1. Latar Belakang Umum Kebutuhan energi di Indonesia khususnya dan di dunia pada umumnya terus meningkat karena pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan pola konsumsi energi itu sendiri yang senantiasa meningkat. Sedangkan energi fosil yang selama ini merupakan sumber energi utamaseperti yang diperlihatkan Gambar 1.1ketersediaannya sangat terbatas dan terus mengalami deplesi (depletion: kehabisan, menipis). Proses alam memerlukan waktu yang sangat lama untuk dapat kembali menyediakan energi fosil ini.
Gas bumi 21.0%
(Sumber: DESDM)
Indonesia
Dunia
Gambar 1.1
Menurut Blueprint Pengelolaan Energi Nasional yang dikeluarkan oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) pada tahun 2005, cadangan minyak bumi di Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 18 tahun dengan rasio cadangan/produksi pada tahun tersebut. Sedangkan gas diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 61 tahun dan batubara 147 tahun, seperti yang diperlihatkan Tabel 0.1 di bawah ini.
Tabel 0.1
Jenis Energi Fosil
Rasio antara cadangan dan produksi untuk energi fosil di dunia diperlihatkan juga dalam tabel tersebut sebagai bahan rujukan. Perkiraan rasio ini dihitung berdasarkan jumlah penduduk dan pola konsumsi energi pada saat itu. Apabila mempertimbangkan laju pertambahan penduduk yang eksponensial dan konsumsi energi yang terus meningkat, tentunya kurun waktu tersebut dapat diperkirakan akan jauh lebih cepat lagi. Upaya-upaya pencarian sumber energi alternatif selain fosil menyemangati para peneliti di berbagai negara untuk mencari energi lain yang kita kenal sekarang dengan istilah energi terbarukan. Energi terbarukan dapat didefinisikan sebagai energi yang secara cepat dapat diproduksi kembali melalui proses alam. Energi terbarukan meliputi energi air, panas bumi, matahari, angin, biogas, bio mass serta gelombang laut. Beberapa kelebihan energi terbarukan antara lain: Sumbernya relatif mudah didapat; dapat diperoleh dengan gratis; minim limbah, tidak mempengaruhi suhu bumi secara global, dan tidak terpengaruh oleh kenaikkan harga bahan bakar (Jarass, 1980).
Pertimbangan konservasi energi dan lingkungan hidup memang menuntut kita untuk segera dapat memanfaatkan energi terbarukanyang tersedia dengan mudah dan lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan energi fosil. Tetapi seperti kita ketahui, khususnya di Indonesia, pemanfaatan potensi energi terbarukan seperti air, angin, biomasa, panas bumi, surya dan samudera, sampai saat ini masih belum optimal (lihat Tabel 0.2). Misalnya, untuk kasus energi angin, sampai dengan tahun 2004, kapasitas terpasang dari pemanfaatan tenaga angin hanya mencapai 0.5 MW dari 9.29 GW potensi yang ada. Hal ini terutama karena beberapa kendala seperti di bawah ini:
3
1.
Sering dianggap belum kompetitif dibandingkan dengan energi fosil, karena: a. b. c. Kemampuan SDM yang masih rendah. Rekayasa dan teknologi pembuatan sebagian besar komponen utamanya belum dapat dilakukan di dalam negeri, jadi masih harus impor. Iklim investasi belum kondusif. Biaya investasi pembangunan yang tinggi menimbulkan masalah finansial pada penyediaan modal awal.
2. 3. 4.
Belum tersedianya data potensi sumber daya yang lengkap, karena masih terbatasnya kajian/studi yang dilakukan. Akses masyarakat terhadap energi masih rendah (DESDM, 2005). Peran Pemerintah yang kurang: a. b. c. Belum terlihat adanya sense of urgency Antar lembaga pemerintah kurang sinergis Masih kurang dapat menyediakan insentif-insentif
Tabel 0.2
Jenis Energi
Kapasitas Terpasang
845 x 10 219 x 10
BOE BOE
9.3 GW
0.5 MW
Sumber: DESDM, 2005
Beberapa strategi yang mungkin dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut di atas, antara lain: 1. Meningkatkan kegiatan studi dan penelitian yang berkaitan dengan: a. b. c. d. 2. identifikasi setiap jenis potensi sumber daya energi terbarukan secara lengkap di setiap wilayah; upaya perumusan spesifikasi dasar dan standar rekayasa sistem konversi energinya yang sesuai dengan kondisi di Indonesia; pembuatan prototype yang sesuai dengan spesifikasi dasar dan standar rekayasanya; pengumpulan pendapat dan tanggapan masyarakat tentang pemanfaatan energi terbarukan tersebut.
analisis dan evaluasi lebih mendalam tentang kelayakan operasi sistem di lapangan dengan pembangunan beberapa proyek percontohan. 3. Memberikan prioritas pembangunan pada daerah yang memiliki potensi sangat tinggi, baik teknis maupun sosio-ekonominya.
Energi Angin Salah satu energi terbarukan yang berkembang pesat di dunia saat ini adalah energi angin. Energi angin merupakan energi terbarukan yang sangat fleksibel. Energi angin dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan misalnya pemompaan air untuk irigasi, pembangkit listrik, pengering atau pencacah hasil panen, aerasi tambak ikan/udang, pendingin ikan pada perahu-perahu nelayan dan lain-lain. Selain itu, pemanfaatan energi angin dapat dilakukan di mana-mana, baik di daerah landai maupun dataran tinggi, bahkan dapat di terapkan di laut, berbeda halnya dengan energi air. Pemanfaatan energi angin ini, selain dapat mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil, diharapkan juga dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi sistem pertanian, yang pada gilirannya akan meningkatkan produktifitas masyarakat pertanian. Walaupun pemanfaatan energi angin dapat dilakukan di mana saja, daerah-daerah yang memiliki potensi energi angin yang tinggi tetap perlu diidentifikasi agar pemanfaatan energi angin ini lebih kompetitif dibandingkan dengan energi alternatif lainnya. Oleh karena itu studi potensi pemanfaatan energi angin ini sangat tepat dilakukan guna mengidentifikasi daerah-daerah berpotensi.Angin selama ini dipandang sebagai proses alam biasa yang kurang memiliki nilai ekonomis bagi kegiatan produktif masyarakat. Secara umum, pemanfaatan tenaga angin di Indonesia memang kurang mendapat perhatian. Sampai tahun 2004, kapasitas terpasang dari pemanfaatan tenaga angin hanya mencapai 0.5 MW dari 9.29 GW potensi yang ada (DESDM, 2005). Padahal kapasitas pembangkitan listrik tenaga angin di dunia telah berkembang pesat dengan laju pertumbuhan kumulatif sampai dengan tahun 2004 melebihi 20 persen per tahun. Dari kapasitas terpasang 5 GW pada tahun 1995 menjadi hampir 48 GW pada akhir tahun 2004 tersebar dalam 74,400 turbin angin di sekitar 60 negara (BTM Consults ApS, 2005).
Gambar 1.2 2 menunjukan laju pertumbuhan energi angin tahunan dunia.
Gambar 1.2
Untuk mendukung program diversifikasi energi dan Kebijakan Energi Hijau Nasional (Pengembangan Energi Terbarukan dan Konservasi Energi), sudah semestinya kajiankajian pengembangan sumber-sumber energi alternatifkhususnya energi terbarukan lebih disemarakkan untuk berbagai kepentingan. Studi potensi pemanfaatan tenaga angin ini merupakan satu tahapan penting dalam pengembangan dan pemasyarakatan penggunaan energi terbarukan untuk berbagai kegiatan produktif masyarakat di daerahdaerah di wilayah Indonesia. 2. Potensi energi angin.
Pengukuran Data Angin
Studi potensi pemanfaatan tenaga angin dilakukan dengan kerangka kegiatan seperti terlihat pada Gambar 1.3 Kajian data sekunder akan memulai studi ini diikuti dengan observasi melalui survey lapangan untuk mendapatkan data primer. Data sekunder dan hasil observasi dianalisis untuk dijadikan dasar rancangan umum sistem konversi energi angin (SKEA).
Keluaran
Potensi Pemanfaatan Tenaga Angin Rekomendasi Teknologi Rancangan Umum SKEA
Database
Analisis
Data BMG
Data Angin
Kapasitas
Listrik - Penerangan - Pengeringan - Pendinginan Mekanikal - Irigasi - Rumah tangga - Peternakan - dan lain-lain
Profil Daerah
Komponen Pembiayaan
komparasi/melengkapi
Gambar 1.3
Untuk memperoleh data yang dapat dipercaya dan konsisten di lokasi, juga harus diperhatikan letak aktual anemometer, jarak dan tinggi bangunan-bangunan yang terdekat, vegetasi, pohon-pohonan dan bukit-bukit atau gundukan-gundukan terdekat yang dapat menjadi rintangan sehingga menimbulkan aliran berolak (lihat Gambar 1.4) Kecepatan angin pada ketinggian di mana turbin angin dipasang akan diekstrapolasi dari data yang didapat dengan mempertimbangkan kekasaran permukaan setempat dan lapisan batas atmosfir.
Gambar 1.4
Pengukuran data angin ini dilakukan bukan untuk dasar perancangan tetapi lebih ditujukan untuk keperluan sebagai berikut: 1. 2. 3. Mengetahui karakteristik angin lokal. Mengumpulkan informasi yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan peruntukkan dan kesesuaian rancangan. Bahan komparasi terhadap data sekunder.
Pola angin berkala dalam periode tertentu, Durasi kecepatan angin rendah dan kecepatan angin tinggi, Kecepatan angin di daerah yang tidak jauh dengan lokasi pengukuran, Berapa banyak energi yang dapat tersedia pertahunnya.
Semua informasi ini berguna dalam menentukan apakah pemanfaatan energi angin pada suatu lokasi itu baik untuk kegunaan mekanikal atau elektrikal. Kecepatan angin pada tempat di mana sistem konversi turbin angin akan di pasang akan dianalisis dan dihitung berdasarkan data yang ada, baik dari BMG maupun hasil pengukuran sebagai suplemen dan bahan rujukan. Kecepatan angin pada tempat di mana sistem konversi turbin angin akan di pasang akan dianalisis dan dihitung berdasarkan data yang ada, baik dari BMG maupun hasil pengukuran. Kecepatan angin pada tempat di mana sistem konversi turbin angin akan di pasang akan dianalisis dan dihitung berdasarkan data yang ada, baik dari BMG maupun hasil pengukuran. Di sini data angin yang tersedia dalam rata-rata per jam atau rata-rata per hari selama kurun waktu satu bulanan dalam satu tahun akan diolah dengan menggunakan metodametoda statistik standar pengolahan data angin dan akan disajikan dalam beberapa buah bentuk grafik histogram berikut: