi pada obat obat yang diberikan dalam
scenario ?
10 Apa saja syarat- syarat agar obat dapat dikombinasikan dengan obat lain ?
11 Bagaimana respon tubuh terhadap obat yang diberikan ?
12 Apa efek yang ditimbulkan dari obat jika tidak bekerja optimal dalam tubuh ?
13 Bagaimana obat dapat bekhasiat dan dapat menyembuhkan penyakit ?
14 Mengapa ada jadwl minum obat ?


Langkah 3 : menganalisa masalah melalui brain storming dengan menggunakan
prior knowledge

1. Apa saja penyebab infeksi pericoronitis ?
o Plak
o Penumpukan bakteri
o Dan sisa makanan pa rongga operculum gusi dan gigi yang bererupsi
sebagian
o Ggi M3 yang tidak dapat erupsi dengan baik dikarenakan tidak
cukupnya tempat untuk erupsi

2. Bagaimana gejala dan tanda dari infeksi pericoronitis ?
Gejala :
rasa tidak enak pada mulut, nyeri dan trismus

Tanda :
pemebengkakan dan memerahnya jaringan gingival disekitar gigi yang
bererupsi sebagian terkadang terdapat pus dari balik operculum.

3. Bagaimana perawatan terhadap infeksi pericoronitis ?
o Membersihkan daerah tersebut dengan air garam hangat
o Pemberian antibiotic dilakukan pada keadaan parah
o Pencabutan gigi yang bersangkutan

4. Mengapa dokter tidak langsung mengatasi infeksi pericoronitis pada Rina ?
Tujuan dokter memberikan obat yang ada di scenario :
Pemberian metampiron
karena Rina demam, maka diberikamn metampiron , karena
metampiron itu sifatnya analgetik dan antipiretika, sehingga efektif
untuk menghilangkan rasa nyeri.
Pemberian neurotropic :
untuk kesegaran tubuhnya karean megandumg vitamin B1, B16,
B12
Pemberian lincomycin
untuk pengobatan infeksi pericoronitis pada Rina , karena
Lincomycin adalah obat yang diindikasikan untuk infeksi serius yang
disebabkan oleh stafilokokus, streptokokus, dan pneumokokus.

Tujuan dokter menganjurkan Rina untuk melakukan rontgen panoramic :
dilakukan untuk melihat posisi gigi.
5. Apa hubungan sakit gigi Rina dengan demam?
Karena infeksi pericoronitis disebabkan oleh infeksi mikroorganisme anaerob
yang menimbulkan respon imun tubuh berupa demam

6. Apa saja penggolongan dari obat ?
o Berdasarkan efek :
+ Farmakologi :
efek yang bekerja untuk memberikan efek pada jaringan
tubuh
+ Obat kemoterapeutika :
untuk mikroba pathogen.

7. Apa saja jenis jenis obat yang digunakan pada kedokteran gigi ?
o Obat antimikroba
penicilin, eritromicin, amoksilin
syarat dari antimikroba :
+ Spectrum luas :
Untuk kuman gram positif dan gram negatif
Kuman aerob dan anaerob
+ Bakteriostatik/ bakteriosid
+ Waktu paruh yang panjang
+ Daya penetrasi yang baik ke jaringan
+ Tidak toksik dan aman
o Analgesik
obat penghilang nyeri, contoh : metampiron
o Anastesi lokal
contoh : lydokain 2%
o NSAID
anti inflamasi

8. Apa yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat ?
Sebelum memberikan obat :
o Apa indikasi memberikan obat
o Adakah riwayat alergi obat sebelumya
o Apakah pasien mempunyai resiko alergi obat
o Apakah obat tersebut peril diuji kulit terlebih dahulu
o Adakah pengobatan pencegahan untuk mengurangi reaksi alergi
o Komposisi obat
o Efek sampng yang rendah

9. Apa indikasi dan kontra indikasi pada obat-obatan yang diberikan dalam
scenario ?

a. Lyncomycin
Indikasi :
untuk pengobatan infeksi serius yang disebabkan oleh stafilokokus,
streptokokus, dan pneumokokus
Kontraindikasi :
Hipersensitivitas terhadap lincomycin dan klindamisin. Tidak
diindikasikan untuk pengobatan infeksi bakteri yang ringan atau
terhadap infeksi oleh virus.

b. Metampiron
Indikasi :
Analgesik dan antipiretik
Kontraindikasi :
Hipersensitivitas

c. Neurotropik
Indikasi :
untuk meringankan gejala flu
Kontraindikasi :
penderita hipersensitivitas dan gangguan fungsi hati yang berat

10. Apa syarat- syarat obat agar dapat dikombinasikan dengan obat lain ?
o obat tersebut tidak mempengaruhi efek dari obat lain
o dapat meningkatkan efek terapi apabila dikommbinasikan
o komposisi obat obat tersebut bukan dari golongan yang sama

11. Bagaimana respon tubuh terhadap obat yang diberikan ?

1) Obat toksisitas memberikan respon yang tidak baik pada tubuh
2) Evikasi dapat memberikan penyembuhan

Farmakokinetik :
menggambarkan bagaimana tubuh mengolah obat, kecepatan obat diserap,
jumlah obat yang diserap, jumlah obat beredar dalam darah, dimetabolisme
tubuh dan akhirnya dibuang oleh tubuh. Ada 4 proses : Absorpsi, distribusi,
metabolisme, Ekskresi.
tergantung pada usia, seks, dan genetic

Farmakodinamik :
menggambarkan bagaimana obat bekerja dalam mempengaruhi tubuh
melibatkan reseptor, post reseptor, dan interaksi kimia.

12. Apa efek yang ditimbulkan dari obat jika tidak bekerja optimal dalam tubuh ?
a. Jika dosisnya kurang
terjadinya resistensi

Mekanisme resistensi :
Obat tersebut tidak mampu mencapai tempat yang dituju
Inaktivasi obat
Mikroba merubah tempat berikatan obat tersebut

b. Jika dosisnya berlebihan
terjadinya toksik

13. Bagaimana obat dapat berkhasiat dan dapat menyembuhkan penyakit ?
Obat tersebut dapat bekerja dengan berikatan pada sel
ketika dan reseptor berikatan efek terapeutiknya dirasakan

14. Mengapa ada jadwal minum obat ?
Tujuan :
- Mendapat efek obat yang optimal
- Untuk menjaga kadar obat dalam tubuh pada kisaran tetap
- Untuk mencegah resistensi bakteri
- Untuk mencegah akumulasi atau penumpukan obat dalam organ atau
jaringan.



Langkah 4 : membuat skema atau diagram dari komponen komponen
permasalahan dan mencari korelasi dan interaksi antar masing masing
komponen untuk mencari solusi secara terintegrasi

Rina (22th)



Ke poliklinik gigi



Keluhan




Sulit membuka Sakit sewaktu menelan Demam
Mulut





Pemeriksaan intra oral Pemerikasaan ekstraoral



Infeksi pericoronitis Kelenjar limpe membesar,
Kenyal dan nyeri tekan



Menulis resep Rontgen foto



Lincomycin metampiron Neurotropik


Farmakologi




Farmakokinetik antiseptic obat yang mem- antimikroba hemostatik,
Dan farmakodinamik pengaruhi saraf kortikosteroid
Otonom antihistamin


Langkah 5 : memformulasikan tujuan pembelajaran

1 Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan farmakokinetik dan
farmakodinamik
2 Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan antiseptik di kedokteran gigi
3 Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan obat yang mempengaruhi
saraf otonom
4 Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang antimikroba
5 Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang hemostatik,
kortikosteroid dan antihistamin


Langkah 6 : mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet,dll

Langkah 7 : sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh

1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan farmakokinetik dan
farmakodinamik

Farmakokinetik
Nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik
mencakup 4 proses : Absorpsi (A), Distribusi (D), Metabolisme (M), dan
Ekskresi (E).

a. Absorpsi
proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah.
Bergantung pada cara pemberiannya tempat pemberian obat adalah
saluran cerna (mulut sampai rectum), kulit, paru, otot, dll. Absorpsi
obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan kedalam tubuh, melalui
jalurnya hingga masuk kedalam sirkulasi sistemik. Pada level seluler,
obat diabsorpsi melalui beberapa metode :
o Transpor pasif
difusi (pergerakan dari konsentrasi tinggi ke rendah ). Tidak
perlu energi untuk menembus membrane

o Transpor aktif
membutuhkan karier untuk bergerak melawan perbedaan
konsentrasi (pergerakan dari konsentrasi rendah ke konsentrasi
tinggi )
Faktor yang mempengaruhi absorpsi :
- Derajat ionisasi
- Dosis dan waktu pemberian obat
- Ph dan Pk
- Pelarut obat dan bentuk obat
- Luas permukaan absorpsi
- Aliran darah
- Interaksi dengan obat lain
- Kondisi khusus
- Kecepatan pengosongan lambung

Kecepatan absorpsi dipengaruhi oleh :
1) Diperlambat oleh nyeri dan stress
Nyeri dan stress mengurangi aliran darah, mengurangi
pergerakan saluran cerna, dan retensi gaster
2) Makanan tinggi lemak
Makanan tinggi lemak dan padat akan menghambat
pengosongan lambung dan memperlambat waktu absorpsi obat
3) Faktor bentuk obat
Absorpsi dipengaruhi oleh formulasi obat : tablet, kapsul,
cairan dll
4) Kombinasi dengan obat lain
Interaksi satu obat dengan obat lain dapat meningkatkan atau
memperlambat tergantung jenis obat



b. Distribusi
proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke jaringan dan
cairan tubuh
Faktor yang mempengaruhi distribusi obat :
o Aliran darah
Setalah obat sampai ke aliran darah, segera terdistribusi ke
organ berdasarkan jumlah aliran darahnya
o Permeabilitas kapiler
Tergantung pada struktur kapiler dan struktur obat
o Ikatan protein
Obat yang beredar dan berkontak dengan protein dapat terikat
atau bebas. Hanya obat bebas memberikan efek. Obat
dikatakan berikatan dengan protein tinggi bila >80% obat
terikat protein. Ketika obat didistribusi dalam plasma ,
berikatan dengan protein (albumin) dengan derajat atau
persentase yang berbeda-beda :
- Obat yang berikatan dengan protein (80%)
Contoh : diazepam (vallum)90% berikatan dengan
protein
- Obat yang berikatan sedang dengan protein
Contoh : aspirin 49%
Hal yang menganggu distribusi :
- Abses
- Eksudat
- Kelenjar
- Tumor

c. Metabolisme
proses tubuh merubah komposisi obat sehingga menjadi lebih larut
air untuk dibuang keluar tubuh.

Obat dapat di metabolisme melalui beberapa cara :
1 Menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan
2 Menjadi metabolit aktif, memiliki kerja farmakologi tersendiri
dan dimetabolisme lanjutan

Faktor yang mempengaruhi metabolisme:
- Kondisi khusus
- Pengaruh gen
- Pengaruh lingkungan
- Usia

metabolism obat terutama terjadi dihati, yakini di membrane
endoplasmic reticulum ( mikrosom) dan di cytosol. Tempat
metabolisme yang lain adalah :
- Dinding usus
- Ginjal
- Darah
- Otak
- Kulit
- Lumen kolon (oleh flora kolon )

d. Ekskresi
eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian besar obat dibuang
dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin.
organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresi
melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya.
Ekskeris melalui ginjal melibatkan dua proses, yakini filtrasi
glomerulus dan sekresi aktif di tubulus. Ekskresi obat yang kedua
penting adalah melalui empedu ke dalam usus dan keluar bersama
feses.

Farmakodinamik
ilmu yang mempelajari efek biokimia dan fisiologi obat serta mekanisme
kerja obat dalam tubuh
Tiga hal penting dalam farmakodinamik :
1 Hubungan antara struktur dan aktivitas obat
2 Hubungan antara dosis obat dan respon
3 Mekanisme kerja obat
o Tujuan mengetahui mekanisme kerja obat
- Meneliti efek utama obat
- Mengetahui interaksi obat dalam sel
- Megetahui respon yang terjadi

Reseptor obat
suatu makromolekul seluler yang secara spesifik dan langsung berikatan
dengan ligan (obat, hormon, neurotransmitter) untuk memicu sinyal kimia
dalam sel
Fungsi :
Mengenal dan mengikat suatu ligan/obat dengan spesitifitas tinggi
Meneruskan sinyal ke dalam sel melalui : perubahan permeabilitas
membran, pembentukan second messenger dan mempengaruhi
transkripsi gen

Mekanisme kerja obat
kebanyakan obat menimbulkan efek melalui interaksi dengan reseptornya
pada sel organisme. Interaksi obat dengan reseptornya dapat menimbulkan
perubahan dan biokimiawi yang merupakan respin khas dari obat tersebut.
Obat yang efeknya menyerupai senyawa endogen disebut agonis, obat yang
tidak mempunyai aktivitas intrinsik sehingga menimbukan efek dengan
menghambat kerja suatu agonis disebut antagonis
Antagonisme farmakodinamik :
Antagonis fisiologis
terjadi pada organ yang sama tetapi pada sistem reseptor yang
berlainan
Antagonis pada reseptor
obat yang menduduki reseptor yang sama tetapi tidak mampu
menimbulkan efek farmakologi secara intrinsik

Tranmisi sinyal biologis
penghantaran sinyal biologis adalah proses yang menyebabkan suatu
substansi ekstraseluler yang menimbulkan respon seluler fisiologis yang
spesifik. Reseptor yang terdapat dipermukaan sel terdiri atas reseptor dalam
bentuk enzim. Reseptor tidak hanya berfungsi dalam pengaturan fisiologis dan
biokimia, tetapi juga diatur atau dipengaruhi oleh mekanisme homeostatic
lain. Bila suatu sel dirangsang oleh agonisnya secara terus menerus maka
akan terjadi desentisasi yang menyebabkan efek perangsangan.


2. Mahasiwa mampu mengetahui dan menjelaskan antiseptik di kedokteran
gigi
Antiseptik senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan hidup seperti pada
permukaan kulit dan membrane mukosa.
1 Alkohol
alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang
kedokteran gigi untuk mendesinfeksi permukaan, namun ADA tidak
menganjurkan pemakaian alkohol untuk mendesinfeksi permukaan
oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa.
2 Aldehid
glutalaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang popular pada
kedokteran gigi. Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi
alat alat yang tidak dapat disterilkan, diulas dengan kasa steril
kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi akuades,
karena glutaraldehid yang tersisa pada instrument dapan mengiritasi
kuli atau mukosa. Larutan glutaraldehid 2% efektif untuk bakteri
vegetatif seperti m.tuberculosis, fungi dan virus akan mati dalam
waktu 10-20 menit.
3 Biguanid
klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara
luas dalam bidang kedokteran gigi sebagai antiseptic dan kontrol plak.
0,2% klorheksidin glukonat pada larytan air digunakan sebagai bahan
antiplak dan pada konsentrasi lebuh tinggi 2% digunakan sebagai
desinfeksi geligi tiruan
4 Triclosan
antiseptik yang efektif dan populer bisa ditemui pada sabun, obat
kumur, dan lain-lain. Mempunyai daya antimikroba dengan spectrum
luas dan mempunyai sifat toksisitas minim. Cara kerja dari triclosan
adalah menghambat biosintesis lipid, sehingga membrane mikroba
kehilangan kekuatan dan fungsinya.
5 Hidrogen peroksida
agen oksidasi. Antiseptic kuat namun tidak mengiritasi jaringan
hidup. Diaplikasikan sebagai antiseptik pada membrane mukosa.
Kekuarangan hydrogen peroksida adalah mudah rusak ketika
kehilangan oksigen .


3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan obat yang
mempengaruhi saraf otonom

Obat otonom adalah obat obat yang bekerja pada susunan saraf otonom,
mulai dari sel saraf sampai sel efektor. Obat ini berpengaruh secara spesifik
dan bekerja pada dosis kecil

Cara kerja obat otonom :
Obat otonom mempengaruhi tranmisi neurohormonal dengan cara
menghambat atau mengintenfifkannya. Terdapat beberapa kemungkinan
pengaruh obat pada tranmisi sistem kolinergik dan adrenergik :
a. Menghambat sintesis atau pelepasan tranmitor
b. Menyebabkan pelepasa transmitor
c. Berikatan dengan reseptor
d. Menghambat detruksi transmitor

Penggolongan obat berdasarkan efek utamanya :

Kolinergik atau parasimpatomimetik
efek obat golongan ini menyerupai efek yang ditimbulkan oleh aktivitas
susunan saraf parasimpatis

Ada dua macam reseptor kolinergik :
a) Reseptor muskarinik : merangsang otot polos dan
memperlambat denyut jantung
b) Reseptor nikotinik/ neuromuscular : mempengaruhi otot rangka

Penggolongan kolinergik :
a) Ester kolin (asetilkolin, metakolin, karbakol, dan betanekol)
b) Anti kolinesterase (eserin, prostigmin dan dilsopropil fluorofostfat)
c) Alkaloid tumbuhan (muskarin, pilokarpin dan arekolin )
d) Obat kolinergik lain (metoklopramid dan sisaprid )

Farmakodinamik koliergik :
- Meningkatkan tekanan darah
- Meningkatkan denyut nadi
- Meningkatkan kontraksi saluran kemih
- Meningkatkan peristaltik
- Kontriksi bronkiolus (kontraindikasi asma bronkiolus)
- Kontriksi pupil mata (miosis)
- Antikolinesterase : meningkatkan tonus otot

Efek samping :
- Asma bronkial dan ulkus peptikum (kontraindikasi)
- Iskemia jantung, fibrilasi atrium
- Toksin; antidotum atropin dan epinefrin

Indikasi :
a) Esterkolin
Meteorismus, restensio urin, glaukoma, paralitik ileus, intoksiskasi
atropin/alkaloid beladona, faeokromositoma
b) Antikolinesterase
Atonia otot polos (pasca bedah, toksik), miotika (setelah pemberian
atropinpada funduskopi), diagnosis dan pengobatan miastemia gravis,
penyakit Alzheimer (defisiensi kolinergik sentral )
c) Alkaloid tumbuhan
Untuk midriasis (pilokarpin)
d) Obat kolinergik lain
Digunakan untuk memperlancar jalannya kontras radiologik, mencegah
dan mengurangi muntah


Adrenergik atau simpatomimetik
obat-obat yang merangsang sistem saraf simpatis , Karena obat ini
menyerupai neurotransmitter( norepinafrin dan epinephirine ). Obat ini
bekerja pada suatu reseptor adrenergik yang terdapat pada sel sel otot polos,
seperti pada jantung, dinding bronkiolus, saluran gastrointestinal, kandung
kemih dan otot siliaris mata. Reseptor adrenergik meliputi alfa1, alfa2, beta1,
dan beta2.

Kerja obat adrenergik dibagi dalam 7 jenis :
1 Perangsang perifer terhadap otot polos, pembuluh darah, kulit,
mukosan kelenjar liur dan keringat
2 Penghambatan otot polos perifer terhadap otot polos usus, bronkus,
dan pembuluh darah otot rangka
3 Perangsang jantung dengan akibat peningkatan denyut jantung dan
kekuatan kontraksi
4 Perangsang SSP, misalnya perangsang pernapasan, peningkatan
kewaspadaan, aktivitas psikomotor dan pengurangn nafsu makan
5 Efek metabolik, misalnya peningkatan glikogenesis di hati dan otot,
lipolysis dan pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak
6 Efek endokrin, misalnya mempengaruhi efek insulin, renin dan
hormon hipofisis
7 Efek parasinaptik, dengan akibat hambatan atau peningkatan pelepasan
neurotransmitter NE dan ACH

Pengggolongan adrenergik:
a) Katekolamin
- Endogen : epineprin, norepineprin, dan dopamine
- Sintetik : isopretenol hidroklorida dan dobutamine
b) Non katekolamin
- Fenileprin
- Meteprotenol
- Albuterol

Farmakodinamik adrenergik :
Bersifat inotropik
Bronkodilator
Hipertensi
Tremor dan gelisah

Efek samping :
Efek samping yang sering timbul pada obat obat adrenergik adalah :
- Hipertensi
- Takikardi
- Palpitasi
- Aritmia
- Pusing
- Mual dan muntah

Parasimpatolitika atau antikolinergik
obat obat yang menghambat kerja asetilkolin dengan menempati reseptor
reseptor asetilkolin disebut dengan antikolinergik atau parasimpatolitik.
Obat ini mempengaruhi organ jantung, saluran pernafasan, saluran
gastrointestinal, kandung kemih, mata dan kelenjar eksokrin dengan
menghambat saraf parasimpatis, sehingga sistem saraf simpatis menjadi
dominan.

Penggolongan obat antikolinergik:
a) Antikolinergik klasik ( alkaloid belladonna, atropinsulfat dan
skopolamin)
b) Antikolinergik sintetik (propantelin)
c) Antikolinergik- antiparkinsonisme (ttrihesifenidil hidroklorida,
prosiklidin, biperiden, dan benztropin)

Farmakodinamik antikolinergik :
- Mengahmbat efek muskarinik
- Penurunan salivasi dan sekresi lambung (konstipasi)
- Mengurangi kontraksi tonus kandung kemih
- Sebagai obat antispasmodic
- Meningkatkan tekanan darah
- Mengurangi rigriditas dan tremor berhubungan dengan ekstensi
neuromuscular

Efek samping :
- Mulut kering
- Gangguan penglihatan (terutama penglihatan kabur akibat
neuromuscular)
- Konstipasi sekunder
- Retensi urine
- Takikardia (akibat dosis tinggi)

Contoh obat antikolinergik :
Atropine
Skopolamin
Ekstak beladona
Oksifenonium bromida

Simpatolitika atau adrenolitika
golongan obat yang menghambat perangsangan adrenergik

efek simpatolitika :
- Menurunkan tekanan darah
- Menurunkan denyut nadi
- Konstriksi bronkiolus
- Konstriksi uterus
- Reseptor adrenergik : alfa1, beta1, dan beta2

Cara kerja obat :
1 Penghambat adrenoreseptor
o blocker
Penggolongan dan indikasi alfa blocker :
a) o nonselektif
- Derivat haloalkilamin (dibenamin dan fenoksibenzamin)
untuk pengobatan feokromositoma, pengobatan simtomatik
hipertrofi, prostat benigna dan untuk persiapan operasi
- Derivat imidazolin (fentolamin dan telazolin)
mengatasi hipertensi, pseudo-obstruksi usus dan impotensi
- Alkaloid ergot (ergonovin, ergotamine dan ergotoksin)
meningkatkan tekanan darah, untuk stimulasi kontraksi
uterus setelah partus, mengurangi nyeri migren dan untuk
pengobatan dimensia sinelis
b) o1 blocker selektif
- Derivate kuinazolin (prazosin, terazosin, doksazosin,
trimazosin dan bunazosin)
untuk pengobatan hipertensi, gagal jantung kongesif,
penyakit vaskuler perifer, penyakit Raynaud dan hipertrofi
prostat benigna (BPH)
c) o2- blocker selektif
Farmakodinamik :
- menimbulkan vasodilatasi dan venodilatasi
- menghambat reseptor serotonin
- merangsang sekresi asam lambung, saliva, air mata, dan
keringat
- kontriksi pupil
efek samping :
- hipotensi postural
- iskemia miokard dan infark miokard
- takikardi dan aritmia
- hambatan ejakulasi dan espermia yang reversible
- kongesti nasal
- pusing, sakit kepala, ngantuk, palpasi edema perifer dan nausea
- tekanan darah menurun

| - blocker
Farmakodinamik :
- mengurangi denyut jantung dan kontaktilitas miokard
- menurunkan tekanan darah dan resistensi perifer
- sebagai anti aritmia
- bronkokontriksi
- mengurangi efek glikemia
- peningkatan asam lemak dalam darah
- menghambat tremor dan sekresi renin
Efek samping :
- gagal jantung dan bradiaritmia
- bronkospasme
- gangguan sirkulasi perifer
- gejala putus obat (serangan angina< infark miokard, aritmia
ventikuler bahkan kematian)
- hipoglikemia dan hipotensi
- efek sentral (rasa lelah, gangguan tidur dan depresi)
- gangguan saluran cerna (nausea, muntah, diare atau konstipasi)
- gangguan fungsi libido (penurunan libido dan impotensi)
- alopesia, retensi urine, miopati dan atropati
Indikasi :
digunakan untuk pengobatan angina pectoris, aritmia, hipertensi,
infark miokard, kardiomiopati obstruktif hipertrofik, feokrosmositoma,
tirotoksokosis, glaucoma, tremor esensial, dan ansietas
Kontraindikasi :
Hati- hati penggunaan |- blocker pada penderita dengan
pembesaran jantung dan gagal jantung
Hati- hati penggunaan pada penderita asma, syok kardiogenik,
penyakit hati dan ginjal
Tidak boleh digunakan pada penyakit vascular perifer dan
penyakit paru obstruktif menahun

2 Pengahambat saraf adrenergik
bekerja dengan cara menghambat sintesis, penyimpanan, dan
pelepasan neurotransmitter
Penggolongan dan indikasi obat penghambat saraf adrenergik :
a Guanetidin dan guanadrel (ismelin dan hylorel)
sebagai anti hipertensi
b Reserpin
sebagai anti hipertensi (lebih efektif bila dikombinasikan
dengan obat diuretic)
c Metirosin
menghambat enzim tirosin hidroksilase, sebagai adjuvant
dari fenoksibenzamin pada pengobatan feokrositoma maligna
Farmakodinamik :
- Menyebabkan respon trifasik terhadap tekanan darah
- Menyebabkan vasodilatasi, venodilatasi dan penurunan curah
jantung
- Retensi air garam
- Meningkatkan motilitas saluran cerna
Efek samping :
- Hipotensi ortostatikdan hipotensi postural
- Diare
- Hambatan ejakulasi
- Retensi urine
- Sedasi, ansietas dan tidak mampu berkonsentrasi
- Depresi psikotik atau gangguan psikis lainnya
- Hidung tersumbat
- Odema
Kontraindikasi :
- Tidak boleh diberikan pada penderita dengan riwayat depresi
- Tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan alcohol

3 Penghambat adrenergik sentral
obat yang menghambat perangsangan adrenergik sistem saraf pusat
contoh : untuk obat anti hipertensi (klonidin dan metildopa)

Neurotropik
1 Vitamin B1 :
Sumber :
- Beras merah
- Kuning telur
- Ikan
- Kacang-kacangan
- Gandum
Manfaat :
- Memperlancar metabolisme
- Memperlancar sirkulasi darah
- Mencegah kerusakan saraf
- Memulihkan gangguan saraf pusat dan tepi
Jika kekurangan :
- Gangguan SSP (beri-beri)
- Gangguan SST (kesemutan dan kejang otot)
- Kulit kering dan bersisik
- Gangguan saluran cerna
- Gangguan jantung

2 Vitamin B6
Sumber : ragi kering, daging, ikan, lemak,kacang-kacangan, dan beras
tumbuk
Manfaat :
- Memperlancar metabolisme
- Membantu transmisi impulf saraf
- Meningkatkan kekebalan tubuh
- Menjaga keseimbangan garam mineral
- Membantu sintesis DNA dan RNA
Jika kekurangan :
- Kulit pecah pecah
- Keram otot
- Insomnia

3 Vitamin B12
Sumber :
- Ikan
- Susu dan olahannya
- Daging
- Telur
- Rumput laut
Manfaat :
- Mencegah kerusakan saraf
- Membantu pembentukan sel darah merah
- Memperlancar metabolisme sistem tubuh
- Mengubah karbohidrat, proten, lemak
Jika kekurangan :
- Anemia
- Mudah lelah dan lesu
- Iritasi kulit

4. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang antimikroba
Antimikroba adalah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang
merugikan manusia.

Mekanisme kerja :
Dibagi 5 kelompok :
1 Antimikroba yang menghambat metabolisme sel mikroba
Contoh : sulfonamid, trimethoprim, asam p-aminosalisilat (PAS) dan
sulfan
mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya.
Untuk mendapatkannya mikroba harus mensintesis sendiri asam folat
dariasam amino benzoate (PABA), namun sulfonamide mempunyai
struktur yang analog dengan PABA, sulfonamide menang bersaing
dengan PABA. Kemudian terbentuk asam folat yang nonfungsional
akhirnya kehidupan mikroba terganggu
2 Antimikroba yang menghambat sintesis dinding sel mikroba
Contoh: penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin, sikloserin
3 Antimikroba yang mengganggu keutuhan membrane sel mikroba
Contoh: polimiksin, golongan polien, berbagai antimikroba
kemoterapeutik
polimiksin dapat merusak membrane sel setelah bereaksi dengam
fosfat pada fosfolipid membrane sel mikroba. Kerusakan membran sel
mikroba menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari
dalam sel mikroba yaitu protein, asam nukleat, nukleotida akhirnya
terjadi kematian sel
4 Antimikroba menghambat sintesis protein sel mikroba
Contoh : golongan aminoglikosid, makrolid, linkomisin, tetrasiklin,
kloramfenikol
5 Antimikroba menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba
Contoh : rifampisin, golongan kuindon
rifampisin berikatan dengan enzim polimerisasi RNA kemudian
menghambat sintesis RNA & DNA bakteri tersebut.

Tiga mekanisme kuman dapat menjadi resisten terhadap antimikroba
1 Obat tidak dapat mencapai tempat kerjanya di dalam sel mikroba
pada kuman gram negative molekul antimikroba yang kecil dan
polar dapat menembus dinding luar dan masuk kedalam sel melalui
lubang lubang kecil (porin). Bila porin menghilang atau mengalami
mutasi maka masuknya antimikroba akan terhambat.
mikroba mengaktifkan pompa efluks untuk membuang keluar
antimikroba yang ada dalam sel, misalkan pada tetrasiklin
2 Inaktivasi obat
mengakibatkan terjadinya resistensi terhadap golongan
aminoglikosida dan betalaktam karena mikroba mampu membuat
enzim yang merusak kedua golongn antimikroba tersebut
3 Mikroba mengubah tempat ikatan (binding site) antimikroba

5. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang hemostatik,
kortikosteroid dan antihistamin

Hemostatik
Adalah zat atau obat yang digunakan untuk menghentikan pendarahan
Hemostatik dibagi dua kelompok :
- Hemostatik local
Berdasarkan mekanisme hemostatiknya :
1) Absorbable hemostatics (hemostatic serap)
menghentikan pendarahan dengan pembentukan suatu
bekuan buatan atau memberikan jala serat serat yang
mempermudah pembekuan bila diletakkan langsung pada
permukaan yang berdarah. Digunakan untuk menghentikan
pendarahan yang berasal dari pembukuh darah kecil saja.
Contoh : spons gelatin, oksisel dan busa fibrin insani
2) Astringen
zat ini bekerja lokal dengan mengendapkan protein darah
sehingga pendarahn dapat dihentikan
Contoh : ferriklorida, nitras argenti, asam tanat
3) Koagulan
ada dua cara kerjanya dalam menimbulkan hemostatik yaitu
dengan mempercepat perubahan protombin menjadi thrombin
dan secara langsung menggumpalkan fibrinogen
4) Vasokonstriktor
dapat digunakan untuk menghentikan pendarahan kapiler.
Cara penggunaannya dengan mengoleskan kapas yang telah
dibasahi dengan obat tersebut pada permukaan luka. Contoh:
epinefrin, norepinefrin
- Hemostatik sistemik
Zat zat atau faktor pembekuan dalam tubuh
a Faktor antihemofilik dan cryofrecipitated antihemophilic factor
beguna untuk mencegah atau mengatasi pendarahan pada penderita
hemophilia A dan penderita yang darahnya mengandung inhibitor VIII
b Kompleks faktor IX
Sediaan ini mengandung faktor II, VII, IX, X, dan sejumlah kecil
protein plasma lain untuk pengobatan hemophilia B
c Human fibrinogen
Sediaan ini hanya digunakan bila dapat ditentukan kadar fibrinogen
dalam darah penderita
d Vitamin k
e Asam aminokoproat
f Asam traneksomat
g Karbozokrom
Dapat memperbaiki permeabilitas kapiler dan untuk mencegah dan
mengobati perdarahan kapiler

Kortikosteroid
Golongan obat hormonal. Bekerja dengan mempengaruhi ekspresi gen
pada inti sel tubuh sehingga secara luas mempengaruhi efek kerja tubuh
meliputi metabolisme elemen penting tubuh seperti karbohidrat, protein,
lemak dan keseimbangan cairan serta elektrolit tubuh. Selain itu ia
mempengaruhi kerja sistem peredaran darah, imunitas, sistem kerja otot,
tulang, hormon, dan saraf. Kortikosteroid juga menekan efek peradangan yang
erat kaitannya dengan kerja sistem imun.

Indikasi pemberian kortikosteroid :
1) Terapi pengganti (substitusi) pada insufisiensi adrenal primer akut
dan kronis (disebut Addisons disease), insufisiensi adrenal sekunder
dan tersier
2) Diagnosis hipersekresi glukokortikoid (sindroma chusing)
3) Menghilangkan gejala peradangan : peradangan rematoid, peradagan
tulang sendi, dan peradangan kulit, termasuk kemerahan, bengkak,
panas, dan nyeri yang biasanya menyertai peradangan.
4) Terapi alergi
digunakan pada pengobatan reaksi alergi obat, serum, tranfusi,
asma bronkial, dan rhinitis alergi

Efek samping dan komplikasi :
Efek samping umumnya terjadi pada terapi dosis tinggi atau
penggunaan jangka panjang kortikosteroid. Adapun efek samping dan
komplikasi yang terjadi :
1) Metabolisme glukosa, protein, dan lemak : atropi otot, osteoporosis,
dan penipisan kulit
2) Elektrolit : hypokalemia, alkalosis, dan gangguan jantung hingga
terjadi gagal jantung (cardiac fairfure)
3) Kardiovaskular : aterosklerosis dan gagal jantung
4) Tulang : osteoporosis, dan patah tulang yang spontan
5) Otot : kelemahan otot dan atropi otot
6) SSP dan psikis : gangguan emosi, euphoria, halusinasi, hingga
psikosis
7) Elemen pembuluh darah : gangguan koagulasi dan menurunkan daya
kekebalan tubuh (imunosupresi)
8) Penyembuhan luka dan infeksi : hambatan penyembuhan luka dan
meningkatkan resiko infeksi
9) Pertumbuhan : mengganggu pertumbuhan anak, kemunduran dan
menghambat perkembangan otak
10) Ginjal : nokturia (ngompol), hiperkalsiuria, peningkatan kadar ureum
darah hingga gagal ginjal
11) Pencernaan : tukak lambung (ulcus peptikum)
12) Pancreas : peradangan pancreas akut
13) Gigi : ganggaun email dan pertumbuhan gigi

Timbulnya efek samping dan komplikasi terkait dengan beberapa faktor, yaitu
o Cara pemberian
o Jumlah pemberian
o Lama pemberian
o Dosis pemberian
o Cairan yang diberikan
o Kadar albumin dalam darah
o Penyakit bawaan

Antihistamin
Obat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin yang
berlebihan atas tubuh dengan jalan memblock reseptor reseptor histamine
(pengahmbat saingan).
Semula hanya dikenal satu jenis histamin,tetapi telah ditemukannya
jenis reseptor khusus pada tahun 1972 yang disebut reseptor - H
2
, maka dapat
dibedakan dua jenis antihistamin :
a H
1
blockers atau antihistamin -H
1
yang memblock reseptor H
1

dengan efek terhadap penciutan bronchi, usus, dan rahim, terhadap
ujung saraf (vasodilatasi, naiknya permeabilitas)
b H
2
blockers atau histamin - H
2
yang khusus memblock reseptor H
2

dengan efek terhadap hipersekresi asam klorida dan untuk sebagian
terhadap vasodilatasi dan turunnya tekanan darah. Saat ini baru
digunakan dua obat dari kelompok ini dalam terapi.

- Penggunaan H
1
- blocker
Selain daya antihistamin obat obat ini kebanyakan memiliki berbagai
khasiat lainnya, yaitu daya antikolibergik, daya menekan SSP, dan beberapa
diantaranya efek antiserotonin dan lokal anastesik (lemah).
Berdasarkan efek antihistamin banyak dugunakan untuk mengobati
bermacam macam gangguan sebagai berikut
a. Asma yang bersifat alergi, berguna melawan bronchokonstriksi
b. Hay fever (rhinitis alergica, pollinosis), yaitu reaksi alergi terhadap sari
bunga, guna melawan gejala gejalanya seperti bersin, keluar air mata,
pilek dan gatal gatal
c. Sengatan serangga, khususnya tawon dan lebah,
d. Urticaria, pada umumnya berguna untuk melawan naiknya
permeabilitas kapiler dan gatal gatal, terutama zat zat dengan kerja
antiserotonin seperti alimezamin (nedeltran), azatadin dan oksatomida
e. Kurang nafsu makan
f. Sebagai sedativum dan hipnotik berdasarkan daya kerjanya menekan
SSP, khususnya prometazin dan difenhidramin serta derivat
derivatnya. Obat ini juga meredakan rangsangan batuk
g. Penyakit Parkinson, berdasarkan daya antikolinergiknya, khususnya
difenhidramin dan turunan 4-metilnya
h. Mabuk perjalanan dan pusing pusing

- H
2
receptor blockers
Obat obat dari kelompok ini menghambat secara efektif efek
histamin terhadap reseptor H
2
dilambung dengan jalan persaingan. Khusus
digunakan pada terapi borok lambung dan usus guna mengurangi sekresi HCL
dan pepsin.

Penggolongan :
1) devirat devirat etanolamin
zat- zat ini berdaya antikolinergik dan sedative agak kuat
a. diferenhidramin
disamping daya antikolinergik dan sedative yang kuat,
antihistamin ini juga bersifat spasmolitik, anti-etemik, dan
antivertigo. Berguna sebagai obat tambahan pada penyakit Parkinson
juga digunakan sebagai obat anti gatal pada urticarial penyebab
alergi.Dosis: oral 4xsehari 25-50mg, i.v 10-50mg

o 2-metildifenhidramin = orfenadrin
dengan efek antikolinergik dan sedative ringan, lebih disukai
sebagai obat tambahan Parkinson dan terhadap gejala gejala
ekstrapiramidal pada terapi dengan neuruleptika. Dosisnya
oral 3xsehari 50mg

o 4-metildifenhidramin (neo-benodin)
lebih kuat dari zat induknya. Digunakan pada keadaan
keadaan alergi. Dosis : oral 3xsehari 20-40mg

o dimenhidrinat
senyawa klorteofilinat dari difenhidramin yang digunakan
khusus pada mabuk jalan dan muntah muntah sewaktu
hamil. Dosis : 4xsehari 50-100mg, i.m 50mg.

o klorfenoksamin
derivate klor dan metal, yang diantara lain digunakan sebagai
obat tambahan pada penyakit Parkinson. Dosis : oral 2-
3xsehari 20-40mg (klorida), dalam krem 1,5%

o karbinoksamin
derivate pridil dan klor yang digunakan pada hay fever
dengan dosis oral 3-4xsehari 4mg

b. klemastine : tavegyl (Sandoz)
Memiliki struktur mirip klorfenosamin, tetapi dengan
subtituent siklik (pirolidin). Daya antihistaminnya sangat kuat,
mulai kerjanya yang pesat dalam beberapa menit dan
beratahan lebuh dari 10 jam.

2) Devirat devirat etilendiamin
Obat obat dari kelompok ini umumnya mempunyai daya
sedative yang lebih ringan.
o Antazolin
Daya antihistaminnya kurang kuat, tetapi tidak merangsang
selaput lendir. Maka layak digunakan untuk mengobati gejala
gejala alergi pada mata dan hidung sebagai preparat
kombinasi dengan nafazolin.

o Tripelenamin
Kini hanya digunakan sebagai krem 2% pada gatal gatal
akibat reaksi alergi (terbakar sinar matahari, sengatan
serangga)

o Mepirin
Adalah derivate metoksi dari tripelenamin yang digunakan
dalam kombinasi dengan feniramin dan fenilpropanolamin
pada hay fever dengan dosis 2-3xsehari 25mg

o Klemizol
Derivate klor yang kini hanya digunakan dalam preparat
kombinasi anti-salesma atau dalam salep antiwasir

3) Devirat devirat propilamin
Obat obat kelompok ini memiliki daya antihistamin yang kuat.
a. Feniramin
Zat ini berdaya antihistamin baik dengan efek
meredakan batuk yang cukup baik, maka digunakan pula
dalam obat obat batuk.

o Klorfenamin
Derivate klor dengan daya 10 kali lebih kuat. Efek
sampingnya antara lain sedative ringan, juga digunakan dalam
obat batuk.

o Bromfeniramin
Derivate brom yang sama kuatnya dengan klorfenamin, juga
digunakan sebagai obat batuk.

b. Tripolidin
Derivate dengan rantai sisi pirolidin ini berdaya agak kuat.
Dosis : oral 1xsehari 10mg (klorida) pada malam hari
berhubungan dengan efek sedativenya

4) Derivat derivat piperazin
Obat obat kelompok ini tidak memiliki etilamin, melainkan
piperazin. Pada umumnya bersifat long-acting, lebih dari 10 jam.
a Siklizin
Digunakan sebagai anti-emetik dan pencegah mabuk jalan
Obat obat ini sebaiknya jangan diberikan kepada ibu hamil
selama trisemester pertama
o Meklozin
Derivat metivenil dengan efek lebih panjang, tepai mulai
kerjanya baru sesudah 1-2 jam. Khusus digunakan sebagai
anti-etemik dan mabuk perjalanan. Dosis oral3xsehari 12,5-
25mg

o Buklizin
Derivat siklik dari klorsiklizin dengan efek long-acting dan
mungkin efek antiserotonin. Digunakan sebagai obat
antipruritus dan untuk menstimulasi nafsu makan. Dosis: oral
1-2kali sehari 25-50mg

o Homoklorsiklizin
Berdaya antiserotonin dan dianjurkan pada pruritus yang
bersifat alergi. Dosis : oral 1-3kali sehari 10mg

b Sinarizin
Derivat cynnamyl dari siklizin, disamping kerja
antihistaminya juga berdaya vasodilatasi perifer. Sifat ini
berkaitan dengan efek relaksasinya terhadap arteriole
arteriole perifer dan di otak yang disebabkan oleh
pengahambatan masuknya ion- Ca kedalam sel otot polos.
Mulai bekerjanya agak cepat dan bertahan 6-8 jam, efek
sedativenya ringan. Banyak digunakan sebagai obat pusing
dan kuping berdengung (vertigo, tinntinus). Dosis : oral 2-
3xsehari 25-50mg
o Flunarizin
Derivat dengan daya antihistamin lemah. Digunakan pada
vertigo dan sebagai pencegah migrain

c Oksatomida
Memiliki daya antihistamin, antiserotonin dan anti-SRS-A.
Maka dianjurkan sebagai obat pencegah dan pemeliharaan
asma dan hay fever. Obat ini juga menstimulasi nafsu
makan. Dosis :oral 2xsehari 30mg p.c, pada asma 120mg
sehari

5) Derivat derivat fenotiazin
Senyawa-senyawa trisiklik ini memiliki daya
antihistamin dan antikolinergik yang tidak begitu kuat dan sering
kali berdaya sentral kuat dengan efek neuroleptic. Maka banyak
turunannya digunakan sebagai neuroleptika pada keadaan psikosis.
Meredakan batuk, sering digunakan pula dalam obat batuk.
a Prometazin
Antihistamin tertua (1949) ini digunakan pada reaksi
reaksi alergi akibat serangga dan tumbuh-tumbuhan, sebagai
antiemetic untuk mencegah mual dan mabuk jalan. Selain itu
juga untuk pusing pusing (vertigo) dan sebagi sedativum
pada batuk, terutama pada anak-anak. Efek sampingnya
berupa, terkadang terjadi hipotensi, fotosensibilisasi,
hipotermia dan efek efek darah (leucopenia,
agranulocytosis)
o Tiazinamium
Derivat N-metil dengan efek antikolinergik kuat. Dahulu
sering digunakan untuk terapi pemeliharaan terhadap asma.
o Oksomemazin
Derivat di-oksi (pada ataom S) kerja dan penggunaannya
sama dengan prometazin, antara lain obat batuk. Dosis : oral
2-4 kali sehari 5-10mg

o Alimemazin
Analog etil dengan efek anti serotonin dan daya neuroleptic
cukup baik. Digunakan pada urticarial dan digunakan sebagai
obat menidurkan anak anak. Dosis : oral 2-4 kali sehari 5-
10mg

o Fonazin
Derivat sulfonamide dengan efek antiserotonin kuat yang
dianjurkan pada terapi interval migrain. Dosis oral 3-4 kali
sehari 10mg

b Isotipendil
Derivat azo- fenotiazin kerjanya lebih pendek dari prometazin
dengan efek sedative lebih ringan
o Mequitazin
Digunakan pada hay fever, urticarial dan reaksi reaksi alergi
lainnya.

o Metdilazin
Derivat heterosiklik dengan efek antiserotonin kuat. Terutama
dianjurkan pada urticaria.



6) Derivat derivat trisiklik lainnya
Zat - zat ini memiliki antiserotonin yang kuat dan daya
menstimulasi nafsu makan. Penggunaannya terutama sebagai
stimulant nafsu makan dan pada urticarial, juga sebagai obat interval
pada migraine.
a Siproheptadin
Banyak digunakan pada pasien pasien yang kurus dan nafsu
makannya yang buruk. Lama kerjanya 4- 6 jam, daya anti
kolinergiknya ringan. Efek sampingnya berupa, rasa kantuk
biasanya lewat sesudah seminggu.
o Azatadin
Derivat long action dengan efek serotonin kuat. Nafsu makan
dapat distimulasi tetapi dapat pula ditekan. Terutama dapat
dipakai pada profilaksis hay fever dan pada urticaria.

b Pizotifen
Zat ini memiliki struktur yang menyerupai siproheptadin, daya
kerja dan penggunaanya sama. Selain itu juga digunakan pada
terapi interval migraine.
o Ketotifen
Obat ini dianjurkan sebagai pencegah asma

7) Zat zat non-sedatf
Antihistaminika dari generasi kedua memiliki daya
antihistamin tanpa efek sedative hiptonik. Maka layak sekali
diberikan pada pasien pasien yang pada siang hari harus waspada,
seperti sopir sopir kendaraan bermotor.
a Terfenadine
Derivat butilamin tidak memiliki daya sentral, antikolinergik
anti adrenergic. Mulai kerjanya cepat dan beratahan delapan
jam. Digunakan pada rhinitis allergic dan reaksi reaksi alergi
lainnya.
b Astemizol
Senyawa flour baru berdaya histamine kuat tanpa efek efek
sentral dan antikolinergik. Penggunaanya sama dengan
terfenadine.

8) Sisanya
o Mebhdrolin
Digunakan pada pruritus
o Dimetinden
Juga dianjurkan pada pruritus
o Difenilpiralin
Digunakan pada rhinitis alergic.

Anda mungkin juga menyukai